Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER PAYUDARA DAN


KANKER SERVIKS

Dosen Pengampu : Ns. Irna Nursanti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat


Mata Kuliah : Keperawatan Maternitas II

Disusun Oleh :
Kelompok 11
1. Annisa
2. Evi Anggarini
3. Mayang Puspitasari
4. Puji Wulandari
5. Ulfah Ufy Junestri .E.I

Kelas 4B
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Kanker Payudara dan Kanker Serviks”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah MATERNITAS 2.

Makalah ini berisi tentang Asuhan Keperawatan Kanker Payudara dan


Kanker Serviks. Tersusunya makalah ini tentu tidak lepas dari berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun
tidak langsung.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari
Dosen Pengampu Mata Kuliah MATERNITAS 2 guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Jakarta, Februari 2019

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Penjelasan Data-data Kasus .............................................................. 1
1.2.Program Pemerintah dan Upaya Mengatasinya ............................. 3
1.3.Peran Perawat Mandiri dan Kolaborasi .......................................... 4
1.4.Tujuan ................................................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1.Kanker Payudara ............................................................................... 5
a. Definisi........................................................................................... 5
b. Etiologi .......................................................................................... 6
c. Manifestasi Klinis ......................................................................... 7
d. Pathway ......................................................................................... 8
e. Penatalaksanaan........................................................................... 9
f. Komplikasi .................................................................................... 9
2.2.Kanker Serviks
a. Definisi........................................................................................... 10
b. Etiologi .......................................................................................... 10
c. Manifestasi Klinis ......................................................................... 10
d. Pathway ......................................................................................... 11
e. Penatalaksanaan........................................................................... 12
f. Komplikasi .................................................................................... 12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Asuhan Keperawatan Kanker Payudara ......................................... 13
3.2 Asuhan Keperawatan Kanker Serviks ............................................. 17
3.3 Asuhan Keperawatan Perawatan Paliatif Pasien Kanker
Payudara Dan Kanker Serviks ......................................................... 25
BAB IV PENUTUP
4.1.Simpulan ............................................................................................. 35
4.2.Saran ................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Penjelasan Data-data Kasus


Kanker payudara adalah salah satu keganasan terbanyak dan memiliki
angka kematian cukup tinggi pada wanita. Setiap tahun terdapat 7 juta penderita
kanker payudara dan 5 juta orang meninggal. Kasus kematian kanker payudara
di dunia pada tahun 2011 menunjukkan terdapat sekitar 508.000 kasus (WHO,
2013). Menurut American Cancer Society (2015), terdapat 231.840 kasus baru
kanker payudara (29%) dan 40.290 kasus kematian (15%).
Menurut data dari Globocan, International Agency for Research on
Cancer (IARC) tahun 2012, kanker payudara merupakan kanker dengan
persentase kasus baru tertinggi di dunia, yakni sebesar 43,3% atau sebesar 40 per
100.000 perempuan sedangkan persentase kasus kematian akibat kanker
payudara sebesar 12,9% (Kemenkes, 2014). Kanker payudara di Indonesia
menempati urutan kedua setelah kanker serviks. Hasil penelitian 2 membuktikan
bahwa terdapat 26 kasus per 100.000 penduduk wanita setiap tahun yang
mengalami kanker payudara (Ibrahim, 2008). Berdasarkan data Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS) pada tahun 2004- 2008, kanker payudara merupakan kanker
dengan insiden tertinggi pada pasien kanker rawat inap di semua RS di
Indonesia dengan proporsi sebesar 18,3% (Kemenkes, 2013). Menurut data dari
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi kanker payudara di daerah
Lampung sekitar 0,3% (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan data kesakitan dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung
bulan Februari tahun 2013, pada beberapa puskesmas ditemukan kasus kanker
payudara yang dirujuk ke RS Abdoel Moeloek. Hasil diperoleh bahwa
Puskesmas Rawat Inap Kedaton memiliki angka kasus kanker payudara tertinggi
yaitu 16 kasus lama dan 8 kasus baru pada rentang usia 20-69 tahun dibanding
puskesmas lain (Dinkes Kota Bandar Lampung, 2013).
Kanker payudara adalah kanker yang terjadi karena terganggunya sistem
pertumbuhan sel didalam jaringan payudara. Sel abnormal bisa tumbuh di
bagian-bagian jaringan payudara dan mengakibatkan kerusakan yang lambat
tetapi pasti. Jaringan payudara tersebut terdiri dari kelenjar susu (kelenjar

1
pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran air susu) dan jaringan penunjang
payudara. Kanker payudara tidak menyerang kulit payudara yang berfungsi
sebagai pembungkus (Mardiana, 2009). 3 Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kanker payudara yaitu gaya hidup, makanan siap saji, polusi
lingkungan, penggunaan insektisida, zat pengawet, zat pewarna, zat penyedap,
stress yang berkepanjangan, perkembangan zaman, keadaan hormonal (estrogen
dominan) dan genetik (Ranggiasanka, 2010; Kusminarto, 2005).
Kelainan payudara dapat dideteksi dini melalui beberapa pemeriksaan
antara lain adalah thermography, mammography, ductography, biopsi, dan USG
payudara. Selain itu, cara yang lebih mudah dan efisien untuk mendeteksi
kelainan payudara oleh diri sendiri adalah pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) (Suryaningsih & Sukosa, 2009).
Tingkat keganasan kanker payudara dapat dinilai dengan derajat
keganasan kanker payudara. Sistem ini menilai kanker payudara berdasarkan
tiga karakteristik tumor yaitu pembentukan tubulus, pleomorfisme nukleus, dan
hitung mitosis (Kumar et al., 2007). Skala penilaian ini terdiri dari Grade 1
(differensiasi baik), Grade 2 (differensiasi sedang), dan Grade 3 (differensiasi
buruk) (American Cancer Society, 2013). Derajat keganasan/grading adalah
faktor yang dapat digunakan untuk mengetahui prognosis kanker payudara
(Handa et al., 2015). Semakin cepat mengetahui prognosis kanker payudara
maka angka kematian penderita kanker payudara dapat ditekan dengan cara
pemberian terapi yang tepat. Salah satu indikator yang dapat digunakan dalam
mengetahui prognosis kanker payudara yaitu derajat keganasan, status reseptor
estrogen, reseptor progesteron, dan HER–2.
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks
merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan
berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.
Pada tahun 2010 estimasi jumlah insiden kanker serviks adalah 454.000
kasus 1. Data ini didapatkan dari registrasi kanker berdasarkan populasi,
registrasi data vital, dan data otopsi verbal dari 187 negara dari tahun 1980
sampai 2010. Per tahun insiden dari kanker serviks meningkat 3.1% dari
378.000 kasus pada tahun 1980. Ditemukan sekitar 200.000 kematian terkait
kanker serviks, dan 46.000 diantaranya adalah wanita usia 15-49 tahun yang
hidup di negara sedang berkembang.2 Berdasarkan GLOBOCAN 2012 kanker

2
serviks menduduki urutan ke7 secara global dalam segi angka kejadian (urutan
ke urutan ke6 di negara kurang berkembang) dan urutan ke-8 sebagai penyebab
kematian (menyumbangkan 3,2% mortalitas, sama dengan angka mortalitas
akibat leukemia).
Kanker serviks menduduki urutan tertinggi di negara berkembang, dan
urutan ke 10 pada negara maju atau urutan ke 5 secara global. Di Indonesia
kanker serviks menduduki urutan kedua dari 10 kanker terbanyak berdasar data
dari Patologi Anatomi tahun 2010 dengan insidens sebesar 12,7%. Menurut
perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita penderita baru
kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun
terjadi 40 ribu kasus kanker serviks. Kejadian kanker serviks akan sangat
mempengaruhi hidup dari penderitanya dan keluarganya serta juga akan sangat
mempengaruhi sektor pembiayaan kesehatan oleh pemerintah. Oleh sebab itu
peningkatan upaya penanganan kanker serviks, terutama dalam bidang
pencegahan dan deteksi dini sangat diperlukan oleh setiap pihak yang terlibat.

1.2.Program Pemerintah untuk Mengatasi Kanker Payudara dan Kanker


Serviks
Kanker Payudara dan Kanker Serviks merupakan kanker yang paling
sering dijumpai pada perempuan dewasa ini. Akan tetapi deteksi dini kedua jenis
kanker tersebut dapat dilakukan dengan teknologi tepat guna yang murah dan
sederhana atau simple. Itulah sebabnya, pengendalian kedua jenis kanker
tersebut merupakan salah satu program prioritas Pemerintah.
Menurut Menkes, dalam pengendalian kanker payudara dan kanker
serviks, Pemerintah mentargetkan minimal 80% perempuan usia 30-50 tahun
melakukan deteksi dini setiap 5 tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2010, jumlah perempuan Indonesia yang berusia 30-50 tahun
adalah sekitar 35 juta (35.950.765 orang).
Sampai dengan tahun 2012 jumlah perempuan yang telah diskrining
lebih dari 550 ribu orang (575.503 orang) dengan jumlah IVA (+) lebih dari 25
ribu orang (25.805 orang) atau 4,5%), suspek kanker leher rahim 666 (1,2 per
1000) dan suspek tumor payudara 1.289 (2,2 per 1000). Cakupan deteksi dini ini
masih perlu ditingkatkan dengan kerja keras, kerja cerdas, dan inovasi bersama
seluruh lapisan masyarakat, tambah Menkes.

3
Ditambahkan program nasional deteksi dini kanker payudara dan kanker
leher rahim ini dicanangkan oleh Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono pada
tanggal 21 April 2008, sekitar 5 tahun yang lalu bertepatan dengan peringatan
Hari Kanker Sedunia 2008.
Sejak pencanangannya hingga tahun 2013, Pemerintah telah memperluas
pelaksanaan deteksi dini kedua kanker tersebut ke 140 kabupaten di 31 provinsi,
yang dilaksanakan oleh 500 dari 9500 Puskesmas. Saat ini, telah ada 202 pelatih
atau trainers yang terdiri dari dokter spesialis obstetri ginekologi, dokter
spesialis bedah onkologi, dokter spesialis bedah, dan diperkuat oleh 1.192
providers atau pelaksana program terdiri dari dokter umum dan bidan.

1.3.Peran Perawat Mandiri dan Kolaborasi


Peran perawat dalam mengatasi masalah pada penyakit Ca Payudara dan
Ca Serviks yaitu memberikan perawatan yang terbaik bagi para penderitanya.
Perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan yang baik dan benar perlu
berkolaborasi dengan para dokter dalam mendukung asuhan keperawatannya.
Perawat harus mampu memberikan pelayanan yang meliputi:
1. Perawatan yang penuh perhatian dan menjaga kerahasiaan
2. Memberikan layanan klinis yang baik
3. Monitoring masalah kesehatan Payudara dan reproduksi klien

1.4.Tujuan
Tujuan penyusunan untuk membahas :
1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Ca Payudara dan Ca Serviks.
2. Asuhan Keperawatan Ca Payudara dan Ca Serviks. Terdiri atas :
a. Pengkajian
b. Diagnosa
c. Perencanaan

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kanker Payudara

a. Definisi
Kanker payudara atau Carsinoma Mammae adalah pertumbuhan sel
yang tidak terkendali pada kelenjar penghasil susu (lobular), saluran
kelenjar dari lobular ke puting payudara (duktus), dan jaringan penunjang
payudara yang mengelilingi lobular, duktus, pembuluh darah dan pembuluh
limfe, tetapi tidak termasuk kulit payudara (American Cancer Society,
2014).
Secara garis besar, kanker payudara dikategorikan ke dalam empat
tahapan, yaitu:
 Stadium 1: merupakan tahap paling awal dari kanker
payudara. Diameter tumor pada tahap ini biasanya tidak
melebihi dua centimeter. Tumor-tumor kecil berkelompok
mungkin ditemukan pada kelenjar getah bening.
 Stadium 2: proses penyebaran kanker dimulai di tahap ini.
Kanker mungkin tampak di beberapa kelenjar getah bening,
dan tumor dalam payudara akan membesar namun tidak
melebihi lima centimeter.
 Stadium 3: dokter mengklasifikasikan tahapan ini sebagai
stadium lanjut, di mana penyebaran sel kanker sudah
5
memengaruhi hampir keseluruhan kelenjar getah bening dan
jaringan dada. Di tahap ini kanker terkadang menjalar ke
jaringan kulit dada, menyebabkan peradangan dan luka.
 Stadium 4: kanker telah menyebar ke berbagai organ tubuh.

b. Etiologi
Kanker payudara terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal sel
payudara. Organ-organ dan kelenjar dalam tubuh (termasuk payudara)
terdiri dari jaringan yang berisi sel-sel. Umumnya pertumbuhan sel normal
mengalami pemisahan dan matiketika sel menua sehingga dapat digantikan
sel-sel baru. Tetapi ketika sel-sel lama tidak mati dan sel-sel baru terus
tumbuh,jumlah sel-sel yang berlebihan bisa berkembang tidak terkendali
sehingga membentuk tumor (Anonim, 2008). Menurut Smettzer & Bare
(2002) tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker
payudara,sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal, dan
kemungkinan kejadian penunjang dapat menyebabkan kanker ini. Bukti
yang terus bermunculan menunjukkan bahwa perubahan genetik
berkaitandengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan
perubahangenetik masih belum diketahui.
Menurut underwood (1999) mekanisme etiologi kanker payudara
adalah:
1. Hormon
Hubungan antara resiko kanker payudara denganmenarche, menopause
dan umur kehamilan yang pertama kalimenunjukkan bahwa hormon
diduga mempunyai perananterhadap timbulnya kanker payudara. Tapi
lebih berperan sebagai promoter dibandingkan sebagai inisiator.
2. Kontrasepsi oral
Pil dengan esterogen dosis tinggi berhubungan denganmeningkatnya
resiko kanker endometrium dan mungkin jugadengan kanker payudara.
3. Reseptor hormon
Hormon mempunyai efek pada sel hanya setelah terjadinya interaksi
dengan reseptor spesifik pada sel sasaran, steroid sex, estrogen
berinteraksi dengan reseptor inti. Selanjutnya interaksi dengan DNA
menimbulkan pembentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan

6
diferensiasi dan poliferasi prolaktin dan polipeptida lainnya berinteraksi
dengan permukaansel, hanya terbentuk bila terdapat reseptor estrogen
yang terdapat pada 35% kasus tumor.

Tipe kanker payudara: (Smelzer, 2002)


1. Karsinoma duktal menginfiltrasi (75%)
Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang
menuju puting susu.
2. Karsinoma lobular menginfiltrasi (5-10%)
Karsinoma lobular mulai tumbuh didalam kelenjar susu, biasanya
terjadi setelah manopause.
3. Karsinoma medular (6%)
Kanker ini berasal dari kelenjar susu
4. Kanker musinus (3%)
5. Karsinoma inflamatori (1-2%)
6. Penyakit paget payudara (jarang terjadi)

c. Manifestasi Klinis
Tanda ckrsinoma kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang
khas, mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk
bulat dan elips. Gejala karsinoma kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya
keluaran dari puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi,
gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya
metastase (Price dan Sylvia, 2006).

7
d. Pathway

Faktor predisposisi dan


resiko tinggi hiperplasi Mendesak sel saraf Interupsi sel saraf
pada sel mamae

nyeri

Mensuplai nutrisi ke Mendesak pembuluh darah


Mendesak jaringan
sekitar jaringan ca

Aliran darah terhambat

Menekan jaringan Hipermetabolisme


pada mammae ke jaringan
hipoksia

Peningkatan konsistensi  hipermetabolisme


mammae jar lain BB turun Necrosis jaringan

Ketidakseimbangan Bakteri patogen


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Resiko Infeksi

Mammae membengkak Ukuran mammae


abnormal

Massa tumor Mammae asimetrik Defisiensi pengetahuan


mendesak ke jar luar
ansietas

Gangguan citra
tubuh

Perfusi jaringan Infiltrasi pleura


terganggu perietale

ulkus
Ekspansi paru
menurun

Kerusakan integritas Ketidakefektifan


kulit/ jaringan pola nafas

8
e. Penatalaksanaan
1. Masrektomi atau lumpektomi, dengan diseksi kelenjar getah bening
aksila
2. Radiasi atau kemoterapi
3. Terapi hormon antiestrogen untuk tumor-tumor yang positif reseptor
estrogennya
4. Rekonstruksi payudara
5. Pemberian konseling dan dukungan

f. Komplikasi
Dapat terjadi metastasis luas. Tempat-tempat metastasis antara lain
adalah otak, paru, tulang, hati, dan ovarium. Angka bertahan hidup
bergantung pada stadium: stadium I (tumor < 2 cm, tanpa metastasis) 80%;
stadium II (tumor 2-5 cm, metastasis ke kelnjar getah bening ketiak) 65%;
stadium III (tumor > 5 cm, metastasis ke kelenjar getah bening ketiak dan
menyebar ke kulit atau dinding dada) 40%; stadium IV (metastasis luas)
10%.

2.2 Kanker Serviks

9
a. Definisi
Kanker serviks sering dianggap sebagai suatu penyakit menular
seksual yang disebabkan oleh infeksi galur-galur tertentu virus papilloma
manusia (HPV). Kanker serviks paling sering timbul pada wanita yang
memiliki banyak pasangan seksual atau yang pasangan pasangan
seksualnya pernah memiliki banyak pasangan seksualnya lain. Kanker
serviks merupakan kanker yang paling sering terjadi pada wanita yang
berusia kurang dari 35 tahun .

b. Etiologi
Wanita yang terinfeksi oleh HPV pada masa remajanya berisiko lebih
besar mengidap kanker serviks, yang mungkin berkaitan dengan tingginya
tingkat pembelahan sel di serviks selama masa tersebut. Karena
kemampuan mukus serviks unutk mengkonsentrasikan karsinogen yang
terdapat di dalam asap rokok, maka merokok dianggap sebagai suatu
kofaktor pembentkan kanker serviks. Perubahan-perubahan pramaligmna di
serviks biasanya mendahului kanker serviks beberapa tahun sebelumnya.
Perubahan pramaligna, yang disebut displasia, dapat dideteksi dan
ditentukan stadiumnya dengan pemeriksaan sitologis apusan serviks (smear
Papanicolau, atau pop smear).

c. Manifestasi Klinis
1. Kanker serviks mungkin asimtomati, atau menimbulkan perdarahan
setelah berhubungan kelamin atau di antara masa haid. Dapat timbul
rabas vagina yang berbau.
2. Nyeri ketika berhubungan seksual.
3. Nyeri punggung bagian bawah atau nyeri panggul.
4. Gejala stadium lanjut meliputi kesulitan buang air kecil, buang air
besar, atau pembengkakan pada kaki.

10
d. Pathway

11
e. Penatalaksanaan
Penentuan terapi dapat dilakukan setelah diagnosis kanker ditegakkan.
Secara umum, jenis terapi yang dapat diberikan tergantung pada usia, 18
keadaan umum penderita, luasnya penyebaran, dan komplikasi yang
menyertai. Pada stadium awal, terapi yang diberikan adalah pembedahan
atau radiasi. Sementara pada stadium lanjut (2B, 3, dan 4) dipilih radiasi
intrakaviter (brakhiradiasi) dan eksternal. Penggunaan kemoterapi dapat
diberikan pada pasien dengan stadium lanjut atau kasus berulang yang tidak
mungkin dilakukan pembedahan atau radiasi.

f. Komplikasi
1. Kurang darah (anemi), akibat keluar darah terus-menerus malalui
vagina.
2. Timbul lubang pada uterus, karena tindakan kuterase atau biopsi.

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan Kanker Payudara


A. Pengkajian
1. Biodata klien: nama, umur, agama pendidikan dan pekerjaan
2. Riwayat menstruasi dan menopause: mnstruasi pertama, lama, keluhan yang
dialami, menopause umur berapa, keluhan inu
3. Riwayat seksual: tentang penyakit yang dialami
4. Kaji kecemasan: perubahan suara ekspresi wajah dan gelisah
5. Perubahan aktifitas atau istirahat: kelemahan, keletihan, pusing, pucat,
kebiasaan tidur
6. Perubahan pola sirkulasi, ttv, sianosis
7. Perubahan dalam penampilan: lesi cacat, putus asa, perasaa tidak berdaya,
depresi
8. Adakah perubahan eliminasi: perubahan detekasi (darah danpada fese, nyeri
detekasi konsistensi, bising usus) perubahan eliminasi urin atau rasa terbakar,
mual, muntah bb menurun
9. Adakah perubahan pola makan dan minum (cairan)
Kebiasaan diet buruk (rendah serat: lemak)
Anoreksia, mual, muntah, bb
10. Adakah demam, ruam kulit, ulserasi
11. Adakah perubahan seksual
 Masalah seksual
 Perubahan pada tingkat perilaku verbal atau non verbal
 Ketakutan menghadapi seksual
 Kurang informasi mengenai seksual dan fungsi seksual
12. Adakah perubahan interaksi sosial
 Adakah dukungan dari orang lain atau terdekat
 Adakah penolakan
 Keinginan ibu banyak b.d orang terdekat/orang lain
 Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung masalah tingkat fungsi
atau tanggung jawab

13
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri dan ketidak nyamanan b.d perkembangan ca mammae
2. Ansietas b.d ancaman yang dirasakan pada diri sendiri karena diagnosis ca
mamae
3. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d efek radiasi dan kemoterapi,
defisit imonologi penurunan intake nutrisi dan anemia
4. Risiko tinggi infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan
sistem imun, malnutrisi, prosedur infasif

C. Intervensi
1. Nyeri dan ketidaknyamanan b.d perkembangan ca mamae
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan intensitas nyeri
klien berkurang atau hilang, dengan kriteria hasil:
 Klien tidak merasa nyeri
 Klien tampak tenang

Intervensi
 Kaji lokal nyeri secara komprhensif
 Kurangi presipitasi nyeri
 Berikan analgesik sesuai anjuran dokter
 Ajarkan teknik relaksasi seperti tarik napas dalam
 Observasi reaksi non verbal klien
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri klien.

2. Ansietas b.d ancaman yang dirasakan pada diri sendiri karena diagnosis ca
mamae
Tujuan: mengurangi atau menghilangkan ansietas setlah dilakukan tindakan
keperawatan, dengan kriteria hasil:
 Tingkatkan kecemasan menurun dan terpelihara pada tingkat yang dapat
diterima.

14
Intervensi
 Kaji tanda dan gangguan mengidentifikasi berat ringannya ansietas
 Gunakan satu sistem pendekatan yang tenang yang meyakinkan
 Lakukan teknik pendengar aktif
 Dukungan penggunaan makanisme pertahanan yang sesuai
 Monitor intensitas kecemasan
 Terangkan dan ajarkan strategi koping
 Gunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
 Bantu klien untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan
 Penurunan kecemasan
 Tenangkan klien
 Berikan informasi tentang diagnosa prognosis penyakiynya dan
tindakannya
 Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan
 Gunakan pendekatan dan sentuhan

3. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d efek radiasi dan kemoterapi,
defisit imonologi penurunan intake nutrisi dan anemia
Tujuan:
a. klien dapat mengidentifikasi intervensi yang b.d kondisi spesifik
b. berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan

Intervensi
 Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping terapi kanker,
amati penyembuhan luka
 Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal
 Ubah posisi klien secara teratur
 Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian krim kulit,
minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter.

15
4. Risiko tinggi infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan
sistem imun, malnutrisi, prosedur infasif
Tujuan:
a. Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan
pencegahan infeksi
b. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka
berlangsung normal.

Intervensi
 Cuci tangan
 Jaga personal hygine klien dengan baik
 Monitor temperature
 Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi
 Hindarkan atau batasi prosedur invasive dengan jaga aseptik prosedur
 Berkolaborasi untuk memberikan antibiotic Monitor CBC, WBC,
granulosit, platelets.

16
3.2 Asuhan Keperawatan Kanker Serviks
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien (Nama, umur, jenis kelamin, alamat)
2. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama: pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan
disertai keputihan menyerupai air.
 Riwayat kesehatan
sekarang: pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhiryaitu stadium 3 dan 4 timbul
keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal
 Riwayat kesehatan dahulu
Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus,
infeksi masa nifas,riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor.
Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
o Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
o Wajah : tidak ada edema
o Mata : konjungtiva ananemis
o Hidung : simetris, tidak ada sputum
o Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
o Mulut : tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi
o Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening
b. Dada
o Inspeksi : simetris
o Perkusi : sonor seluruh lap paru
o Palpasi : vokal fremitus simetris kanan dan kiri
o Auskultasi : vesikuler

17
c. Cardiac
o Inspeks : ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : ictus cordis teraba
o Perkusi : pekak
o Auskultasi : tidak ada bising
d. Abdomen
o Inspeksi : simetris, tidak asites
o Palapasi : tidak ada nyeri tekan
o Perkusi : tympani
o Auskultasi : bising usus normal
e. Genetalia
Ada lesi, adanya pengeluaran pervaginam, berbau
f. Ekstremitas
Tidak edema

18
4. Analisa Data
No. Data Penunjang Etiologi Masalah Keperawatan
DS: Agen-agen cedera Gangguan rasa
mengungkapkan secara nyaman: nyeri
verbal
DO:
o gerakan menghindari
1.
nyeri
o perubahan nafsu makan
o perilaku ekspresif
o berfokus pada diri
sendiri
DS: Perdarahan yang Deficit volume cairan
Klien mengatakan haus berulang
DO:
o perubahan TD
2. o penurunan keluaran
urine
o penurunan turgor kulit
o penurunan bb yang
tiba-tiba
DS: - Supresi susmsum Risiko infeksi
3. DO: - tulang
Penurunan leukosit
DS: Gangguan Pola napas tidak
o dispnea pengembangan paru efektif
o napas pendek Pertukaran O2 dan
DO: CO2 terganggu
4. o perubahan gerakan
dada
o penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi
o napas cuping hidung

19
o penggunaan otot bantu
napas
DS: - Perdarahan berulang Risiko cedera
5.
DO: - anemia
DS: Keputihan dan Gangguan harga diri
o pengungkapan rasa bakteri
malu/bersalah Bau khas ca serviks
o pengungkapan negative
diri
DO:
6.
o menyangkal
permasalahan
o membesar-besarkan
permasalahan
o merasionalisasi
kegagalan diri
DS: Asupan cairan dan Gangguan eliminasi
o nyeri abdomen serat kurang fekal
o nyeri tekan pada Konstipasi
abdomen
o anoreksia
o mual
o nyeri saat defekasi
7. o perubahan pada suara
abdomen (borborigmi)
o perubahan pada pola
defekasi
o penurunan frekuensi
o distensi abdomen
o mengejan saat defekasi
o muntah

20
B. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase
neoplosma.
2. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia pasca tindakan kemoterapi.
3. Ketakutan/cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan
serta ancaman kematian.
4. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan struktur tubuh
sekunder terhadap kemoterapi.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemoterapi.

C. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Nyeri b.d infiltrasi Setelah dilakukan Kaji tingkat nyeri. Untuk mengkaji
saraf akibat tindakan Berikan rasa data dasar.
infiltrasi metastase keperawatan pasien nyaman pada Mengalihkan fokus
neoplasma akan mampu pasien dengan perhatian.
mengurangi rasa pengaturan posisi Meningkatkan
nyeri dengan kriteria aktivitas hiburan relaksasi untuk
hasil: (musik). mengurangi nyeri.
1. Pasien merasa Ajarkan teknik
nyaman. manajemen nyeri Memungkinkan
Nyeri berkurang (relaksasi, pasien
Mampu visualisasi, berpartisipasi aktif
mendemonstrasikan distarksi). dalam kontrol
keterampilan Kolaborasi nyeri.
relaksasi pemberian Kontrol nyeri
analgetik maksimum
Gangguan Setelah dilakukan Pantau intake dan Identifikasi
perubahan nutrisi tindakan output makanan defisiensi nutrisi.
2. kurang dari keperawatan tiap hari. Memantau
kebutuhan b.d diharapkan Ukur bb tiap hari. peningkatan bb.
anoreksia pasca kebutuhan nutrisi Dorong pasien Kebutuhan jaringan

21
tindakan dapat tercukupi untuk diet tinggi metabolic adekuat
kemoterapi. dengan kriteria hasil: protein. oleh nutrisi.
Pasien
mengungkapkan
pentingnya nutrisi.
Peningkatan bb
progesif
Ketakutan/cemas Setelah dilakukan Dorong pasien Memberikan
b.d ancaman tindakan untuk kesempatan untuk
perubahan status keperawatan mengungkapkan mengungkapkan
kesehatan serta ketakutan/kecemasan pikiran dan ketakutannya.
ancaman kematian. berkurang sampai perasaan. Membantu
menghilang dengan Berikan lingkungan mengurangi
kriteria hasil: yang aman dan kecemasan.
Pasien nyaman. Meningkatkan
3.
mendemonstrasikan Komunikasi kepercayaan pasien.
koping efektif dalam terapeutik dan Meningkatkan
pengobatan. kontak sering kemampuan control
Pasien tampak rileks dengan pasien. cemas.
dan melaporkan Bantu
cemas berkurang. mengembangkan
koping menghadapi
rasa takutnya.
Gangguan body Setelah dilakukan Diskusikan dengan Membantu
image b.d tindakan pasien bagaimana mengidentifikasi
perubahan struktur keperawatan pengobatan masalah untuk
tubuh sekunder diharapkan mempengaruhi menemukan
terhadap gangguan body kehidupan pasien. pemecahannya.
4.
kemoterapi image dapat teratasi Jelaskan bahwa Membantu pasien
dengan kriteria hasil: tidak samping untuk menyiapkan
Pasien mampu terjadi pada pasien. diri beradaptasi.
mengembangkan Berikan dukungan Membantu klien
mekanisme koping. emosi. untuk percaya diri.

22
Pasien mampu Gunakan sentuhan Meningkatkan
memahami tetang selama interaksi kepercayaan diri
perubahan struktur dan pertahankan pasien.
tubuh, kontak mata.
Gangguan Setelah dilakukan Kaji kulit terhadap Efek kemerahan
integritas kulit b.d tindakan efek samping terapi dapat terjadi pada
efek radiasi dan keperawatan kanker, observasi terapi radiasi.
kemoterapi. diharapkan integritas adanya kerusakan
kulit dapat terjaga atau perlambatan Mempertahankan
dengan kriteria hasil: penyembuhan luka. keberihan kulit
Pasien berpartisipasi Mandikan dengan tanpa mengiritasi
5. dalam mencegah air hangat dan kulit.
komplikasi. sabun ringan. Membantu
Tidak terjadi Dorong pasien menghindari trauma
kerusakan kulit. untuk menghindari kulit.
menggaruk kulit. Meningkatkan
Ubah posisi tubuh sirkulasi dan
dengan sering. mencegah tekanan
pada kulit.

D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
Melaksanakan intervensi yang telah ditetapkan berdasarkan diagnosa yang
ditemukan pada klien.

23
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah:
1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi perdarah.
2. Kebutuhan nutrisi dan kalori pasien tercukupi kebutuhan tubuh.
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan.
5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
6. Ansietas, kekhawatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat
dapat diatasi.
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap
perannya mendemonstrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan
peran.
8. Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian
terapi.

24
ASUHAN KEPERAWATAN PERAWATAN PALIATIF

PASIEN KANKER PAYUDARA DAN KANKER SERVIKS

Pengertian Paliatif Care


Kebanyakan orang ingin mati bersamanya martabat dan kedamaian. Satu dari
layanan yang paling berharga itu dapat ditawarkan ke terminal orang sakit dan
keluarga mereka adalah perawatan paliatif. Paliatif perawatan adalah perawatan
total aktif untuk orang dengan terminal penyakit yang mendekati akhir hidupnya.
Perawatan paliatif melibatkan dukungan pasien yang penyakitnya sudah lanjut
tahapan dan tidak merespons untuk perawatan kuratif; ini termasuk ketentuan
perawatan terminal. Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan memberikan dukungan bagi keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan kondisi pasien dengan mencegah
dan mengurangi penderitaan melalui identifikasi dini, penilaian yang seksama serta
pengobatan nyeri dan masalah-masalah lain, baik masalah fisik, psikososial,
spiritual dan pelayanan masa dukacita bagi keluarga (WHO, 2005).
Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan terhadap rasa sakit dan
memberikan dukungan fisik, psikososial dan spiritual yang dimulai sejak tegaknya
diagnosa hingga akhir kehidupan (World Health Organization, 2014).

Prinsip Perawatan Paliatif

Prinsip-prinsip dasar dalam memberikan perawatan paliatif adalah

(a) Menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain,

(b) Menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses yang


normal,

(c) Tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian,

(d) Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial dan spiritual

25
(e) Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin

(f) Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita,

(g) Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan


keluarganya,

(h) Menghindari tindakan yang sia-sia (Kemenkes RI, 2013).

Indikasi Perawatan Paliatif

Perawatan paliatif dimulai sejak diagnosis ditegakkan atau bila didapatkan

satu atau lebih kondisi seperti berikut:

(a) Nyeri atau keluhan fisik lainnya yang tidak dapat diatasi,

(b) Stres berat berhubungan dengan diagnosis atau terapi kanker,

(c) Penyakit penyerta yang berat dan kondisi sosial yang diakibatkannya,

(d) Permasalahan dalam pengambilan keputusan tentang yang akan atau sedang
dilakukan,

(e) Pasien atau keluarga meminta untuk dirujuk ke perawatan paliatif,

(f) Angka harapan hidup ≤ 12 bulan,

(g) Pada pasien kanker stadium lanjut yang tidak respon dengan terapi yang
diberikan (Kemenkes RI, 2013).

Tempat Perawatan Paliatif


Menurut Hockenberry, Wilson dan Wong (2013), keadaan lokasi sangat
penting untuk memfokuskan intervensi yang membahas semua aspek pasien
dan kenyamanan keluarga yang meliputi kenyamanan fisik pasien, kebutuhan
sosial, emosional dan spiritual pasien dan keluarga. Berdasarkan hasil
keputusan oleh pasien dan keluarga mengenai keinginan untuk perawatan, ada
beberapa pilihan untuk tempat perawatan yang dapat dipilih keluarga, meliputi:

26
1 Rumah Sakit
Keluarga dapat memilih untuk tetap berada di rumah sakit untuk
menerima perawatan jika pasien sakit atau kondisi pasien tidak stabil.
Perawatan di rumah bukanlah suatu pilihan jika kondisi pasien dalam
keadaan sakit dan memerlukan pengawasan yang ketat. Jika sebuah
keluarga memilih untuk tetap berada di rumah sakit untuk perawatan
terminal pada pasien maka pengaturan kamar harus dibuat seperti
keadaan di rumah. Selain itu, dalam memberikan perawatan harus ada
rencana yang konsisten dan terkoordinasi dengan melibatkan keluarga.
2 Rumah
Beberapa keluarga dapat memilih untuk membawa anggota keluarga
mereka ke rumah dengan menerima jasa perawatan di rumah.
Umumnya layana ini memerlukan jadwal kunjungan perawatan untuk
memberikan pengobatan, peralatan yang dibutuhkan, atau persediaan
obat-obatan. Perawatan di rumah adalah pilihan yang paling sering
dipilih oleh keluarga karena pandangan tradisional yang mengharuskan
penderita kanker yang memiliki harapan hidup kurang dari 6 bulan
maka harus dirawat dekat dengan keluarga.
3 Hospice Care
Hospice care merupakan pelayanan kesehatan yang mengkhususkan diri
dalam kasus kematian pasien dengan menggabungkan filosofi hospice
care dengan prinsip-prinsip perawatan paliatif. Filosofi hospice care
menganggap kematian sebagai proses yang alami dan perawatan pasien
yang sekarat termasuk pengelolaan kebutuhan fisik, psikologis, sosial
dan spiritual penderita kanker serta keluarga. Layanan di hospice care
menyediakan home visit dan kunjungan dari pekerja sosial, pemuka
agama, dan dokter. Obat-obatan, peralatan medis dan apapun yang
diperlukan semua sudah dikoordinasikan oleh organisasi rumah sakit
pemberi perawatan.

Tim Pelayanan Paliatif

Dalam mencapai tujuan pelayanan paliatif, pelayanan paliatif

membutuhkan keterlibatan antara tenaga medis dan dukungan keluarga. Tim

27
perawatan paliatif terdiri dari :

a. Dokter

Dokter memainkan peran penting dalam pelayanan paliatif. Dokter harus


kompeten di kedokteran umum, kompeten dalam pengendalian rasa sakit dan
gejala lain, dan juga harus akrab dengan prinsip-prinsip pengelolaan penyakit
pasien.

b. Perawat

Perawat merupakan anggota tim yang biasanya akan memiliki kontak terlama
dengan pasien sehingga memberikan kesempatan unik untuk mengetahui kondisi
pasien, menilai secara mendalam apa yang terjadi dan apa yang penting bagi
pasien, dan untuk membantu pasien mengatasi dampak kemajuan penyakit.

c. Pekerja sosial dan psikolog

Perannya membantu pasien dan keluarganya dalam mengatasi masalah pribadi


dan sosial, penyakit dan kecacatan, serta memberikan dukungan
emosional/konseling selama perkembangan penyakit dan proses berkabung.
Masalah pribadi biasanya akibat disfungsi keuangan, terutama karena keluarga
mulai merencanakan masa depan.

d. Konselor Spiritual

Konselor spiritual harus menjadi pendengar yang terampil dan tidak


menghakimi, mampu menangani pertanyaan yang berkaitan dengan makna
kehidupan. Sering juga berfungsi sebagai orang yang dipercaya sekaligus
sebagai sumber dukungan terkait tradisi keagamaan, pengorganisasian ritual
keagamaan dan sakramen yang berarti bagi pasien kanker.

e. Apoteker

Terapi obat merupakan komponen utama dari manajemen gejala dalam


perawatan paliatif, sehingga apoteker mempunyai peranan penting. Apoteker
memastikan bahwa pasien dan keluarga memiliki akses penting ke obat-obatan

untuk pelayanan paliatif. Keahlian apoteker juga dibutuhkan untuk mendukung

28
tim kesehatan dengan memberikan informasi mengenai dosis obat, interaksi
obat, formulasi yang tepat, rute administrasi, dan alternatif pendekatan.

KANKER SERVIKS

Insiden kanker serviks terus meningkat,saat ini no 2 di dunia pada wanita


dengan kanker. WHO 493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru di dunia
dengan angka kematian sebanyak 273.505 jiwa per tahun. Yayasan Kanker Indonesia
(YKI), terdapat lebih 15.000 kasus kanker serviks baru, merenggut 8000 kematian di
Indonesia setiap tahunnya. RS Kanker Dharmais tahun 2012 terdapat 340 orang dan
tahun 2013 terdapat 356 orang. Kanker serviks merupakan penyakit yang paling
dapat dicegah jika terdeteksi dini (Terveyskirjasto,2013). Peran perawat tergantung
pada fase dan kondisi : Skrining,memenuhi kebutuhan dasar,psikososial, spiritual
dan seksual (Bedford,2009)

Tujuan Perawatan adalah untuk meningkatkan kesehatan,pencegahan,


memulihkan kesehatan dan mengurangi penderitaan untuk meningkatkan kualitas
hidup ( Smeltlzer ,et al (2015). Gill dan Duffy,( 2010 ) dan Bakker,et al ( 2013 )
Asuhan keperawatan kanker secara tradisional:Penderitaan, perawatan dasar dan
kematian. Perawatan kanker saat ini meliputi: Pemberian informasi, pengendalian
gejala,dukungan psikologis,sosial serta mampu mengkoordinasikan semua kegiatan,
juga mempunyai keterampilan komunikasi,mampu menggunakan kehadiran yang
teurapeutik “ I am Here “. To cure, occasionally, to relieve, often, and to comfort,
always.

Perawatan paliatif:
- Melihat kematian sebagai bagian dari siklus hidup normal.
- Tidak mempercepat atau menunda kematian.
- Memberikan bantuan dari rasa sakit dan gejala-gejala lain yang
mengganggu.
- Termasuk aspek psikologis, sosial, dan spiritual dari perawatan.
- Menawarkan sistem pendukung untuk membantu orang sakit hidup
semaktif mungkin sampai mati.
- Menawarkan sistem pendukung untuk membantu anggota keluarga
mengatasi selama sakit penyakit seseorang dan dalam kesedihan dan duka
cita mereka sendiri.

29
- Diadaptasi dari Organisasi Kesehatan Dunia, 1990.

Penerima perawatan paliatif adalah pasien dan keluarganya. Di negara


berkembang, sebagian besar perawatan paliatif diberikan di pasien rumah
karena perawatan rumah sakit atau rumah sakit mungkin tidak dapat diakses,
terjangkau, atau layak. Selain itu, banyak wanita lebih suka mati sendiri
lingkungan daripada di lingkungan yang tidak dikenal. Daripada fokus hanya
pada perawatan medis, perawatan paliatif juga membahas non-medis wanita
keprihatinan saat dia mendekati akhir hidup. Perhatian pada emosi, sosial,
dan kebutuhan rohani dapat membantu meringankan banyak kesusahan dan
kesepian seorang orang yang hampir mati. Kenyamanan dasar orang yang
sakit itu penting. Seorang wanita yang sakit parah harus tetap bersih, dan
posisinya di tempat tidur harus diganti setiap beberapa jam untuk membantu
mencegah masalah kulit dan paru-paru.

Nutrisi itu penting, dan harus ada akses yang memadai ke cairan dan
makanan selera. Manual lapangan ini berfokus pada memahami kanker
serviks, meredakannya masalah fisik yang terkait dengannya, dan mengatasi
masalah sosial, emosional, dan masalah spiritual yang berkaitan dengan
kanker. Penggunaan obat-obatan yang efektif untuk menghilangkan masalah
fisik seperti sakit dan berbau busuk vagina debit sangat penting. Gejala-gejala
ini seringkali mencegah wanita bersosialisasi dan melanjutkan kegiatan rutin
mereka. Penting bagi wanita untuk menjadi dapat mengunjungi dengan teman
dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan rutin untuk selama mungkin.

Karakteristik Perawat Onkologi


- Mampu memberikan informasi
- Mampu mengendalikan gejala
- Memberikan perawatan psikologis dan dukungan sosial
- Mampu mengkoordinasikan tim
- Keterampilan komunikasi efektif
- Mempunyai pengetahuan dan keterampilan khusus :Penanganan
gejala,kemoterapi,radioterapi dan operasi
- Mampu memberikan perawatan paliatif

30
Perawat bekerja dengan :
- Humanity / Manusiawi
- Heart / Hati
- Head / Kepala
- Humor / Humoris
- Honesty / Jujur

Model Perawatan paliatif

A. Perawatan Paliatif di Rumah sakit ( Hospice Hospital care ) :

• Rawat singkat ( One day Care )

• Rawat Inap

B. Hospis ( Hospice )

Tempat khusus di luar RS,pengelola di luar struktur RS

C. Pelayanan Paliatif di Rumah ( Hospice home care )

• Keluarga terlatih

• Home Visit

• Hotline Service

ASUHAN KEPERAWATAN

1 PENGKAJIAN

• Trust / percaya

• Identifikasi dan klasifikasi kebutuhan

• Prioritas permintaan

• Estimasi pendekatan interdisiplin

31
Pengkajian Fisik

• Riwayat kesehatan

• Riwayat keluarga

• Keluhan yang terjadi :nyeri,perdarahan/keputihan,mual muntah

• Pengkajian Head to Toes atau persistem : sistem reproduksi

• Mobilisasi

• Seksualitas

Pengkajian Psikologis

• Tingkat emosi :

cemas,sedih,terkejut,marah,menolak,tawarmenawar,menerima,depresi,mena
rik diri.

• Pola koping

Normal : problem solving

Abnormal :agresif,pendiam,perilaku addiksi,perasaan

berdosa,hopelessness,powerlessness dan

psikosis

Pengkajian Sosial

• Isolasi sosial,kurang support sistem

• Perubahan fungsi dan peran

• Perubahan body image

32
• Lifestyle

• Kehilangan relasi

• Masalah ekonomi

• Perubahan pekerjaan

• Caregiver role strain

• Koping tidak efektif

Pengkajian Spiritual

• Ilusi alam kematian

• Hayalan ramalan/kepastian

• Harapan masa depan

• Menemukan arti kehidupan

• Kepercayaan / keyakinan

2 Diagnosa Keperawatan

- Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia

- Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,


dan muntah

- Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi

- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat


anemia dan pemberian kemoterapi

- Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi


ginekologis dan prognosis yang tidak menentu

- Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh


(Proses penyakit)

33
- Resiko disfungsi seksual berhubungan dengan keganasan

3 Perencanaan

• Strategi untuk mencapai tujuan

• Berdasarkan prioritas disesuaikan kebutuhan dan rasa nyaman pasien

• Perawat sebagai fasilitator

• Keputusan pada pasien/keluarga

• Perencanaan sesuai dengan masalah yang terjadi

Memberikan perawatan paliatif dapat berupa, pengalaman yang


sangat kuat. Anda bergabung orang dalam apa yang biasanya sangat
perjalanan emosional yang sulit. Mereka mungkin meminta saran dan
keberanian. Anda mungkin berkembang dekat pertemanan dengan wanita
sakit, keluarga anggota, dan pengasuh lainnya selama ini dan Anda dapat
berbagi air mata dan bahkan tawa bersama. Seseorang yang menyediakan
barang bagus perawatan paliatif dapat mengetahui bahwa dia telah
membantu orang lain melalui salah satunya tantangan terbesar dalam hidup.

34
BAB IV

PENUTUP

4.1.Simpulan
Kanker payudara adalah kanker pada jaringan payudara. Ini adalah
jenis kanker paling umum yang diderita kaum wanita. Kaum pria juga dapat
terserang walaupun kemungkinannya lebih kecil dari 1 diantara 1000.
Kanker serviks sering dianggap sebagai suatu penyakit menular
seksual yang disebabkan oleh infeksi galur-galur tertentu virus papilloma
manusia (HPV). Kanker serviks paling sering timbul pada wanita yang
memiliki banyak pasangan seksual atau yang pasangan pasangan seksualnya
pernah memiliki banyak pasangan seksualnya lain. Kanker serviks
merupakan kanker yang paling sering terjadi pada wanita yang berusia
kurang dari 35 tahun.

4.2.Saran

Untuk pencegahan kanker serviks dan kanker payudara diharapkan


untuk melakukan deteksi dini, dan apabila timbul gejala-gejala maka segera
menindak lanjuti, agar kanker serviks dapat diatasi cepat oleh petugas
kesehatan. Selain itu diharapkan untuk membiasakan diri dengan pola hidup
sehat dan bersih dan menghindari faktor-faktor resiko pemicu kanker serviks.

35
DAFTAR PUSTAKA

Reeder, Martin dan Koniak-Griffin.2011. Keperawatan Maternitas Kesehatan


Wanita, Bayi & Keluarga Vol 1. Terjemahan oleh Yati Afiyanti, Imami Nur
Rachmawati dan Sri Djuwitaningsih. Jakarta : EGC

Crowin, Elizabeth J.2001.Buku Saku Patofisiologi. Terjemah oleh dr. Brahm U.


Jakarta: EGC.

Basimira, Berna, Michael Burns, dkk. 2003. Palliative Care for Women With
Cervical Cancer : A Field Manual. USA : Engenderhealth

36

Anda mungkin juga menyukai