Anda di halaman 1dari 16

Penyuntingan Sebagai Kompetensi Dasar Menulis dan Eksistensinya di Penerbit

Gadjah Mada University Press

Priska Laely Widyastri

Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRAK

Penyuntingan di sebuah penerbit merupakan salah satu syarat yang harus


ditempuh oleh mahasiswa semester 5 program studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas Sebelas Maret. Kegiatan ini merupakan salah satu syarat yang harus
ditempuh oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah penyuntingan. Kegiatan
menyunting naskah diperlukan oleh sebuah penerbit agar ketika sebuah buku
dicetak maka dapat diterima dengan baik oleh pembaca. Sebuah naskah disunting
oleh seorang penyunting untuk memperbaiki suatu tulisan dari unsur ejaan,
pilihan kata, tanda baca, maupun keefektifan kalimat. Menyunting merupakan
salah satu kompetensi dasar dari menulis. Pada dasarnya kegiatan menyunting
adalah salah satu kompetensi dasar dari menulis yang menarik untuk dikaji.
Kegiatan menyunting tidak diperoleh dengan mudah begitu saja oleh seorang
penyunting, melainkan melalui tahapan yaitu memahami struktur penulisan sesuai
ejaan, menguasai tata bahasa yang baik, memiliki pengetahuan yang luas serta
memiliki ketelitian dan kesabaran. Kegiatan menyunting juga akan semakin
meningkatkan kemampuan menulis seseorang. Karena dengan menyunting
seseorang akan bertambah pengetahuan tentang penggunaan tanda baca, tata
bahasa yang baik, dan keefektifan sebuah kalimat.

Kata kunci: penyuntingan, naskah, menulis


ABSTRACT

Editing at a publisher is one of the conditions that must be taken by 5 th-semester


students of the Indonesian Language Education program at Sebelas Maret
University. This activity is one of the conditions that must be taken by students
who take editing courses. Manuscript editing activities are needed by a publisher
so that when a book is printed it can be well received by the reader. A text is
edited by an editor to correct an article from the elements of spelling, word
choice, punctuation, and sentence effectiveness. Editing is one of the basic
competencies of writing. Basically editing activities are one of the basic
competencies of writing that are interesting to study. Editing activities are not
easily obtained by an editor, but through the stages of understanding the writing
structure according to spelling, mastering good grammar, having extensive
knowledge and having thoroughness and patience. Editing activities will also
improve one's writing skills. Because by editing someone will gain knowledge
about the use of punctuation, good grammar, and the effectiveness of a sentence.

Keywords: editing, script, writing

A. Pendahuluan

Dunia penerbitan buku di Indonesia dimulai dari zaman Balai Pustaka.


Penerbit pada zaman Balai Pustaka erat hubungannya dengan semakin
bertumbuhnya tradisi sastra Indonesia pada tahun 1920-an yang merupakan hasil
dari kebijakan pemerintah masa kolonial Belanda pada bidang pengajaran.
Sebelum itu, sudah tumbuh usaha penerbitan sastra di kalangan penerbit swasta
yang berkembang setelah masuknya mesin cetak ke Indonesia. Pada tahun 1870-
an di Indonesia mulai muncul sastra peranakan Tionghoa dan dianggap tamat
riwayatnya pada tahun 1966. Selama itu tercatat 800-an pengarang dengan sekitar
2750-an judul karya sastra.
Berbeda dengan sastra tulis, sastra cetak pada umumnya menggantungkan
penyebarluasannya kepada penerbit. Sastra yang ditulis tangan, yang dihasilkan
oleh pujangga-pujangga klasik pada zaman dulu, dan sangat terbatas
penyebarannya, sebab tidak tergantung pada pada upaya mencetak dalam jumlah
besar. Setiap penerbit memiliki pandangannya masing-masing mengenai buku
dari segala aspek.

Bahan utama sebuah penerbit buku adalah naskah. Naskah yang sudah ditulis
oleh pengarang melalui proses yang bertahap sebelum diputuskan untuk dicetak.
Proses pracetak tersebut memerlukan waktu yang cukup lama dan matang, mulai
dari proses seleksi dan penyuntingan naskah yang mempertimbangkan banyak hal
sehingga akhirnya dapat dicetak. Peran penerbit sangat penting bagi
keberlangsungan suatu karya dari awal naskah diterima sampai siap cetak menjadi
buku. Dalam kegiatan seleksi, Escarpit menjelaskan bahwa penerbit atau orang
yang ditugaskan telah membayangkan calon publiknya. Dari sejumlah naskah ia
akan memilih mana yang paling cocok untuk konsumsi publik tersebut. Bayangan
atau perkiraan itu memiliki dua sifat yang saling bertentangan: di satu pihak
mengenai apa yang diinginkan konsumen, di lain pihak mengenai nilai atau selera
publik mengingat system etis-moral masyarakat manusia di mana kegiatan
penerbitan itu dilakukan. Sebuah naskah yang telah masuk dalam sebuah penerbit
memungkinkan mengalami beberapa perubahan sejak ditulis pertama kali oleh
pengarangnya. Sebuah penerbit biasanya memiliki persyaratan tertentu untuk
sebuah tulisan yang akan diterbitkannya. Dewan redaksi memilih dan menentukan
tulisan yang pantas diterbitkan yang tetap memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan. Syarat tersebut berupa visi dan misi penerbit, serta kebijakan penerbit.

Penerbit yang satu dengan yang lain memiliki visi dan misi, serta kebijakan
yang berbeda. Ada yang dilandasi keinginan untuk menyebarluaskan informasi
dan keuntungan, tetapi ada juga yang berdasarkan maksud untuk mengembangkan
kebudayaan pada umumnya dan kesusastraan pada khususnya. Maksud untuk
menerbitkan naskah pun antara penerbit yang satu dengan yang lain juga berbeda.
Jadi, tidak hanya pengarang saja yang menentukan maksud buku yang ditulisnya,
penerbit juga menentukan maksud buku yang diterbitkannya. Dengan demikian,
karya sastra bisa kita apresiasi sebagai bagian dari upaya pengarang dan penerbit
untuk menyebarluaskan ideologi yang dianutnya.

Penerbit akan mempertimbangkan karya sesuai dengan selera dan pemasaran.


Jika karya sastra sesuai dengan keinginan dan prediksi laku tidaknya, maka akan
diputuskan untuk dicetak. Dalam hal ini sebuah penerbit sangat membutuhkan
seorang penyunting. Penyunting akan memperbaiki naskah tersebut agar layak
untuk diterbitkan dan dinikmati oleh pembaca. Penyunting juga memiliki dasar
kemampuan menulis sebagai landasan untuknya melakukan kegiatan menyunting.

Kegiatan menyunting tidak terlepas dari proses menulis. Kedua proses


tersebut menggunakan tulisan sebagai medianya. Menulis merupakan kemampuan
yang paling akhir dikuasai setelah seseorang mempelajari kemampuan berbahasa
yang lain seperti menyimak, berbicara, dan membaca. Sebagai aspek kemampuan
berbahasa, menulis dapat dikuasai siapa saja yang memiliki kemampuan
intelektual yang memadai. Berbeda dengan kemampuan menyimak dan berbicara,
menulis tidak diperoleh secara alami, tetapi harus dilatih dan dipelajari.

Menulis adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Menulis


digunakan untuk berkomunikasi secara langsung. Menurut Tarigan (1986),
keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis melainkan harus dengan
latihan dan praktik yang banyak dan terus-menerus. Menulis merupakan
kompetensi yang sudah ada dan dimulai dari jenjang sekolah dasar. Kemampuan
menulis tidak secara otomatis dikuasai oleh seseorang, melainkan melalui praktik
yang banyak dan teratur sehingga seseorang dapat lebih mudah berekspresi dalam
kegiatan menulis (Mahargyani, 2012; 3). Dalam kegiatan menulis, seorang
penulis harus memperhatikan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Pada
proses menulis seseorang akan melibatkan seluruh penguasaan kebahasaan baik
penguasaan ejaan, bentuk kata, kalimat, dan makna kata. Oleh sebab itu, biasanya
kepandaian menulis tidak diperoleh secara langsung begitu saja melainkan perlu
latihan secara bertahap untuk mengurangi kesalahan dalam menulis. Apabila
kemampuan menulis tidak ditingkatkan, maka kemampuan seseorang untuk
mengungkapkan pikiran atau gagasan melalui bentuk tulisan akan semakin
berkurang dan tidak berkembang (Mundziroh, 2013; 141).

Pada keterampilan menulis terdapat satu kompetensi dasar, yaitu menyunting.


Pada dasarnya kegiatan menyunting merupakan wujud penerapan pembelajaran
bahasa yang mementingkan perbaikan suatu tulisan dari unsur ejaan, pilihan kata,
tanda baca, maupun keefektifan kalimat.

Penyunting adalah seorang yang ada di balik sebuah buku selain


pengarangnya itu sendiri. Ia dituntut “multitalent” karena tugasnya bukan hanya
sebagai korektor naskah yang bekerja di depan computer. Ia harus dapat
berkomunikasi; dengan penulis/pengarang naskah sebagai kliennya, dengan
bagian pemasaran untuk membantunya melihat barang laku di pasaran, dan
dengan lingkungan untuk mengetahui apa yang diinginkan pembaca. Seorang
penyunting naskah harus banyak membaca dan mempunyai kemampuan menulis.
Membaca memberikan manfaat berupa wawasan dan pengetahuan yang luas. Ada
kalanya ia menganalisis naskah yang bukan bidangnya, maka setidaknya ia harus
tahu dasar-dasarnya meskipun diperlukan komunikasi tambahan dengan orang
yang ahli dibidangnya. Kemampuan menulis dimaksudkan agar seorang
penyunting terampil. Orang yang tidak terbiasa menulis biasanya kesulitan
menuliskan maksudnya dalam bentuk tulisan. Suatu waktu seorang penyunting
tidak dapat bertemu langsung dengan pengarang naskah, maka ia bisa menulis
surat dengan kalimat yang baik dan benar.
Menyunting memiliki arti memperbaiki tulisan dari yang sebelumnya salah
menjadi tulisan yang benar. Kegiatan menyunting dilakukan dengan cara
memperbaiki ejaan, pilihan kata, dan keefektifan kalimat. Sebelum melakukan
proses menyunting, seorang penyunting harus membaca isi tulisan yang akan
disuntingnya. Pada dasarnya, seorang penyunting bertujuan untuk membantu
penulis menyampaikan pesan kepada pembacanya dari ide yang dituangkannya
dalam sebuah tulisan. Oleh karena itu, sebelum memulai kegiatan menyunting,
seorang penyunting harus memahami betul tulisan yang akan disuntingnya.
Penyunting naskah akan kesulitan apabila tidak memahami hal dasar tersebut.
Selain itu, penyunting juga harus mengetahui perkembangan bahasa dan istilah
yang hidup di masyarakat dan bahasa dalam ilmu pengetahuan. Dengan
pemahaman yang diperolehnya, maka kegiatan menyunting dapat dilakukan
dengan berdasarkan bahasa yang baik dan benar.

Kegiatan menyunting juga akan semakin meningkatkan kemampuan menulis.


Dengan menyunting kita akan tahu tata letak tanda baca, penggunaan kata dan
penyusunan kalimat agar tidak rumpang, singkatan kata, dan bahasa asing atau
bahasa latin yang sebelumnya tidak kita ketahui.

1. Tugas Penyunting Naskah

Seorang penyunting naskah jarang sekali dipikirkan oleh seorang pembaca


buku, Pamusuk Eneste memberikan perhatian khusus terhadap keberadaan
penyunting naskah. Eneste membedakan istilah editor dan kopieditor. Istilah
kopieditor dipadankan dengan istilah penyunting naskah. Jadi, posisi editor
berada di atas kopieditor sehingga tugas-tugasnya juga berbeda.

Tugas seorang editor dan kopieditor dibagi menurut Eneste, yaitu:

1) Tugas Editor
i. Merencanakan naskah yang akan diterbitkan oleh penerbit,
ii. Mencari naskah yang akan diterbitkan,
iii. Mempertimbangkan naskah yang akan masuk ke penerbit (ikut
mempertimbangkan layak-tidaknya sebuah naskah diterbitkan),
iv. Menyunting naskah dari segi isi/materi, dan
v. Memberi petunjuk/arahan pada kopieditor (penyunting bahasa/editor
bahasa) yang membantunya mengenai cara penyuntingan naskah.
2) Tugas Kopieditor
i. Menyunting naskah dari segi kebahasaan (ejaan, diksi, struktur
kalimat),
ii. Memperbaiki naskah dengan persetujuan pengarang,
iii. Membuat naskah enak dibaca dan tidak membuat pembaca bingung
(memperhatikan keterbacaan naskah), dan
iv. Membaca dan mengoreksi cetak coba (proof).

Profil penerbit

Universitas Gadjah Mada adalah sebuah universitas di Indonesia yang selalu


berinovasi dalam meningkatkan kualitas dan eksistensinya untuk kemajuan
pendidikan di Indonesia. Satu hal yang membuktikan, yaitu pada tahun 1960
Fakltas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM telah berinisiatif untuk mendirikan
jasa percetakan. Tanggal 30 Juni 1971, dengan dikeluarkannya SK Rektor UGM
No. UGM/40/P/C, percetakan tersebut resmi dikenal sebagai Gadjah Mada
University Press atau UGM Press, yang beralamat di Jalan Grafika No.1, Kampus
Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur. Sejak berdiri pada tahun 1971 hingga
Juni 2013 UGM Press dikembangkan sebagai Unit Usaha Universitas Gadjah
Mada.

Berdirinya UGM Press bertujuan untuk mengembangkan kepentingan


akademik, pendidikan, dan kultural, serta mengabdi kepada kepentingan dan
kemakmuran bangsa, khususnya di bidang pendidikan dan mengembangkan Tri
Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat. Oleh karena itu, sejak bulan Juni 2013 UGM Press yang semula
berbentuk unit bisnis berubah menjadi Unit Penunjang Universitas di bawah
naungan Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.

UGM Press terbukti menjadi salah satu penerbit perguruan tinggi di Indonesia
yang diakui oleh Southeast Asia University dilihat dari jumlah buku yang
diterbitkan. Setiap tahun buku terbitan UGM Press terus meningkat. Terhitung
dari tahun 1971 sampai 2015, sebanyak 2.000 judul buku telah diterbitkan.

Saat ini UGM Press menggagas dibentuknya komunitas baca lewat kampanye
“Ayo Beli Buku Asli” karena dengan meningkatnya pembelian buku asli pasti
akan berpengaruh untuk meningkatkan produktivitas menulis buku.

i. Visi UGM Press

Menjadi badan usaha berkelas dunia yang mandiri, berdedikasi, serta mengabdi
kepada kepentingan dan kemakmuran bangsa, khususnya di bidang pendidikan.

ii. Misi UGM Press

Menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas, dalam rangka


menempatkan diri sebagai mitra terpercaya untuk mencerdaskan bangsa.

B. Hasil dan Pembahasan

UGM Press menerbitkan buku-buku yang ditulis oleh civitas akademika, baik
di lingkungan Universitas Gadjah Mada maupun universitas lain, setelah naskah
yang akan diterbitkan lolos seleksi yang dilakukan oleh Dewan Redaksi UGM
Press. Jurnal dari berbagai jurusan/program studi di lingkungan Universitas
Gadjah Mada juga dicetak oleh UGM Press, seperti soal ujian, Buku Pidato
Pengukuhan, Jurnal/Majalah, Merchandise, Undangan, Kalender, dll. Semua
buku yang diterbitkan oleh UGM Press dicetak melalui dua sistem, yaitu sistem
cetak manual dan E-book.
Sebuah naskah yang masuk di UGM Press telah melewati beberapa tahap
untuk selanjutnya dapat diterbitkan. Penulis mengirimkan naskah dalam bentuk
soft copy maupun hard copy ke redaksi untuk memudahkan bagian editorial
melakukan seleksi awal. Kemudian naskah tersebut akan diseleksi konten yang
dibawakan seperti apa, apakah layak terbit atau tidak. Naskah yang lolos seleksi
akan masuk ke bagian editor untuk disunting penggunaan kata dan kalimatnya.

Naskah yang masuk akan disampaikan kepada bagian editorial UGM Press.
Setelah diterima oleh bagian editorial, naskah akan direview oleh dua orang dari
Dewan Redaksi untuk mendapatkan masukan dapat tidaknya naskah tersebut
diterbitkan. Kemudian bagian editorial akan menyampaikan hasil diskusi Dewan
Redaksi kepada penulis. Naskah yang dinyatakan layak terbit oleh Dewan
Redaksi selanjutnya akan diproses oleh bagian editorial, dimulai dari proses
penyuntingan bahasa, pembuatan kover, penataan isi buku (layout) dengan
program In Design, dan proof reading. Terdapat beberapa orang dalam staff
editorial di UGM Press yang bertugas menyunting sebuah naskah.

Naskah yang diterima oleh UGM Press berupa karya umum, ilmiah, ataupun
sastra. Naskah yang dikirimkan kepada UGM Press merupakan karya asli dan
bukan menjiplak karya orang lain. Apabila naskah yang dikirimkan adalah karya
terjemahan, harus dilampirkan karya aslinya dan bukti izin penerbitan dalam
bentuk terjemahan dari penulis dan penerbit aslinya.

Apabila naskah tersebut berupa karya ilmiah, maka tema yang dipilih harus
menarik, menunjukkan kebaruan keilmuan, dan dibutuhkan oleh pembaca di
bidang kajiannya. Apabila naskah berupa karya umum atau sastra, tema yang
dipilih harus menarik, up to date, unik, tidak mengandung unsur pornografi dan
SARA, serta dibutuhkan oleh pembaca.

Praktik kerja di UGM Press harus melalui beberapa tahap sebelum akhirnya
dapat melakukan penyuntingan di sana. Tahapan tersebut dimulai dengan
meminta tanda tangan dan cap dari kepala prodi dan memasukkan surat ijin ke
pihak UGM Press. Setelah mendapat konfirmasi dari pihak UGM Press barulah
dapat menentukan tanggal dan melaksanakan praktik kerja.

Kegiatan praktik kerja penyuntingan di UGM Press dapat melatih kerja sama
dengan tim di dalam suatu perusahaan. Selain itu juga dapat mempelajari lebih
dalam tentang dunia penerbitan khususnya bagian editing. Dalam waktu satu
bulan, pelajaran yang didapat dari UGM Press sangat banyak seperti kerja sama
setiap bagian staff sangat baik, pembelian di showroom dilayani dengan baik,
kemudian ada juga kegiatan senam sehat setiap hari Jumat dan membagikan
makanan untuk semua pegawai pada hari Jumat. Pelajaran dan pengalaman lain
yang didapatkan adalah tentang kegiatan editing seperti gaya selingkung yang
digunakan oleh UGM Press yang tentu saja berbeda dengan UNS Press. Disiplin
terhadap waktu dan ketelitian dalam kerja sangat penting untuk menyelesaikan
tugas sesuai deadline. Kegiatan praktik kerja ini juga memberikan peluang untuk
menambah wawasan dengan membaca bermacam-macam buku. Hal itu bisa
terjadi karena sebelum proses editing dan proofread dilaksanakan, seorang
penyunting harus membaca buku yang akan disunting terlebih dahulu. Buku yang
disunting juga beragam. Kegiatan menyunting di UGM Press dilakukan dengan
menyunting buku kedokteran, sains, pertanian, dan geografi yang tentu saja masih
sangat baru bagi yang terbiasa ada di sastra. Kata maupun kalimat asing, kata
latin, dan baru ditemui pun sangat banyak. Dalam kegiatan praktik kerja di UGM
Press tidak jarang juga meminta bantuan pembimbing dari UGM Press untuk
membantu penggunaan kata atau kalimat latin yang harus dibenarkan dengan cara
seperti apa.
Selain belajar mengedit naskah, pembelajaran yang didapat adalah tentang
mengaudit buku. Ketika naskah buku sudah tidak ada yang masuk, tugas lain
diberikan yaitu untuk mengaudit buku-buku untuk dimasukan ke dalam katalog.
Mengaudit buku dilakukan dengan melabeli buku yang belum diberi label yang
digunakan untuk mempermudah dalam pencarian dalam katalog dan
merapikannya di rak buku yang sudah ada.
Pembelajaran lain yang belum pernah didapatkan di kampus adalah pembelian
buku secara online yang dapat dilakukan di UGM Press. Pembelian buku secara
online tersebut dilakukan melalui Grab dan Gojek, di mana pembayarannya dapat
melalui ovo dan gopay. Kami belajar bagimana melayani mahasiswa yang akan
membeli buku di showroom. Kerja sama antar tim juga sangat terlihat di sini
ketika bekerja. Karena setiap bagian dalam penerbitan dapat menyelesaikan
pekerjaannya dengan tepat waktu dan secara bersama-sama dengan timnya.
Penutup
Penyuntingan di sebuah kantor penerbit sangat penting adanya. Sebuah
naskah yang masuk akan diseleksi dan disunting agar layak diterbitkan. Naskah
yang masuk akan disunting untuk dapat dicetak agar dapat dinikmati oleh
pembaca dan sesuai dengan pasar konsumen. Penyunting akan menyunting kata,
kalimat, dan tanda baca yang terdapat dalam naskah dan menggantinya menjadi
benar. Kegiatan menyunting juga akan menambah wawasan, pengalaman, dan
pengetahuan mahasiswa tentang menyunting di sebuah penerbit. Praktik kerja
menjadi seorang editor di UGM Press memberikan banyak pelajaran dan
pengalaman baru yang berkaitan dengan editorial. Pengalaman dan pelajaran
tersebut akan menjadi bekal bagi mahasiswa untuk menghadapi dunia kerja yang
sebenarnya. Mahasiswa juga dapat semakin mengikuti perkembangan jaman dan
menjadi mahasiswa yang siap pakai, bukan hanya siap latih lagi.
Daftar Pustaka

Arifin, E. Zaenal. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika


Pressindo.

Eneste, Pamusuk. 2005. Buku Pintar Penyuntingan Naskah. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Karsana, Ano. 1986. Buku Materi Pokok Keterampilan Menulis. Jakarta:


Karunika.

Mahargyani, Waluyo H.J, Saddhono. 2012. Peningkatan Kemampuan Menulis


Deskripsi dengan Menggunakan Metode Field Trip Pada Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya, 1
(1) 138-152. Universitas Sebelas Maret.

Mizan. 2000. Paduan Penyusunan Naskah. Yogyakarta: Mizan.

Mundziroh, Andayani, Saddhono. 2013. Peningkatan Kemampuan Menulis


Cerita dengan Menggunakan Metode Picture And Picture Pada Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan
Pengajarannya, 1 (2) 1-10. Universitas Sebelas Maret.

Putra, R. Masri Sareb. 2007. MEDIA CETAK Bagaimana Merancang dan


Memproduksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rifai, Mien A. 1997. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suseno, Slamet. 1997. Teknik Penulisan Ilmiah Populer. Jakarta: Gramedia.

Tarigan. 1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:


Angkasa.
Lampiran

Buku “BIOGAS Untuk Kemandirian Energi di Perdesaan” oleh Ambar P.,


Derajad S.W., Supriadi, Rachmawan B.

1. Pengembangan Pertanian Terpadu (Integrated Farming System): bahasa


Inggris ditulis italic/miring.
2. Proses sosial terus dilakukan seiring perkembangan pemenfaatan
teknologinya,…: penulisan kata pemenfaatan salah, seharusnya pemanfaatan.

3. Konsentrasi amonia sekitar 2 gN/I tidak akan menghasilkan efek pengganggu


pada metanogen asetoklastik.: gN/I tidak disebutkan satuan apa.

4. Kata ‘mbar’ pada tabel halaman 82 seharusnya ditulis milibar.


5. Sufyandi, A.. 2001. Informasi Teknologi Tepat Guna untuk Pedesaan Biogas.
Bandung.: pada daftar pustaka tidak disebutkan nama penerbitnya.

Lampiran Foto

Anda mungkin juga menyukai