Anda di halaman 1dari 30

LEMBAR KERJA MAHASISWA ( LKM ) 14 MATA KULIAH PATOFISIOLOGI

SISTEM PERSYARAFAN

Disusun Oleh :

GALI RAKA SIWI


NIM : 180203119

Dosen Pengampu : Suci Khasanah, S.Kep., Ns., M.Kep

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S.1 ILMU KEPERAWATAN

PURWOKERTO TAHUN AJARAN 2018/2019


LEMBAR KERJA MAHASISWA (LKM) 14

1. Jelaskan tentang anatomi dan fisiologi sistem persyarafan

Hampir semua fungsi pengendalian tubuh manusia dilakukan oleh sistem saraf. Secara
umum sistem saraf mengendlikan aktivitas tubuh yang cepat seperti kontraksi otot. Daya
kepekan dan daya hantaran merupakan sifat utama dari makhluk hidup dalam bereaksi terhadap
perubahan sekitarnya. Rangsangan ini disebut dengan stimulus. Reaksi yang dihasilkan
dinamakan respons. Dengan perantaraan zat kimia yang aktif atau melalui hormon melalui
tonjolan protoplasma dari satu sel berupa benang atau serabut. Sel ini dinamakan neuron.
Kemampuan khusus yang dimiliki oleh sel saraf seperti iritabilita, sensitivitas terhadap
stimulus, konduktivitas, dan kemampuan mentranmisi suatu respon terhadap stimulus diatur
oleh sistem saraf melalui 3 cara yaitu:

1) Input sensoris yaitu menerima sensasi atau stimulus melalui respor yang terletak di
tubuh, baik eksterneal maupun internal.
2) Akivitas intergratif yaitu respons mengubah stimulus mnjdi impuls listrik yang mejalar
sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis, kemudian menginterpretasikan
stimulus sehingga respons terhadap informasi dapat terjadi.
3) Out put yaitu impuls dari otak dan medulla spinalis memperoleh respons yang sesuai
dari otak dan kelenjar yang disebut dengan efektor

A. Bagian – Bagian Sel Saraf


Sel saraf terdiri dari Neuron dan Sel Pendukung
1) Neuron
Adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan
sitoplasma.
a. Badan sel atau perikarion
Suatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron. Bagian ini tersusun dari
komponen berikut :
 Satu nukleus tunggal, nucleolus yang menanjol dan organel lain seperti konpleks
golgi dan mitochondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentriol dan tidak dapat
bereplikasi.
 Badan nissi, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom bebas
serta berperan dalam sintesis protein.
 Neurofibril yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat melalui
mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.
b. Dendrit
Perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek serta berfungsi untuk
menghantar impuls ke sel tubuh.
c. Akson
Suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrite. Bagian ini
menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot atau kelenjar)
atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson.

Gambar 1. Stuktur Neuron


1) Sel Neuroglia
Neuroglia (berasal dari nerve glue) mengandung berbagai macam se yang secara
keseluruhan menyokong, melindungi, dan sumber nutrisi sel saraf pada otak dan
medulla spinalis, sedangkan sel Schwann merupakan pelindung dan penyokong neuron-
neuron diluar sistem saraf pusat. Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari sel-sel neuron
dengan perbandingan sekitar sepuluh banding satu. Ada empat sel neuroglia yang
berhasil diindentifikasi yaitu :
a) Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus panjang,
sebagian besar melekat pada dinding kapilar darah melalui pedikel atau “kaki
vascular”. Berfungsi sebagai “sel pemberi makan” bagi neuron yang halus. Badan
sel astroglia berbentuk bintang dengan banyak tonjolan dan kebanyakan berakhir
pada pembuluh darah sebagai kaki perivaskular. Bagian ini juga membentuk
dinding perintang antara aliran kapiler darah dengan neuron, sekaligus
mengadakan pertukaran zat diantara keduanya. Dengan kata lain, membantu
neuron mempertahankan potensial bioelektris yang sesuai untuk konduksi impuls
dan transmisi sinaptik. Dengan cara ini pula sel-sel saraf terlindungi dari substansi
yang berbahaya yang mungkin saja terlarut dalam darah, tetapi fungsinya sebagai
sawar darah otak tersebut masih memerlukan pemastian lebih lanjut, karena diduga
celah endothel kapiler darahlah yang lebih berperan sebagai sawar darah otak.
b) Oligodendrosit menyerupai astrosit, tetapi badan selnya kecil dan jumlah
prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek. Merupakan sel glia yang bertanggung
jawab menghasilkan myelin dalam susunan saraf pusat. Sel ini mempunyai lapisan
dengan subtansi lemak mengelilingi penonjolan atau sepanjang sel saraf sehingga
terbentuk selubung myelin.
c) Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan dipercaya memiliki
peran fagositik. Sel jenis ini ditemukan di seluruh sistem saraf pusat dan dianggap
berperan penting dalam proses melawan infeksi.
d) Sel ependimal membentuk membran spitelial yang melapisi rongga serebral dan
ronggal medulla spinalis. Merupakan neuroglia yang membatasi system ventrikel
sistem saraf pusat. Sel-sel inilah yang merupakan epithel dari Plexus Coroideus
ventrikel otak.

2) Selaput Myelin
Merupakan suatu kompleks protein lemak berwarna putih yang mengisolasi
tonjolan saraf. Mielin menghalangi aliran Natrium dan Kalium melintasi membran
neuronal dengan hamper sempurna. Selubung myelin tidak kontinu di sepanjang
tonjolan saraf dan terdapat celah-selah yang tidak memiliki myelin, dinamakan nodus
ranvier, Tonjolan saraf pada sumsum saraf pusat dan tepi dapat bermielin atau tidak
bermielin. Serabut saraf yang mempunyai selubung myelin dinamakan serabut myelin
dan dalam sistem saraf pusat dinamakan massa putih (substansia Alba). Serabut-serabut
yang tak bermielin terdapat pada massa kelabu (subtansia Grisea).
Myelin ini berfungsi dalam mempercepat penjalaran impuls dari transmisi di sepanjang
serabut yang tak bermyelin karena impuls berjalan dengan cara “meloncat” dari nodus
ke nodus lain di sepanjang selubung myelin. Cara transmisi seperti ini dinamakan
konduksi saltatorik.
Hal terpenting dalam peran myelin pada proses transmisi di sebaut saraf dapat
terlihat dengan mengamati hal yang terjadi jika tidak lagi terdapat myelin disana. Pada
orang-orang dengan Multiple Sclerosis, lapisan myelin yang mengelilingi serabut saraf
menjadi hilang. Sejalan dengan hal itu orang tersebut mulai kehilangan kemampuan
untuk mengontrol otot-otonya dan akhirnya menjadi tidak mampu sama sekali.

Gambar 2. Struktur Myelin dan Nodus Ranvier


1. Synaps
Synaps merupakan tempat dimana neuron mengadakan kontak dengan neuron
lain atau dengan organ-organ efektor, dan merupakan satu-satunya tempat dimana
suatu impuls dapat lewat dari suatu neuron ke neuron lainnya atau efektor. Ruang
antara satu neuron dan neuron berikutnya dikenal dengan celah sinaptik (Synaptic
cleft). Neuron yang menghantarkan impuls saraf menuju sinaps disebut neuron
prasinaptik dan neuron yang membawa impuls dari sinaps disebut neuron
postsinaptik.

Gambar 3 Sinaps dari Neuron


Sinaps sangat rentan terhadap perubahan kondisi fisiologis :
1. Alkalosis
Diatas PH normasl 7,4 meningkatkan eksitabilitas neuronal. Pada PH 7,8 konvulsi
dapat terjadi karena neuron sangat mudah tereksitasi sehingga memicu output secara
spontan.
2. Asidosis
Dibawah PH normal 7,4 mengakibatkan penurunan yang sangat besar pada output
neuronal. Penurunan 7,0 akan mengakibatkan koma.
3. Anoksia
Atau biasa yang disebut deprivasi oksigen, mengakibatkan penurunan eksitabilitas
neuronal hanya dalam beberapa detik.
4. Obat-obatan
Dapat meningkatkan atau menurunkan eksitabilitas neuronal.
o Kafein menurunkan ambang untuk mentransmisi dan mempermudah aliran
impuls.
o Anestetik local (missal novokalin dan prokain) yang membekukan suatu area
dapat meningkatkan ambang membrane untuk eksitasi ujung saraf.
o Anastetik umum menurunkan aktivasi neuronal di seluruh tubuh.

2. Impuls Saraf
Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan
terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Gerak sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau
disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang
panjang. Bagannya adalah sebagai berikut.
Impuls > Reseptor > Saraf Sensorik > Otak > Saraf Motorik > Efektor (Otot)

b. Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang
menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak
melewati otak. Contoh gerak refleks adalah sebagai berikut:
1) Terangkatnya kaki jika terinjak sesuatu.
2) Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing yang masuk
ke mata.
3) Menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.
4) Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba terjatuh.
5) Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi.

3. Pembagian Sistem Saraf

Bagan 1. Pembagian sistem syaraf.

Sistem saraf dibagi dua yakni :


o Saraf Pusat berupa Otak dan Medulla Spinalis.
o Saraf Tepi

4. Saraf Pusat Manusia


Sistem saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi pada tubuh, baik
gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua organ utama yang menjadi penggerak sistem
saraf pusat adalah otak dan sumsum tulang belakang.
Otak manusia merupakan organ vital yang harus dilindungi oleh tulang
tengkorak.Sementara itu, sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang
belakang.Otak dan sumsum tulang belakang sama-sama dilindungi oleh suatu membran
yang melindungi keduanya.Membran pelindung tersebut dinamakan meninges.Meninges
dari dalam keluar terdiri atas tiga bagian, yaitu piameter, arachnoid, dan
durameter.Cairan ini berfungsi melindungi otak atau sumsum tulang belakang dari
goncangan dan benturan. Selaput ini terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
a) Piamater. Merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem saraf
pusat.Lapisan ini banyak sekali mengandung pembuluh darah.
b) Arakhnoid. Lapisan ini berupa selaput tipis yang berada di antara piamater dan
duramater.
c) Duramater. Lapisan paling luar yang terhubung dengan tengkorak.Daerah di antara
piamater dan arakhnoid diisi oleh cairan yang disebut cairan serebrospinal.Dengan
adanya lapisan ini, otak akan lebih tahan terhadap goncangan dan benturan dengan
kranium. Kadangkala seseorang mengalami infeksi pada lapisan meninges, baik
pada cairannya ataupun lapisannya yang disebut meningitis.

Gambar 4 Lapisan Otak

1) Otak
Otak merupakan organ yang telah terspesialisasi sangat kompleks. Berat total
otak dewasa adalah sekitar 2% dari total berat badannya atau sekitar 1,4 kilogram
dan mempunyai sekitar 12 miliar neuron. Pengolahan informasi di otak dilakukan
pada bagian-bagian khusus sesuai dengan area penerjemahan neuron sensorik.
Permukaan otak tidak rata, tetapi berlekuk-lekuk sebagai pengembangan neuron
yang berada di dalamnya. Semakin berkembang otak seseorang, semakin banyak
lekukannya. Lekukan yang berarah ke dalam (lembah) disebut sulkus dan lekukan
yang berarah ke atas (gunungan) dinamakan girus.
Otak mendapatkan impuls dari sumsum tulang belakang dan 12 pasang saraf
kranial. Setiap saraf tersebut akan bermuara di bagian otak yang khusus. Otak
manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak
belakang. Para ahli mempercayai bahwa dalam perkembangannya, otak vertebrata
terbagi menjadi tiga bagian yang mempunyai fungsi khas. Otak belakang berfungsi
dalam menjaga tingkah laku, otak tengah berfungsi dalam penglihatan, dan otak
depan berfungsi dalam penciuman.

Gambar 5. Otak
a) Prosencephalon
Prosencephalon terdiri atas cerebrum, talamus, dan hipotalamus.
1) Cerebrum
Merupakan bagian terbesar dari otak, yaitu mencakup 85% dari volume seluruh
bagian otak. Bagian tertentu merupakan bagian paling penting dalam penerjemahan
informasi yang Anda terima dari mata, hidung, telinga, dan bagian tubuh lainnya.
Bagian otak besar terdiri atas dua belahan (hemisfer), yaitu belahan otak kiri dan
otak kanan. Setiap belahan tersebut akan mengatur kerja organ tubuh yang
berbeda.besar terdiri atas dua belahan, yaitu hemisfer otak kiri dan hemisfer otak
kanan. Otak kanan sangat berpengaruh terhadap kerja organ tubuh bagian kiri, serta
bekerja lebih aktif untuk pengerjaan masalah yang berkaitan dengan seni atau
kreativitas. Bagian otak kiri mempengaruhi kerja organ tubuh bagian kanan serta
bekerja aktif pada saat Anda berpikir logika dan penguasaan bahasa atau
komunikasi. Di antara bagian kiri dan kanan hemisfer otak, terdapat jembatan
jaringan saraf penghubung yang disebut dengan corpus callosum.

Gambar 6. Belahan pada Prosencephalon


2) Talamus
Mengandung badan sel neuron yang melanjutkan informasi menuju otak besar.
Talamus memilih data menjadi beberapa kategori, misalnya semua sinyal sentuhan
dari tangan. Talamus juga dapat menekan suatu sinyal dan memperbesar sinyal
lainnya. Setelah itu talamus menghantarkan informasi menuju bagian otak yang
sesuai untuk diterjemahkan dan ditanggapi.
3) Hipotalamus
Mengontrol kelenjar hipofisis dan mengekspresikan berbagai macam hormon.
Hipotalamus juga dapat mengontrol suhu tubuh, tekanan darah, rasa lapar, rasa haus,
dan hasrat seksual. Hipotalamus juga dapat disebut sebagai pusat kecanduan karena
dapat dipengaruhi oleh obatobatan yang menimbulkan kecanduan, seperti
amphetamin dan kokain. Pada bagian lain hipotalamus, terdapat kumpulan sel
neuron yang berfungsi sebagai jam biologis. Jam biologis ini menjaga ritme tubuh
harian, seperti siklus tidur dan bangun tidur. Di bagian permukaan otak besar
terdapat bagian yang disebut telensefalon serta diensefalon. Pada bagian diensefalon,
terdapat banyak sumber kelenjar yang menyekresikan hormon, seperti hipotalamus
dan kelenjar pituitari (hipofisis). Bagian telensefalon merupakan bagian luar yang
mudah kita amati dari model torso
Gambar 7. Pembagian Fungsi pada Cerebrum

Beberapa bagian dari hemisfer mempunyai tugas yang berbeda terhadap


informasi yang masuk.Bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut.
a. Temporal, berperan dalam mengolah informasi suara.
b. Oksipital, berhubungan dengan pengolahan impuls cahaya dari penglihatan.
c. Parietal, merupakan pusat pengaturan impuls dari kulit serta berhubungan dengan
pengenalan posisi tubuh.
d. Frontal, merupakan bagian yang penting dalam proses ingatan dan perencanaan
kegiatan manusia.

b) Mesencephalon
Mesencephalon merupakan bagian terkecil otak yang berfungsi dalam
sinkronisasi pergerakan kecil, pusat relaksasi dan motorik, serta pusat pengaturan
refleks pupil pada mata. Mesencephalon terletak di permukaan bawah cerebrum.
Pada mesencephalon terdapat lobus opticus yang berfungsi sebagai pengatur gerak
bola mata.Pada bagian mesencephalon, banyak diproduksi neurotransmitter yang
mengontrol pergerakan lembut. Jika terjadi kerusakan pada bagian ini, orang akan
mengalami penyakit parkinson. Sebagai pusat relaksasi, bagian mesencephalon
banyak menghasilkan neurotransmitter dopamin.
c) Myelencephalon
Myelencephalon tersusun atas cerebellum, medula oblongata, dan pons
varoli. Myelencephalon berperan dalam keseimbangan tubuh dan koordinasi
gerakan otot. Myecenphalon akan mengintegrasikan impuls saraf yang diterima
dari sistem gerak sehingga berperan penting dalam menjaga keseimbangan tubuh
pada saat beraktivitas. Kerja myelencephalon berhubungan dengan sistem
keseimbangan lainnya, seperti proprioreseptor dan saluran keseimbangan di
telinga yang menjaga keseimbangan posisi tubuh. Informasi dari otot bagian kiri
dan bagian kanan tubuh yang diolah di bagian cerebrumakan diterima oleh
cerebellum melalui jaringan saraf yang disebut pons varoli. Di bagian cerebellum
terdapat saluran yang menghubungkan antara otak dengan sumsum tulang
belakang yang dinamakan medula oblongata.Medula oblongata berperan pula
dalam mengatur pernapasan, denyut jantung, pelebaran dan penyempitan
pembuluh darah, gerak menelan, dan batuk.Batas antara medula oblongata dan
sumsum tulang belakang tidak jelas.Oleh karena itu, medula oblongata sering
disebut sebagai sumsum lanjutan.

Gambar 8. Cerebellum, pons varoli, dan medula oblongata


Pons varoli dan medula oblongata, selain berperan sebagai pengatur sistem
sirkulasi, kecepatan detak jantung, dan pencernaan, juga berperan dalam
pengaturan pernapasan. Bahkan, jika otak besar dan otak kecil seseorang rusak,
ia masih dapat hidup karena detak jantung dan pernapasannya yang masih normal.
Hal tersebut dikarenakan fungsi medula oblongata yang masih baik.Peristiwa ini
umum terjadi pada seseorang yang mengalami koma yang
berkepanjangan.Bersama otak tengah, pons varoli dan medula oblongata
membentuk unit fungsional yang disebut batang otak (brainstem).
2) Medulla Spinalis
Medulla spinalis merupakan perpanjangan dari sistem saraf pusat. Seperti halnya
dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh tengkorak kepala yang
keras,medulaspinalis juga dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Medula spinalis
memanjang dari pangkal leher, hingga ke selangkangan. Bila medula spinalis ini
mengalami cidera ditempat tertentu, maka akan mempengaruhi sistem saraf disekitarnya,
bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan di area bagian bawah tubuh, seperti anggota
gerak bawah (kaki).
Secara anatomis, medula spinalis merupakan kumpulan sistem saraf yang dilindungi
oleh ruas-ruas tulang belakang.Sumsum tulang belakang atau biasa disebut medulla
spinalis ini, merupakan kumpulan sistem saraf dari dan ke otak. Secara rinci, ruas-ruas
tulang belakang yang melindungi medula spinalis ini adalah sebagai berikut:
Medulla spinalis terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yang terdiri dari 7 pasang dari
segmen servikal, 12 pasang dari segmen thorakal, 5 pasang dari segmen lumbalis, 5
pasang dari segmen sacralis dan 1 pasang dari segmen koxigeus

Gambar 9. Medula Spinalis

1) Vertebra Servikalis (ruas tulang leher) yang berjumlah 7 buah dan membentuk
daerah tengkuk.
2) Vertebra Torakalis (ruas tulang punggung) yang berjumlah 12 buah dan
membentuk bagian belakang torax atau dada.
3) Vertebra Lumbalis (ruas tulang pinggang) yang berjumlah 5 buah dan membentuk
daerah lumbal atau pinggang.
4) Vertebra Sakralis (ruas tulang kelangkang) yang berjumlah 5 buah dan membentuk
os sakrum (tulang kelangkang).
5) Vertebra koksigeus (ruas tulang tungging) yang berjumlah 4 buah dan membentuk
tulang koksigeus (tulang tungging)

5. Saraf Tepi Manusia


Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf medula
spinalis.Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan serabut saraf medula
spinalis keluar dari sela-sela ruas tulang belakang. Tiap pasang serabut saraf otak akan
menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke hidung, mata, telinga, dan sebagainya. Sistem
saraf tepi terdiri atas serabut saraf sensorik dan motorik yang membawa impuls saraf
menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi dibagi menjadi dua, berdasarkan
cara kerjanya, yaitu sebagai berikut.

1) Sistem Saraf Sadar


Sistem saraf sadar bekerja atas dasar kesadaran dan kemauan kita.Ketika Anda
makan, menulis, berbicara, maka saraf inilah yang mengkoordinirnya.Saraf ini
mene-ruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, dan meneruskan impuls dari
sistem saraf pusat ke semua otot kerangka tubuh. Sistem saraf sadar terdiri atas 12
pasang saraf kranial, yang keluar dari otak dan 31 pasang saraf spinal yang keluar
dari sumsum tulang belakang 31 pasang saraf spinal. Saraf-saraf spinal tersebut
terdiri atas gabungan saraf sensorik dan motorik. Dua belas pasang saraf kranial
tersebut, antara lain sebagai berikut.
a) Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini merupakansaraf
sensori.
b) Saraf okulomotori, troklear, abdusen, spinal, hipoglosal. Kelima saraf tersebut
merupakan saraf motorik.
c) Saraf trigeminal, fasial, glossofaringeal, dan vagus. Keempat saraf tersebut
merupakan saraf gabungan dari saraf sensorik dan motorik.Agar lebih memahami
tentang jenis-jenis saraf kranial.
2) Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom)
Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah
kehendak saraf pusat.Contoh gerakan tersebut misalnya denyut jantung, perubahan
pupil mata, gerak alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain-lain.Kerja saraf
otonom ternyata sedikit banyak dipengaruhi oleh hipotalamus di otak. Coba Anda
ingat kembali fungsi hipotalamus yang sudah dijelaskan di depan. Apabila
hipotalamus dirangsang, maka akan berpengaruh terhadap gerak otonom seperti
contoh yang telah diambil, antara lain mempercepat denyut jantung, melebarkan
pupil mata, dan menghambat kerja saluran pencernaan.Sistem saraf otonom ini
dibedakan menjadi dua.
1. Saraf Simpatik
Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf ini terutama
untuk memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah
menghambat kerja organ tubuh. Fungsi memacu, antara lain mempercepat
detak jantung, memperbesar pupil mata, memperbesar bronkus. Adapun fungsi
yang menghambat, antara lain memperlambat kerja alat pencernaan,
menghambat ereksi, dan menghambat kontraksi kantung seni.
2. Sistem Saraf Parasimpatik
Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan dengan
saraf simpatik. Saraf parasimpatik memiliki fungsi, antara lain menghambat
detak jantung, memperkecil pupil mata, memperkecil bronkus, mempercepat
kerja alat pencernaan, merangsang ereksi, dan mepercepat kontraksi kantung
seni. Karena cara kerja kedua saraf itu berlawanan, makamengakibatkan keadaan
yang normal.
2. Jelaskan tentang penyakit multiplescrerosis meliputi penyebab,patogenesis,
patofisiologi,tanda gejala, komplikasi, pemeriksaan diagnosis, dan
managementnya.

1. Pengertian.

Multipel sklerosis yang dulu disebut juga sklerosis diseminasi adalah

penyakit degeneratif, bersifat kronis dan progresif yang merusak myelin pada

sususan saraf pusat (Hickey, 2008)

Multiple sclerosis (MS) merupakan keadaan kronis, penyakit

degeneratif dikarakteristikkan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak

dan medulla spinalis. Demielinasi menunjukkan kerusakan myelin yaklni

adanya material lunak dan protein disekitar serabut-serabut saraf otak. Myelin

adah Substansi putih yang menutupi serabut saraf yang berperan dalam

konduksi saraf normal (konduksi salutatory).

MS merupakan salah satu gangguan neurologik dimana onset terjadinya

multipel sklerosis rata-rata terjadi di usia 20 dan 40 tahun. Multipel sklerosis

umumnya terjadi pada usia dewasa muda dan sekitar 20% mengalami onset

awal di usia 40 dan 50 tahun. Penyakit ini lebih sering terjadi wanita dari pada

pria. sklerosis multipel berasal dari banyaknya daerah jaringan parut (sklerosis)

yang mewakili berbagai bercak demielinasi dalam sistem saraf. Pertanda

neurologis yang mungkin dan gejala dari sklerosis multipel sangat beragam

sehingga penyakit ini tidak terdiagnosis ketika gejala pertamanya muncul.

2. Etiologi

Penyebab terjadi multipel sklerosis masih belum diketahui secara pasti.

Namun, para ilmuwan memperkirakan bahwa terdapat beberapa faktor

penyebab terjadinya multipel sklerosis. Penyebab MS belum diketahui secara


pasti namun ada dugaan berkaitan dengan virus dan mekanisme autoimun

(Clark, 1991).

Kerusakan myelin pada MS mungkin terjadi akibat respon abnormal dari

sistem kekebalan tubuh, yang seharusnya melindungi tubuh dari serangan

organisme berbahaya (bakteri dan virus).

- Gangguan autoimun (kemungkinan dirangsang / infeksi virus)

- Genetik

- Kelainan pada unsur pokok lipid mielin

- Racun yang beredar dalam CSS

- Infeksi virus pada SSP

Ada beberapa Faktor-faktor pemicu dan yang dapat memperburuk

(eksaserbasi ) multipel sklerosis yaitu :

- Kehamilan

- Infeksi yang disertai demam

- Stress emosional

- Cedera

3. Klasifikasi.

Relapsing Remitting sklerosis multipel

Ini adalah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir usia

belasan atau dua puluhan tahun diawali dengan suatu erangan hebat yang

kemudian diikuti dengan kesembuhan semu.Yang dimaksud dengan

kesembuhan semu adalah setelah serangan hebat penderita terlihat

pulih.Namun sebenarnya,tingkat kepulihan itu tidak lagi sama dengan

tingkat kepulihan sebelum terkena serangan.sebenarnya kondisinya adalah

sedikit demi sedikit semakin memburuk.jika sebelum terkena serangan


hebat pertama penderita memiliki kemampuan motorik dan sensorik,

Hampir 70% penderita sklerosis multipel pada awalnya mengalami kondisi

ini, setelah beberapa kali mengalami serangan hebat, jenis sklerosis

multipel ini akan berubah menjadi Secondary Progressiv sklerosis

multipel.

Primary Progresssiv MS

Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk ada saat –

saat penderita tidak mengalami penurunan kondisi, namun jenis sklerosis

multipel ini tidak mengenal istilah kesembuhan semu. Tingkat

progresivitanya beragam pada tingakatan yang paling parah, penderita

sklerosis multipel jenis ini biasa berakhir dengan kematian.

Secondary Progressiv sklerosis multipel

Ini adalah kondisi lanjut dari Relapsing Remitting sklerosis multipel.

Pada jenis ini kondisi penderita menjadi serupa pada kondisi penderita

Primary Progresssiv sklerosis multipel.

Progressiv sklerosis multipel

Sekitar 20% penderita sklerosis multipel jinak ini. Pada jenis sklerosis

multipel ini penderita mampu menjalani kehidupan seperti orang sehat

tanpa begantung pada siapapun. Serangan – serangan yang diderita pun

umumnya tidak pernah berat sehingga para penderita sering tidak

menyadari bahwa dirinya menderita sklerosis multipel.


4. Patofisiologi.

Neuron atau sel saraf memiliki sebuah badan sel. Terdapat dua macam

serabut saraf yang keluar dari badan sel yaitu dendrit dan akson. Dendrit

berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf sedangkan akson berfungsi

mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan yang lain. Akson ditutupi oleh

lapisan lemak yang disebut lapisan myelin. Myelin merupakan kumpulan sel

Schwan yang berfungsi melindungi akson dan memberikan nutrisi. Sel Schwan

adalah sel glia yang membentuk selubung lemak. Myelin menfasilitasi dalam

konduksi saraf.

Pada kasus multipel sklerosis pemicu terjadinya kerusakan myelin

belum diketahui secara pasti. Namun suatu teori menyatakan bahwa adanya

serangan reaksi autoimun yang disebabkan oleh infeksi virus dan toksin

lingkungan serta dipengaruhi oleh faktor genetik individu. Respon imun

memicu kerusakan selaput myelin yang menyelimuti saraf pusat. Proses yang

disebut demyelinasi ini disertai dengan edema dan inflamasi. Adanya inflamasi

kronis dan terbentuknya jaringan parut menyebabkan konduksi impuls saraf

menjadi terganggu atau menjadi lambat. Antibodi myelin protein spesifik

ditemukan di serum dan cairan serebrospinal pada pasien yang menderita

multipel sklerosis. Sel T limfosit merusak myelin juga dilibatkan dalam proses

autoimun untuk merusak myelin dan terjadi inflamasi. Remyelinasi sel saraf

dapat terjadi tapi prosesnya lambat dan dapat terjadi perbaikan sehingga gejala

yang terjadi dapat berkurang.


5. Tanda dan gejala.

Gejala tergantung pada jumlah dan jenis sel saraf yang rusak. Gejala

penyakit mungkin sangat beragam dari satu orang ke orang lain. Gejala yang

melibatkan sistem saraf pusat mungkin meliputi:

 Kehilangan indra, biasanya merupakan gejala awal.

 Masalah mata: penglihatan buram atau ganda, biasanya pada salah satu

mata, sering kali beserta dengan rasa sakit dalam pergerakan mata.

 Masalah mobilitas: kram otot, lengan atau kaki lemas, kecanggungan,

kehilangan keseimbangan, kejang.

 Gangguan sistem saraf otonomi: kehilangan kendali kantung kemih dan

usus, disfungsi seksual.

 Tutur kata tidak jelas.

 Depresi.

6. Komplikasi

Komplikasi yang biasanya terjadi pada multiple skleriosis adalah :

1. Disfungsi pernafasan

2. Infeksi kandung kemih, system pernafasan dan sepsis

3. Komplikasi dari imobilitas

7. Pemriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan elektroforesis terhadap CSS : Untuk mengungkapkan adanya


ikatan oligoklonal ( beberapa pita imunoglobulin G [ IgG ] ), yang
menunjukkan abnormalitas immunoglobulin.
b. Pemeriksaan potensial bangkitan : dilakukan untuk memebantu
memastikan luasnya proses penyakit dan dan memantau perubahan
penyakit.
c. CT scan : dapat menunjukkan atrofi serabral
d. MRI untuk memperlihatkan plak-plak kecil dan untuk mengevaluasi
perjalanan penyakit dan efek pengobatan.
e. Pemeriksaan urodinamik untuk mengetahui disfungsi kandung kemih
f. Pengujian neuropsikologik dapat diindikasikan untuk mengkaji kerusakan
kognitif. ( Mutaqin Arif, Asuhan keperawatan klien dangan gangguan
system persyarafan,( 2008 ) hal 216 ).
8. Management.

Tujuan dari pengobatan atau penatalaksanaan multiple sklerosis adalah


menghilangkan gejala dan membantu fungsi klien.

A. Penatalaksanaan farmakoterapi
1. Terapi obat untuk fase akut :
Kortikosteroid dan ACTH : Digunakan sebagai agens anti-
inflamasi yang dapat meningkatkan konduksi saraf. Pemberian awal
dapat dimulai dari Metilprednisolon 0.5-1 g IV selama 3 -7 hari dan
dosisnya diturunkan 60mg perhari selama 3 hari berturut-turut
sampai 10 mg per hari. Dosis oral dapat diberikan sama dengan IV
kecuali penurunan dosis 60 mg selama 5-7 hari.
2. Terapi obat untuk menurunkan jumlah kekambuhan
Beta interferon ( betaseron ) : Digunakan dalam perjalanan
relapsing-remittting, dan juga menurunkan secara signifikan jumlah
dan beratnya eksaserbasi. Interferon tidak dapat diberikan dengan
dosis tunggal tetapi harus di kombinasikan dengan 3 jenis obat yaitu
alfa, beta dan gamma interferon. Alfa dan beta diproduksi dari sel
yang terinfeksi virus. Beta interferon menurunkan frekuensi
kambuhnya MS. Rute pemberian obat melalui subkutan dan lebih
baik lagi pemberian melalui intratekal atau IM. Dosis pada orang
dewasa 3-9 juta unit SC 3x/minggu selama 6 bulan. Obat lain yang
dapat menurunkan frekuensi kambuhnya MS adalah : copolymer 1
dan azathioprine.
3. Baklofen : sebagai agens antispasmodic merupakan pengobatan
yang dipilih untuk spastisitas. Klien dengan spastisitas beret dan
kontraktur memerlukan blok saraf dan intervensi pembedahan untuk
mencegah kecacatan lebih lanjut.
4. Imunosupresan (immunosuppressant) dapat menstabilkan kondisi
penyakit
5. Terapi obat lain : cycloscospamid, total limpoid irradiation ( TLI).
B. Terapi suportif
Terapi suportif diberikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
mempertahankan kondisi pasien agar tetap stabil. Fisioterapi dan terapi
okupasi diberikan untuk mempertahankan tonus dan kekuatan otot serta
ditambah dengan obat untuk relaksasi otot untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan nyeri karna spastik.
C. Blok saraf dan pembedahan : Dilakukan jika terjadi spastisitas berat
dan kontraktur untuk mencegah kerusakan lebih lanjut

3. Jelaskan tentang penyakit parkinson’s disease meliputi penyebab,


patogenesis, patofisiologis, tanda gejala, komplikasi, pemeriksaan diagnosis,
dan managementnya.
1. Pengertian.

Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif sistem

ekstrapiramidal yang merupakan bagian dari parkinsonism yang secara

patologis ditandai oleh adanya degenerasi ganglia basalis terutama di substansia

nigra pars kompakta (SNC) yang disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik

(lewy bodies).

Parkinsonism adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor pada waktu

istirahat, rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat penurunan

dopamin dengan berbagai macam sebab.

2. Etiologi.

In Parkinson's disease, certain nerve cells (neurons) in the brain gradually

break down or die. Many of the symptoms are due to a loss of neurons that
produce a chemical messenger in your brain called dopamine. When dopamine

levels decrease, it causes abnormal brain activity, leading to symptoms of

Parkinson's disease.

The cause of Parkinson's disease is unknown, but several factors appear

to play a role, including:

 Your genes. Researchers have identified specific genetic mutations that

can cause Parkinson's disease. But these are uncommon except in rare

cases with many family members affected by Parkinson's disease.

However, certain gene variations appear to increase the risk of Parkinson's

disease but with a relatively small risk of Parkinson's disease for each of

these genetic markers.

 Environmental triggers. Exposure to certain toxins or environmental

factors may increase the risk of later Parkinson's disease, but the risk is

relatively small.

Researchers have also noted that many changes occur in the brains of

people with Parkinson's disease, although it's not clear why these changes

occur. These changes include:

 The presence of Lewy bodies. Clumps of specific substances within

brain cells are microscopic markers of Parkinson's disease. These are

called Lewy bodies, and researchers believe these Lewy bodies hold an

important clue to the cause of Parkinson's disease.


 Alpha-synuclein is found within Lewy bodies. Although many

substances are found within Lewy bodies, scientists believe an important

one is the natural and widespread protein called alpha-synuclein (a-

synuclein). It's found in all Lewy bodies in a clumped form that cells can't

break down. This is currently an important focus among Parkinson's

disease researchers.

3. Patofisiologi.

Parkinson’s disease is a manifestation of dopaminergic neuron depletion

over time. Dopamine is a neurotransmitter in the brain. Dopamine is produced

in the dopaminergic neurons in the ventral tegmental area (VTA) of the

midbrain, the substantia nigra pars compacta, and the arcuate nucleus of the

hypothalamus.

By the time the diagnosis of Parkinson’s is finally made, most patients

have already lost about 50 to 70 percent of the dopaminergic neurons of the

substantia nigra, which is part of a group of nuclei responsible for relaying and

refining multiple circuits in the brain, called the basal ganglia. The prodromal

stage for PD is lengthy, with nonspecific symptoms such as constipation,

depression, and sleep disorders appearing long before motor symptoms arise.

The early symptoms of PD are often vague and easily attributed to other causes,

however, and PD is not usually diagnosed until motor symptoms become

apparent.

The significant neuronal loss of substantia nigra leads to depletion of

dopamine production. Recent thinking about PD by Dr. Heiko Braak suggests


that Lewy bodies (misfolded clumps or aggregates inside a nerve cell of a

protein called alpha-synuclein) may be behind the death of the dopaminergic

cells. This hypothesis suggests PD may actually be caused by misfolding of

proteins or errors in the cellular “cleanup” mechanism to break down these

proteins, similar to the tangled tau proteins seen in Alzheimer’s disease. In PD,

the accumulation of Lewy bodies within the neuron damages them, depleting

the amount of dopamine that is produced. As this neurotransmitter is depleted,

the basal ganglia circuitry, which facilitates normal movement, is disrupted.

Other neurotransmitters are also implicated in Parkinson’s disease. In the

pathway of progression proposed by Dr. Braak and his team of

neuropathologists, PD begins in the medulla oblongata, where norepinephrine

is made. Alpha-synuclein deposition then progressively increases. As the

disease progresses, the substantia nigra is affected and dopamine loss occurs.

From there, as the cortex gets involved, depletion of acetylcholine and other

neurotransmitters occurs.

The progressive depletion of all the neurotransmitters is likely why PD

has so many different symptoms. When serotonin is depleted, for example,

people with PD develop anxiety, depression, and sleep issues. The lack of

norepinephrine accounts for a nonmotor symptom called rapid eye movement

behavior disorder (REMBD); the lack of acetylcholine affects cognition.

Previous researchers believed PD originates in the substantia nigra. The

Braak hypothesis suggests the disease begins long before it reaches the

substantia nigra. This alternative explanation is supported by the chronological

appearance of autonomic, motor, and cognitive symptoms as the disease


progresses. The Braak hypothesis opens the way for research into earlier

detection and possible biomarkers by looking at nonmotor symptoms and alpha-

synuclein levels.

4. Tanda dan gejala

Parkinson's disease signs and symptoms can be different for everyone.

Early signs may be mild and go unnoticed. Symptoms often begin on one side

of your body and usually remain worse on that side, even after symptoms begin

to affect both sides. Parkinson's signs and symptoms may include:

 Tremor. A tremor, or shaking, usually begins in a limb, often your hand or

fingers. You may a rub your thumb and forefinger back-and-forth, known as

a pill-rolling tremor. Your hand may tremor when it's at rest.

 Slowed movement (bradykinesia). Over time, Parkinson's disease may

slow your movement, making simple tasks difficult and time-consuming.

Your steps may become shorter when you walk. It may be difficult to get out

of a chair. You may drag your feet as you try to walk.

 Rigid muscles. Muscle stiffness may occur in any part of your body. The

stiff muscles can be painful and limit your range of motion.

 Impaired posture and balance. Your posture may become stooped, or you

may have balance problems as a result of Parkinson's disease.

 Loss of automatic movements. You may have a decreased ability to perform

unconscious movements, including blinking, smiling or swinging your arms

when you walk.


 Speech changes. You may speak softly, quickly, slur or hesitate before

talking. Your speech may be more of a monotone rather than with the usual

inflections.

 Writing changes. It may become hard to write, and your writing may appear

small.

5. Komplikasi.

Parkinson's disease is often accompanied by these additional problems,

which may be treatable:

 Thinking difficulties. You may experience cognitive problems

(dementia) and thinking difficulties. These usually occur in the later stages

of Parkinson's disease. Such cognitive problems aren't very responsive to

medications.

 Depression and emotional changes. You may experience depression,

sometimes in the very early stages. Receiving treatment for depression can

make it easier to handle the other challenges of Parkinson's disease.

You may also experience other emotional changes, such as fear, anxiety or

loss of motivation. Doctors may give you medications to treat these symptoms.

 Swallowing problems. You may develop difficulties with swallowing as

your condition progresses. Saliva may accumulate in your mouth due to

slowed swallowing, leading to drooling.

 Chewing and eating problems. Late-stage Parkinson's disease affects the

muscles in your mouth, making chewing difficult. This can lead to

choking and poor nutrition.


 Sleep problems and sleep disorders. People with Parkinson's disease

often have sleep problems, including waking up frequently throughout the

night, waking up early or falling asleep during the day.

People may also experience rapid eye movement sleep behavior disorder,

which involves acting out your dreams. Medications may help your sleep

problems.

 Bladder problems. Parkinson's disease may cause bladder problems,

including being unable to control urine or having difficulty urinating.

 Constipation. Many people with Parkinson's disease develop

constipation, mainly due to a slower digestive tract.

6. Pemeriksaan diagnostik.

No specific test exists to diagnose Parkinson's disease. Your doctor trained

in nervous system conditions (neurologist) will diagnose Parkinson's disease

based on your medical history, a review of your signs and symptoms, and a

neurological and physical examination. Your doctor may suggest a specific

single-photon emission computerized tomography SPECT scan called a

dopamine transporter (DAT) scan. Although this can help support the suspicion

that you have Parkinson's disease, it is your symptoms and neurologic

examination that ultimately determine the correct diagnosis. Most people do not

require a DAT scan.

Your doctor may order lab tests, such as blood tests, to rule out other

conditions that may be causing your symptoms.


Imaging tests — such as MRI, CT, ultrasound of the brain, and PET scans

— may also be used to help rule out other disorders. Imaging tests aren't

particularly helpful for diagnosing Parkinson's disease.

In addition to your examination, your doctor may give you carbidopa-

levodopa (Rytary, Sinemet, others), a Parkinson's disease medication. You must

be given a sufficient dose to show the benefit, as low doses for a day or two

aren't reliable. Significant improvement with this medication will often confirm

your diagnosis of Parkinson's disease.

Sometimes it takes time to diagnose Parkinson's disease. Doctors may

recommend regular follow-up appointments with neurologists trained in

movement disorders to evaluate your condition and symptoms over time and

diagnose Parkinson's disease.

7. Management

Pasien dengan gejala awal penyakit parkinson dapat dipertimbangkan

untuk pengobatan dengan levodopa yang dikombinasi dengan inhibitor dopa

dekarboksilase. Kombinasi ini memberikan manfaat terbesar dengan efek

merugikan jangka pendek yang paling sedikit.5,6

a. Pasien dengan gejala awal penyakit parkinson dapat dipertimbangkan

untuk pengobatan dengan oral/transdermal agonis dopamin.6 Agonis

dopamin juga sebagai tambahan levodopa pada pasien yang memburuk dan

pada mereka yang mengalami fluktuasi dalam respon terhadap levodopa.5

b. Pasien dengan gejala awal penyakit parkinson dapat dipertimbangkan

untuk pengobatan dengan Inhibitor monoamine oxidase B.6 Inhibitor


monoamine oxidase B seperti rasagiline dan selegiline memberikan manfaat

sebagai tambahan untuk levodopa pada pasien yang mengalami fluktuasi

motorik.5

c. Obat antikolinergik sebaiknya tidak digunakan sebagai pengobatan lini

pertama pada pasien penyakit parkinson.6 Obat antikolinergik digunakan

untuk pengobatan tremor saat istirahat. Namun, tidak terlalu efektif untuk

bradikinesia, kekakuan, gangguan cara berjalan atau fitur lain dari penyakit

parkinson. Oleh karena itu, antikolinergik biasanya disediakan untuk

pengobatan tremor yang tidak terkontrol dengan obat-obat dopaminergik.5

Pengobatan penyakit parkinson tahap lanjut

a. Agonis dopamin (oral/transdermal) dapat dipertimbangkan untuk

pengelolaan komplikasi motorik pada pasien penyakit Parkinson lanjut.6

b. Inhibitor monoamine oxidase B dapat dipertimbangkan untuk pengobatan

komplikasi motorik pada pasien penyakit Parkinson lanjut.6

c. Inhibitor Catekol-o-metil transferase (COMT) dapat dipertimbangkan pada

pasien dengan penyakit parkinson tingkat lanjut yang memiliki fluktuasi

motorik.6 Inhibitor catekol-o-metil transferase (COMT) seperti entacapone

dan tolcapone juga dapat digunakan untuk meningkatkan waktu paruh

levodopa, sehingga memberikan efek levodopa ke otak dalam waktu yang

lebih lama.

Anda mungkin juga menyukai