Anda di halaman 1dari 35

ISTITHA’AH KESEHATAN

JEMAAH HAJI
PERMENKES NOMOR 15 TAHUN 2016
Curricullum Vitae
Eka Jusup Singka (Jakarta, 24 Mei 1970)
Pendidikan
1. S1: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar
2. S2: University of York, United Kingdom (Health Sciences)
3. S3: UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Jabatan
1. Ka Seksi Monitoring dan Evaluasi Subdit TB Ditjen PP dan PL
2. Ka. Bidang Peningkatan Kesehatan dan Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan Haji, Puskeshaji
3. Ka. Bidang Pendayagunaan SDM Kesehatan Luar Negeri
4. Ka. Bidang Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan Fungsional Kesehatan
5. Ka. Bidang Pembimbingan dan Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan Haji
6. Ka. Pusat Kesehatan Haji, Kementerian Kesehatan
LATAR BELAKANG
1. "...Mengerjakan haji adalah Kewajiban manusia
terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang Sanggup
(istitha’ah) mengadakan perjalanan ke Baitullah.." (QS.
Ali Imran [3]: 97).
2. Ayat ini menyatakan bahwa ibadah haji hanya
diwajibkan kepada orang yang sanggup mengadakan
perjalanan untuk haji, yang lazim disebut dengan
istitha’ah.
3. Syarat Wajib Haji: Islam, Dewasa, Berakal, Merdeka,
Istithaáh.
4. Istithaah adalah kemampuan Jemaah Haji secara
jasmaniah, ruhaniah, pembekalan dan keamanan
untuk menunaikan ibadah haji tanpa menelantarkan
kewajiban terhadap keluarga (Fatwa MUI 1979).
Dasar Permenkes Tentang Istithaah
1. Rekomendasi Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) yang menyatakan bahwa pemerintah segera menerbitkan
pedoman dalam menerapkan istithaah Kesehatan (2013 s/d 2015).
2. Seminar Nasional tentang Isthita’ah kesehatan pada tanggal 14 Maret 2014 di Hotel Manhattan Jakarta. (hasil
Pertemuan);
3. Diskusi ilmiah dengan tentang aspek kesehatan dalam penerbangan” pada evaluasi Nasional kesehatan haji
tanggal 26 November 2014 di Surakarta menghasilkan rekomendasi kondisi medis yang laik dan tidak laik terbang.
4. Surat Keprihatinan Pemerintah Arab Saudi yang disampaikan melalui Surat Dubes RI di Riyad nomor B-
01657/Riyadh/140921 tanggal 20 September 2014 tentang “Sick Pilgrim Coming to Die in KSA Critizied”
5. Fatwa MUI tentang Istitha’ah dalam melaksnakan Ibadah Haji tanggal 2 Februari 1979.
6. ‘Mudzakarah Perhajian Nasional Tahun 2015 diselenggarakan oleh Kementerian Agama mulai tanggal 25 – 27
Februari 2015, dengan tema “Istitha’ah Kesehatan dan Haji Berulang-ulang.
7. Temuan audit opersional penyelenggaraan kesehatan haji oleh BPK Nomor 2/S/XIX/2/2016 tanggal 1 Februari
2016 perihal penyampaian konsep LHP dan permintaan tanggapan serta rencana aksi atas pemeriksaan kinerja
pelayanan kesehatan haji.
8. Focus On Group Discusion yang diselenggarakan oleh BPK Desember 2015 di Hotel Century Park Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 15 Tahun 2016 yang
mengatur tentang Isthitaah Kesehatan Jemaah haji, merupakan
rekomendasi dari;
1. Seminar Nasional tentang Isthita’ah kesehatan 2014 di Jakarta.
2. Mudzakarah Perhajian Nasional 2015 dengan tema “Istitha’ah Kesehatan dan
Haji Berulang-ulang”.
3. Diskusi ilmiah dengan tentang aspek kesehatan dalam penerbangan pada
Evaluasi Nasional Kesehatan Haji 2014 di Surakarta.
4. Surat Keprihatinan Pemerintah Arab Saudi kepada Pemerintah Indonesia (No:
B-01657/Riyadh/140921) tentang “Sick Pilgrim Coming to Die in KSA Critizied”.
5. Temuan Audit Operasional Penyelenggaraan Kesehatan Haji oleh BPK Nomor
2/S/XIX/2/2016 perihal Penyampaian Konsep LHP dan Permintaan Tanggapan
serta Rencana Aksi atas Pemeriksaan Kinerja Pelayanan Kesehatan Haji.
6. Focus On Group Discusion yang diselenggarakan oleh BPK
7. Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI)
ISTITHAAH KESEHATAN
1. Istithaah Kesehatan Jemaah Haji adalah kemampuan Jemaah Haji dari
aspek kesehatan yang meliputi fisik dan mental yang terukur dengan
pemeriksaan yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga Jemaah Haji
dapat menjalankan ibadahnya sesuai tuntunan Agama Islam.
2. Ibadah haji merupakan rangkaian ibadah yang melibatkan aktifitas fisik,
sehingga Jemaah haji harus mampu secara fisik dan mental agar dapat
melaksanakan rangkaian ibadah haji dengan baik dan lancar sesuai ajaran
Agama Islam.
3. Istithaah Kesehatan Jemaah Haji sangat tergantung dengan situasi,
kondisi, upaya dan lingkungan di tempat Ibadah Haji.
4. Untuk menuju Istithaah Kesehatan, harus dilakukan:
a. Pemeriksaan dan pembinaan kesehatan sejak Jemaah haji mendaftar.
b. Pembinaan, pelayanan dan perlindungan Kesehatan di Tanah Suci.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI KESEHATAN
(ISTITHAAH KESEHATAN JEMAAH HAJI)

1. Kebijakan/
Regulasi yang
mendukung
2. Konsumsi,
Transportasi,
5. Pemeriksaan & Akomodasi dan
Pembinaan Lingkungan
kesehatan
(Pra Armina, Armina,
dan Pasca Armina)

4. Pengetahuan,
Sikap, & Perilaku Implementasi 3. Sumber Daya
Kesehatan Haji Kesehatan Haji
jemaah haji
(SDM dan
terhadap aktivitas
ibadah (Istithaah) Fasyankes)
Teori Faktor Risiko dengan Status Kesehatan Jamaah Haji
(Eka Jusup Singka, 2015):
Y

ZONA
Existing Disease
Z1 AMAN

X
-Exacerbasi akut berat

-New diseases berat

-Mortality New Diseases

Z2

• Sumbu X= status kesehatan Jamaah Haji (faktor intrinsik).


• Sumbu Y= faktor risiko kesehatan (faktor ekstrinsik).
• Z1 = intervensi melalui penguatan pelayanan kesehatan dan pengobatan (kuratif dan
rehabilitatif) diperkuat dengan pembimbingan dan pengendalian faktor risiko kesehatan
jamaah haji.
• Z2 = intervensi melalui pembimbingan dan pengendalian faktor risiko kesehatan haji serta
pelayanan dan pengobatan penyakit.
Teori Hubungan Kondisi Jamaah Haji (K) dengan Faktor Risiko.
(Eka Jusup Singka, 2015).

Faktor Risiko (cuaca, suhu, jarak,


aktifitas, kelelahan, stress psikososial).

Y Risiko timbulnya penyakit dan


eksaserbasi

Status kesehatan Jamaah Haji (Konstan), usia,


penyakit kronis, degenerative, metabolik)

Kesakitan (penyakit baru dan/atau existing eksaserbasi akut) = K x


Intensitas Faktor Risiko yang diterimanya.
Periode Penyelenggaraan Haji dan Faktor Risiko Kesehatan yang Mempengaruhinya.

Faktor Risiko Faktor Risiko


Debarkasi dan Pra Embarkasi
Kepulangan

Aktifitas fisik, jarak Penyakit kronis,


tempuh, kelelahan, perilaku hidup sehat
stressor psikososial,
usia, gizi

Iklim, cuaca, jarak Pola makan, Aktifitas


pondokan, pola fisik, jarak tempuh,
makan, Aktifitas kelelahan, stressor
fisik, jarak tempuh, psikososial,
kelelahan, stressor kepadatan, usia, gizi,
psikososial, penyakit menular
kepadatan, usia, gizi,
penyakit menular

Faktor Risiko Faktor Risiko


di Arab Saudi Embarkasi dan
Keberangkatan
PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

HAJI MABRUR

ISTITHAAH
TERBITNYA KEBIJAKAN DAN REGULASI TERKAIT PEMBINAAN dan PEMERIKSAAN KESEHATAN
Permenkes No 15 Tahun 2016 Tentang Istithaah Kesehatan dan Permenkes No.62 Tahun 2016
Surat Edaran Mendagri No. 450/1861/SJ. Surat Edaran KAPOLRI
Nota Diplomatik Arab Saudi No. 8/8/281683.
Jasmaniyah, Amaliyah, dan Ubudiyah
Jasmani, Rohani, Ekonomi, dan Keamanan
Aspek kesehatan laik ibadah: Bebas CEDERA, SEHAT dan BUGAR

FAKTOR DETERMINAN: Usia Lanjut, Penyakit Kronis


(Kardiovaskular, Metabolik, Muskuloskeletal, Neurologis), Penyakit Menular, Psikososial
(Akut dan Kronis), Masalah Gizi, Kesehatan Reproduksi, Kecelakaan, Lingkungan (Air
Bersih, Sanitasi, Cuaca Ekstrim), dan Pengetahuan Kesehatan
5 LEVEL PREVENTION pada fase: Masa Tunggu, Keberangkatan,
Perjalanan Udara/Darat, Masa Ibadah
(Makkah, Madinah, Armina), Kepulangan
PRINSIP Permenkes Nomor 15 TAHUN 2016
1. Upaya pemerintah dalam melakukan persiapan kesehatan Jemaah haji sejak dini agar
jemaah dapat mencapai Istithaah Kesehatan.
2. Agar upaya persiapan tersebut terkoordinasi dengan baik dan terarah.
3. Penetapan istithaah kesehatan merupakan informasi terhadap batasan/kriteria klinis
seorang Jemaah haji dalam rangka menjalankan Rukun dan Wajib haji yang berkaitan
dengan situasi, kondisi dan upaya di Saudi.
Tujuan Penyelenggaraan Kesehatan Haji
1. Mencapai istithaah kesehatan Jemaah haji,
2. Mengendalikan faktor risiko kesehatan haji,
3. Menjaga agar Jemaah Haji dalam kondisi sehat selama di Indonesia, selama
perjalanan, dan Arab Saudi,
4. Mencegah terjadinya transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa keluar
dan/atau masuk oleh Jemaah Haji dan,
5. Memaksimalkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan
haji.
Bagan Tahapan Pemeriksaan dan Pembinaan

Tahapan Pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan Haji

Pemeriksaan Kesehatan
Tahap Pertama

Permenkes No.
15 Tahun 2016 Puskesmas/
NON
Rumah Sakit RISTI
Tentang RISTI

Istithaah
Kesehatan Pembinaan Masa Tunggu

Jamaah Haji
Pemeriksaan Kesehatan
Tahap Kedua
Kabupaten/
Kota

Memenuhi Memenuhi Tidak


TidakMemenuhi
Syarat Syarat Dengan Memenuhi
Syarat Sementara
Pendampingan Syarat

Pembinaan Masa Keberangkatan

Pemeriksaan Kesehatan
Tahap Ketiga
Embarkasi

Laik Tidak
Laik
Terbang
Terbang
Preparation Phase Activities Operational Phase Activities
Promotive-preventive Team
District health officers District health officers Emergency (Quick response Team)
Hospital doctors Hospital doctors Curative and rehabilitative Team
Health center doctors Health center doctors
Embark FLIGHT
Register SURGEON
REGISTRATION

Number Counselling, Counselling,


coaching & coaching &

SURVEILANCES
SAUDI ARABIA

DEBARCATION
DURING FLGHT
Training Training
First Health 2nd Health 3rd Health
Examination Examination Examination

DETERMINING ISTITHA’AH
Risk Status: 1. Qualified. Health Status:
1. High Risk. 2. Qualified with specific 1. Fit for Flight
2. No High Risk. support. 2. Unfit for Flight
3. Temporally unqualified
4. Unqualified.
IT Based supporting data
Health Insurance (HI) HI
PEMERIKSAAN KESEHATAN TAHAP PERTAMA
(PENETAPAN TINGKAT RISIKO KESEHATAN)
1. Dilakukan oleh Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/Kota di
Puskesmas dan/atau Rumah Sakit.
2. Dilakukan pada saat jemaah Haji melakukan pendaftaran untuk
mendapatkan nomor porsi.
3. Menghasilkan penetapan status kesehatan Jemaah Haji Risiko Tinggi atau
tidak Risiko Tinggi.
4. Kriteria status kesehatan Jemaah Haji Risiko Tinggi :
a. berusia 60 tahun atau lebih.
b. memiliki faktor risiko kesehatan dan gangguan kesehatan yang
potensial menyebabkan keterbatasan dalam melaksanakan ibadah
haji.
16
Jenis
No. Kegiatan Pelaksana Tempat
Pembinaan
1. Puskesmas
1. Konseling 2. Rumah Sakit Puskesmas/Rumah Sakit/Klinik Mandiri
3. Dokter Praktik Mandiri

1. Puskesmas Puskesmas atau tempat lain yang telah


2. Latihan Kebugaran
2. Organisasi Masyarakat disepakati.
Pembimbingan
Kesehatan Haji Pemanfaatan
kegiatan berbasis 1. Puskesmas Tempat yang disepakati
3.
PEMBINAAN Masyarakaat, contoh: 2. Organisasi Masyarakat
KESEHATAN HAJI Posbindu
DI MASA
1. Puskesmas
TUNGGU 4. Kunjungan Rumah Rumah Jemaah Haji

1. Puskesmas Puskesmas atau tempat lain yang telah


1. Penyuluhan
2. Organisasi Masyarakat disepakati.
Penyebarluasan Tempat yang disepakati
1. Pemerintah
Penyuluhan informasi melalui
2. 2. Organisasi Masyarakat
Kesehatan Haji poster, brosur,
leaflet, dan video
Pemanfaatan media 1. Pemerintah
3. Tempat yang disepakati
massa 2. Organisasi Masyarakat
PEMERIKSAAN KESEHATAN TAHAP KEDUA
(PENETAPAN ISTITHAAH KESEHATAN)

1. Dilaksanakan oleh Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/Kota di


puskesmas dan/atau rumah sakit.
2. Dilakukan pada saat pemerintah telah menentukan kepastian keberangkatan
Jemaah Haji pada tahun berjalan
3. Menghasilkan Istithaah Kesehatan Jemaah Haji :
a. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji
b. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji dengan Pendampingan
c. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji untuk Sementara
d. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji
18
PENETAPAN ISTITHAAH KESEHATAN JEMAAH HAJI
(dilakukan di Kabupaten/Kota)

1. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji

2. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji dengan Pendampingan

3. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji untuk Sementara

4. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji


1. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji
a. Jemaah Haji yang memiliki kemampuan mengikuti proses ibadah haji
tanpa bantuan obat, alat, dan/atau orang lain dengan tingkat
kebugaran jasmani setidaknya dengan kategori cukup, merupakan hasil
pemeriksaan kebugaran yang disesuaikan dengan karakteristik individu
Jemaah Haji.

b. Jemaah Haji yang masuk kriteria ini wajib berperan aktif dalam kegiatan
promotif dan preventif.
2. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji dengan
pendampingan.

a. Berusia 60 tahun atau lebih.

b. Menderita penyakit tertentu yang tidak masuk dalam


kriteria Tidak memenuhi syarat Istithaah sementara
dan/atau tidak memenuhi syarat Istithaah.
3. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji
untuk Sementara.
a. Tidak memiliki sertifikat vaksinasi Internasional (ICV) yang sah.
b. Menderita penyakit tertentu yang berpeluang sembuh.
c. Suspek dan/atau konfirm penyakit menular yang berpotensi wabah.
d. Psikosis Akut.
e. Fraktur tungkai yang membutuhkan Immobilisasi.
f. Fraktur tulang belakang tanpa komplikasi neurologis.
g. Hamil yang diprediksi usia kehamilannya pada saat keberangkatan kurang
dari 14 minggu atau lebih dari 26 minggu.
4. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji.
a. Kondisi klinis yang dapat mengancam jiwa
b. Gangguan jiwa berat
c. Jemaah dengan penyakit yang sulit diharapkan
kesembuhannya
a. Kondisi Klinis Yang dapat mengancam Jiwa
1. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) derajat IV.
2. Gagal Jantung Stadium IV.
3. Chronic Kidney Disease Stadium IV dengan peritoneal.
dialysis/hemodialisis reguler.
4. AIDS stadium IV dengan infeksi oportunistik.
5. Stroke Haemorhagic luas;
b. Gangguan jiwa berat antara lain:
1. Skizofrenia berat
2. Dimensia berat
3. Retardasi mental berat;

c. Jemaah dengan penyakit yang sulit diharapkan kesembuhannya,


antara lain:
1. Keganasan stadium akhir,
2. Tuberculosis Totaly Drugs Resistance (TDR)
3. Sirosis atau hepatoma decompensata.
Jenis pembinaan No Kegiatan Pelaksana Tempat

1. Konseling 1. Puskesmas Puskesmas / RS / Klinik Mandiri / Asrama Haji


2. Rumah Sakit
3. Dokter Praktik Mandiri
4. PPIH Embarkasi
2. Latihan Kebugaran 1. Puskesmas Puskesmas atau tempat lain yang telah disepakati
2. Organisasi Masyarakat
3. Pemanfaatan kegiatan berbasis 1. Puskesmas Tempat yang disepakati
Pembimbingan masyarakat, contoh: Posbindu 2. Masyarakat
Kesehatan Haji 4. Kunjungan Rumah 1. Puskesmas Rumah Jemaah Haji

PEMBINAAN
5. Bimbingan Manasik 1. Kementerian Agama Tempat yang disepakati
KESEHATAN HAJI
2. Puskesmas
DI MASA
3. Organisasi Masyarakat
KEBERANGKATAN
6. Pembinaan Terpadu 1. Kementerian Agama Tempat yang disepakati
2. Puskesmas
3. Organisasi Masyarakat
Penyuluhan 1. Penyuluhan 1. Puskesmas 1. Puskesmas atau
Kesehatan Haji 2. Organisasi Masyarakat 2. tempat lain yang telah disepakati
3. PPIH Embarkasi 3. Asrama haji
2. Penyebarluasan informasi 1. Pemerintah Tempat yang disepakati
melalui poster, brosur, leaflet, 2. Organisasi Masyarakat
dan video 3. PPIH Embarkasi
3. Pemanfaatan media massa 1. Pemerintah Tempat yang disepakati
2. Organisasi Masyarakat
3. PPIH Embarkasi
PEMERIKSAAN KESEHATAN TAHAP KETIGA
(PENETAPAN KELAIKAN KESEHATAN)

1. Dilaksanakan oleh PPIH Embarkasi Bidang Kesehatan di embarkasi


pada saat Jemaah Haji menjelang pemberangkatan.
2. Dilakukan dilakukan untuk menetapkan status kesehatan Jemaah
Haji laik atau tidak laik terbang.
3. Jemaah Haji yang ditetapkan tidak laik terbang merupakan Jemaah
Haji dengan kondisi yang tidak memenuhi standar keselamatan
penerbangan internasional dan/atau peraturan kesehatan
International.
27
Kenapa Permenkes Istithaah Kesehatan Haji dibuat?
1. Adanya masukan untuk mengatur kesehatan Jemaah haji sebelum berangkat. Banyak Jemaah
haji ditemukan di Tanah Suci dalam keadaan sakit sehingga harus dirawat di KKHI dan RSAS,
akibatnya Jemaah tersebut tidak dapat menjalankan ibadah hajinya secara utuh.
2. Adanya masukan yang menyatakan bahwa PPIH Bidang kesehatan memberangkatkan
Jemaah haji yang tidak layak karena alasan kesehatannya.
3. Lingkungan, Iklim, situasi dan kondisi dalam pelaksanaan ibadah haji, mulai dalam perjalanan
(kelelahan) dan di Arab Saudi (Panas, debu, jarak pondokan, aktifitas Jemaah saat di Saudi)
berpengaruh terhadap kondisi kesehatan Jemaah, untuk itu perlu persiapan dalam
membentuk kondisi kesehatan Jemaah haji.
4. Sarana dan prasarana kesehatan yang disiapkan pemrintah Indonesia terbatas untuk
pelayanan kesehatan bagi Jemaah haji Indonesia, sarana dan prasarana di KKHI hanya
menampung 300 TT dengan jumlah Nakes yang terbatas. Penggunaan RSAS juga terbatas,
mengingat jumlah fasilitas dan waktu penggunaannya terbatas. RSAS bukan untuk Jemaah
haji Indonesia saja, tetapi Jemaah haji dari lainnya, waktu pemanfaatannya juga sebelum
operasional haji berakhir.
Beberapa Rekomendasi Permenkes Tentang Istithaah
1. Rekomendasi Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) yang menyatakan
bahwa pemerintah segera menerbitkan pedoman dalam menerapkan
istithaah Kesehatan (2013 s/d 2015).
2. Seminar Nasional tentang Isthita’ah kesehatan pada tanggal 14 Maret
2014 di Hotel Manhattan Jakarta.
3. Diskusi ilmiah tentang aspek kesehatan dalam penerbangan” pada
evaluasi Nasional kesehatan haji tanggal 26 November 2014 di Surakarta
menghasilkan rekomendasi kondisi medis yang laik dan tidak laik terbang.
4. Surat Keprihatinan Pemerintah Arab Saudi yang disampaikan melalui
Surat Dubes RI di Riyad nomor B-01657/Riyadh/140921 tanggal 20
September 2014 tentang “Sick Pilgrim Coming to Die in KSA Critizied”
5. Fatwa MUI tentang Istitha’ah dalam melaksnakan Ibadah Haji tanggal 2 Februari
1979.
6. ‘Mudzakarah Perhajian Nasional Tahun 2015 diselenggarakan oleh Kementerian
Agama mulai tanggal 25 – 27 Februari 2015, dengan tema “Istitha’ah Kesehatan
dan Haji Berulang-ulang.
7. Temuan audit opersional penyelenggaraan kesehatan haji oleh BPK Nomor
2/S/XIX/2/2016 tanggal 1 Februari 2016 perihal penyampaian konsep LHP dan
permintaan tanggapan serta rencana aksi atas pemeriksaan kinerja pelayanan
kesehatan haji.
8. Focus On Group Discusion yang diselenggarakan oleh BPK Desember 2015 di
Hotel Century Park Jakarta.
Pengertian Istitha’ah dalam Permenkes Nomor 15 Tahun
2016
• Yang dimaksud Istitha’ah dalam Permenkes 15 Tahun 2016 adalah
kemampuan Jemaah Haji secara jasmaniah, ruhaniah, pembekalan dan
keamanan untuk menunaikan ibadah haji tanpa menelantarkan kewajiban
terhadap keluarga (definisi tersebut diambil dari Fatwa Majelis Ulama
Indonesia 1979).
• Istitha’ah Kesehatan Jemaah Haji adalah Kemampuan Jemaah Haji dari
aspek kesehatan yang meliputi fisik dan mental yang terukur dengan
pemeriksaan yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga Jemaah Haji
dapat menjalankan ibadahnya sesuai tuntunan Agama Islam.
• Kata *Kemampuan* yang ada dalam makna Istithaah Kesehatan merujuk
kepada arti istitha’ah itu sendiri yang artinya *Mampu atau sanggup*.
Konflik atas pengaturan Istithaah Kesehatan Jemaah haji
• Istithaah Kesehatan menjadi rumit dan ajang konflik kepentingan setelah adanya pendapat sebagian orang
bahwa istithaah kesehatan TIDAK BOLEH membatasi Jemaah haji untuk berangkat menunaikan ibadah haji
yang sarat dengan aktifitas fisik dan dilaksanakan pada kesempatan yang sama dimana terjadinya
pengumpulan massa yang cukup padat dan besar.
• Kenapa mendapat tantangan?
• Adanya pendapat bahwa berangkat haji hanya membutuhkan pelunasan ONH.
• Berangkat haji adalah aktifitas ibadah, tidak bisa hukum/aturan lainnya membatasi aktifitas dimaksud.
• Dianggap Istithaah kesehatan membatasi hak Kementerian Agama dalam menetapkan keberangkatan Jemaah atas
dasar pelunasan
• Kemenag tidak sepenuhnya mendukung Permenkes Nomor 15 Tahun 2016 Tentang Istithaah Kesehatan
Jemaah Haji.
• Kemenag tidak sepenuhnya mendukung model ideal dan usulan atas teknis pelaksanaan Permenkes Nomor
15 Tahun 2016. dimana masyarakat yang tidak memenuhi syarat istithaah dianjurkan untuk di tunda
keberangkatannya atas dasar pengukuran Kesehatan dan kaitannya dengan Syariat Agama.
• Beberapa Kriteria penyakit dapat menjadi Nilai tempur kepada Kemenag  ada yang membahayakan diri dan
orang lain. Namun dianggap hal tersebut Tidak Bermasalah, karena tidak melanggar syariat dalam Berhaji.
Sehingga ada catatan.
• Merugikan orang lain, bisa dipertimbangkan untuk distop
• Merugikan diri sendiri menjadi pilihan.
• Dianggapnya bahwa masalah Istithaah adalah ranahnya Kemenag
dan Institusi Agama, Bukan pekerjaan Kementerian Kesehatan.
Kemkes dianggap tidak perlu mengurus Kaidah Islam dan berfungsi
sebagai pembantu Kemenag.

Anda mungkin juga menyukai