Anda di halaman 1dari 21

ABSTRAK

Pengantar:
Berbagai jenis tiroiditis yang berbeda dapat menimbulkan beberapa fitur klinis
dan biokimia yang sama. Dengan intervensi yang tepat waktu dapat secara signifikan
mengurangi morbiditas dan mortalitas.

Tujuan:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan frekuensi berbagai jemis
tiroiditis, mempelajari fitur-fitur sitomorfologis dan dihubungkan dengan berbagai
temuan klinis termasuk temuan radiologis, tes fungsi tiroid, dan antibodi peroksidase
anti-tiroid (antibodi Anti-TPO).

Material dan metode:


Penelitian ini melibatkan 110 kasus tiroiditis berturut-turut. Perincian dari
gambaran sitomorfologis dipelajari dan dihubungkan dengan temuan ultrasonografi,
tes fungsi tiroid, antibodi peroksidase anti-tiroid (anti-TPO) dan fitur histopatologis
di mana dalam pemeriksaan histopatologi ini dilakukan thyroidectomy yang dimana
sebelumnya sudah ada persetujuam antara peneliti dan pasien yang diteliti.

Hasil:
Dari 110 kasus tiroditis tadi ditemukan mayoritas adalah tiroiditis Hashimoto
(𝑛 = 100) dan perempuan (𝑛 = 103). Selain itu ditemukan pula bentuk lain tiroiditis
seperti tiroiditis Hashimoto dengan goiter koloid (𝑛 = 5), tiroiditis De Quervain (𝑛 =
3), dan ditemukan masing-masing satu kasus tiroiditis postpartum dan tiroiditis
Hashimoto dengan keganasan terkait. Mayoritas pasien yang diteliti berada pada
kelompok usia 21-40 tahun (𝑛 = 70) dan mayoritas (𝑛 = 73) mengalami pembesaran
tiroid yang difus. Selain itu mayoritas pasien mengalami hipotiroid (𝑛 = 52). Antibodi

TIROIDITIS Page 1
anti-TPO serum meningkat pada 47 pasien dari 71 pasien. Pada 48 pasien yang
menjalani ultrasonografi, 38 didiagnosis memiliki tiroiditis. Gambaran sitomorfologis
paling konsisten yang terlihat pada pemeriksaan FNAC tiroiditis Hashimoto adalah
peningkatan limfosit dasar, infiltrasi limfositik dari kluster sel folikel tiroid, dan sel
Hurthle.

Kesimpulan:
Diagnosa sitologis yang ditemukan dalam tiroiditis Hashimoto adalah
peningkatan limfosit dasar, infiltrasi limfositik dari kluster sel folikel tiroid, dan sel
Hurthle. FNAC tetap menjadi "Standar Emas" untuk mendiagnosis tiroiditis
Hashimoto. Sedangkan riwayat klinis, fungsi tiroid, dan parameter biokimia adalah
kunci untuk diagnosis bentuk tiroiditis lainnya.

TIROIDITIS Page 2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Prevalensi gangguan tiroid ini sangat bervariasi sesuai dengan kondisi
geografis, makanan dan nutrisi yang biasa dikonsumsi, dan populasi pasien. Tiroiditis
adalah suatu jenis pengelompokan kelainan dengan gangguan yang beragam yang
ditandai oleh peradangan tiroid dan memiliki etiologi yang berbeda-beda. Tiroiditis
dapat dikategorikan sebagai bentuk akut, subakut atau kronis. Bentuk tiroiditis yang
paling umum adalah tiroiditis limfositik kronis (tiroiditis Hashimoto [HT]). Jenis
umum lainnya termasuk tiroiditis postpartum (tiroiditis limfositik subakut), tiroiditis
sporadis silent, tiroiditis granulomatosa subakut ( Tiroiditis Quervain), tiroiditis
supuratif, dan tiroiditis fibrosa (tiroiditis Riedel).
Pasien tiroiditis dapat mengalami eutiroid, hipertiroid, ataupun hipotiroid dan
dapat berubah dari waktu ke waktu. Asupan yodium tinggi yang terus – menerus telah
dikaitkan dengan peningkatan frekuensi tiroiditis autoimun dalam beberapa penelitian
sebelumnya. Telah diketahui bahwa HT dapat hidup berdampingan dengan lesi lain
seperti neoplasma folikular, neoplasma sel Hurthle, karsinoma papiler, dan nodul
goiter. Insiden timbulnya neoplasia tiroid dengan HT secara berdampingan ini kisaran
antara 3 dan 14%. Koeksistensi tiroiditis dan goiter koloid juga terlihat pada sejumlah
besar kasus.
Berbagai jenis tiroiditis yang berbeda dapat memiliki gambaran klinis dan biokimia
yang sama. Ultrasonografi konvensional adalah pemeriksaan yang paling sering
diterapkan dalam evaluasi tiroiditis. FNAC merupakan pemeriksaan yang digunakan
di seluruh dunia dan merupakan pemeriksaan pilihan pada pembesaran tiroid.
Penelitian ini telah dilakukan untuk mengetahui frekuensi berbagai tiroiditis dan
mempelajari fitur sitomorfologis dan nantinya akan dihubungkan dengan temuan
klinis termasuk fitur radiologis, uji fungsi tiroid, dan antibodi peroksidase anti-tiroid
(antibodi Anti-TPO).

TIROIDITIS Page 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terdapat trakea, esofagus, pembuluh darah
besar dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia pretrakealis dan
melingkari trakea dua pertiga bahkan sampai tiga perempat lingkaran. Keempat
kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid, tetapi
letak dan jumlah kelenjar ini dapat bervariasi. Arteri karotis komunis, vena jugularis
interna dan nervus vagus terletak bersama dalam suatu sarung tertutup di latero dorsal
tiroid. Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring. Nervus
frenikus dan trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fasia media dan
prevertebralis (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari empat sumber antara lain arteri karotis
superior kanan dan kiri, cabang arteri karotis eksterna kanan dan kiri dan kedua arteri
tiroidea inferior kanan dan kiri, cabang arteri brakhialis. Kadang kala dijumpai arteri
tiroidea ima, cabang dari trunkus brakiosefalika. Sistem vena terdiri atas vena tiroidea
superior yang berjalan bersama arteri, vena tiroidea media di sebelah lateral dan vena
tiroidea inferior. Terdapat dua macam saraf yang mensarafi laring dengan pita suara
(plica vocalis) yaitu nervus rekurens dan cabang dari nervus laringeus superior (De
Jong & Sjamsuhidajat, 2005).

2.2 Fisiologi Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) yang
kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3). Iodium
nonorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid. Zat
ini dipekatkan kadarnya menjadi 30-40 kali sehingga mempunyai afinitas yang sangat
tinggi di dalam jaringan tiroid. T3 dan T4 yang dihasilkan ini kemudian akan

TIROIDITIS Page 4
disimpan dalam bentuk koloid di dalam tiroid. Sebagian besar T4 kemudian akan
dilepaskan ke sirkulasi sedangkan sisanya tetap di dalam kelenjar yang kemudian
mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormon tiroid akan terikat oleh protein yaitu
globulin pengikat tiroid Thyroid Binding Globulin (TBG) atau prealbumin pengikat
albumin Thyroxine Binding Prealbumine (TBPA). Hormon stimulator tiroid Thyroid
Stimulating Hormone (TSH) memegang peranan terpenting untuk mengatur sekresi
dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang
dikenal sebagai umpan balik negatif sangat penting dalam proses pengeluaran
hormon tiroid ke sirkulasi. Pada pemeriksaan akan terlihat adanya sel parafolikular
yang menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk mengatur metabolisme kalsium,
yaitu menurunkan kadar kalsium serum terhadap tulang (De Jong & Sjamsuhidajat,
2005).
Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid yaitu
Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior hipofisis.
Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan diatur aktifitasnya oleh kadar hormon
tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap lobus
anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin yaitu Thyrotropin
Releasing Hormone (TRH) dari hipotalamus (Guyton & Hall, 2006).
Sebenarnya hampir semua sel di tubuh dipengaruhi secara langsung atau tidak
langsung oleh hormon tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kategori yaitu : (Sherwood, 2011)
a) Efek pada Laju Metabolism
Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme basal tubuh secara
keseluruhan. Hormon ini adalah regulator terpenting bagi tingkat konsumsi
O2 dan pengeluaran energi tubuh pada keadaan istirahat.
b) Efek Kalorigenik
Peningkatan laju metabolisme menyebabkan peningkatan produksi
panas.
c) Efek pada metabolisme perantara

TIROIDITIS Page 5
Hormon tiroid memodulasi kecepatan banyak reaksi spesifik yang
terlibat dalam metabolisme bahan bakar. Efek hormon tiroid pada bahan bakar
metabolik bersifat multifaset, hormon ini tidak saja mempengaruhi sintesis
dan penguraian karbohidrat, lemak dan protein, tetapi banyak sedikitnya
jumlah hormon juga dapat menginduksi efek yang bertentangan.
d) Efek Simpatomimetik
Hormon tiroid meningkatkan ketanggapan sel sasaran terhadap
katekolamin (epinefrin dan norepinefrin), zat perantara kimiawi yang
digunakan oleh sistem saraf simpatis dan hormon dari medula adrenal.
e) Efek pada Sistem Kardiovaskuler
Hormon tiroid meningkatkan kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi
jantung sehingga curah jantung meningkat.
f) Efek pada Pertumbuhan
Hormon tiroid tidak saja merangsang sekresi hormone pertumbuhan,
tetapi juga mendorong efek hormon pertumbuhan (somatomedin) pada
sintesis protein struktural baru dan pertumbuhan rangka.
g) Efek pada Sistem Saraf
Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem
saraf terutama Sistem Saraf Pusat (SSP). Hormon tiroid juga sangat penting
untuk aktivitas normal SSP pada orang dewasa.

2.3 Histologi Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus yang dihubungkan oleh isthmus. Jaringan
tiroid terdiri atas folikel yang berisi koloid. Kelenjar dibungkus oleh simpai jaringan
ikat longgar yang menjulurkan septa ke dalam parenkim (Jonqueira, 2007). Koloid
terdiri atas tiroglobulin yaitu suatu glikoprotein yang mengandung suatu asam amino
teriodinisasi. Hormon kelenjar tiroid disimpan dalam folikel sebagai koloid. Selain
sel folikel, sel-sel parafolikel yang lebih besar juga terdapat di kelenjar tiroid. Sel-sel
ini terdapat di dalam epitel folikel atau diantara folikel. Adanya banyak pembuluh

TIROIDITIS Page 6
darah di sekitar folikel, memudahkan mencurahkan hormon ke dalam aliran darah
(Jonqueira, 2007).

2.4 Gambaran Umum Penyakit Tiroid


Penyakit tiroid adalah berbagai gangguan atau masalah yang terjadi pada
kelenjar tiroid. Kelenjar yang terletak di bawah jakun ini bertugas mengatur berbagai
sistem metabolisme dalam tubuh sehingga peranannya sangat penting bagi kita.
Kinerja kelenjar tiroid dikendalikan oleh otak. Ketika tubuh mengalami
kekurangan atau kelebihan hormon tiroid, otak akan merangsang kelenjar tiroid untuk
menyesuaikan kinerjanya agar kadar hormone tersebut kembali seimbang. Penyebab
utama penyakit tiroid adalah kadar hormon tiroid yang terlalu tinggi atau rendah
dalam tubuh kita. Hal ini dapat dipicu oleh berbagai faktor yang meliputi:
 Masalah pada kelenjar pituari di otak.
 Kelenjar tiroid yang rusak misalnya karena pancaran radiasi.
 Pengaruh obat litium.
 Kadar iodin yang berlebihan dalam tubuh.
Gambaran khas ini merupakan suatu tiroid, yang disebabkan oleh pembakaran
atau metabolisme tubuh yang melebihi semestinya. Tanda-tanda hipertiroid ini sangat
khas, oleh karena itu pasien hipertiroid lebih cepat datang ke dokter untuk
memperoleh pengobatan, terutama apabila pasien mengalami pembesaran pada leher
Penyakit tiroid dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis, di antaranya adalah:

A. Hipotiroid
Hipotiroid adalah kondisi terlalu sedikitnya hormon tiroksin yang
diproduksi oleh kelenjar tiroid sehingga tubuh mengalami defisiensi. Kondisi
ini lebih sering dialami oleh wanita (terutama lansia) dan memiliki gejala-
gejala umum seperti kulit kering seperti mengelupas, kelelahan, kenaikan
berat badan tanpa sebab jelas, serta lebih sensitif terhadap hawa dingin.

TIROIDITIS Page 7
B. Hipertiroid
Jika kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan dalam
tubuh, Anda bisa mengalami kelenjar tiroid overaktif atau hipertiroidisme.
Penyakit ini umumnya ditandai dengan detak jantung yang cepat atautidak
beraturan, penurunan berat badan yang terjadi secara tiba-tiba meski nafsu
makan meningkat, berkeringat, gugup, serta cemas.

C. Penyakit gondok
Penyakit gondok adalah pembengkakan kelenjar tiroid yang umumnya
menyebabkan benjolan pada leher. Selain benjolan yang menjadi gejala
utamanya, penderita penyakit ini juga bias mengalami perubahan suara,
kesulitan bernapas dan menelan, serta rasa sesak pada tenggorokan.

D. Hasmimoto
Penyakit Hashimoto nama lainnya adalah Tiroiditis Hashimoto atau
tiroiditis limfatik kronis. Penyakit ini dapat terjadi pada semua usia, tetapi
paling sering terjadi pada wanita setengah baya. Terjadi karena proses
autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh keliru sehingga menyerang dan
secara perlahan-lahan menghancurkan kelenjar tiroid. Dengan demikian
kemampuan kelenjar tiroid dalam memproduksi hormon menjadi menurun.
Pada kasus yang ringan tidak ada gejala penyakit hashimoto yang
tampak atau mungkin hanya berlangsung ringan. Penyakit ini dapat tetap
stabil selama bertahun-tahun dan gejala yang muncul seringkali ringan dan
tidak spesifik, dalam artian gejala yang muncul mirip dengan penyakit
lainnya. Gejala tiroidtis hashimoto meliputi: Kelelahan, depresi tidak tahan
dingin, sembelit, penambahan berat badan ringan, rambut kering dan
tipis,wajah bengkak dan pucat, tiroid membesar (gondok).

TIROIDITIS Page 8
E. Kanker Tiroid
Kanker tiroid merupakan suatu keganasan pada tiroid. Jenis kanker ini
jarang mengakibatkan pembesaran kelenjar, namun kerap menimbulkan
pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar Nodul tiroid adalah benjolan padat
atau berisi air yang timbul dalam kelenjar tiroid. Benjolan ini dapat berupa
tumor jinak atau kista. Nodul tiroid jarang menyebabkan gejala sehingga
umumnya hanya terdeteksi saat penderitanya menjalani pemeriksaan
kesehatan umum. Namun jika nodul yang tumbuh cukup besar, kondisi ini
bisa menyebabkan kesulitan bernapas, kesulitan menelan dan rasa sakit pada
tenggorokan.

TIROIDITIS Page 9
BAB III
ISI

3.1 Bahan dan Metode

Sebuah studi kohort prospektif dilakukan. Studi ini mencakup 110 kasus
tiroiditis berturut – turut. Kriteria inklusi adalah pasien tiroiditis yang didiagnosis
pada aspirasi jarum halus dan atau ultrasonografi, tes fungsi tiroid, dan atau antibodi
anti TPO. Kriteria eksklusi adalah lesi non-inflamasi dan neoplastik tiroid.
Semua pasien menjalani aspirasi jarum halus atau fine-needle aspiration (FNA)
di klinik sitologi. Teknik aspirasi / nonaspirasi digunakan. Setelah persetujuan
tertulis, FNA dilakukan dengan teknik standar dan tindakan pencegahan aseptik
dengan menggunakan jarum suntik sekali pakai 10cc dan ukuran jarum 23 – 25.
Aspirasi dilakukan lebih dari satu tempat. Bahan yang didapat dioleskan pada kaca
objek dan apusan diwarnai dengan pewarnaan Leishman dan Hematoksilin dan Eosin
(H dan E). Gambaran sitomorfologis yang terperinci dipelajari.
Riwayat klinis lengkap, temuan ultrasonografi, serum T3, serum T4, dan
thyroid stimulating hormone (TSH) dan antibodi anti-TPO dicatat dan dikorelasikan
dengan fitur FNA. Spesimen dari bedah tiroid diterima untuk pemeriksaan histologis
dan difiksasi formalin dan parafin. 3-4 bagian mikron tebal dipotong dan diwarnai
dengan Hematoksilin dan Eosin (H dan E).

3.2 Hasil

Dari 110 pasien tiroiditis, mayoritas (n = 103) adalah perempuan dan tujuh
lainnya adalah laki-laki. Mayoritas pasien (n = 37) berada dalam kelompok usia 21 –
30 tahun diikuti oleh 33 pasien dalam kelompok usia 31 – 40 tahun, 17 pasien pada
kelompok usia 41 – 50 tahun, dan 12 pada kelompok usia 11 – 20 tahun dan 6 pasien
pada kelompok usia 61 – 70 tahun. Empat pasien berada di antara usia 51 dan 60

TIROIDITIS Page 10
tahun dan satu pasien berusia antara 1 dan 10 tahun. Mayoritas pasien dalam
penelitian jurnal ini didiagnosis sebagai HT (Hashimoto Tiroiditis) (n = 100), diikuti
oleh HT (Hashimoto Tiroiditis) dengan goiter koloid (n = 5) dan tiroiditis De
Quervain (n = 3) dan satu kasus masing-masing tiroiditis postpartum dan HT
(Hashimoto Tiroiditis) dengan keganasan terkait.

Semua pasien datang dengan keadaan goiter. 73 pasien mengalami pembesaran


tiroid yang menyebar, 34 pasien dengan pembesaran yang tidak merata, dan 3 pasien
dengan pembesaran pada nodul soliter. Tabel 1 menunjukkan korelasi rinci sifat
goiter, tes fungsi tiroid, dan antibodi anti-TPO pada 110 pasien tiroiditis.
Temuan ultrasonografi tiroid tersedia pada 48 pasien. Sebanyak 38 pasien
didiagnosis sebagai tiroiditis dan menunjukkan gambaran seperti parenkim yang
mengalami penyebaran dengan perubahan echogenesitas yang heterogen, gondok
hipovaskular, mikronodula, daerah hipoekogenik yang tidak jelas, dan ditandai
dengan fibrosis. Satu kasus menunjukkan nodul dominan yang ternyata karsinoma
papiler tiroid pada HT pada FNA dan pemeriksaan histopatologis. 10 pasien
didiagnosis sebagai gondok multinodular.
Apusan sitologi FNA dalam semua kasus menunjukkan peningkatan limfosit
dasar. Infltrasi limfositik kluster sel tiroid folikel terlihat pada 79 kasus dan sel
Hurthle pada 64 kasus. Gambaran terkait lainnya seperti anisonukleosis ringan, sel
raksasa, histiosit, sedikit koloid, sel epiteloid, sel plasma, fire flare, dan eosinofil

TIROIDITIS Page 11
terlihat dalam beberapa kasus. Tabel 2 menunjukkan frekuensi fitur sitomorfologis
dalam 100 kasus HT. Berdasarkan keparahan infiltrat limfositik dan ada atau tidaknya
sel Hurthle dalam apusan sitologi, jurnal ini mengkategorikan kasus HT menjadi tiga
kelompok.
Jurnal ini menemukan tiga pasien tiroiditis De Quervain dalam penelitian
mereka. Ketiga pasien mengalami pembesaran tiroid yang tidak merata dan
menyakitkan; fungsi tiroid bervariasi dan, pada semua pasien, titer anti-TPO normal
(Tabel 1). Apusan FNA dalam semua kasus menunjukkan banyak sel raksasa
multinukleat, sel epiteloid, dan limfosit yang besar. Riwayat klinis dan penyelidikan
laboratorium lainnya seperti peningkatan reaktan fase akut menegakkan diagnosis.
Dari lima kasus HT dengan gondok koloid, mayoritas pasien menunjukkan
pembesaran tiroid yang tidak merata (n = 4), tiga pasien hipotiroid, dan dalam dua
kasus titer anti-TPO meningkat (Tabel 1). Apusan FNA dalam semua kasus
menunjukkan koloid pada dasar dan bukti tiroiditis. Dalam tiga kasus parsial
tiroidektomi dilakukan karena gejala tekanan dan diagnosis dikonfirmasi dengan
pemeriksaan histopatologis.
Satu-satunya kasus tiroiditis postpartum dalam penelitian jurnal ini adalah
seorang wanita berusia 27 tahun yang telah melahirkan anak 7 bulan lalu. Dia
disajikan dengan gondok tanpa rasa sakit. Apusan FNA menunjukkan tiroiditis
limfositik. Titer anti-TPO tidak meningkat (Tabel 1).
Satu-satunya kasus HT dengan karsinoma menunjukkan bukti peningkatan
limfosit pada dasar, klaster sel tiroid folikuler yang kadang-kadang diinfiltrasi oleh
limfosit, dan banyak sel atipikal besar yang tersebar memiliki nukleus besar dan
inklusi intranuklear.
Titer antibodi anti-TPO meningkat. Spesimen bedah yang diterima untuk
pemeriksaan histologis menunjukkan HT dengan karsinoma tiroid papiler (PTC).

TIROIDITIS Page 12
3.3 Diskusi

Tiroiditis mencakup banyak ganguan tiroid yang retatif umum yang telah
diklasifikasi menjadi :
1. HT (tiroiditis limfositik kronik),

2. Tiroiditis postpartum,

3. Tiroiditis sporadic tanpa rasa sakit,

4. Tiroiditis De Quervain (tiroiditis granulomatosa subakut),

5. Tiroiditis supuratif,

6. Tiroiditis yang diinduksi obat, dan

7. Tiroiditis Riedel ini

Pengenalan FNA 40 tahun yang lalu telah secara substansial meningkatkan


penilaian pra-operasi lesi tiroid karena nilai prediktif positif dan negatif yang tinggi.
HT dan tiroiditis De Quervain paling sering ditemui meskipun tumpang tindih dari

TIROIDITIS Page 13
kedua kondisi ini didokumentasikan. Dalam penelitian jurnal ini mayoritas pasien
adalah HT (n = 100).
Rasio pria-wanita dalam penelitian jurnal ini adalah 1 : 14,7. Penderita
Troiditis cenderung terjadi pada wanita ( n = 103) dibandingkan laki-laki ( n = 7).
Mayoritas pasien yang ditemui ( n = 100) yaitu yang menderita penyakit tiroidits HT
(kronis tiroiditis limfosit ). Jumlah maksimum pasien yang menderita HT ( n = 68)
dari ( n = 100) menderita HT berada di antara usia 21 dan 40 tahun. Hasil penelitian
pada jurnal ini telah sesuai dengan banyak penelitian lainya. Sebaliknya, dalam studi
Italia, rasio pria-wanita hanya 1 : 3,2. Satu-satunya kasus Tiroiditis de Quervain
dalam penelitian jurnal ini adalah perempuan berusia 45 tahun.
Kelompok usia yang sama diamati oleh Nishihara et al.. Sebaliknya
Vanderpump et al. menemukan seorang pria berusia 59 tahun dengan HT pada saat
diagnosis. Sejumlah besar pasien yang lebih muda dalam penelitian jurnal ini dapat
dijelaskan oleh fakta bahwa daerah tempat tinggal mereka adalah di sebuah daerah
nonkostal yang terdapat kekurangan yodium. Di daerah ini, HT diketahui terjadi pada
pasien muda. Alasan lainnya bias jadi diagnosis dini.
Sebagian besar pasien dalam penelitian jurnal ini (n = 73) mengalami
pembesaran tiroid yang difus. Presentasi nodular diskrit dominan dalam HT. Jumlah
nodularitas diskrit yang lebih tinggi (n = 34) dalam penelitian jurnal ini dapat
disebabkan oleh usia pasien yang lebih muda dan tahapan awal penyakit pada saat
diagnosis. Dari tiga nodul soliter, satu kasus akhirnya menjadi HT dengan karsinoma
papiler tiroid.
Tes fungsi tiroid dilakukan pada semua pasien. Sebagaian besar pasien
hipotiroid (n= 52) dalam penelitian jurnal ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa
mayoritas pasien tiroiditis memiliki HT dan mungkin stadium lanjut penyakit pada
saat diagnosis. Sejumlah besar pasien memiliki hipertiroidisme ( n= 27). Hal ini dapat
dijelaskan oleh fakta bahwa hashitoxicosis adalah fase hipertiroid sementara dari HT.
Antibodi anti-TPO titer dilakukan di 71 kasus di mana 47 pasien mengalami
peningkatan titer. Autoantibodi melawan tiroglobulin dan antigen peroksidase tiroid

TIROIDITIS Page 14
secara klinis paling penting untuk diagnosis. Titer tinggi telah di 95% dari pasien.
Terdapat kontroversi apakah anti-TPO saja cukup handal untuk mendiagnosa HT.
Kasus anti-TPO negatif diketahui terjadi. Hingga 20% perempuan dewasa tanpa
penyakit klinis memiliki antibodi Tg/TPO yang dideteksi, meningkatkan pertanyaan
tentang signifikansi patologis mereka.
Penggambaran tiroid adalah bagian yang penting dari evaluasi penyakit tiroid
dan mungkin membantu dalam menegakkan diagnosis yang tepat. Modalitas yang
paling umum diterapkan di evaluasi tiroiditis adalah ultrasonografi konvensional.
Pengamatan serupa dilakukan dalam penelitian jurnal ini. Pada 10 pasien yang
didiagnosis sebagai MNG ternyata HT pada FNA. Fitur sitologis yang paling
konsisten terlihat di FNA smear HT adalah peningkatan limfosit dasar, infiltrasi
limfositik dari kluster sel folikel tiroid, dan sel Hurthle. HT menunjukkan dua pola
dalam apusan sitologi yang sesuai dengan fase penyakit yang berbeda :
1. HT klasik, di mana apusan menunjukkan peningkatan limfosit dasar dan
infiltrasi kelompok sel folikel oleh limfosit (Gambar 1 (a), 1 (b), dan 1
(c));

2. Pola limfositik berwarna kemerahan di mana apusan menunjukkan


populasi sel limfoid dominan pada tahap pematangan. Sel – sel epitel
mungkin tidak mencolok (Gambar 1 (d)).

TIROIDITIS Page 15
TIROIDITIS Page 16
TIROIDITIS Page 17
TIROIDITIS Page 18
Pengamatan serupa dilakukan dalam jurnal Ini Tiroiditis limfositik florid
terkadang sulit dibedakan dari limfoma pada apusan sitologi terutama pada orang
dewasa. Tetapi pencarian secara hati – hati untuk fitur sitologi HT lainnya
mengurangi kesalahan diagnostik. Sekarang diterima secara luas bahwa tiroiditis
limfositik florid dan HT mewakili berbagai manifestasi tiroiditis autoimun.
Pasien HT dikelompokkan menjadi Grup 1, Grup 2, dan Goup 3 berdasarkan
tingkat keparahan infiltrat limfositik dan berkorelasi dengan fungsi tiroid dan titer
anti-TPO. Grup 1, Grup 2, dan Grup 3 disarankan masing – masing tahap awal lebih
ringan, bentuk yang lebih parah dan tahap akhir penyakit. Fitur sitomorfologis lain
yang tercantum dalam Tabel 2 terlihat dalam jumlah variabel dalam FNA smear.
Koloid langka bukan merupakan fitur biasa dalam FNA smear HT (n = 8). Tapi
dengan pencarian hati-hati untuk infiltrat limfositik dan aspirasi berulang dari daerah
lain menegakkan diagnosis HT. Fitur yang terkait lainnya seperti anisonukleosis
ringan (n = 19), beberapa sel raksasa (n = 19), dan histiosit (n = 12), meskipun tidak
diagnostik, terlihat dalam jumlah variabel dalam apusan sitologi dan ini diketahui
terjadi. Flare fire yang dicatat pada beberapa pasien HT (n = 3). Frekuensi yang sama

TIROIDITIS Page 19
telah dicatat oleh Rathi et al. Sebaliknya, beberapa studi mencatat frekuensi sedikit
lebih banyak. Hal ini diketahui bahwa flare fire dapat terlihat pada berbagai lesi tiroid
jinak dan ganas. Ekambaram et al. menemukan eosinofil pada 84% pasien HT pada
apusan tiroid. Sebaliknya, jurnal ini menemukan eosinofil hanya dalam satu kasus.
Gangguan autoimun lainnya mungkin dapat hidup berdampingan dengan HT.
Jurnal ini tidak menemukan bukti yang signifikan dari setiap gangguan autoimun lain
pada pasien dengan riwayat yang tersedia.
Diagnosis FNA HT dengan gondok koloid dibuat dalam beberapa kasus (n = 5).
Temuan klinis dan temuan radiologis menunjukkan gondok koloid). Apusan FNA
pada pasien – pasien ini menunjukkan koloid dasar sedang hingga berat dan limfosit
menginfiltrasi kelompok sel folikel dan sel Hurthle (Gambar 3 (a)). Anti-TPO titer
dilakukan di semua lima kasus dari yang mana titer meningkat pada dua kasus (Tabel
2). Spesimen bedah tiroidektomi parsial diterima dalam tiga kasus untuk pemeriksaan
histopatologis dan mengkonfirmasi diagnosis gondok koloid dengan HT (Gambar 3
(b)).
Lesi neoplastik dan non neoplastik yang diketahui berhubungan dengan HT
seperti gondok koloid, adenoma folikuler, neoplasma sel Hurthle, karsinoma tiroid
papiler (PTC), limfoma non-Hodgkin (NHL), dan karsinoma folikel. Dalam berbagai
seri bedah, prevalensi keganasan pada HT berkisar antara 0,4% hingga 28%.
Neoplasma yang paling sering ditemui dalam kaitannya dengan HT adalah karsinoma
tiroid papiler dan limfoma tiroid primer. Jurnal ini menemukan hanya satu kasus HT
dengan PTC dalam penelitian kami. Pembuat jurnal ini melewatkan diagnosis
definitif HT dengan PTC karena komponen neoplastik sangat sedikit dan tidak
menunjukkan fitur definitif PTC.
Jurnal ini menemukan di tiga pasien tiroiditis De Quervain. Mereka berusia
antara 31 dan 50 tahun. Ketiga pasien mengeluh gondok yang menyakitkan.
Gambaran FNA, gondok yang nyeri, dan peningkatan laju endap darah serta protein
C-reaktif membentuk diagnosis pasti. Etiologi mungkin virus. Dalam sebagian besar
kasus, ada resolusi bersaing.

TIROIDITIS Page 20
BAB IV
PENUTUP

4. 1 Kesimpulan

Tiroiditis postpartum adalah varian dari tiroiditis autoimun. Hal ini terjadi
selama periode postpartum hingga pada 5% wanita. 1/3 dari kasus dapat berkembang
menjadi hipotiroidisme nyata selama 10 tahun. Sebagian besar pasien mengalami
peningkatan anti-TPO yang beredar. Pengamatan serupa dilakukan dalam penelitian
ini. Jurnal ini menyimpulkan bahwa HT adalah bentuk paling umum dari tiroiditis
dan terjadi paling umum pada wanita usia muda dan paruh baya. Fitur – fitur sitologi
diagnostik yang terlihat pada FNA smear HT adalah peningkatan limfosit dasar,
infiltrasi limfositik dari kluster sel folikel tiroid, dan sel Hurthle. Riwayat klinis, anti-
TPO, tes fungsi tiroid, dan ultrasonografi merupakan tambahan yang sangat penting
dan berguna dalam diagnosis HT. FNAC tetap menjadi "Standar Emas" untuk
mendiagnosis tiroiditis Hashimoto. Riwayat klinis, fungsi tiroid, dan parameter
biokimia adalah kunci untuk diagnosis bentuk tiroiditis lainnya.

TIROIDITIS Page 21

Anda mungkin juga menyukai