Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di setiap negara memiliki sistem politik yang berbeda-beda. Namun, Islam


memiliki aturan politik yang bisa membuat negara itu adil. Dalam Al-Qur’an memang
aturan politik tidak disebutkan, tetapi sistem politik pada zaman Rasullullah SAW
sangatlah baik. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mendorong masyarakatnya
menjalankan syariat Islam.
Indonesia adalah sebuah negara Islam terbesar di dunia, namun bila dikatakan
negara Islam, dalam prakteknya Islam kurang di aplikasikan dalam sistem pemerintahan
baik itu politik maupun demokrasinya, hal itu berpengaruh besar dalam berbagai aspek
kehidupan manusia di Indonesia, terutama pada system yang berlaku dalam
pemerintahan Indonesia, contoh kecil adalah maraknya korupsi yang dikarenakan
kurang transparannya pemerintahan di Indonesia. Hal tersebut di atas membuat penulis
membahas tentang Islam dalam aspek politik.
Disini kita akan membahas nilai-nilai dasar, prinsip-prinsip, dan tujuan sistem
politik berdasarkan Al-Qur’an dan Al Hadits.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi sistem politik Islam?


2. Apa nilai-nilai dasar sistem politik dalam Al-Qur’an?
3. Apa prinsip-prinsip sistem politik Islam?
4. Apa tujuan sistem politik Islam?
5.

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi sistem politik Islam.

1
2. Mengetahui nilai-nilai dasar sistem politik dalam Al-Qur’an.
3. Mengetahui prinsip-prinsip sistem politik Islam.
4. Mengetahui tujuan sistem politik Islam.

BAB II

ISI

2.1 Pengertian Sistem Politik Islam

Kata sistem berasal dari bahasa asing (Inggris), yaitu sistem, artinya perangkat unsur
yang secara teratur saling berkaitan, sehingga membentuk suatu totalitas atau susunan
yang teratur dengan pandangan, teori, dan asas. Sedangkan kata politik pada mulanya
berasal dari Bahasa Yunani atau Latin, Politicos atau politikus, yang bearti kota. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata politik diartikan sebagai “segala urusan dan
tindakan (kebijakan, siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan”. Sedangkan kata
Islam, adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, berpedoman pada
kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT. Dengan
demikian, system politik Islam adalah sebuah aturan tentang pemerintahan yang
berdasarkan nilai-nilai Islam.

2.2 Nilai-nilai Dasar Sistem Politik dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an sebagai sumber ajaran utama dan pertama agama Islam mengandung
ajaran nilai-nilai dasar yang harus diaplikasikan dalam pengembangan system politik
Islam. Nilai-nilai dasar tersebut adalah:

1. Kemestian mewujudkan persatuan dan kesatuan umat sebagaimana tercantum dalam


Q.S. 23 (al-Mu’minun) : 52 :
ِ ‫َوا َِّن َه ِذ ِه ا ُ َّمت ُ ُك ْم ا ُ َّمةَ َّو‬
‫احدَة َ َّواَنَا َربُّ ُك ْم فَاتَّقُ ْو ِن‬

Artimya : “Sesungguhnya umat kamu ini umat yang satu, dan Aku adalah Tuhan
kamu, maka bertakwalah kamu kepada-Ku.”

2
2. Kemestian bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah-masalah ijtihadiyah.
Dalam Q.S 42 (al-Syura) : 38 dan Q.S. 3 (Ali Imran) : 159 dijelaskan :
a) Urusan mereka diputuskan dengan musyawarah di antara mereka.
b) Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
3. Keharusan menunaikan amanat dan menetapkan hukum secara adil. Dalam Q.S. 4
(an-Nisa’) : 58 Allah berfirman :
‫اس ا َ ْن تَحْ ُك ُم ْوا ِب ْال َع ْد ِل‬ ِ َ‫ا َِّن هللاَ َيأ ْ ُم ُر ُك ْم ا َ ْن ت ُ َؤد ُّْوا االَ َمان‬
ِ َّ‫ت اِلَى ا َ ْه ِل َها َواِذَا َح َك ْمت ُ ْم َبيْنَ الن‬

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada


yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetpkan hukum
di antara manusia supaya kamu menetapkan secara adil”

4. Kemestian menaati Allah dan Rasulullah dan uli al-Amr (pemegang kekuasaan)
sebagaimana difirmankan dalam Q.S. 4 (an-Nisa’) : 59 :

‫س ْو َل َوا ُ ْو ِلى ْاالَ ْم ِر ّم ْن ُك ْم‬ َّ ‫يَاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ا َ َمنُ ْوا ا َ ِط ْيعُ ْوا هللاَ َو ا َ ِط ْيعُ ْوا‬
ُ ‫الر‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya,
dan orang-orang yang memegang kekuasaan di antara kamu”.

5. Keniscayaan mendamaikan konflik antar kelompok dalam masyarakat Islam,


sebagaimana difirmankan dalam Q.S. 49 (al-Hujurat) : 9 :
ْ َ ‫َان ِمنَ ْالمؤْ ِمنِيْنَ اِ ْقتَتَلُ ْوا فَا‬
‫ص ِل ُح ْوا بَ ْينَ ُه َما‬ َ ‫َوا ِْن‬
ِ ‫طائِفَت‬

Artinya : “Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka
damaikanlah keduanya”.

6. Kemestian mempertahankan kedaulatan negara dan larangan melakukan agresi dan


invasi. Dalam Q.S. 2 (al-Baqarah) : 190

3
‫س ِب ْي ِل هللاِ الَّ ِذيْنَ يُقَاتِلُ ْو نَ ُك ْم والَ ت َ ْعتَد ُّْوا‬
َ ‫َوقَاتِلُ ْوا فِى‬

Artinya : “Dan perangilan di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,


tetapi janganlah kamu melampaui batas”.

7. Kemestian mementingkan perdamaian daripada permusuhan. Dalam Q.S. 8 (al-


Anfal) : 61 Allah berfirman :

َ ‫س ْل ِم فَاجْ نَحْ لَ َها َوت ََو ّك ْل‬


ِ‫علَى هللا‬ َّ ‫َوا ِْن َجنَ ُح ْوا ِل‬
Artinya : ”Apabila mereka condong kepada perdamaian, hendaklah kamu pun
condong kepadanya dan bertakwalah kepada Allah”.
8. Keharusan meningkatkan kewaspadaan dalam bidang pertahanan dan keamanan,
sebagaimana firman Allah dalam Q.S. 8 (al-Anfal) : 60 :

‫عد َُّو ُك ْم َوآخ َِريْنَ ِم ْن د ُْو ِن ِه ْم‬ َ ‫اط ْال َخ ْي ِل ت ُ ْر ِهب ُْونَ بِ ِه‬
َ ‫عد َُّو هللاِ َو‬ ِ َ‫ط ْعت ُ ْم ِم ْن قُ َّو ِة ِم ْن ِ ّرب‬ َ َ ‫َوا َ ِعد ُّْوا لَ ُه ْم َماا ْست‬
‫َوالَ ت َ ْعلَ ُم ْونَ ُه ْم هللاُ يَ ْعلَ ُم ُه ْم‬

Artinya : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka, kekuatan apa saja yang
kamu sanggupi, dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang, (yang
dengan persiapan itu) kamu dapat menggetarkan musuh Allah, musuhmu
dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak ketahui sedangkan
Allah mengetahuinya”.

9. Keharusan menepati janji, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. 16 (an-Nahl) 91 :

‫ض ْوا ْاْل َ ْي َمانَ بَ ْعدَ ت َْو ِك ْي ِدهَا‬


ُ ُ‫عا َه ْدت ُ ْم َوالَ ت َ ْنق‬
َ ‫َوا َ ْوفُ ْوا ِب َع ْه ِد هللاِ اِذَا‬

Artinya : “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah, apabila kamu berjanji dan
janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu sesudah
meneguhkannya”.

4
10. Keharusan mengutamakan perdamaian bangsa-bangsa, sebagaimana firman Allah
dalam Q.S. 49 (al-Hujurat) : 13 :

‫ارفُ ْوا ِإ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْندَ هللاِ اَتْقَا َك ْم‬ ُ ‫اس ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم مٍ ْن ذَ َك ٍر َوأ ُ ْنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم‬
َ ‫شعُ ْوبًا َوقَ َبا ِئ َل ِلت َ َع‬ ُ َّ‫َياأَيُّ َها الن‬
َ َ‫ِإ َّن هللا‬
‫ع ِل ْي ٌم َخ ِبي ٌْر‬

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang
paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal”.
11. Kemestian peredaran harta pada seluruh lapisan masyarakat. Dalam Q.S. 59 (al-
Hasyr) : 7 Allah berfirman :
ِ ِ‫َك ْي الَيَ ُك ْونَ د ُْولَةَ بَيْنَ اْالَ ْغن‬
‫يآء ِم ْن ُك ْم‬

Artinya : “Supaya harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya di
antara kamu”.

12. Keharusan mengikuti prinsip-prinsip pelaksanaan hukum, dalam hal :


1) Menyedikitkan beban (taqlil al-takalif)
2) Berangsur-angsur (al-tadarruj)
3) Tidak menyulitkan (‘adam al-Haraj).

2.3 Prinsip-prinsip Sistem Politik Islam

1.Musyawarah
Asas musayawarah yang paling utama adalah berkenaan dengan pemilihan ketua
negara dan orang-orang yang akan menjawab tugas-tugas utama dalam pentatbiran

5
ummat. Asas musyawarah yang kedua adalah berkenaan dengan penentuan jalan dan
cara pelaksanaan undang-undang yang telah dimaktubkan dalam Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Asas musyawarah yang seterusnya ialah berkenaan dengan jalan-jalan bagi
menentukan perkara-perkara baru yang timbul dikalangan ummat melalui proses ijtihad.

2. Keadilan
Prinsip ini adalah berkaitan dengan keadilan sosial yang dijamin oleh sistem sosial
dan sistem ekonomi Islam. Dalam pelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan yang
terkandung dalam sistem politik Islam meliputi dan merangkumi segala jenis
perhubungan yang berlaku dalam kehidupan manusia, termasuk keadilan di antara
rakyat dan pemerintah, di antara dua pihak yang bersengketa di hadapan pihak
pengadilan, diantara pasangan suami isteri dan di antara ibu bapa dan anak-anaknya.

3. Kebebasan
Kebebasan yang diipelihara oleh sistem politik Islam ialah kebebasan yang
berteruskan kepada makruf dan kebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenar
adalah tujuan terpenting bagi sistem politik dan pemerintahan Islam serta menjadi asas-
asas utama bagi undang-undang perlembagaan negara Islam.

4. Persamaan
Persamaan di sini terdiri daripada persamaan dalam mendapatkan dan menuntut hak,
persamaan dalam memikul tanggung jawab menurut peringkat-peringkat yang
ditetapkan oleh undang-undang perlembagaan dan persamaan berada di bawah
kuatkuasa undang-undang.

5. Hak Menghisab Pihak Pemerintah


Hak rakyat untuk menghisab pihak pemerintah dan hak mendapat penjelasan
terhadap tindak tanduknya. Prinsip ini berdasarkan kepada kewajiban pihak pemerintah
untuk melakukan musyawarah dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan dan
pentatbiran negara dan ummat. Hak rakyat untuk disyurakan adalah bererti kewajipan
setiap anggota dalam masyarakat untuk menegakkan kebenaran dan menghapuskan

6
kemungkaran. Dalam pengertian yang luas, ini juga bererti bahawa rakyat berhak untuk
mengawasi dan menghisab tindak tanduk dan keputusan-keputusan pihak pemerintah.

2.4 Tujuan Sistem Politik Islam

Tujuan sistem politik Islam adalah untuk membangunkan sebuah sistem


pemerintahan dan kenegaraan yang tegak di atas dasar untuk melaksanakan seluruh
hukum syariat Islam. Tujuan utamanya ialah menegakkan sebuah negara Islam atau
Darul Islam. Para fuqahak Islam telah menggariskan 10 perkara penting sebagai tujuan
sistem politik dan pemerintahan Islam:
1) Memelihara keimanan menurut prinsip-prinsip yang telah disepakati oleh ulama.
2) Melaksanakan proses pengadilan dikalangan rakyat dan menyelesaikan masalah
dikalangan orang-orang yang berselisih.
3) Menjaga keamanan daerah-daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam keadaan
aman dan damai.
4) Melaksanakan hukuman-hukuman yang telah ditetapkan syara’ demi melindungi
hak-hak manusia.
5) Menjaga perbatasan negara dengan berbagai persenjataan untuk menghadapi
kemungkinan serangan dari pihak luar.
6) Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam.
7) Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat, dan sedekah sebagaimana yang
ditetapkan oleh syara’.
8) Mengatur anggaran belanja dan perbelanjaan perbendaharaan negara agar tidak
digunakan secara boros atau kikir.
9) Mengangkat pegawai-pegawai yang cakap dan jujur untuk mengawal kekayaan
negara.
10) Menjalankan pengawalan dan pemeriksaan yang rapi dalam hal-hal awam demi
untuk memimpin negara dan melindungi Ad-Din.

7
2.4 Kontribusi Umat Islam Dalam Politik Nasional

1. Era Kerajaan-Kerajaan Islam Berjaya


Pengaruh Islam terhadap perpolitikan nasional punya akar sejarah yang cukup
panjang. Jauh sebelum penjajah kolonial bercokol di tanah air, sudah berdiri
beberapa kerajaan Islam besar. Kejayaan kerajaan Islam di tanah air berlangsung
antara abad ke-13 hingga abad ke-16 Masehi.

2. Era Kolonial dan Kemerdekaan (Orde Lama)


Peranan Islam dan umatnya tidak dapat dilepaskan terhadap pembangunan politik di
Indonesia baik pada masa kolonial maupun masa kemerdekaan. Pada masa kolonial
Islam harus berperang menghadapi ideologi kolonialisme sedangkan pada masa
kemerdekaan Islam harus berhadapan dengan ideologi tertentu macam komunisme
dengan segala intriknya.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sejarah secara tegas menyatakan kalau
pemimpin-pemimpin Islam punya andil besar terhadap perumusan NKRI. Baik itu
mulai dari penanaman nilai-nilai nasionalisme hingga perumusan Undang-Undang
Dasar Negara.
Para pemimpin Islam terutama dari Serikat Islam pernah mengusulkan agar
Indonesia berdiri di atas Daulah Islamiyah yang tertuang di dalam Piagam Jakarta.
Namun, format tersebut hanya bertahan selama 57 hari karena adanya protes dari
kaum umat beragama lainnya. Kemudian, pada tanggal 18 Agustus 1945, Indonesia
menetapkan Pancasila sebagai filosofis negara.

3. Era Orde Baru


Pemerintahan masa orde baru menetapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas di
dalam negara. Ideologi politik lainnya dipasung dan tidak boleh ditampilkan,
termasuk ideologi politik Islam. Hal ini menyebabkan terjadinya kondisi depolitisasi
politik di dalam perpolitikan Islam.
Politik Islam terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama di sebut kaum
skripturalis yang hidup dalam suasana depolitisasi dan konflik dengan pemerintah.

8
Kelompok kedua adalah kaum subtansialis yang mendukung pemerintahan dan
menginginkan agar Islam tidak terjun ke dunia politik.

4. Era Reformasi
Bulan Mei 1997 merupakan awal dari era reformasi. Saat itu rakyat Indonesia
bersatu untuk menumbangkan rezim tirani Soeharto. Perjuangan reformasi tidak
lepas dari peran para pemimpin Islam pada saat itu. Beberapa pemimpin Islam yang
turut mendukung reformasi adalah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ketua
Nahdatul Ulama.
Muncul juga nama Nurcholis Majid (Cak Nur), cendikiawan yang lahir dari
kalangan santri. Juga muncul Amin Rais dari kalangan Muhamadiyah. Bertahun-
tahun reformasi bergulir, kiprah umat Islam dalam panggung politik pun semakin
diperhitungkan.
Umat Islam mulai kembali memunculkan dirinya tanpa malu dan takut lagi
menggunakan label Islam. Perpolitikan Islam selama reformasi juga berhasil
menjadikan Pancasila bukan lagi sebagai satu-satunya asas. Partai-partai politik juga
boleh menggunakan asas Islam.
Kemudian bermunculanlah berbagai partai politik dengan asas dan label Islam.
Partai-partai politik yang berasaskan Islam, antara lain PKB, PKU, PNU, PBR,
PKS, PKNU, dan lain-lain.
Dalam kondisi bangsa yang sangat memprihatinkan sekarang, sudah waktunya umat
Islam untuk terjun dalam perjuangan politik yang lebih serius. Umat islam tidak
boleh lagi bermain di wilayah pinggiran sejarah. Umat Islam harus menyiapkan diri
untuk memunculkan pemimpin-pemimpin yang handal, cerdas, berahklak mulia,
profesional, dan punya integritas diri yang tangguh.
Umat Islam di Indonesia diharapkan tidak lagi termarginalisasi dalam panggung
politik. Politik Islam harus mampu merepresentasikan idealismenya sebagai
rahmatan lil alamin dan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi bangsa ini.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Politik merupakan pemikiran yang mengurus kepentingan masyarakat. Pemikiran


tersebut berupa pedoman, keyakinan hukum atau aktivitas dan informasi. Beberapa
prinsip politik Islam berisi: mewujudka persatuan dan kesatuan bermusyawarah,
menjalankan amanah dan menetapkan hukum secara adil atau dapat dikatakan
bertanggung jawab, mentaati Allah, Rasulullah dan Ulil Amr (pemegang kekuasaan)
dan menepati janji. Korelasi pengertian politik islam dengan politik menghalalkan
segala cara merupakan dua hal yang sangat bertentangan. Islam menolak dengan tegas
mengenai politik yang menghalalkan segala cara. Pemerintahan yang otoriter adalah
pemerintahan yang menekan dan memaksakan kehendaknya kepada rakyat. Setiap
pemerintahan harus dapat melindungi, mengayomi masyarakat. Sedangkan
penyimpangan yang terjadi adalah pemerintahan yang tidak mengabdi pada rakyatnya;
menekan rakyatnya. Sehingga pemerintahan yang terjadi adalah otoriter. Yaitu bentuk
pemerintahan yang menyimpang dari prinsip-prinsip Islam. Walaupun demikan Islam
juga memperbolehkan adanya perang, namun dengan sebab yang sudah jelas karena
mengancam kelangsungan umat muslim itu sendiri. Dan perang ini pun telah memiliki
ketentuan-ketentuan hukum yang mengaturnya. Jadi tidak sembarangan perang dapat
dilakukan. Politik Islam menuju kemaslahatan dan kesejahteraan seluruh umat.

3.2 Saran

Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh, sudah sepatutnya memiliki
peran utama dalam kehidupan politik sebuah negara. Untuk menuju ke arah integrasi
kehidupan masyarakat, negara dan Islam diperlukan ijtihad yang akan memberikan
pedoman bagi anggota parlemen atau politisi dalam menjelaskan hujahnya dalam
berpolitik. Dan interaksi umat Islam yang hidup dalam alam modern ini dengan politik

10
akan memberikan pengalaman dan tantangan baru menuju masyarakat yang adil dan
makmur. Berpolitik yang bersih dan sehat akan menambah kepercayaan masyarakat
khususnya di Indonesia bahwa memang Islam mengatur seluruh aspek mulai ekonomi,
sosial, militer, budaya sampai dengan politik.

DAFTAR PUSTAKA

Mansoer, Hamdan, Drs, H, dkk. 2004. Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam Di
Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam
Departemen Agama RI.

Warisman, Ilham. 2013. Makalah Politik Islam.


(http://ilhamwarisman.blogspot.com/2013/11/makalah-politik-islam.html,
diakses pada 26 September 2014)

Kurniawan, Mika. 2012. Sistem Politik Dalam Islam. (http://hitamkekal.blogspot.com,


diakses pada 26 September 2014)

11

Anda mungkin juga menyukai