Anda di halaman 1dari 12

Burnout Pada Perawat Yang Bertugas Di Ruang Rawat Inap Dan Rawat Jalan Rsab “Harapan Kita”

BURNOUT PADA PERAWAT YANG BERTUGAS DI RUANG RAWAT INAP


DAN RAWAT JALAN RSAB HARAPAN KITA

Sulis Mariyanti1, Anisah Citrawati1


1
Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul, Jakarta
Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebon Jeruk, Jakarta 1150
sulis.mariyanti@esaunggul.ac.id

Abstrak
Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam upaya menjaga mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Secara umum pelayanan rumah sakit terdiri dari pelayanan rawat
inap dan rawat jalan. Tugas perawat yang berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan (Hidayat, 2009). Perawat yang bertugas di ruang rawat inap dan rawat jalan berpotensi
mengalami stres karena tuntutan pekerjaan yang overload yang berhubungan dengan pelayanan kepada
orang lain. Keadaan seperti itu apabila berlangsung terus menerus akan menyebabkan perawat mengalami
kelelahan fisik, emosi, dan mental yang disebut dengan gejala burnout.

Kata Kunci: burnout, perawat rawat inap, rawat jalan

Pendahuluan annya merupakan gagasan almarhumah Ibu Tien


Menurut International Council of Nursing, Soeharto selaku Ibu Negara Republik Indonesia pada
perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan saat itu sekaligus ketua yayasan Harapan Kita. Ga-
program pendidikan keperawatan, memiliki wewe- gasan tersebut tercetus berdasarkan pemikiran bahwa
nang untuk memberikan pelayanan dan peningkatan ibu yang sehat akan melahirkan anak yang sehat, cer-
kesehatan, serta pencegahan penyakit di negara yang das dan luhur budi pekertinya, serta akan menjadi ge-
bersangkutan. Dalam Undang-Undang RI Nomor 23 nerasi penerus yang dapat mengangkat derajat bangsa
Tahun 1992 tentang kesehatan, perawat adalah mere- Indonesia di masa yang akan datang dengan ke tingkat
ka yang memiliki kemampuan dan wewenang mela- yang lebih baik. Untuk mengembangkan pelayanan
kukan tindakan keperawatan (Yulihastin, 2009). Ke- rumah sakit di masa yang akan datang diperlukan per-
perawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit luasan cakupan pelayanan, khususnya dalam me-
yang berperan penting dalam upaya menjaga mutu pe- ngembangkan pelayanan sekunder dan tersier kese-
layanan kesehatan di rumah sakit. Pada standar ten- hatan ibu, maka berdasarkan keputusan Menteri
tang evaluasi dan pengendalian mutu dijelaskan bah- Kesehatan Republik Indonesia
wa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan No.271/Menkes/SK/II/2005 tertanggal 23 Februari
keperawatan yang bermutu tinggi dengan terus-mene- 2005 terjadi perubahan nama Rumah Sakit Anak &
rus melibatkan diri dalam program pengendalian mutu Bersalin “Harapan Kita” menjadi Rumah Sakit Anak
di rumah sakit. dan Bunda “Harapan Kita”.
Sejak lebih dari 100 tahun yang lalu, perawat Secara umum pelayanan rumah sakit terdiri
legendaries Florence Nightingale telah menyatakan dari pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pelayanan
bahwa hospital should not harm the patients dan di rawat inap merupakan pelayanan terhadap pasien ru-
tahun 1859 ia menyatakan bahwa pelayanan kepera- mah sakit yang menempati tempat tidur perawatan ka-
watan bertujuan untuk put patient in the best condi- rena keperluan observasi, diagnosis, terapi, rehabili-
tion for nature to act upon him. Hal ini menunjukkan tasi medik dan pelayanan medik lainnya. Pelayanan
kepedulian yang mendalam dari seorang perawat ter- rawat inap merupakan pelayanan medis yang utama di
hadap pasien yang ditanganinya di rumah sakit rumah sakit dan merupakan tempat untuk interaksi an-
(Aditama, 2007). Perawat harus bekerja dengan shift tara pasien dan pihak-pihak yang ada di dalam rumah
karena rumah sakit melayani pasien selama 24 jam sakit dan berlangsung dalam waktu yang lama. Pela-
(Yulihastin, 2009). yanan rawat inap melibatkan pasien, dokter, dan pera-
Rumah Sakit Harapan Kita (RSAB) “Harapan wat dalam hubungan yang sensitif yang menyangkut
Kita” pada awal berdirinya memiliki nama rumah sa- kepuasan pasien, mutu pelayanan dan citra rumah sa-
kit anak dan bersalin “Harapan Kita” yang keberada- kit. Semua itu sangat membutuhkan perhatian pihak

Jurnal Psikologi Volume 9 No 2, Desember 2011 48


Burnout Pada Perawat Yang Bertugas Di Ruang Rawat Inap Dan Rawat Jalan Rsab “Harapan Kita”

manajemen rumah sakit. Berbagai kegiatan yang ter- Pada pelayanan rawat jalan frekuensi perte-
kait dengan pelayanan rawat inap di rumah sakit muan antara perawat dan pasien lebih singkat jika
yaitu, penerimaan pasien, pelayanan medik (dokter), dibandingkan dengan perawat yang bertugas di ruang
pelayanan perawatan oleh perawat, pelayanan penun- rawat inap. Perawat di ruang rawat jalan bertemu de-
jang medik, pelayanan obat, pelayanan makan, serta ngan pasien hanya saat hari pemeriksaan saja, akan te-
administrasi keuangan (Suryawati dkk, 2006) tapi perawat lebih sering bertemu dengan dokter yang
Perawat yang bertugas di ruang rawat inap memeriksa pasien. Masalah yang sering dialami oleh
mereka bekerja dibagi menjadi tiga shift, delapan jam para perawat di ruang rawat jalan adalah komplain
untuk shift pagi, delapan jam untuk shift siang dan de- dari pasien tentang pelayanan yang lamban, kinerja
lapan jam untuk shift malam. Tugas perawat disepa- administrasi, perawat yang bersikap “judes”, dokter
kati dalam lokakarya tahun 1983 yang berdasarkan yang tidak serius bekerja dan dokter spesialis yang da-
fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawa- tang ke klinik terlambat dan pulang lebih cepat. Hal
tan adalah sebagai berikut: mengkaji kebutuhan pa- ini yang sering dikeluhkan oleh pasien kepada pera-
sien, merencanakan tindakan keperawatan, melaksa- wat www.lampungpost.com/cetak/ berita.phd?id =
nakan rencana keperawatan, mengevaluasi hasil asu- 2009).
han keperawatan, mendokumentasikan proses kepera- Oleh karena perawat rawat inap sering ber-
watan (Hidayat, 2009). Lumenta (1989), menegaskan interaksi dengan pasien dan keluarga pasien dan pera-
bahwa tugas utama dari perawat, yaitu memperhati- wat rawat jalan sering berinteraksi dengan pasien dan
kan kebutuhan pasien, merawat pasien dengan penuh dokter, hal ini menjadi sumber stres bagi perawat.
tanggung jawab dan memberikan pelayanan asuhan Menurut Sarafino (2002), stres merupakan keadaan
kepada individu atau kelompok orang yang meng- ketika lingkungan menuntut individu untuk merasa-
alami tekanan karena menderita sakit. kan adanya kesenjangan antara tuntutan lingkungan
Perawat yang bertugas di ruang rawat inap sa- dengan sumberdaya yang bersifat biologis, psikologis,
ngat sering bertemu dengan pasien dengan berbagai atau sosial. Artinya stres yang dialami oleh perawat
macam karakter dan penyakit yang diderita. Pasien se- rawat inap dan rawat jalan kemungkinan berbeda te-
ring mengeluh akan penyakitnya, hal ini yang mem- tapi kemungkinan juga sama bergantung pada peng-
buat perawat mengalami kelelahan. Tidak hanya dari hayatan para perawat terhadap situasi yang dihadapi.
sisi pasien saja yang dapat membuat perawat meng- Menurut Sarafino (1998) stres dapat terjadi
alami kelelahan fisik, emosi dan juga mental tetapi kapan saja dan bersumber dari mana saja, yaitu dari
dari sisi keluarga pasien yang banyak menuntut setiap aspek dalam kehidupan manusia. Semua stimu-
/komplain, rekan kerja yang tidak sejalan dan dokter lus yang dapat menimbulkan stres dapat berupa ling-
yang cenderung arogan. Hal ini dapat menyebabkan kungan, perubahan fisik, atau sosial yang disebut se-
perawat mengalami stres (Yulihastin, 2009). Ber- bagai stressor (sumber stres). Dalam kehidupan se-
dasarkan hasil survey dari PPNI tahun 2006, sekitar hari-hari, sumber stres adalah sebagai berikut : faktor
50,9 persen perawat yang bekerja di 4 propinsi di diri sendiri, faktor keluarga, faktor pekerjaan dan ling-
Indonesia mengalami stres kerja, sering pusing, lelah, kungan. Sumber stres ini akan dihayati berbeda-beda
tidak bisa beristirahat karena beban kerja terlalu tinggi oleh setiap perawat, ada perawat yang senang bertemu
dan menyita waktu, gaji rendah tanpa insentif me- dengan dokter ada juga yang tidak senang bertemu
madai (Rachmawati, 2008). dengan dokter. Ada pula perawat yang mengeluh me-
Selain rawat inap ada juga perawatan rawat layani pasien ada juga yang tidak mengeluh melayani
jalan di dalam pelayanan rumah sakit. Berbeda de- pasien.
ngan rawat inap, pelayanan rawat jalan (ambulatory Situasi tuntutan tugas antara perawat rawat
services) adalah salah satu bentuk dari pelayanan ke- inap dan rawat jalan yang berbeda kemungkinan besar
dokteran secara sederhana. Pelayanan rawat jalan ada- akan menyebabkan stres yang berbeda atau menye-
lah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pa- babkan kelelahan fisik, emosi, dan mental yang ber-
sien tidak dalam bentuk rawat inap (hospitalization) beda juga. Berikut adalah contoh kasus yang dialami
(Feste, 2000 dalam Nurhayati, 2004). Tugas perawat oleh salah seorang perawat RSAB “Harapan Kita”
yang bertugas di ruang rawat jalan adalah membantu yang mengalami burnout dalam bekerja “ada bebera-
dokter menyiapkan alat-alat, menimbang, memeriksa pa perawat yang memilih untuk mengundurkan diri
tekanan darah pasien, dan memberikan obat-obat apa dari pekerjaannya karena merasa tidak nyaman de-
saja yang diperlukan. Mereka bekerja atas perintah ngan situasi kerja yang tidak menyenangkan seperti
atau instruksi dokter. masalah dengan atasan, teman dan peraturan yang

Jurnal Psikologi Volume 9 No 2, Desember 2011 49


Burnout Pada Perawat Yang Bertugas Di Ruang Rawat Inap Dan Rawat Jalan Rsab “Harapan Kita”

ada. Mereka lebih memilih untuk mengundurkan diri Pada penelitian ini, penulis menggunakan me-tode
jika dibandingkan dengan harus tetap bertahan dengan deskriptif karena metode ini dianggap tepat un-tuk
situasi kondisi yang tidak menyenangkan yang dapat mendapatkan gambaran burnout pada perawat yang
membuat mereka mengalami stress sehingga akan bertugas di ruang rawat inap dan rawat jalan RSAB
mengganggu kinerja mereka dalam menangani pasien. “Harapan Kita”.
Dari fakta di atas perawat yang bertugas di Notoadmodjo (2002), menyatakan bahwa meto-
ruang rawat inap dan rawat jalan berpotensi meng- de penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian
alami stress/tekanan karena tuntutan pekerjaan yang yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
overload yang berhubungan dengan orang lain, seperti gambaran/deskripsi tentang suatu keadaan. Metode
memberikan pelayanan keperawatan pada pasien, baik deskriptif ini ditunjukan untuk mengetahui gambaran
untuk kesembuhan ataupun pemulihan status fisik dan burnout pada perawat yang bertugas di ruang rawat
mentalnya, memberikan pelayanan lain bagi kenya- inap dan jalan di RSAB “Harapan Kita”.
manan dan keamanan pasien seperti penataan tempat
tidur dan lain-lain, melakukan tugas-tugas administra- Variabel Penelitian
tif, menyelenggarakan pendidikan keperawatan berke- Variabel dalam penelitian ini terdiri dari satu
lanjutan, melakukan berbagai penelitian/riset dan ber- variabel, yaitu Burnout. Definisi konseptual Burnout
partisipasi aktif dalam pendidikan bagi para calon pe- adalah sebagai sindrom kelelahan emosional, deper-
rawat. Keadaan seperti ini apabila berlangsung terus- sonalisasi, dan reduced personal accomplishment
menerus akan menyebabkan perawat mengalami ke- yang terjadi diantara individu-individu yang melaku-
lelahan fisik, emosi, dan mental yang disebut dengan kan pekerjaan yang memberikan pelayanan kepada
gejala burnout. Bernadin (dalam Rosyid, 1996) meng- orang lain dan sejenisnya (Maslach & Jackson, 1982)
gambarkan burnout sebagai suatu keadaan yang men- Definisi operasional : Burnout adalah total
cerminkan reaksi emosional pada orang yang ber- skor dari item pernyataan yang terdiri dari tiga kom-
kerja pada bidang pelayanan kemanusiaan (human se- ponen yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi dan
vices) dan bekerja erat dengan masyarakat. Penderita reduced personal accomplishment.
burnout banyak dijumpai pada perawat di rumah sa- 1) Sub Variabel Kelelahan Emosional:
kit, pekerja sosial, guru, dan para anggota polisi. Me- Definisi Konseptual : Kelahan Emosional adalah
nurut Cherniss (1980), burnout adalah penarikan diri ketika individu merasa terkuras secara emosional
secara psikologis dari pekerjaan yang dilakukan seba- karena banyaknya tuntutan pekerjaan.
gai reaksi atas stres dan ketidakpuasan terhadap si- Definisi Operasional : total skor dari burnout
tuasi kerja yang berlebihan atau berkepanjangan. mengenai kelelahan emosional akan mengukur
Menurut Maslach (1982), burnout merupakan tertekan, sedih atau putus asa, lelah, merasa
respon terhadap situasi yang menuntut secara emosio- terbelenggu dengan pekerjaan.
nal dengan adanya tuntutan dari penerima pelayanan
yang memerlukan bantuan, pertolongan, perhatian, 2) Sub Variabel Depersonalisasi :
maupun perawatan dari pemberi pelayanan. Burnout Definisi Konseptual : Depersonalisasi adalah co-
memiliki tiga dimensi, pertama kelelahan emosional ping (proses mengatasi ketidakseimbangan antara
pada dimensi ini akan muncul perasaan frustasi, putus tuntutan dan kemampuan individu) yang dila-
asa, tertekan dan terbelenggu oleh pekerjaan, dimensi kukan individu untuk mengatasi kelelahan emo-
kedua depersonalisasi, pada dimensi ini akan muncul sional.
sikap negatif, kasar, menjaga jarak dan tidak peduli Definisi Operasional : total skor dari burnout
dengan lingkungan sekitar dan ketiga dimensi reduced mengenai depersonalisasi akan mengukur men-
personal accomplishment, pada dimensi ini akan di- jaga jarak, tidak peduli dengan orang sekitar, ber-
tandai dengan adanya sikap tidak puas terhadap diri pendapat negatif atau bersikap sinis terhadap
sendiri, pekerjaan dan bahkan kehidupan. pasien.

Metode Penelitian 3) Sub Variabel Reduced Personal


Rancangan Penelitian Accomplishment
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan Definisi Konseptual : Reduced Personal Accom-
kuantitatif deskriptif, karena dalam penelitian ini va- plishment yaitu ditandai dengan adanya perasaan
riabel yang ada dianalisa secara statistik dan hasil-nya tidak puas terhadap diri sendiri, pekerjaan, dan
ditunjukkan dengan angka – angka (Sugiono, 2008).

Jurnal Psikologi Volume 9 No 2, Desember 2011 50


Burnout Pada Perawat Yang Bertugas Di Ruang Rawat Inap Dan Rawat Jalan Rsab “Harapan Kita”

bahkan kehidupan, serta merasa bahwa ia belum akan digunakan dalam penelitian (Aries Yulianto,
pernah melakukan sesuatu yang bermanfaat. 2005). Metode penelitian ini menggunakan teknik non
Definisi Operasional : total skor dari burnout probability sampling untuk menentukan sampel
mengenai reduced personal accomplishment akan sebagai responden penelitian. Teknik yang digunakan
mengukur tidak puas terhadap pekerjaan, tidak adalah purposive sampling yaitu karena penentuan
puas terhadap kehidupan, tidak memperhatikan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel yang
kebutuhan pasien. digunakan dalam penelitian ini adalah perawat yang
bertugas di ruang rawat inap dan jalan di Rumah Sakit
Subjek Penelitian Anak dan Bunda “Harapan Kita”
Karakteristik Subjek Penelitian.
Sesuai dengan tujuan penelitian untuk melihat Instrumen Penelitian
“Gambaran burnout pada perawat yang bertugas di 1. Tipe Alat Ukur
ruang rawat inap dan rawat jalan di RSAB “Harapan Penelitian menggunakan kuesioner untuk
Kita”. Maka karakteristik subyek dalam pengambilan pengambilan data penelitian, kuesioner yang
data, adalah sebagai berikut: digunakan didesain berdasarkan skala model Likert
a) Perawat yang berusia 20 s.d 40 tahun, karena yang berisi sejumlah pernyataan yang menyatakan
pada usia tersebut tergolong dewasa awal, berada obyek yang hendak diungkap, kuesioner ini dibuat
pada tahap perkembangan psikososial Erikson, dari hasil modifikasi yang sudah ada.
yaitu intimacy vs isolation. Pada tahap ini
memiliki konflik hubungan personal dengan 2. Skala Alat Ukur
orang lain. Pada penelitian ini digunakan skala Likert
b) Bertugas sebagai perawat (rawat inap & jalan) di yang membagi lima kategori jawaban pernyataan
RSAB “Harapan Kita”. sikap : yaitu selalu, sering, kadang-kadang, jarang,
tidak pernah. Peneliti hanya mengambil empat dari
Populasi Penelitian lima kategori yaitu : selalu, sering, jarang, dan tidak
Populasi adalah keseluruhan subjek peneliti- pernah, dalam hal ini pilihan jawaban yang bersifat
an. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya peneli- kadang-kadang ditiadakan, alasan peneliti mengambil
tian ini akan meneliti burnout pada seluruh perawat empat kategori yaitu untuk menghindari kecende-
yang bertugas di ruang rawat inap dan rawat jalan di rungan memilih pilihan/jawaban yang ada di tengah-
RSAB “Harapan Kita”. tengah atau netral.

Sampel Penelitian 3. Teknik Skoring


Sampel diambil dengan menggunakan teknik Sistem penilaian atau skor dalam penelitian
Non Probability Sampling, yaitu Purposive Sampling, ini sebagai berikut :
yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertim- a. Untuk item – item yang bersifat mendukung
bangan tertentu. Sampel yang digunakan dalam pene- (favorable), maka Selalu diskor 4, Sering diskor
litian ini adalah dewasa awal yaitu perawat di rumah 3, Jarang diskor 2, Tidak Pernah diskor 1.
sakit yang berada dalam rentang usia 20-40 tahun. b. Untuk item – item yang bersifat tidak
Dari seluruh jumlah populasi perawat yang bertugas mendukung (unfavorable), maka Selalu diskor 1,
di ruang rawat inap dan jalan di RSAB ”Harapan Sering diskor 2, Jarang diskor 3, Tidak Pernah
Kita” sebanyak 399 perawat yaitu 326 untuk perawat diskor 4.
yang bertugas di ruang rawat inap dan 73 untuk Dalam setiap soal situasi, subyek harus
perawat yang bertugas di ruang rawat jalan, peneliti memberikan satu jawaban yang sesuai dengan subyek
hanya mengambil 120 sampel penelitian yaitu, 60 dari terhadap kenyataan dirinya, tidak ada yang dikosong-
perawat rawat inap dan 60 dari perawat rawat jalan. kan atau lebih dari satu jawaban. Untuk skoring pada
Karena untuk menyeimbangi jumlah antara perawat alat ukur, semakin tinggi nilai respon, yang dipilih
rawat inap dan rawat jalan. oleh subyek maka burnout yang dominan akan ter-
lihat.
Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah kelompok besar dimana hasil
penelitian akan diterapkan, sedangkan sampel
penelitian adalah kelompok kecil dari populasi yang
Jurnal Psikologi Volume 9 No 2, Desember 2011 51
Burnout Pada Perawat Yang Bertugas Di Ruang Rawat Inap Dan Rawat Jalan Rsab “Harapan Kita”

4. Kisi – kisi Alat Ukur tungan data identitas subyek dilakukan dengan meng-
Kuesioner ini mengambil bentuk dasar skala gunakan program komputer SPSS 15.0.
Likert dan disusun untuk menggali gambaran burnout
pada perawat yang bertugas di ruang rawat inap dan 1. Pengkategorian Subyek
jalan di RSAB “Harapan Kita”. Melalui skala yang Setelah didapatkan skor motivasi masing-
tersedia, subjek diharapkan untuk menempatkan diri masing subyek, maka langkah selanjutnya adalah
pada posisi skala yang paling sesuai dan paling kategorisasi subyek. Tujuan dari kategorisasi ini
mencerminkan dirinya. Untuk mencapai hal tersebut, adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-
dibuat dua jenis pernyataan, yaitu pernyataan-pernya- kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut
taan yang bersifat favorable dan yang bersifat un- suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Pe-
favorable yang berhubungan dengan dukungan sosial. nelitian ini menggunakan norma kategori. (Azwar,
2004).
5. Data Penunjang Teknik statistik yang digunakan untuk
Selain kuesioner, data penunjang juga perlu di melihat faktor dominan burnout menggunakan
lampirkan, sebagai pelengkap dari data kuesioner Standardized Z-Score, disebut juga linear z-score
yang berupa pernyataan. Data penunjang yang akan (Crocker & Algina, 1986 dalam Aries Yulianto,
di gunakan antara lain ; Usia, jenis kelamin, pendidi- 2005), skor tranformasi ini menjadi dasar bagi trans-
kan terakhir, lama bekerja sebagai perawat di rumah formasi linear lainnya.
sakit, pendapatan perbulan. Langkah berikutnya dalam analisis data pada
gambaran burnout pada perawat yang bertugas di
Uji Coba Alat Ukur ruang rawat inap dan rawat jalan rumah sakit “X”
1. Validitas Item yaitu sebagai berikut :
Perhitungan validitas dalam penelitian ini a. Menggambarkan burnout pada perawat yang
dengan menggunakan construct validity dengan bertugas di ruang rawat inap dan rawat jalan
menggunakan rumus Pearson Product Moment, ka- di RSAB “Harapan Kita” berdasarkan kate-
rena rumus ini digunakan pada item yang diskor lebih gori tinggi, sedang dan rendah.
dari 1 seperti pada skala Likert. Untuk menghitungnya b. Menganalisis burnout pada perawat yang
digunakan program computer SPSS versi 15.0. Rumus bertugas di ruang rawat inap dan rawat jalan
Pearson Product Moment. di RSAB “Harapan Kita” berdasarkan usia,
Berdasarkan hasil uji validitas terhadap alat jenis kelamin, pend. terakhir, lama bekerja di
ukur burnout diperoleh 45 item yang dinyatakan rumah sakit, pendapatan perbulan.
gugur dan 43 item yang valid dari 88 item (nilai diatas c. Mengetahui burnout pada perawat yang
0,30). bertugas di ruang rawat inap dan ruang rawat
jalan di RSAB “Harapan Kita” berdasarkan
faktor dominan dari skala burnout.
2. Reliabilitas Item
d. Mengetahui perbedaan burnout antara pera-
Hasil analisis uji reliabilitas burnout dengan
wat yang bertugas di ruang rawat inap dan
menggunakan tehnik Alpha Cronbach diperoleh koe-
yang bertugas di ruang rawat jalan di RSAB
fisien sebesar 0,885. Koefisien reliabel dengan hasil
“Harapan Kita”
mendekati 1 dapat dikatakan memiliki keandalan yang
tinggi (Sugiono, 2002). Hal ini berarti bahwa skala
yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel. Tempat & Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan
penyebaran kuesioner kepada subyek. Melakukan uji
Teknik Analisis Data
coba (try out) pada bulan 28 Desember 2009 dan
Teknik yang digunakan pada penelitian ini
memberikan kuesioner sesungguhnya pada bulan 04
adalah statistik deskriptif. Statistik deskriptif
Januari 2010 bertempat di RSAB “Harapan Kita”.
(Sugiono, 2004) adalah statistik yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap
obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi Hasil dan Pembahasan
sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan A. Gambaran Umum Burnout
membuat kesimpulan yang berlaku umum. Perhi- Berdasarkan perhitungan statistik deskritif
menggunakan SPSS 15,0 diperoleh hasil deskriptif
gambaran umum burnout pada perawat yang bertugas

Jurnal Psikologi Volume 9 No 2, Desember 2011 52


Burnout Pada Perawat Yang Bertugas Di Ruang Rawat Inap Dan Rawat Jalan Rsab “Harapan Kita”

di ruang rawat inap dan rawat jalan di RSAB perawat sehingga ia menganggap melayani dan meng-
“Harapan Kita”, yaitu hasil mean 80,0, minimum 65, hibur pasien merupakan suatu ibadah (item 38), se-
maksimum 105 dan standar deviasi 5,98. Sedangkan hingga ia dapat menjalankan tugasnya dengan penuh
untuk pengkategorian subjek, maka dilakukan peng- kesabaran (item 21), dan merasa sanggup melayani
kategorian yaitu tinggi, sedang dan rendah. Hasil per- pasien walaupun yang datang sangat banyak (item
hitungan skala burnout pada perawat yang bertugas di 15).
ruang rawat inap dan rawat jalan di RSAB “Harapan Pada perawat yang bertugas di ruang rawat
Kita” diperoleh nilai untuk pengkategorian yaitu : jalan memiliki burnout yang lebih tinggi yaitu 12 res-
ponden (20%). Artinya bahwa perawat yang bertugas
X ≥ 83 : Tinggi di ruang rawat jalan walaupun bertemu pasien pada
77 < X ≤ 83 : Sedang hari pemeriksaan saja mereka merasakan kelelahan
X < 77 : Rendah dan kejenuhan, kemungkinan ini disebabkan karena
Gambaran umum burnout pada perawat yang walaupun mereka bertemu dengan pasien pada hari
bertugas di ruang rawat inap dan rawat jalan di RSAB pemeriksaan saja, tetapi mereka harus menghadapi
“Harapan Kita” di peroleh hasil dari 120 responden pasien yang berbeda-beda karakter dan penyakit se-
yang terdiri dari 60 responden untuk perawat di ruang tiap harinya. Beberapa subyek menyatakan bahwa
rawat inap dan 60 responden untuk perawat yang mereka merasa melayani pasien sepanjang hari sangat
bertugas di ruang rawat jalan. Penelitian menunjukkan memberatkan (item 1), apabila banyak pasien yang
hasil gambaran umum burnout pada perawat rawat komplain tentang pelayanan membuat mereka tidak
inap sebanyak 60 responden yang terdiri dari 12 res- antusias dalam bekerja (item 12), dan mereka merasa
ponden (20%) untuk kategori tinggi, 33 responden waktunya habis terkuras hanya untuk melayani pasien
(55%) untuk kategori sedang dan 15 responden (25%) sepanjang hari sehingga mereka tidak bisa melakukan
untuk kategori rendahSedangkan pada perawat rajalan aktivitas yang lain (item 4). Selain itu saya menduga
sebanyak 60 responden yang terdiri dari 12 responden besar kemungkinan hubungan beberapa subyek de-
(20%) untuk kategori tinggi, 37 responden (61,7%) ngan dokter dan rekan kerja di rumah sakit yang tidak
untuk kategori sedang dan 11 responden (18,3%) un- “sejalan” akan menambah burnout pada perawat.
tuk kategori rendah. Jika dilihat secara umum burnout pada perawat
Untuk pembahasan selanjutnya hanya akan lebih banyak berada pada kategori rendah pada pera-
digunakan 50 responden, terdiri dari 27 responden wat yang bertugas diruang rawat inap.
untuk perawat rawat inap yaitu 12 responden pada ka-
tegori tinggi dan 15 responden pada kategori rendah. B. Gambaran Burnout Berdasarkan Data
Sedangkan pada rawat jalan terdapat 23 responden Penunjang
yaitu 12 responden pada kategori tinggi dan 11 res- 1. Gambaran Burnout Pada Perawat Rawat
ponden pada kategori rendah. Hal ini digunakan ka- Inap Dan Rawat Jalan Berdasarkan Usia
rena penulis hanya ingin melihat kategorisasi burnout
Responden
yang terdiri dari burnout tinggi dan rendah di ruang
Untuk menggambarkan burnout berdasarkan
rawat inap dan di ruang rawat jalan.
usia responden yang berusia 20-40 tahun. Seluruh
Dari data diatas dapat dilihat bahwa perawat
perawat dalam penelitian ini adalah perawat dewasa
di ruang rawat inap memiliki burnout yang lebih ren-
awal yang berusia 22-40 tahun baik yang bertugas di
dah yaitu 15 responden (25%). Artinya bahwa pera-
ruang rawat inap dan yang bertugas di ruang rawat
wat di ruang rawat inap walaupun lebih sering ber-
jalan. Melihat data di atas terlihat bahwa perawat
temu pasien yang sama dengan penyakit yang ber-
dewasa muda berusia 22-30 tahun yang bertugas di
beda-beda dalam jangka waktu yang relatif lama me-
ruang rawat inap merasakan lebih banyak burnout
reka kurang merasakan kelelahan dan kejenuhan. Me-
pada kategori rendah. Hal ini besar kemungkinan
nurut wawancara peneliti dengan salah seorang pe-
disebabkan karena perawat dewasa muda secara fisik
rawat yang menyatakan bahwa ia kurang merasakan
sedang mencapai puncak kesehatan atau berada dalam
burnout karena baginya menjalankan tugas sebagai
kondisi fisik yang prima, kemudian sedikit menurun
seorang perawat adalah suatu pekerjaan yang mulia
(Papalia, 2008). Artinya walaupun mereka bertugas di
dan merupakan suatu ibadah karena dapat menolong
ruang rawat inap tetapi tidak merasakan kelelahan
orang banyak. Hal serupa juga dinyatakan oleh bebe-
atau kejenuhan dalam bekerja. Seperti pengakuan be-
rapa responden yang menyatakan bahwa mereka telah
berapa subyek bahwa mereka menganggap walaupun
memiliki komitmen yang kuat untuk menjadi seorang
harus bekerja dengan shift dan harus bertemu dengan
Jurnal Psikologi Volume 9 No 2, Desember 2011 53
Burnout Pada Perawat Yang Bertugas Di Ruang Rawat Inap Dan Rawat Jalan Rsab “Harapan Kita”

pasien yang sama dalam waktu yang relatif lama akan alami konflik antara mengurus keluarga dan meno-
tetapi mereka menjalankan tugasnya dengan perasaan long pasien secara professional yang sudah menjadi
senang (item 9), apabila ada pasien yang ingin tanggungjawabnya. Seperti pengakuan beberapa pera-
berkeluh-kesah mereka siap mendengarkan (item 43), wat perempuan yaitu mereka harus meninggalkan ke-
dan sanggup melayani/menangani pasien walaupun luarga mereka yang sedang sakit yang membutuhkan
yang datang sangat banyak (item 15). pertolonganya dan disisi lain mereka juga harus bersi-
Berbeda dengan perawat dewasa muda yang kap professional yaitu harus mengutamakan meno-
berusia 31-40 tahun di ruang rawat jalan yang long dan menghibur pasien (item 18).
merasakan lebih banyak burnout dengan kategori Berbeda dengan perawat laki-laki baik di ruang
tinggi. Hal ini besar kemungkinan dikarenakan me- rawat inap maupun di ruang rawat jalan yang me-
reka setiap hari harus melayani pasien yang berbeda- rasakan burnout dengan kategori rendah. Berdasarkan
beda karakter dan penyakit. Menurut wawancara pe- hasil wawancara peneliti dengan salah satu perawat ia
neliti dengan salah seorang perawat mengaku bahwa mengatakan dalam menangani pasien ia cenderung
ia harus menangani pasien yang banyak sedangkan te- bersikap lebih cuek sehingga burnout yang dirasakan
naga perawatnya kurang atau ada perawat yang tidak jauh lebih rendah dari pada perawat perempuan. Hal
hadir karena cuti/sakit dan juga karena sudah cukup itu senada dengan yang dinyatakan oleh beberapa res-
lama menjadi seorang perawat terkadang iapun mera- ponden yaitu bekerja menjadi perawat membuat me-
sakan bosan dan jenuh dengan rutinitas yang monoton reka menjadi pribadi yang cuek (item 13), untuk
setiap hari. Hal itu senada dengan yang dinyatakan nyaman dalam bekerja mereka mengabaikan apabila
oleh beberapa responden yang menyatakan bahwa ada pasien yang marah-marah (item 36) dan apabila
mereka merasa jenuh karena rutinitas ditempat kerja ada pasien yang tidak tertolong mereka tidak merasa
sangat membosankan (item 25), sehingga membuat sedih (item 23). Menurut Maslach (1982), bahwa
mereka tidak semangat melayani pasien (26) dan wanita yang mengalami burnout cenderung meng-
menjadi malas masuk kerja karena jam kerja yang alami kelelahan emosional dan laki-laki yang meng-
sangat padat (item 40). Menurut Farber (1991), yang alami burnout cenderung mengalami depersonalisasi.
menyatakan bahwa pekerja di bawah usia empat pu- Artinya perawat laki-laki yang mengalami depersona-
luh tahun paling beresiko terhadap gangguan yang lisasi cenderung menjaga jarak dengan penerima pa-
berhubungan dengan burnout. sien, cenderung tidak peduli terhadap lingkungan ser-
ta orang-orang di sekitarnya dan mengurangi kontak
2. Gambaran Burnout Pada Perawat Rawat dengan pasien.
Inap Dan Rawat Jalan Berdasarkan Jenis
Kelamin Responden 3. Gambaran Burnout Pada Perawat Rawat
Untuk menggambarkan burnout berdasarkan Inap Dan Rawat Jalan Berdasarkan
jenis kelamin responden yang terdiri dari responden Jenjang Pendidikan Terakhir Responden
laki-laki dan responden perempuan. Melihat data di Untuk menggambarkan burnout berdasarkan
atas terlihat baik di ruang rawat inap dan di ruang ra- jenjang pendidikan terakhir responden yang terdiri
wat jalan perawat yang merasakan burnout dengan dari SPK, D3 dan S1.
kategori tinggi adalah perawat perempuan. Hal ini di Melihat data di atas terlihat bahwa baik di
sebabkan karena mayoritas perawat di rumah sakit ruang rawat inap dan di ruang rawat jalan perawat
tersebut lebih banyak didominasi oleh perawat perem- yang merasakan burnout tinggi adalah perawat de-
puan dari pada perawat laki-laki. Menurut wawancara ngan jenjang pendidikan S1. Menurut data yang pene-
dengan salah seorang perawat perempuan ia menga- liti dapatkan dari wawancara dengan salah seorang
takan alasan memilih untuk menjadi wanita karir ada- perawat hal ini terjadi karena ada yang sudah memi-
lah untuk menyenangkan orang tua karena sudah liki jenjang pendidikan S1 masih menjabat sebagai
membiayainya selama kuliah, selain itu ia saat ini su- perawat pelaksana padahal mereka seharusnya sudah
dah menjadi pegawai negeri sipil (PNS) dan merasa menjabat sebagai kepala ruangan, ketua tim. Artinya
berat untuk meninggalkannya. Perawat perempuan dengan pendidikan S1 mereka berharap tidak menger-
yang sudah menikah memilih bekerja untuk memban- jakan tugas-tugas seperti perawat pelaksana yang
tu memenuhi kebutuhan tersier keluarga karena tidak lebih banyak. Mereka merasakan burnout tinggi ka-
cukup jika hanya mengandalkan pendapatan dari rena memiliki harapan yang tinggi yang tidak sesuai
suami. Peneliti menduga, burnout tinggi pada perawat dengan kenyataaan yang dihadapi. Ketika aspirasi de-
perempuan besar kemungkinan mereka juga meng- ngan kenyataan tidak sesuai, maka akan menimbulkan

Jurnal Psikologi Volume 9 No 2, Desember 2011 54


Burnout Pada Perawat Yang Bertugas Di Ruang Rawat Inap Dan Rawat Jalan Rsab “Harapan Kita”

konflik. Konflik yang terjadi adalah ketika mereka mereka merasa tidak bersemangat untuk melayani
berharap memperoleh jabatan yang lebih tinggi dari pasien, terkadang ada rasa malas untuk masuk kerja
pada hanya sekedar sebagai seorang perawat pelak- karena jam kerja yang sangat padat yang sangat
sana tidak terwujud. Hal ini juga diperkuat oleh menyita waktu, sehingga menggangu liburan mereka
Maslach (1982) yang menyatakan perawat yang ber- dengan keluarga (item 19). Menurut wawancara
latar belakang pendidikan tinggi cenderung rentan ter- peneliti dengan salah seorang perawat yang sudah
hadap burnout jika dibandingkan dengan mereka yang bekerja selama puluhan tahun ia sering mendapat
tidak berpendidikan tinggi. Perawat yang “komplain” dari anak-anaknya akan waktu
berpendidikan tinggi memiliki harapan atau aspirasi kebersamaan yang kurang maka alasan inilah yang
yang ideal sehingga ketika dihadapkan pada realitas terkadang membuatnya ada keinginan untuk keluar
bahwa terdapat kesenjangan antara aspirasi dan ke- dari pekerjaannya sedangkan mereka harus menja-
nyataan, maka munculah kegelisahan dan kekecewaan lankan tanggung jawabnya sampai selesai masa bak-
yang dapat menimbulkan burnout. Menurut wawan- tinya sebagai seorang perawat.
cara dengan salah seorang perawat ia mengatakan wa-
lau aspirasi dan kenyataan tidak sesuai mereka tetap 5. Gambaran Burnout Pada Perawat Rawat
bertahan dan tidak keluar dari pekerjaan mereka ka- Inap Dan Rawat Jalan Berdasarkan
rena mereka sudah memiliki komitmen yang kuat un- Pendapatan Perbulan Responden.
tuk menjadi seorang perawat. Karena bagi mereka be- Untuk mengambarkan burnout berdasarkan
kerja sebagai perawat merupakan suatu ibadah (item pendapatan perbulan responden yang terdiri dari 1-
38). <2juta, 2-3 juta dan >3 juta. Melihat data di atas ter-
Sebaliknya, bagi perawat yang tidak berpendi- lihat bahwa perawat yang bertugas di ruang rawat
dikan tinggi, mereka cenderung kurang memiliki ha- inap yang merasakan burnout tinggi adalah yang
rapan yang tinggi sehingga tidak menjumpai banyak pendapatan 2-3juta perbulan. Sedangkan pada perawat
kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Ini yang yang bertugas di ruang rawat jalan yang mengalami
terjadi pada perawat yang memiliki jenjang pendidi- burnout tinggi adalah yang berpendapatan >3juta per-
kan terakhir D3 dan SPK yang mengalami burnout bulan. Sehingga dapat dikatakan bahwa baik perawat
dengan kategori rendah. Artinya mereka kurang me- yang bekerja di ruang rawat inap dan di ruang rawat
rasakan kelelahan dan kejenuhan dalam menjalankan jalan yang berpendapatan diatas 1 juta merasakan
tugas melayani pasien, karena mereka cenderung ku- burnout tinggi. Hal ini terjadi karena semakin tinggi
rang mengalami harapan yang tinggi sehingga dalam gaji dan jabatan maka semakin tinggi juga tanggung
menjalankan tugas menerima apa yang sudah menjadi jawab yang harus dipikul. Menurut Matindas (2002),
tanggung jawabnya seperti yang diungkapkan oleh yaitu dalam garis besarnya, penetapan gaji seseorang
beberapa responden yaitu menyenangkan dapat beker- karyawan harus dilakukan dengan mempertimbang-
ja melayani pasien, kemudian apabila ada pasien yang kan (a) nilai jabatan yang dipegangnya dan (b) masa
sering menuntut akan pelayanan mereka berusaha kerja yang bersangkutan di perusahaan.
sabar dalam menanganinya. Menurut wawancara peneliti dengan salah satu
kepala ruangan perawat misalnya dalam tugasnya ia
4. Gambaran Burnout Pada Perawat Rawat harus membimbing bawahannya yang sulit diatur,
Inap Dan Rawat Jalan Berdasarkan Lama membantu jika ada rekan kerjanya yang sedang meng-
Bekerja Responden alami kesulitan, seperti yang diungkapkan oleh bebe-
Untuk menggambarkan burnout berdasarkan rapa responden yang menyatakan bahwa apabila ada
lama bekerja responden yang terdiri dari 1-10 tahun waktu luang mereka berusaha berbaur dengan rekan
dan 11-20 tahun. Terlihat bahwa baik di ruang rawat sejawat dan bawahannya agar tercipta suasana yang
inap dan di ruang rawat jalan perawat yang merasakan hangat (item 32). Tidak hanya itu saja masalah yang
burnout dengan kategori tinggi adalah perawat dengan harus dihadapi oleh kepala perawat terkadang mereka
lama bekerja 11-20 tahun. Bahwa perawat yang juga berselisih paham dengan dokter tentang masalah
bertugas di ruang rawat inap dan di ruang rawat jalan pemberian obat. Kemudian apabila ada masalah se-
semakin lama bekerja, maka semakin tinggi burnout perti “komplain” pasien tentang pelayanan yang
yang dirasakan. Artinya bahwa perawat yang semakin kurang memuaskan merupakan tanggung jawab ke-
lama bekerja, maka semakin merasakan kelelahan dan pala perawat dan kepala perawatlah yang harus
kejenuhan dalam menangani pasien. Hal serupa yang mempertanggung jawabkannya kepada direktur.
juga dinyatakan oleh beberapa responden yaitu bahwa Menurut Matindas (2002), menyatakan bahwa be-

Jurnal Psikologi Volume 9 No 2, Desember 2011 55


Burnout Pada Perawat Yang Bertugas Di Ruang Rawat Inap Dan Rawat Jalan Rsab “Harapan Kita”

sarnya gaji yang diberikan untuk tiap karyawan, perlu tidak mampu memberikan pelayanan secara psiko-
disesuaikan dengan beban tanggung jawab dan berat- logis. Hal serupa yang juga dinyatakan oleh beberapa
nya tugas yang diberikan, serta tingginya tingkat ke- responden bahwa mereka bekerja menangani pasien
ahlian yang harus dimiliki pemegang jabatannya. sepanjang hari membuatnya tidak bisa beraktifitas
C. Dimensi Dominan Burnout yang lain (item 4) dan merasa tidak sanggup meng-
Berdasarkan hasil analisis Z – Score, dapat hadapi pasien yang banyak menuntut (item 35).
dilihat bahwa dari tiga dimensi burnout yang terbagi
dari kelelahan emosional, depersonalisasi, dan redu- D. Analisis Uji Mann-Whitney
ced personal accomplishment, diperoleh hasil untuk Analisis uji mann-whitney dalam penelitian
dimensi dominan yang memiliki jumlah tertinggi di ini adalah untuk melihat ada tidaknya perbedaan
ruang rawat inap yaitu dimensi reduced personal ac- burnout antara perawat yang bertugas di ruang rawat
complishment dan dimensi dominan yang memiliki inap dan perawat yang bertugas di ruang rawat jalan.
jumlah tertinggi di ruang rawat jalan yaitu kelelahan Hasil uji mann-whitney diperoleh nilai Z = -0,540 dan
emosional. p = 0,589 > 0,05. : diterima dan : ditolak.
Dimensi reduced personal accomplishment Berarti tidak ada perbedaan burnout yang
di ruang rawat inap yang lebih banyak menyumbang- signifikan antara perawat yang bertugas di ruang
kan terjadinya burnout. Kemungkinan pada perawat rawat inap dan perawat yang bertugas di ruang rawat
yang bertugas di ruang rawat inap lebih sering ber- jalan. Artinya bahwa baik di ruang rawat inap dan di
temu dengan pasien dengan berbagai macam karakter ruang rawat jalan sama-sama merasakan burnout dan
dan penyakit yang diderita dalam jangka waktu yang sama-sama tidak merasakan burnout. Menurut
lama, belum lagi pasien yang sering mengeluh akan Maslach (1982), burnout merupakan respon terhadap
penyakitnya. Hal itu yang membuat perawat meng- situasi yang menuntut secara emosional dengan
alami kelelahan. Akan tetapi tidak hanya dari sisi pa- adanya tuntutan dari penerima pelayanan yang
sien saja yang dapat membuat perawat mengalami memerlukan bantuan, pertolongan, perhatian, maupun
kelelahan fisik, emosi dan juga mental tetapi dari sisi perawatan dari pemberi pelayanan. Burnout memiliki
keluarga pasien yang banyak menuntut/komplain, re- tiga dimensi, pertama kelelahan emosional pada
kan kerja yang tidak “sejalan” dan dokter yang cen- dimensi ini akan muncul perasaan frustasi, putus asa,
derung bersikap arogan juga dapat menyebabkan pe- tertekan dan terbelenggu oleh pekerjaan, dimensi
rawat mengalami stres (Yulihastin, 2009). Dampak kedua depersonalisasi, pada dimensi ini akan muncul
dari stres yang dialami oleh perawat di ruang rawat sikap negatif, kasar, menjaga jarak dan tidak peduli
inap ditandai dengan munculnya sikap seperti marah- dengan lingkungan sekitar dan ketiga dimensi reduced
marah, bersikap negatif dan tidak peduli terhadap personal accomplishment, pada dimensi ini akan
kebutuhan pasien/cuek. Hal serupa yang juga dinyata- ditandai dengan adanya sikap tidak puas terhadap diri
kan oleh beberapa responden bahwa mereka enggan sendiri, pekerjaan dan bahkan kehidupan.
untuk melayani keinginan pasien di luar tugas kepera- Perawat yang bertugas di ruang rawat inap
watan (item 37) dan apabila ada pasien yang tidak ter- dan perawat yang bertugas di ruang rawat jalan yang
tolong mereka tidak merasa sedih (item 23). mengalami burnout karena mereka merasakan adanya
Dimensi kelelahan emosional di ruang rawat kelelahan dan kejenuhan dalam bekerja melayani
jalan yang lebih banyak menyumbangkan terjadinya pasien seperti setiap hari harus bertemu dengan pasien
burnout. Kemungkinan masalah yang sering dialami yang sama dalam waktu yang relatif lama bagi
oleh para perawat di ruang rawat jalan adalah kom- perawat yang bertugas di ruang rawat inap dan bagi
plain dari pasien tentang pelayanan yang lamban, ki- perawat yang bertugas di ruang rawat jalan setiap hari
nerja administrasi, perawat yang bersikap “judes”, harus bertemu dengan pasien berbeda-beda karakter
dokter yang tidak serius bekerja dan dokter spesialis dan penyakit, menghadapi keluarga pasien yang
yang datang ke klinik terlambat dan pulang lebih ce- sering marah-marah dan banyak menuntut/komplain,
pat. Kondisi itu dapat menyebabkan perawat meng- rekan kerja yang tidak sejalan dan dokter yang
alami stres (Yulihastin, 2009). Dampak dari stres cenderung bersikap arogan. Hal serupa yang juga
yang dialami oleh perawat rawat jalan ditandai de- dinyatakan oleh beberapa responden bahwa rutinitas
ngan munculnya sikap seperti muncul perasaan frus- di tempat kerja membosankan (item 25) dan menjadi
tasi, putus asa, sedih, tidak berdaya, tertekan, apatis tidak antusias untuk melayani pasien apabila banyak
terhadap pekerjaan dan merasa terbelenggu oleh tu- yang mengkomplain (item 12).
gas-tugas dalam pekerjaan sehingga perawat merasa

Jurnal Psikologi Volume 9 No 2, Desember 2011 56


Burnout Pada Perawat Yang Bertugas Di Ruang Rawat Inap Dan Rawat Jalan Rsab “Harapan Kita”

Sebaliknya bagi perawat yang bertugas di Dari hasil analisis uji mann-whitney maka di
rawat inap dan di ruang rawat jalan yang tidak peroleh nilai signifikasi Z = -0,540 dan p = 0,589 >
mengalami burnout mereka tidak merasakan adanya 0,050 berarti tidak ada perbedaan burnout yang signi-
kelelahan dan kejenuhan dalam bekerja melayani fikan antara perawat yang bertugas di ruang rawat
pasien. Walaupun perawat rawat inap setiap hari harus inap dan yang bertugas di ruang rawat jalan di RSAB
bertemu dengan pasien yang sama dengan waktu yang “Harapan Kita”.
relatif lama mereka tidak merasa jenuh. Begitu juga Daftar Pustaka
dengan perawat yang bertugas di ruang rawat jalan Aditama, C.Y, “Manajemen Administrasi Rumah
walaupun setiap hari harus bertemu dengan pasien Sakit (Edisi Kedua)”, Penerbit Universitas
yang berbeda-beda karakter dan penyakit, mengha- Indonesia (UI-Press), Jakarta, 2007.
dapi keluarga pasien yang sering marah-marah dan
banyak menuntut/komplain, memiliki rekan kerja Aisyah, R, “Pengaruh Kecerdasan Emosional
yang tidak mendukung dan dokter yang cenderung terhadap Burnout pada Guru Sekolah
bersikap arogan. Mereka lebih ikhlas dalam menja- Menengah Atas (SMA”), Fakultas Psikologi
lankan tugasnya sebagai seorang perawat karena me- Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta,
reka mengabaikan pasien yang marah-marah sehingga 2008.
merasa nyaman dan tidak merasakan burnout. Hal
serupa yang juga dinyatakan oleh beberapa responden Azwar, Saifuddin, “Penyusunan Skala Psikologi”.
bahwa rutinitas di tempat kerja menyenangkan (item Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007.
20) dan sabar menghadapi pasien yang banyak me-
nuntut (item 2) Baron, R.A. & Greenberg, J, “Behaviour
Organization, Understanding and Managing
Kesimpulan the Human Side of Work (5th ed), Boston :
Gambaran umum burnout pada perawat yang Allyn and Bacon, Boston, 1990.
bertugas di ruang rawat inap memiliki burnout lebih
banyak pada kategori rendah dan untuk perawat di Barnet, R.C, “A Closer Look at the Measurement of
ruang rawat jalan memiliki burnout lebih banyak pada Burnout”.http://www.bellpub.com/jabr/1999/
kategori tinggi. Akan tetapi jika dilihat secara kese- th 990201.pdf. 1999
luruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa burnout lebih
dominan pada kategori rendah. Berdasarkan data pe- Cooper et al. “Handbook of work and Healty
nunjang bahwa perawat berusia 31-40 tahun di ruang Psychology”, England : John Wiley &
rawat jalan memiliki burnout dengan kategori tinggi. Sons,1996.
Perawat perempuan yang bertugas di ruang rawat ja-
lan juga memiliki burnout dengan kategori tinggi. Pe- Cherniss, Cary. “Staff Burnout : Job Stress in The
rawat dengan jenjang pendidikan terakhir S1 baik Human Service”, London Sage Publications.
diruang rawat inap dan rawat jalan juga memiliki 1980.
burnout dengan kategori tinggi. Perawat dengan masa
lama bekerja 11-20 tahun baik yang bertugas di ruang Farber, B.A. “Crisis in Education. Stress and Burnout
rawat jalan memiliki burnout dengan kategori tinggi. in The American Teacher”. Jossey-Bass, San
Begitu juga perawat yang dengan pendapatan per- Fransisco1991.
bulan 2-3 juta di ruang rawat inap dan >3juta di ruang
rawat jalan juga memiliki burnout dengan kategori Guilford, J.P., & Fruchter, B. “Fundamental Statistics
tinggi. in Psychology and Education”, McGraw-Hill.
Berdasarkan hasil analisis Z – Score, dari tiga Singapura, 1978.
dimensi burnout antara lain kelelahan emosional,
depersonalisasi, dan reduced personal accomplish- Guilford, J.P., & Fruchter, Benjamin. Fundamental
ment. Diperoleh hasil bahwa terdapat dua faktor di- Statistics in Psychology and Education (6th
mensi yang paling dominan yaitu reduced personal ed). McGraw-Hill Book Co. Singapura, 1981.
accomplishment untuk yang bertugas di ruang rawat
inap dan dimensi kelelahan emosional untuk yang Hidayat, A. Aziz Alimul, “Pengantar Konsep Dasar
bertugas di ruang rawat jalan. Keperawatan”, Edisi 2, Penerbit Salemba
Medika, Jakarta, 2009

Jurnal Psikologi Volume 9 No 2, Desember 2011 57


Burnout Pada Perawat Yang Bertugas Di Ruang Rawat Inap Dan Rawat Jalan Rsab “Harapan Kita”

Fakultas Psikologi Universitas Indonusa Esa


Hurlock, Elizabeth.E., “Psikologi Perkembangan Unggul. Jakarta. 2009
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan”, Edisi kelima, (Alih Bahasa: Dra. Papalia, D.E., S.W., Feldman, R.D, “Human
Istiwidayanti dan Drs, Soejarwo, M.Sc), Development (9th ed)”. McGraw-Hill
Penerbit Erlangga, Jakarta. 1999 Companies, Inc. New York. 2003

Herdiboy3. “Gaji besar bikin bahagia?”: Papalia, D.E., S.W., Feldman, R.D. “Perkembangan
http://herdiboy3.bloggaul.com/gaji-besar- Manusia”. Edisi kesepuluh. (Alih Bahasa:
bikin-bahagia.htm, 2006 (diakses pada Brian Marwensdy), Penerbit Salemba
tanggal 13 Februari 2010) Humanika, Jakarta, 2009

Ismani, Nila, “Etika Keperawatan”. Widya Medika, Rachmawati, Evy. “50,9 Persen Perawat Alami Stress
Jakarta, 2001. Kerja”:
http://www.kompas.com/kesehatan/50,9
Joule. “Pengertian Rawat Inap”: Persen Perawat Alami Stress Kerja-Kompas
http://andjou.blogspot.com/pengertian-rawat- Cyber Media, 2007 (diakses pada tanggal 20
inap.htm, 2007 (diakses pada tanggal 05 Desember 2008)
Desember 2008).
Rosyid, H.F. “Burnout: Penghambat Produktifitas
Kerlinger, F.N. “Foundation of Behavioral Research yang perlu dicermati”, Buletin Psikologi,
(2nd ed”).Holt, Rinehart and Winston, Inc. IV(1), 1996
New York, 1992.
Sarafino, E.P. “Healty Psychology Biopsycososial
Landy, F.J., & Conte, M.C. “Work in the 21st Century Interactions (4th ed)”. John Wiley & Sons
an Introduction to Industrial an Inc, USA 2002
Organizational Psychology”. McGraw-Hill.
New York, 2004 Shahnovar, D. “Gambaran Pola Perilaku Kecanduan
Olahraga di Fitnes Center pada Wanita di
Lazarus, R.S. & Folkman. “Stress Appraisal and Jakarta”. Skripsi : Tidak diterbitkan, Fakultas
Coping”. Springer Publishing, New York, Psikologi Universitas Indonesia. Depok,
1984 2007.

Lumenta, B. “Perawat : Citra, Peranan dan Fungsi”, Sugiyono, Sumadi. “Metodologi Penelitian (Edisi
Kanisius. Yogyakarta. 1989 Kedua)”. PT. Raja Grafindo, Jakarta 2004

Matindas, R. “Manajemen SDM lewat konsep AKU”. Sugiyono. “Metode Penelitian Pendidikan”.
Pustaka Utama Grafiti. Jakarta. 2002 Alfabeta. Bandung. 2007

Notoadmodjo, S. “Metodologi Penelitian Kesehatan”. Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis Pendekatan


Revisi Edisi. Penerbit ALFABETA. Bandung. Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”. Alfabeta.
2002 Bandung. 2008

Nurhayati, Evi, “Tinjauan Karakteristik Pasien Sutjipto. “Apakah anda Mengalami Burnout?”.
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Departemen Pendidikan Nasional Republik
(JPKM) Pensiun di Unit Rawat Jalan Rumah Indonesia. 2001
Sakit Pelabuhan”. Fakultas Kesehatan dan
Fisioterapi Universitas Indonusa Esa Unggul, Suryawati, dkk. “Penyusunan Indikator Kepuasan
Jakarta, 2004 Pasien Rawat Inap Rumah Sakit di Provinsi
Jawa-Tengah”. Vol.09. No. 04 Des 2006. Hal
Nuraeni, Eni. “Profil Dukungan Sosial Pada Siswa- 177-184. 2006
Siswi Berprestasi Akademik SMA N 78”.

Jurnal Psikologi Volume 9 No 2, Desember 2011 58


Burnout Pada Perawat Yang Bertugas Di Ruang Rawat Inap Dan Rawat Jalan Rsab “Harapan Kita”

Sundari. “Pengaruh Stress Kerja terhadap


Kesejahteraan Psikologis pada Perawat di
RSPAD Gatot Subroto”. Skripsi. Fakultas
Psikologi Universitas Indonusa Esa Unggul,
Jakarta

Undang-undang Kesehatan RI No. 23, 1992

Wikipedia. “Pengertian Rawat Jalan”:


http://id.wikipedia.org/wiki/Rawat_jalan.htm
(diakses pada tanggal 05 Desember 2008)

Yulianto, Aries. “Diktat Pengantar Psikometri”.


Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta.
2005

Yulihastin, Erma. “Bekerja Sebagai Perawat”.


Penerbit Erlangga. Bogor, 2009

RSUAM belum
berubah:http://www.lampungpost.com/ceta
k/berita.phd?id= 2009 (diakses pada
tanggal 24 November 2009).

Jurnal Psikologi Volume 9 No 2, Desember 2011 59

Anda mungkin juga menyukai