Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar sel
diseluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis
protein-protein baru. Menghasilkan penambahan jumlah berat secara keseluruhan
atau sebagian. Perkembangan (development), adalah perubahan secara berangsur-
angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya
kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan, dan
pembelajaran (Wong, 2000).
Tahap remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana
terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai
fertilitas dan terjdi pada perubahan-perubahan psikologi serta kognitif. Untuk
tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologinya.
Tingkat tercapainya potensi biologi seseorang remaja, merupakan hasil interaksi
antara faktor genetik dan lingkungan biopsikososial. Proses yang unik dan hasil
akhir yang berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap remaja.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan pada masa remaja?
2. Apa yang dimaksud perkembangan biologis remaja?
3. Apa yang dimaksud dengan perkembangan kognitif remaja?
4. Apa yang dimaksud dengan perkembangan motorik kasar remaja?
5. Apa yang dimkasud dengan perkembangan motorik halus remaja?
6. Apa yang dimkasud dengan perkembangan moral remaja?
7. Apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial remaja?
8. Apa yang dimaksud dengan perkembangan spiritual remaja?
9. Apa yang dimaksud dengan perkembangan seksualitas remaja?
10. Bagaimana dukungan kesehatan anak usia remaja?

1
C. Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa I tentang konsep tumbuh kembang
dan perkembangan pada usia remaja dan untuk mengetahui dan memahami
tentang:
1. Pertumbuhan usia remaja
2. Perkembangan biologis remaja
3. Perkembangan kognitif remaja
4. Perkembangan motorik kasar remaja
5. Perkembangan motorik halus remaja
6. Perkembangan moral remaja
7. Perkembangan sosial remaja
8. Perkembangan spiritual remaja
9. Perkembangan seksualitas remaja
10. Dukungan kesehatan anak usia remaja

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan Usia Remaja


Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan
psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahap berikut:
1. Masa remaja awal/dini (Early adolescence): umur 11-13 tahun.
2. Masa remaja pertengahan (Middle adolescence): umur 14-16 tahun.
3. Masa remaja lanjut (Late adolescence): umur 17-20 tahun.

B. Perkembangan Biologis Remaja


Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas
yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara
perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja
adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi).
Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada
wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang
tumbuh (Sarwono, 2006: 52).
Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002: 79)
menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu;
pertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi
panjang, tumbuh payudara.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan,
mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu
kemaluan menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.
Potter & Perry (2005:535) juga mengatakan bahwa setelah pertumbuhan
awal jaringan payudara, puting dan areola ukurannya meningkat. Proses ini
sebagian dikontrol oleh hereditas, mulai pada paling muda usia 8 tahun dan
mungkin tidak komplet dalam usia 10 tahun. Kadar estrogen yang meningkat juga
mulai mempengaruhi genital. Uterus mulai membesar dan terjadi peningkatan
lubrikasi vaginal, hal tersebut bisa terjadi secara spontan atau akibat perangsangan
seksual. Vagina memanjang, dan rambut pubis dan aksila mulai tumbuh.

3
Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi antara lain;
pertumbuhan tulang-tulang, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan
berwarna gelap, awal perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), bulu
kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat
maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus diwajaah (kumis,
jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut diwajah
bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu dada. Kadar testosteron yang
meningkat sitandai dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat dan vesikula
seminalis.
Perry&Potter (2005:690) mengungkapkan bahwa empat fokus utama
perubahan fisik adalah :
1. Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot dan visera
2. Perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebah pinggul
3. Perubahan distribusi otot dan lemak
4. Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder.

C. Perkembangan Kognitif Remaja


Secara umum perkembangan kognitif atau perkembangan mental sebagai
proses-proses mental yang mencakup pemahaman tentang dunia, penemuan
pengetahuan, pembuatan perbandingan, berpikir, dan mengerti.
Dalam pandangan Piaget, perkembangan mental pada hakikatnya adalah
perkembangan kemampuan penalaran logis. Menurut Piaget, makna berpikir
dalam proses mental lebih penting dari mengerti. Piaget berpendapat bahwa pada
masa remaja, mereka termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi
secara biologis dirinya. Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-
ide yang lebih penting dibanding ide lainnya. Remaja juga dapat membandingkan
tersebut serta dapat mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi
mampu mengolah cara berfikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan
kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan
social yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk
berfikir abstrak. Di tinjau dari perspektif teori kognitif Piaget, masa remaja telah

4
mencapai tahap pemikiran operasional formal (formal operational thought) yakni
suatu tahap perkembangan kognitif yang dimulai pada usia kira-kira 11-12 tahun
dan terus berlanjut sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa.
Macam-macam Perkembangan Kognitif Remaja:
1. Perkembangan Intelektual: berkaitan dengan kecakapan untuk berfikir,
mengamati atau mengerti, atau pemikiran.
Menurut kamus Webster New World Dictionary of the American
Language, istilah intellect berarti:
- Kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti, kecakapan untuk
mengamati hubungan-hubungan, perbedaan-perbedaan, dan sebagainya.
- Kecakapan mental yang besar, sangat interlligence.
- Pikiran atau intelegensi
Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur karena perubahan
kecepatan perkembangan kemampuan tersebut tidak mudah terihat. Pada
masa remaja, kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk terus
bertambah. Pada awal remaja ka-kira 12 tahun, anak berada pada masa
yang disebut masa operasi formal atau berfikir abstrak, pada masa ini ia
telah berpikir dengan mempertimbagkan hal yang mungkin disamping hal
yang nyata.
2. Perkembangan Bakat Khusus atau Minat: berhubungan dengan potensi
atau talenta.
Terdapat perbedaan antara individu dalam tingkat kemampuan atau
prestasi. Hal ini karena terdapat perbedaan bakat yang dibawa sejak lahir dan
hasil dari latihan atau pengalaman. Bakat adalah kemampuan bawaan yang
masih perlu dikembangkan. Sedangkan minat adalah suatu perangkat mental
yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka
atau rasa takut yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
Dalam masa remaja, minat yang dibawa pada masa kanak-kanak
cederung berkurang dan diganti oleh minat yang lebih matang. Selain itu,
tanggung jawab yang harus dipikul semakin besar serta berkurangnya waktu
yang dapat digunakan sesuka hati, maka remaja dari waktu ke waktu harus
membatasi minatnya, terutama dibidang rekeasi.

5
D. Perkembangan Motorik Kasar Remaja
Perkembangan motorik adalah suatu perubahan kemampuan gerak dari
bayi hingga dewasa yang memperlihatkan interaksi positif dari otak, saraf, dan
otot. Pada usia ini kekuatan otot anak akan berlipat ganda seiring dengan
semakin banyaknya jumlah sel otot baru yang terbentuk. Pada anak laki-laki,
sel-sel otot baru yang dibentuk jumlahnya lebih banyak daripada anak
perempuan, sehingga tidak heran kalau anak laki-laki biasanya lebih kuat
dibandingkan dengan anak perempuan.
Sementara itu, perkembangan motorik kasarnya pun terus berlanjut.
Pada usia 10 tahun anak sudah mampu berlari sejauh 6,2 meter dalam waktu
5,5 detik, berlari dengan kecepatan 4,5 m/detik, melompat sejauh 1,3 meter,
melempar bola sejauh 9 m, dan menangkap bola yang dilempar ke arahnya dari
jarak tertentu. Pada usia 11 tahun, lompatannya sudah mencapai 1,5 m dan
pada usia 12 tahun kecepatan larinya mencapai 6,2 m dalam waktu 4 detik, dua
kali lebih cepat dibandingkan ketika ia masih berusia 6 tahun.
Kekuatan otot, ukuran otot, koordinasi gerakan otot, serta ketepatan
waktu dimulainya proses perkembangan, merupakan faktor-faktor yang
menentukan seberapa tinggi tingkat perkembangan motorik anak. Anak yang
memasuki usia ini pada usia yang tepat, biasanya akan memiliki kaki yang
panjang serta otot-otot tubuh yang kuat. Semua itu akan memungkinkan anak
untuk meningkatkan berbagai kemampuan dirinya, hingga akhir usia 12 tahun.

E. Perkembangan Motorik Halus Remaja


Perkembangan kekuatan otot tersebut kemudian diimbangi dengan
perkembangan dalam mengoordinasi gerakan antara otot yang satu dengan otot
yang lain. Oleh karena itu, keterampilan motorik halus yang telah dimilikinya
akan terus meningkat dan lebih spesifik. Pada masa ini aktivitas fisik sederhana
yang meliputi lari jarak pendek, melompat, dan melempar benda-benda
sesukanya, sudah tidak menarik lagi.Sebaliknya, mereka membutuhkan jenis
aktivitas yang kompleks dan menantang.
Dengan semakin berkembangnya sistem saraf, sehingga penyampaian
rangsangan dari simpul-simpul sarafnya berlangsung lebih cepat, maka anak

6
semakin terampil dalam mengoordinasi otot-otot tangan dan kakinya. Namun,
pada anak laki-laki kekuatan otot-ototnya jauh lebih berkembang dibandingkan
keterampilan mengoordinasi gerakan seluruh anggota tubuhnya. Berbeda halnya
dengan anak perempuan, di mana keterampilan dan keselarasan dalam gerak
tubuh, terutama jari-jari tangannya, mengalami kemajuan yang sangat pesat
dibandingkan dengan kekuatan otot.
Dengan koordinasi gerak tangan yang kian terampil, kemampuan menulis
mereka cukup baik.Ukuran dan bentuk huruf-huruf yang dibuatnya semakin
mendekati tulisan orang dewasa. Berkat perkembangan motorik halus anak yang
semakin baik, maka pada usia 10-12 tahun ia dapat menulis sederet kata-kata
dengan rapi, tidak naik turun sebagaimana pada masa-masa sebelumnya.
Keterampilan menggambarnya juga semakin meningkat, sehingga bentuk hasil
gambarnya pun semakin jelas. Untuk mewarnai gambarnya, anak-anak usia 10-14
tahun ini tidak lagi menggunakan krayon, tetapi ia lebih mengggunakan pensil
warna.

F. Perkembangan Moral Remaja


Menurut Hurlock (2006:225) salah satu tugas perkembangan yang penting
pada masa remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok atau
sosial-budayanya. Remaja harus berperilaku sesuai dengan harapan-harapan sosial
tanpa dibimbing dan di awasi, didorong, dan diancam dengan hukuman seperti
saat masa anak-anak. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral pada
masa anak-anak dengan prinsip-prinsip moral yang berlaku umum, dan
merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi menjadi pedoman
untuk berperilaku baik. Mitchel menegaskan remaja harus mengendalikan
perilakunya sendiri, yang dulu menjadi tanggung jawab orangtua dan guru.
(Hurlock, 2006:225). Remaja umumnya berada pada tingkat pascakonvensional,
Pada tingkat ini terjadi internalisasi moral dan tidak didasarkan pada standar-
standar moral orang lain. Bila remaja telah mencapai tingkat pasca konvensional,
berarti remaja telah mencapai kematangan sistem moral.
Karakteristik Umum Perilaku Moral Remaja Awal

7
Peserta didik bersikap kritis terhadap perilaku orangtua, guru, atau orang
dewasa lainnya, peserta didik akan menilai apakah perilaku mereka adalah asli
atau bersifat kepura-puraan (hypocrite). Remaja mengidentifikasikan dirinya
dengan tokoh-tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya
(Makmun, 2009:134) Remaja membentuk kode moral sebagai pedoman
berperilaku, dan beberapa remaja dilengkapi dengan kode moral yang diperoleh
dari pelajaran agama.
Menurut Santrock (2007:315) perilaku moral adalah perilaku prososial,
yang melibatkan sifat untuk menolong orang lain dan tidak mementingkan diri
sendiri (altruisme). Sifat empati berkontribusi terhadap perkembangan moral
remaja. Selanjutnya Lawrence Walker (Santrock, 2007: 319) menyatakan diantara
kebijaksanaan moral yang diutamakan adalah kejujuran, kebenaran, dapat
dipercaya, kepedulian, keharuan, keprihatinan, dan konsiderasi, loyalitas dan
mendengarkan kata hati.

G. Perkembangan Sosial Remaja


Perkembangan sosial pada masa remaja merupakan puncak dari
perkembangan sosial dari fase-fase perkembangan. Bahkan, terkadang,
perkembangan sosial remaja lebih mementingkan kehidupan sosialnya di luar
ikatan sosialnya dalam keluarga. Perkembangan sosial remaja pada fase ini
merupakan titik balik pusat perhatian. Lingkungan sosialnya sebagai perhatian
utama. Pada usia remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya
bertambah luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya
termasuk pergaulan dengan lawan jenis. Pemuasan intelektual juga didapatkan
oleh remaja dalam kelompoknya dengan berdiskusi, berdebat untuk memecahkan
masalah. Mengikuti organisasi sosial juga memberikan keuntungan bagi
perkembangan sosial remaja, namun demikian agar remaja dapat bergaul dengan
baik dalam kelompoknya diperlukan kompentensi sosial yang berupa kemampuan
dan keterampilan berhubungan dengan orang lain.
1. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Remaja
Ada tiga faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial remaja, yaitu :
a. Pengaruh Orang Tua

8
Orang tua sangat mempengaruhi perkembangan tingkah laku sosial remaja.
Remaja telah diperkenalkan tingkah laku-tingkah laku sosial, dan nilai-nilai
bertingkah laku yang dijunjung tinggi oleh orang tua. Disamping itu
hubungan dengan orang tua merupakan hubungan paling akrab
dibandingkan dengan siapapun dalam kehidupan remaja. Hubungan yang
mendalam dan akrab besar pengaruhnya terhadap proses sosialisasi remaja.
Namun, karena remaja menjadi mandiri dan tidak mau lagi bergaul, diatur
serta dituntut patuh oleh orang tua dalam kehidupan sosial, maka terjadi
konflik antara orang tua dan remaja.
b. Pengaruh sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan resmi yang bertanggung jawab
untuk memberikan pendidikan kepada siapapun yang berhak. Oleh karena
itu remaja banyak menghabiskan waktunya di sekolah semenjak berumur 4
tahun. Dengan demikian, sekolah mempengaruhi tingkah laku remaja
khususnya tingkah laku sosial remaja. Di sekolah seharusnya banyak
dilakukan kegiatan kelompok untuk mengembangkan tingkah laku sosial
seperti kerjasama, saling membantu, saling menghormati dan menghargai
misalnya kelompok belajar, kelompok pengembangan bakat khusus seperti
kelompok menyanyi, menari, olahraga dan keterampilan khusus lainnya.
c. Pengaruh teman sebaya
Kelompok teman sebaya memungkinkan remaja belajar keterampilan sosial,
mengembangkan minat yang sama dan saling membantu dalam mengatasi
kesulitan dalam rangka mencapai kemandirian. Teman sebaya dijadikan
tempat memperoleh sokongan dan penguatan, guna melepaskan diri dari
ketergantungan terhadap orang tua. Begitu pentingnya peranan teman
sebaya bagi perkembangan sosial remaja, maka apabila terjadi penolakan
dari kelompok teman sebaya dapat menghambat kemajuan dalam hubungan
sosial.
2. Upaya Menumbuh kembangkan Perkembangan Sosial Remaja
Hal yang harus dilakukan remaja dalam upaya menumbuh kembangkan
perkembangan sosialnya adalah:
a) Di Lingkungan Keluarga

9
– Menjalin hubungan yang baik dengan para anggota keluarga.
– Menerima otoritas orang tua dan mau mentaati peraturan yang ditetapkan
orang tua.
– Menerima tanggung jawab dan batasan-batasan (norma) keluarga.
– Berusaha untuk membantu anggota keluarga, sebagai individu maupun
kelompok dalam mencapai tujuannya.
b) Di Lingkungan Sekolah
– Bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah.
– Berpartisipasi aktif dalam kegiatan sekolah.
– Menjalin persahabatan dengan teman-teman di sekolah.
– Bersikap hormat dan patuh terhadap guru dan semua personil sekolah.
– Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya.
c) Di Lingkungan Masyarakat
– Mengakui dan respek terhadap hak-hak orang lain.
– Memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain.
– Bersikap simpati terhadap kesejahteraan orang lain.
– Bersikap respek terhadap nilai-nilai, hukum, tradisi, dan kebijakan
masyarakat.

H. Perkembangan Spiritual Remaja


Pada masa remaja, perkembangan kesadaran beragama ada pada tahap
synthethic-convertional faith. Artinya kepercayaan remaja pada tahap ini ditandai
dengan kesadaran tentang simbolisme dan memiliki lebih dari satu cara untuk
mengetahui kebenaran. Sistem kepercayaan remaja mencerminkan pola
keperceyaan masyarakat pada umumnya, namun kesadaran kritisnya sesuai
dengan tahap operasional formal, sehingga menjadikan remaja melakukan kritik
atas ajaran-ajaran agama yang diberikan oleh lembaga keagamaan kepadanya.
Pada tahap ini, remaja juga mulai mencapai pengalaman bersatu dengan yang
transenden melalui simbol dan upacara keagamaan yang dianggapnya sakral.

10
I. Perkembangan Seksualitas Remaja
Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat
berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja .Datangnya menarce dapat
menimbulkan reaksi yang positif maupun negatif bagi remaja perempuan. Apabila
mereka sudah dipersiapkan tentang informasi akan datangnya menstruasi maka
mereka tidak akan mengalami kecemasankematangan seksual yang terlalu cepat
atau lambat juga dapat mempengaruhi kehidupan psikososialnya.Anak perempuan
yang mengalami pematangan seksual lebih cepat akan merasa dirinya terlalu besar
bila di antara teman-temannya begitupun laki-laki.
Akibat terjadinya kematangan seksual, akan terjadi percepatan pertumbuhan
badan dimana pertumbuhan anggota badannya lebih cepat dari pada badannya
sehingga untuk sementara waktu proforsi tubuh tidak seimbang pada pertengahan
masa remaja, mereka mulai memperhatikan bentuk tubuhnya , oleh karena itu
sebagian remaja ada yang berusaha melakukan diet dan senam yang teratur.
Selain itu kematangan seksual juga mengakibatkan remaja mulai tertarik
terhadap anatomi fisiologi tubuhnya, mulai muncul kecemasan dan pertanyaan
seputar menstruasi , mimpi basah , masturbasi, ukuran buah dada, penis , dan lain
-lain. Selain tertarik kepada dirinya, juga muncul perasaan tertarik kepada lawan
jenis nya . Pada remaja menengah , mereka menggunakan waktunya untuk
membuat dirinya lebih menarik.
1. Perkembangan Seksual Pada Masa Remaja
Perkembangan organ seksual pada masa pubertas amat nyata bila
dibandingakan dengan pada masa anak-anak. Pematangan secara fisik pada
masa pubertas hanya merupakan salah satu proses pada remaja sebab variasi
pematangan pada remaja bervariasi sesuai dengan perkembangan psikosial.
Perkembangan psikososial ini antara ain sebagai berikut:
- Mereka ingin berikap tidak bergantungan dengan orang tua
- Mereka ingin mengembangkan keterampilan secara interaktif dengan
kelompoknya
- Mereka sudah mulai mempelajari prinsip-prinsip etika
- Mereka ingin menunjukan kemampuan intelektualnya
- Mereka mempunyai tanggung jawab pribadi dan sosial

11
Pada masa remaja baik laki-laki maupun perempuan kadang-kadang pada
waktu yang bersamaan mempunyai keinginan yang berbeda misalnya disuatu
saat mereka harus mengalami suatu perasaan seksualnya, bercinta tetapi pada
saat yang bersaan mereka harus mencegah jangan sampai melakukan hubungan
seksual. Tetapi kelompok remaja lainnya, mereka telah mempunyai
kematangan intelektual dan emosialnya yang bersamaan dan pematangan
biologis saat pubertas dan pematangan psikoseksual.
Pubertas adalah suatu periode perubahan dari yang tidak matang menjadi
matang. Pada saat pubertas terjadi perkembangan tanda-tanda seks sekunder.
Salah satu tanda adanya pematangan fisik ini ialah perempuan mulai haid dan
anak laki-laki mulai mimpi basah atau ejakulasi dan pada saat ini mereka telah
mempunyai kemampuan fertilitas. Perubahan kadar hormone reproduksi yang
akan diikuti dengan perubahan perilaku seksual akan Nampak pada masa ini.
Pada saat ini terjadi perubahan FSH (follicle stimulating hormone) dan LH
(luteinizing hormon) selama tidu dan merangsang produksi hormone
testosterone dan spermatozoa pada laki-laki, sedangkan pada anak perempuan
hormone ini akan meransang penluaran estrogen dan pematangan sel telur.
Selama puberta produksi tetoteron memncapai sepuluh sampai duapuluh kali
lipat pada anak laki-laki, sendangkan pada anak perempuan meningkat menjadi
delapan sampai sepulih kali lipat. Pengeluaran hormone kelenjar adrenal akan
menyebabkan peningkatan kelenjar lemak pada kulit sehingga seringkali
menimbulkan jerawat.
2. Perkembangan Organ Seksual
Perkembangan organ seksual remaja terdiri dari lima fase baik pada laki-
laki maupun pada perempuan. Selama proses perkembangan tersebut, organ
seksual mengalami perubahan ukuran, bentuk dan kematangan fungsinya.
Perbedaan tersebut mulai dari ukuran yang makin membesar baik penis
maupun testis dan skrotum. Pertumbuhan rambut pubis juga amat jelas
perbedaannya.
3. Fase Perkembangan Perilaku Seksual Remaja
Perkembangan fisik termasuk organ seksual serta peningkatan kadar
hormone reproduksi atau hormone seks baik pada anak laki-laki maupun pada

12
anak perempuan akan menyebabkan perilaku seksual remaja secara
keseluruhan. Perkembangan tersebut sesuai dengan beberapa fase mulai dari
praremaja, remaja awal, remaja menengah sampai remaja akhir.
 Pra remaja
Masa pra remaja adalah suatu tahap untuk memasuki tahap remaja yang
sesungguhnya. Pada masa praremaja ada beberapa indicator yang telah
dapt ditentukan untuk menentukan identitas jender laki laki atau
perempuan. Beberapa indicator tersebut ialah indicator biologis yang
berdasarkan jenis kromosom , bentuk gonad dan kadar hormon.ciri ciri
perkembangan seksual pada masa ini antara lain ialah perkembangan fisik
yang maih tidak banyak beda dari sebelumnya. Andaikata ada perubahan
fisik maka perubahan tersebut masih sedikit dan tidak menyolok. Pada
masa remaja ini mereka sudah mula senang mencari tahu informasi tentang
seks dan mitos seks baik dari teman sekolah, keluarga atau dari sumber
lainya. Penampilan fisik dan mental secara seksual tidak banyak
memberikan kesann yang berarti.
 Remaja awal
Merupakan tahap awal atau permulaan, remaja sudah mulai ada perubahan
fisik yaitu fisik sudah mulai matang dan berkembang. Pada masa ini
remaja sudah mulai melakukan onani. Karna telah seringkali terangsang
secara seksual akibat pematangan yang dialami. Rangsangan ini
diakibatkan factor internal yaitu meningkatnya kadar testoteron pada
remaja laki-laki dan estrogen pada remaja perempuan. Sebaian dari mereka
amat manikmati apa yang mereka rasakan, tetapi ternyata sebagian dari
mereka justru selama atau sesudah merasakan kenikmatan tersebut
kemudian merasa kecewa dan merasa berdosa. Perasaan berdosa ini
diakibatkan pemahaman agama mereka pahami dari para tokoh agama
yang mereka pahami dari para tokoh agamanya yaitu mereka akan berdosa
bila malakukan onani. Hampir sebagian besar laki-laki pada periode ini
tidak bisa menahan untuk tidak melakukan onani sebab pada masa ini
mereka seringkali mengalami fantasi. Selain itu tidak jarang dari mereka
yang memilih untuk melakukan aktifitas non fisik untuk melakukan fantasi

13
untuk menyalurkan perasaan cinta dengan teman atau lawan jeisnya yaitu
dengan bentuk hubungan telpon, surat-menyurat atau mempergunakan
sarana computer.
 Remaja menengah
Pada masa remaja menegah, para remaja sudah mengalami pematangan
fisik secara penuh yaitu anak laki-laki sudah mengalami mimpi basah dan
anak perempuan sudah mengalami haid. Pada masa ini gairah seksual
remaja sudah mencapai puncak seningga mereka mempunyai
kencenderungan memperunakan kesempatan ini untuk melakukan
sentuhan fisik. Namun demikian perilaku seksual mereka masih secara
alamiah. Mereka tidak jarang melakukan pertemuan untuk bercumbu
bahkan kadang-kadang mereka mencari kesempatan untuk melakukan
hubungan seksual. Sebagian besar dari mereka mempunyai sikap untuk
tanggung jawab terhadap perilaku seksual mereka lakukan.
 Remaja akhir
Pada masa remaja akhir, remaja sudah mengalami perkembangan fisik
secara penuh, sudah seperti orang dewasa. Mereka telah mempunyai
perilaku seksual yang sudah jelas den mereka sudah mulai
mengembangkannya dalam bentuk pacarana.

J. Dukungan Kesehatan Anak Usia Remaja


a. Nutrisi
Pertumbuhan tinggi badan, berat badan, manssa otot, dan kematangan
seksual yang cepat dan meluas pada masa remaja terjadi disertai peningkatan
kebutuhan nutrisi. Kebutuhan nutrisi erat kaitannya dengan peningkatan masa
tubuh. Kebutuhan puncak terjadi pada tahun-tahun pertunbuhan maksimum?,
yautu selama masa tubuh tumbuh mencapai hampir dua kali lipat. Kebutuhan
kalori dan protein selama masa ini lebih besar di bandingkan pada masa lain
dalam kehidupan. Akibat peningkatan kebutuhan anabolik ini, remaja sangat
sensitif terhadap pembatasan kalori.
Kebutuhan nutrisi remaja sulit di tentukan karena tidak lengkapnya
informasi mengenai nutrisi dan anggota kelompok usia ini. Kesulitan menjadi

14
lebih rumit akibat pengaruh emosional dan faktor faktor stres lainnya yang
memengaruhi pemanfaatan nutrisi dan faktor faktor psikologis yabg
mempengaruhi kebiasaan makan. Selain itu, sangat beragamnya laju
pertumbuhan selama masa remaja dan begjtu juga dengan variasi usia ketika
perubahan ini terjadi mempersulit upaya untuk penetapan standar diet minimal.
Remaja biasanya memiliki asupan protein yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan mereka, kecuali remaja yang membatasi asupan makanannya akibat
masalah ekonomi atau sebagai upaya untuk menurunkan berat badannya.
Terdapat peningkatan kebutuhan yang penting untuk memebuhi kebutuhan
mineral kalsium, besi, dan seng selama periode pertumbuhan yang cepat:
kalsium ubtuk perrumbuhan tulang, zat untuk perluasan masa otot dan volume
darah, dan seng untuk pertumbuhan jaringan tulang dan rangka. Remaja putri
yang sering mengalami menstruasi dalam jumlah yang banyak terutama
veresiko mengalami defiensi zat besi akibat kehilangan darah. Asupan kalsium
dari sumber sumber makanan sangat penting selama masa remaja untuk
membantu pencegahan osteoporosis secara keseluruhan, asteoporosis
merupakan akibat faktor genetik dan lingkungan seperti nutrisi dan latihan fisik
(ralston, 1997)
b. Aktivitas dan tidur
Kebutuhan tidur dan istirahat remja bervariasi pertumbuhan fiisk yang cepat,
kecenderungan terhadap pengaerahan tenaga yang berlebihan, dan keseluruhan
aktivitas yang meningkat ada usia ini mengakibatkan terjadinya keletihan
padaremaja. Selama ledakan pertumbuhan, kebutuhan tidur meningkat. Mereka
cenderung untuk terjaga sampai larut malam yang mengakibatkan sulit untuk
bangun pagi, dan mereka mungkin tidur larut malam pada setiap kesempatan.
Tidur dan istirahat yang adekuat pada saat ini penting untuk terapi untuk
kesehatan menyeluruh.
c. Kesehatan gigi
Kesehatan gigi tidak boleh diabaika selama masa remaja walaupun frekuensi
pembentukan karies gigi tidak sebesar masa anak-anak.Remaja awal merupkan
waktu ketika alat pengoreksi ortodentik seperti kawat gigi digunakan, dan
sering kali hal ini sebagai sumber rasa malu dan menyita perhatian

15
remaja.Menginformasikan remaja bahwa gangguan bersifat sementara dan
untuk memperoleh penampilan yang lebih baik, dapat membantu remaja
menoleransi gangguan.Merupakan hal yang juga penting untuk memberi
penguatan terhadap anjuran dokter gigi tentang penggunaan dan perawatan
kawat gigi serta menekankan sikap berhati-hati ketika menyikat giginya pada
saat ini.
d. Pencegahan injur
Cedera fisik merupakan penyebab tungggal kematian yang paling besar pada
kelompok usia remaja dan meminta korban lebih banyak dari pad semua
penyebab kombinasi lainnya. Usia yang paling rentan adalah remaja, ketika
jumlah cedera akibat kecelakaan menyebabkan 60% kematian pada remaja
putra dan 40% kematian remaja putri. Selama masa remaja, pucak fungsi fisik,
sensorik, dan psikomotor memberi remaja perasaan kuat dan percaya diri yang
belum pernah mereka alami sebelumnya, dan perubahan fisiologis memberi
dorongan terhadap kekuatan naluri dasar.Kecenderungan remaja melakukan
prilaku yang beresiko serta perasaan super mengakibatkan remaja rentan
terutama terhadap cedera.
1. Cedera kendaraan bermotor
2. Senjata api
3. Cedera akibat olahraga

K. Aplikasi CMHN
Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang komprehensif mencakup tiga
tingkat pencegahan yaitu sebagai berikut:
1. Pencegahan Primer
1) Fokus pelayanan keperawatan jiwa pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan terjadinya gangguan jiwa.
2) Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa, serta
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa.
3) Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami
gangguan sesuai dengan kelompok umur yaitu anak-anak, remaja, dewasa,
dan usia lanjut.

16
4) Aktivitas pada pencegahan primer adalah sebagai berikut.
a. Program pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan,
program sosialisasi, manajemen stres, dan persiapan menjadi orang tua.
Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut.
 Pendidikan kesehatan pada orang tua.
- Pendidikan menjadi orang tua.
- Perkembangan anak sesuai dengan usia.
- Memantau dan menstimulasi perkembangan.
- Menyosialisasikan anak dengan lingkungan.
 Cara mengatasi stres.
- Stres pekerjaan.
- Stres perkawinan.
- Stres sekolah.
- Stres pascabencana.
b. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu, kehilangan
pasangan, kehilangan pekerjaan, serta kehilangan rumah/tempat tinggal,
yang semuanya ini mungkin terjadi akibat bencana. Beberapa kegiatan
yang dilakukan antara lain sebagai berikut.
 Memberikan informasi cara mengatasi kehilangan.
 Menggerakkan dukungan masyarakat seperti menjadi orang tua asuh
bagi anak yatim piatu.
 Melatih keterampilan sesuai keahlian masing-masing untuk
mendapatkan pekerjaan.
 Mendapatkan dukungan pemerintah dan LSM untuk memperoleh
tempat tinggal.
c. Program pencegahan penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat sering
digunakan sebagai koping untuk mengatasi masalah. Kegiatan yang dapat
dilakukan antara lain sebagai berikut.
 Pendidikan kesehatan melatih koping positif untuk mengatasi stres.
 Latihan asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan perasaan tanpa
menyakiti orang lain.

17
 Latihan afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang ada
pada diri seseorang.
d. Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu cara
penyelesaian masalah oleh individu yang mengalami keputusasaan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan program berikut.
 Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang tanda-tanda bunuh diri.
 Menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh diri.
 Melatih keterampilan koping yang adaptif.

2. Pencegahan Sekunder
1) Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi
dini masalah psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan dengan
segera.
2) Tujuan pelayanan adalah menurunkan kejadian gangguan jiwa.
3) Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang berisiko/memperlihatkan
tanda-tanda masalah psikososial dan gangguan jiwa.
4) Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah sebagai berikut.
a. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi
dari berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain, dan
penemuan langsung.
b. Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan langkah-langkah
sebagai berikut.
 Melakukan pengkajian dua menit untuk memperoleh data fokus
(format terlampir pada modul pencatatan dan pelaporan).
 Jika ditemukan tanda-tanda berkaitan dengan kecemasan dan depresi,
maka lanjutkan pengkajian dengan menggunakan pengkajian
keperawatan kesehatan jiwa.
 Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan jiwa
(di tempat-tempat umum).
 Memberikan pengobatan cepat terhadap kasus baru yang ditemukan
sesuai dengan standar pendelegasian program pengobatan (bekerja

18
sama dengan dokter) serta memonitor efek samping pemberian obat,
gejala, dan kepatuhan pasien minum obat.
 Bekerja sama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat lain
yang dibutuhkan pasien untuk mengatasi gangguan fisik yang dialami
(jika ada gangguan fisik yang memerlukan pengobatan).
 Melibatkan keluarga dalam pemberian obat, mengajarkan keluarga
agar melaporkan segera kepada perawat jika ditemukan adanya tanda-
tanda yang tidak biasa, dan menginformasikan jadwal tindak lanjut.
 Penanganan kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien di tempat
yang aman, melakukan pengawasan ketat, menguatkan koping dan
melakukan rujukan jika mengancam keselamatan jiwa.
 Menempatkan pasien di tempat yang aman sebelum dirujuk dengan
menciptakan lingkungan yang tenang, dan stimulus yang minimal.
 Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan untuk
membantu pemulihan pasien seperti terapi aktivitas kelompok, terapi
keluarga, dan terapi lingkungan.
 Memfasilitasi kelompok swadaya—self-help group (kelompok pasien,
kelompok keluarga atau kelompok masyarakat pemerhati) berupa
kegiatan kelompok yang membahas masalah-masalah yang terkait
dengan kesehatan jiwa dan cara penyelesaiannya.
 Hotline service untuk intervensi krisis yaitu pelayanan dalam 24 jam
melalui telepon berupa pelayanan konseling.
 Melakukan tindak lanjut (follow-up) dan rujukan kasus.

3. Pencegahan Tersier
1) Fokus pelayanan keperawatan pada peningkatan fungsi dan sosialisasi serta
pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa.
2) Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan/ketidakmampuan akibat
gangguan jiwa.
3) Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa
pada tahap pemulihan.
4) Aktivitas pada pencegahan tersier antara lain sebagai berikut.

19
a. Program dukungan sosial dengan menggerakkan sumber-sumber di
masyarakat seperti sumber pendidikan, dukungan masyarakat (tetangga,
teman dekat, tokoh masyarakat), dan pelayanan terdekat yang terjangkau
masyarakat. Beberapa kegiatan yang dilakukan meliputi hal sebagai
berikut.
 Pendidikan kesehatan tentang perilaku dan sikap masyarakat terhadap
penerimaan pasien gangguan jiwa.
 Pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam penanganan
pasien yang mengalami kekambuhan.
b. Program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga hingga
mandiri. Fokus pada kekuatan dan kemampuan pasien dan keluarga
dengan cara berikut.
 Meningkatkan kemampuan koping yaitu belajar mengungkapkan dan
menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat.
 Mengembangkan sistem pendukung dengan memberdayakan keluarga
dan masyarakat.
 Menyediakan pelatihan kemampuan dan potensi yang perlu
dikembangkan oleh pasien, keluarga, dan masyarakat.
 Membantu pasien dan keluarga merencanakan serta mengambil
keputusan untuk dirinya.
c. Program sosialisasi
 Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi.
 Mengembangkan keterampilan hidup, seperti aktivitas sehari-hari,
mengelola rumah tangga, dan mengembangkan hobi.
 Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ke tempat
rekreasi.
 Kegiatan sosial dan keagamaan, seperi arisan bersama, pengajian,
majelis taklim, dan kegiatan adat.
d. Program mencegah stigma Stigma merupakan anggapan yang keliru dari
masyarakat terhadap gangguan jiwa. Oleh karena itu, perlu diberikan
program mencegah stigma untuk menghindari isolasi dan diskriminasi

20
terhadap pasien gangguan jiwa. Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu
sebagai berikut.
 Melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang
kesehatan jiwa dan gangguan jiwa, serta sikap dan tindakan
menghargai pasien gangguan jiwa.
 Pendekatan kepada tokoh masyarakat atau orang yang berpengaruh
dalam rangka menyosialisasikan kesehatan jiwa dan gangguan jiwa.

L. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Nama klien :
Usia :
Nama Orang tua :
Alamat :
JAWABAN
DATA PENGKAJIAN
YA TIDAK
Kognitif
a. Remaja Awal (11-14 tahun)
- Berpikir secara egosentrik
- Antusias untuk menerapkan proses abstrak
yang terbatas ke situasi berbeda dan ke
kelompok sebaya
b. Remaja Pertengahan (14-16 tahun)
- Suka membuat keputusan sendiri
- Mampu menyelesaikan masalah verbal dan
mental dengan menggunakan metode ilmiah
- Peningkatan kemampuan untuk berpikir secara
abstrak yang terbatas ke situasi berbeda dan ke
kelompok sebaya
c. Remaja Akhir (17-20 tahun)
- Pemikiran abstrak terbentuk
- Mengembangkan keterampilan berpikir kritis
- Membuat tujuan realistis dan rencana karier
Fisiologi
Wanita
a.) Remaja Awal (10-13 tahun)
- Rambut pubis mulai keriting dan menyebar ke
atas mons pubis

21
- Pigmentasi ginetalia meningkat
- Tonjolan payudara dan areola terus mebesar
- Periode menstruasi pertama

b.) Remaja Pertengahan (14-16 tahun)


- Rambut pubis berubah menjadi bertekstur
kasar dan terus menjadi keriting
- Jumlah rambut meninggkat
- Areola dan papilla terpisah dari kontur
payudara untuk membentuk tonjolan sekunder

c.) Remaja Akhir (17-20 tahun)


- Distribusi rambut pubis telah matang dan kasar

Pria
a.) Remaja Awal (10-13 tahun)
- Rambut pubis menyebar ke arah lateral, mulai
keriting, pigmentasi meningkat
- Pertumbuhan dan pembesaran testis didalam
skortum (warna skortum menjadi kemerahan)
dan penis terus memanjang
- Telah berkaki panjang karena ekstremitas
tumbuh lebih cepat dibandingkan batang tubuh

b.) Remaja Pertengahan (14-16 tahun)


- Rambut pubis menjadi bertekstur lebih kasar
dan distribusinya tersebar seperti orang dewasa
- Testis dan skortum terus tumbuh, kulit skortum
menjadi lebih gelap, penis tumbuh dalam arah
melebar, dan glans penis terbentuk
- Perubahan suara, lebih maskulin karena
cepatnya pembesaran laring dan faring serta
perubahan paru

c.) Remaja Akhir (17-20 tahun)


- Distribusi rambut pubis telah matang dan
menjadi lebih kasar
- Ukuran bentuk testis, skortum, dan penis sama
pada bentuk orang dewasa, kulit skortum
menjadi lebih gelap.

22
Psikologi
a. Remaja Awal (11-14 tahun)
- Berfokus pada perbuhana tubuh
- Mengalami perubahan pada perasaan dengan
sering
- Mengidentifikasi teman sebaya berjenis
kelamin sama
- Berjuang untuk menguasai keterampilan di
dalam kelompok sebaya
b. Remaja Pertengahan (14-16 tahun)
- Terus menyesuaikan diri dengan perubahan
citra tubuh
- Tertarik dalam menarik lawan jenis
- Mencoba beberapa peran berbeda di dalam
kelompok sebaya di tingkat yang tertinggi
- Waktu konflik terbesar dengan orang tua/figure
otoritas
c. Remaja Akhir (17-20 tahun)
- Mampu memahani dampak perilaku dan
keputusan
- Merasa aman dengan citra tubuhnya
- Memiliki identitas seksual yang telah matang
- Memiliki tujuan karier yang ideal
Etika atau Moral
a.) Moral penyelesaian masalah
- Apakah remaja dapat menyelesaikan
masalahnya secara mandiri
b.) Moral tingkah laku
- Apakah anda selalu memelihara ketertiban.
- Apakah anda selalu memelihara kebersihan
lingkungan
- Apakah anda selalu memelihara hak orang lain
c.) Moral pada emosi
- Apakah anda pernah membully
- Apakah anda pernah berbohong
- Apakah anda sering menonton film porno
Sosial
a) Di Lingkungan Keluarga
– Apakah remaja menjalin hubungan yang baik
dengan para anggota keluarga?
– Apakah remaja menerima otoritas orang tua dan
mau mentaati peraturan yang ditetapkan orang

23
tua?
– Apakah remaja menerima tanggung jawab dan
batasan-batasan (norma) keluarga?
– Apakah remaja berusaha untuk membantu anggota
keluarga, sebagai individu maupun kelompok
dalam mencapai tujuannya?
b) Di Lingkungan Sekolah
– Apakah remaja bersikap respek dan mau
menerima peraturan sekolah?
– Apakah remaja berpartisipasi aktif dalam kegiatan
sekolah?
– Apakah remaja menjalin persahabatan dengan
teman-teman di sekolah?
– Apakah remaja bersikap hormat dan patuh
terhadap guru dan semua personil sekolah?
– Apakah remaja membantu sekolah dalam
merealisasikan tujuan-tujuannya?
c) Di Lingkungan Masyarakat
– Apakah remaja mengakui dan respek terhadap
hak-hak orang lain?
– Apakah remaja memelihara jalinan persahabatan
dengan orang lain?
– Apakah remaja bersikap simpati terhadap
kesejahteraan orang lain?
– Apakah remaja bersikap respek terhadap nilai-
nilai, hukum, tradisi, dan kebijakan masyarakat?
Spiritual
- Apakah anda sholat 5 waktu dalam sehari ?
- Apakah sebeleum dan sesudah beraktivitas anda
selalu berdoa?
- Apakah anda membaca Al-quran setiap hari?
- Apakah anda takut jika berbuat dosa?
Seksualitas
a.) Wanita
- Apakah anda sudah mengalami masa menstruasi
- Apakah anda pernah melakukan masturbasi
b.) Pria
- Apakah anda sudah mengalami masa mimpi
basah
- Apakah anda pernah melakukan ejakulasi
Total Point

24
2. Diagnosa
Persiapan Perkembangan Pada Anak Usia Remaja.

3. Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Kaji pengetahuan awal tentang Unuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan remaja terhadap
pertumbuhan dan perkembangan
pertumbuhan dan perkembangan yang
yang dialaminya terjadi pada dirinya
2 Berikan informasi tentang hal Agar remaja tau mana hal hal positif
hal positif dalam melakukan yang dapat menguntungkan untuk
kegiatan sehari hari dirinya dan orang lain dan tidak
menimbulkan hal hal negative
3 Berikan pengetahuan tentang Untuk memilih tindakan yang tepat
bagaimana cara mengatasi strees dan Agar para remaja tau bagaimana
dan emosi yang berlebihan caranya mengatasi strees dan emosi
yang berlebihan sehingga tidak terjadi
terlalu lama dan tidak menimbulkan
gangguan yang berlebih.

4. Implementasi
Tanggal/ TTD
Diagnosa Implentasi
Jam Perawat
Persiapan 1. Mengkaji pengetahuan awal tentang
perkembanga
pertumbuhan dan perkembangan
n pada anak
usia remaja yang dialaminya
2. Memberikan pengetahuan tentang
bagaimana cara mengatasi strees dan
emosi yang berlebih

25
5. Evaluasi
Tanggal/
Diagnosa Evaluasi Paraf
Jam
Persiapan S:
perkembanga – klien mengatakan pertumbuhan dan
n pada anak perkembangan sudah sesuai yang
usia remaja semestinya. Dan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan secara
baik
– klien mengatakan sudah tau bagaimana
cara mengatasi emosi dan strees yang
berlebihan
O:
– Klien menjelaskan kembali
pertumbuhan dan perkembangan pada
usia remaja dan perubahan perubahan
yang terjadi pada remaja

A:
– Masalah sudah teratasi
P:
– Hentikan intervensi

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang
masa kanak-kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah
laku remaja sangat berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan
kelompok (teman sebaya) lebih erat dibandingkan hubungan dengan orang tua.
Teori-teori perkembangan remaja antara lain, teori psikoanalisa, teori psikososial,
teori kognitif serta teori tingkah laku dan belajar sosial. Tahap perkembangan
remaja dimulai dari fase praremaja, remaja awal, dan remaja akhir.
Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja antara lain, perubahan fisik
yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya
tinggi dan berat badan serta kematangan sosial, remaja berfikir secara logis dan
transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan
manusia lain. Sementara itu, ciri khas remaja adalah hubungan dengan teman
sebaya lebih erat, hubungan dengan orang tua penuh konflik, keingintahuan seks
yang tinggi, dan mudah stres.

B. Saran
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja menimbulkan berbagai
konflik batin maupun psikis. Orang tua harus benar-benar memahami konsekuensi
perubahan pada remaja. Sementara itu, perawat dapat dijadikan tempat konseling
untuk remaja sebagaimana peran perawat dan sebagai perawat yang menghadapi
permasalahan remaja senantiasa memberikan bimbingan atau konseling yang baik
atau yang tidak memojokkan remaja tersebut dalam masalah yang dihadapinya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, Gail W. 2013. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart.
Indonesia: ELSEVIER.
Kyle, Terry., Susan Carman. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri Ed. 2.
Jakarta : EGC
Kyle, Terri.2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Santrock, W John.2012.Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga.

28

Anda mungkin juga menyukai