Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN POST NATAL SECTIO CAESAREA DI RUANG

BOUGENVIL RSUD dr. R GOETENG TANUDIBRATA PURBALINGGA

DI SUSUN OLEH :

SLAMET EDI SUSANTO

NIM. 16142014328094

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

TAHUN 2019
A. Pengertian Post Natal
Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas
dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-
organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan
lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2016). Sectio Caesarea adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut atau vagina; atau Sectio Caesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin
dari dalam rahim (Mochtar R, 2012: 117).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin
dari dalam rahim (Carpenito L. J, 2008).
a. Sectio primer (efektif) yaitu sectio dari semula telah direncanakan karena tidak
diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya panggul sempit conjugata vera (CV kurang
8 cm).
b. Sectio sekunder, dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa
(partus percobaan) dan bila tidak ada kemajuan atau partus percobaan gagal, baru
dilakukan sectio.
c. Sectio caesarea ulang (repeat caesarean section) ibu pada kehamilan yang lalu
mengalami sectio caesarea (previos caesarean secton) dan pada kehamilan
selanjutnya dilakukan sectio caesarea ulang.
d. Sectio caesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy) adalah suatu operasi
dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio caesarea, langsung dilakukan
histerektomi oleh karena suatu indikasi.
e. Operasi Porro (Porro operation) adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari
kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi,
misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.
B. Periode Masa Nifas
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan –
jalan.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya
6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat
sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu – minggu, berbulan – bulan
atau tahunan
C. Adaptasi Fisiologi Post Partum
- Involusio uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses
ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada
akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah
umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu
12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-
kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan
berada di pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu
setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada
minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan progesteron
bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca
partum penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara
langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama
masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
Kontraksi intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang
sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh
darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan.
Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2
jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak
teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena
atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan
menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir
karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
- Serviks
Pada serviks terbentuk sel-sel otot terbaru,karena adanya kontraksi dan retraksi,
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur internal
kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah. vagina
teregang pada waktu persalinan namun lambat laun akan mencapai ukuran yang
normal. Nampak berubah kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti
tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal
dengan ovulasi.

Struktur interna
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopi.
Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium
ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral
kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium,
yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan
ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung
banyak ovum primordial. Di antara interval selama masa usia subur ovarium juga
merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid dalam jumlah yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke arah
lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi
setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba
fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian
oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan
prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi
dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak mirip
buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila di tekan,
licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan
tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian
utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi
yang menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus
bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan
peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1. Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan
membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan padat,
lapisan tengah jaringan ikat yang berongga,dan lapisan dalam padat yang
menghubungkan indometrium dengan miometrium.
2. Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos yang
membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar
miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini
sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.
3. Peritonium perietalis membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali
seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat kandung kemih
dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat dilakukan tanpa perlu
membuka rongga abdomen karena peritonium perietalis tidak menutupi seluruh
korpus uteri.
- Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama
wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin,
krotison, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
a. Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak menyusui.
Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada hari kedua
dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi
pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di
raba.
b. Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan,
yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras ketika
disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan
dapat dikeluarkan dari puting susu.
- Sistem urinary
Selama proses persalinan, kandung kemih mengalami trauma yang dapat
mengakibatkan udema dan menurunnya sensitifitas terhadap tekanan cairan, perubahan
ini menyebabkan, tekanan yang berlebihan dan kekosongan kandung kemih yang tidak
tuntas, hal ini bisa mengakibatkan terjadinya infeksi. Biasanya ibu mengalami kesulitan
buang air kecil sampai 2 hari post partum.
- Sistem endokrin
a. Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta
placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga
kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar
esterogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar,
penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis
cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
b. Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak
menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui
tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating
hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan
ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat.
c. Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap ketiga
persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta mempertahankan
kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI
dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal.
- Sistem gastrointestinal
a. Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu merasa
sangat lapar.
b. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selam waktu
yang singkat setelah bayi lahir.
c. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah
ibu melahirkan.
- Sistem musculoskeletal
a. Ambulasi pada umumnya mulai 1-8 jam setelah ambulasi dini untuk mempercepat
involusio rahim.
b. Otot abdomen terus-menerus terganggu selama kehamilan yang mengakibatkan
berkurangnya tonus otot, yang tampak pada masa post partum dinding perut terasa
lembek, lemah, dan kendor. Selama kehamilan otot abdomen terpisah disebut distensi
recti abdominalis, mudah di palpasi melalui dinding abdomen bila ibu telentang.
Latihan yang ringan seperti senam nifas akan membantu penyembuhan alamiah dan
kembalinya otot pada kondisi normal.
- Vagina dan perineum
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai
esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi
dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan
untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis
atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen
mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi vagina
meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relatif
vagina.
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran
sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar
minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara
- Sistem kardiovaskuler
Pada dasarnya tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama sekali. Tapi
biasanya terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg. Jika ada perubahan posisi, ini
disebut dengan hipotensi orthostatik yang merupakan kompensasi kardiovaskuler terhadap
penurunan resistensi di daerah panggul.
- Tanda – tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital biasa terlihat jika wanita dlam keadaan
normal
a Suhu badan Satu hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,5-
380C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan
kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa.
b Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa. Sehabis melahirkan biasanya nadi
menjadi lebih cepat.
c Tekanan darah Tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena adanya
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada post partum dapat menandakan terjadinya
pre eklampsia post partum
d Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan.
D. Adaptasi psikologis post partum
- Fase Taking In
Fase Taking In merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri,
sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami
antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu
diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan
nutrisi. Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah :
1. Kekecewaan pada bayinya
2. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
3. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
4. Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya

- Fase Take Hold


Fase Taking Hold berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya.
Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan
adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan
kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain: mengajarkan
cara perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam
nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat.
- Fase Letting Go
Fase Letting Go merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya.
Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan
bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi
kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu
merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi
fisiknya. Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut :
1. Fisik: Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih
2. Psikologi: Dukungan dari keluarga sangat diperlukan
3. Sosial: Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan menemani saat
ibu merasa kesepian
4. Psikososial.

E. Pathway
F. Asuhan Keperawatan
- Pengkajian
a. Identitas
Mengkaji identitas pasien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya
perkawinan dan alamat.
b. Alasan Dirawat
Kaji apakah ibu merasakan keluhan pada masa nifas. Kaji adanya sakit perut,
perdarahan, dan ketakutan untuk bergerak
c. Riwayat Masuk Rumah Sakit
Kaji riwayat kesehatan ibu dan keluarga serta keadaan bayi saat ini meliputi berat
badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, dan lain-lain.
d. Riwayat Obstertri dan Ginokologi
Kaji riwayat menstruasi yang meliputi menarche, siklus, banyak, lama, keluhan, dan
HPHT. Kaji juga riwayat pernikahan, riwayat kelahiran, persalinan, nifas yang lal,
dan riwayat keluarga berencana yang meliputi akseptor KB, msalah, dan rencana
KB.
e. Pola Kebutuhan Sehari-Hari
1. Bernafas
Kaji kemampuan ibu dalam bernafas secara sepontan.
2. Nutrisi
Kaji pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori,
protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu
makan, pola minum, jumlah, frekuensi. Kehilangan nafsu makan mungkin
dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
3. Eliminasi
Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya
infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass,
apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB
karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet. Diuresis biasanya terjadi
diantara hari kedua dan kelima.
4. Aktivitas
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan merawat
diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
5. Istirahat dan Tidur
Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu istirahat,
penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap, apakah mudah
terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
Insomnia mungkin teramati.
6. Personal Hygine
Yang dikaji yaitu, pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut
dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah.
7. Rasa Nyaman
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai ke-5 pasca
partum.
8. Rasa Aman
Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum blues”sering terlihat kira-kira 3 hari
setelah melahirkan).
9. Suhu
Kaji ada tidaknya perubahan suhu badan ibu dengan rentang normal yaitu 36-37oC.
10. Ibadah
Kaji adakah perubahan cara atau waktu ibadah ibu selama masa nifas.
11. Hubungan sosial dan komunikasi
Kaji adakah perubahan pola komunikasi ibu pada keluarga dan lingkungannya
selama fase nifas.
12. Produktivitas
Kaji adakah perubahan produktivitas ibu selama berada dalam fase nifas.
13. Rekreasi dan hiburan
Yang dikaji situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh
dan relaks.
14. Kebutuhan belajar
Kaji adakah perubahan minat ibu untuk mempelajari tentang perawatan ibu dan
bayi selama masa nifas.
15. Keadaan Umum
Observasi tingkat kesadaran dan keadaan emosi ibu
16. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
Tekanan darah bisa meningkat pada 1-3 hari post partum. Setelah persalinan
sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah sementara
waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari. Bila tekanan
darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum.
Sebaliknya bila tekanan darah tinggi, dapat menunjuk kemungkinan adanya
pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas.
b. Suhu
Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan
disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38oC pada
hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau
sepsis nifas.
c. Nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu
habis persalinan karena ibu dalam keadaan istiraha penuh. Ini terjadi utamanya
pada minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat,
kira-kira 110x/menit. Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi khususnya
bila disertai peningkatan
d. Pernafasan
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Bila ada respirasi cepat
pospartum (> 30 x/menit) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.
- Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang
cara menyusui yang benar.
b. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinyuitas jaringan.
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar dengan
sumber informasi tentang cara perawatan bayi.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan sekunder terhadap proses
pembedahan.
- Intervensi
No Dx Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Menyusui tidak Setelah diberikan tindakan Health Education:
efektif berhubungan keperawatan selama …..x24 1. Berikan informasi mengenai :
dengan kurangnya jam pasien menunjukkan a. Fisiologi menyusui
pengetahuan ibu respon breast feeding b. Keuntungan menyusui
tentang cara adekuat dengan indikator: c. Perawatan payudara
menyusui yang 1. Pasien mengungkapkan d. Kebutuhan diit khusus
benar. puas dengan kebutuhan 2. Faktor-faktor yang
untuk menyusui menghambat proses menyusui
2. Pasien mampu
3. Demonstrasikan breast care
mendemonstrasikan
dan pantau kemampuan pasien
perawatan payudara
untuk melakukan secara teratur

4. Ajarkan cara mengeluarkan


ASI dengan benar, cara
menyimpan, cara transportasi
sehingga bisa diterima oleh
bayi

5. Berikan dukungan dan


semangat pada ibu untuk
melaksanakan pemberian ASI
eksklusif
6. Berikan penjelasan tentang
tanda dan gejala bendungan
payudara, infeksi payudara

7. Anjurkan keluarga untuk


memfasilitasi dan mendukung
klien dalam pemberian ASI

8. Diskusikan tentang sumber-


sumber yang dapat
memberikan informasi atau
memberikan pelayanan KIA
2 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Pain Management
berhubungan keperawatan selama …..x24 a. Lakukan pengkajian nyeri
dengan diskonjuita jam diharapkan nteri secara komprehensif termasuk
s jaringan berkurang dengan indikator: lokasi, karakteristik, durasi,
a. Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan faktor
(tahu penyebab nyeri, presipitasi
mampu menggunakan b. Observasi reaksi nonverbal
tehnik nonfarmakologi dari ketidaknyamanan
untuk mengurangi nyeri, c. Gunakan teknik komunikasi
mencari bantuan) terapeutik untuk mengetahui
b. Melaporkan bahwa nyeri pengalaman nyeri pasien
berkurang dengan d. Kaji kultur yang
menggunakan mempengaruhi respon nyeri
manajemen nyeri e. Evaluasi pengalaman nyeri
c. Mampu mengenali nyeri masa lampau
(skala, intensitas, f. Evaluasi bersama pasien dan
frekuensi dan tanda tim kesehatan lain tentang
nyeri) ketidakefektifan kontrol nyeri
d. Menyatakan rasa nyaman masa lampau
setelah nyeri berkurang
e. Tanda vital dalam g. Bantu pasien dan keluarga
rentang normal untuk mencari dan
menemukan dukungan
h. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
i. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
j. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
k. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
l. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
m. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
n. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
o. Tingkatkan istirahat
p. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
q. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
a. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
b. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
e. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
f. Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
g. Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
h. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
i. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
j. Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek
samping)
3 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan asuhan Teaching : Disease Process
berhubungan keperawatan selama ….. x a. Berikan penilaian tentang
dengan tidak 24 jam diharapkan tingkat pengetahuan pasien
mengenal atau pengetahuan klien tentang proses penyakit yang
familiar dengan meningkat dengan indikator: spesifik
sumber informasi a. Pasien dan keluarga b. Jelaskan patofisiologi dari
menyatakan pemahaman penyakit dan bagaimana hal ini
tentang cara tentang penyakit, berhubungan dengan anatomi
perawatan bayi. kondisi, prognosis dan dan fisiologi, dengan cara yang
program pengobatan tepat.
b. Pasien dan keluarga c. Gambarkan tanda dan gejala
mampu melaksanakan yang biasa muncul pada
prosedur yang dijelaskan penyakit, dengan cara yang
secara benar tepat
c. Pasien dan keluarga d. Gambarkan proses penyakit,
mampu menjelaskan dengan cara yang tepat
kembali apa yang e. Identifikasi kemungkinan
dijelaskan perawat/tim penyebab, dengna cara yang
kesehatan lainnya. tepat
f. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi, dengan
cara yang tepat
g. Hindari jaminan yang kosong
h. Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
i. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan
datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
j. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
k. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
l. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
m. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
n. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
4 Resiko infeksi Setelah dilakuakan asuhan Infection Control (Kontrol
berhubungan keperawatan selama 3x24 infeksi)
dengan luka jam diharapkan resiko a. Bersihkan lingkungan setelah
operasi infeksi terkontrol dengan dipakai pasien lain
indikator: b. Pertahankan teknik isolasi
a. Pasien bebas dari tanda c. Batasi pengunjung bila perlu
dan gejala infeksi d. Instruksikan pada pengunjung
b. Mendeskripsikan proses untuk mencuci tangan saat
penularan penyakit, berkunjung dan setelah
faktor yang berkunjung meninggalkan
mempengaruhi penularan pasien
serta e. Gunakan sabun antimikrobia
penatalaksanaannya, untuk cuci tangan
c. Menunjukkan f. Cuci tangan setiap sebelum
kemampuan untuk dan sesudah tindakan
mencegah timbulnya kperawtan
infeksi g. Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
d. Jumlah leukosit dalam h. Pertahankan lingkungan
batas normal aseptik selama pemasangan
e. Menunjukkan perilaku alat
hidup sehat i. Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
j. Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
k. Tingktkan intake nutrisi
l. Berikan terapi antibiotik bila
perlu
Infection Protection (Proteksi
Terhadap Infeksi)
a. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
b. Monitor hitung granulosit,
WBC
c. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
d. Batasi pengunjung
e. Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
f. Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
g. Pertahankan teknik isolasi k/p
h. Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
i. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
j. Ispeksi kondisi luka atau insisi
bedah
k. Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
l. Dorong masukan cairan
m. Dorong istirahat
n. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
o. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
p. Ajarkan cara menghindari
infeksi
q. Laporkan kecurigaan infeksi
r. Laporkan kultur positif

- Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang mengikuti rumusan
dari rencana keperawatan. Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan, membantu,
memberikan askep untuk mencapai tujuan yang berpusat pada pasien, mencatat serta
melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan
berkelanjutan dari pasien.

- Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2008. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan
masalah kolaboratif. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana,
Jakarta : EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Muchtar. 2012. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC
Sujiatini, Mufdlilah, Hidayat asri. 2009. Asuhan patologi kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Nanda. Internasional . 2013.Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014.Jakarta :
EGC
Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta : mocaMedia
Prawirohardjo,S., 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta
: penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai