Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara derajat


merokok dengan kejadian hipertensi pada pria di Puskesmas Rawat Inap
Sidomulyo Kota Pekanbaru. Populasi dalam penelitian ini adalah pria usia 21-50
tahun di Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Kota Pekanbaru yang berjumlah 37
orang yang diambil secara accidental sampling.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau


mendeskripsikan tentang karakteristik responden.

1. Umur
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur dapat
dilihat pada tabel 5 berikut:
Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur
No Umur Frekuensi Persentase(%)
1 33 1 2,7
2 35 8 21,6
3 37 1 2,7
4 38 1 2,7
5 40 8 21,6
6 41 1 2,7
7 42 2 5,4
8 43 1 2,7
9 44 1 2,7
10 45 6 16,2
11 49 1 2,7
12 50 6 16,2

27
28

Total 37 100

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui mayoritas responden


adalah pria perokok yang berusia 35 tahun yaitu 8 orang
(21,6%) dan yang berusia 40 tahun yaitu 8 orang (21,6%)

2. Pendidikan
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan
dapat dilihat tabel 6 berikut:
Tabel 6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan
pendidikan

No Pendidikan Frekuensi Persentase


(%)
1 SD 11 29,7
2 SMP 6 16,2
3 SMA 12 32,4
4 PT 8 21,6
Total 37 100

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui mayoritas responden


berpendidikan SMA yaitu 12 orang (32,4%).

3. Status Perkawinan
Distribusi frekuensi responden berdasarkan status
perkawinan dapat dilihat pada tabel 7 berikut:
Tabel 7. Distribusi frekuensi responden berdasarkan status
perkawinan
No Status Frekuensi Persentase(%)
Perkawinan
29

1 Menikah 37 100
2 Tidak Menikah 0 0
3 Duda 0 0
Total 37 100

Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui mayoritas status


perkawinan responden adalah menikah yaitu 37 orang (100%).

4. Pekerjaan
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan
dapat dilihat pada tabel 8 berikut:
Tabel 8. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi Persentase(%)

1 PNS 5 13,5
2 Wiraswasta 30 81,1
3 Tani 2 5,4
4 Lain-lain 0 0
Total 37 100
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui mayoritas pekerjaan
responden adalah wiraswasta yaitu 30 orang (81,1%).

5. Lama Merokok
Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama merokok
dapat dilihat pada tabel 9 berikut:
Tabel 9. Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama
merokok
No Lama Merokok Frekuensi Persentase(%)
1 15 tahun 5 13,5
2 20 tahun 14 37,8
3 >20 tahun 18 48,6
Total 37 100
30

Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui mayoritas lama


merokok responden adalah >20 tahun yaitu 18 orang (48,6%).

6. Derajat Merokok
Distribusi frekuensi responden berdasarkan derajat
merokok dapat dilihat pada tabel 10 berikut:
Tabel 10. Distribusi frekuensi responden berdasarkan derajat
merokok
No Derajat Frekuensi Persentase(%)
Merokok
1 Berat 7 18,9
2 Sedang 15 40,5
3 Ringan 15 40,5
Total 37 100

Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui mayoritas derajat


merokok responden adalah ringan 15 orang (40,5%) dan
sedang 15 orang (40,5%).

7. Kejadian Hipertensi
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian
hipertensi dapat dilihat pada tabel 11 berikut:
Tabel 11. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian
hipertensi
No Kejadian Frekuensi Persentase(%)
Hipertensi
1 Hipertensi 21 56,8
2 Tidak 16 43,2
Hipertensi
31

Total 37 100

Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa mayoritas


responden menderita hipertensi yaitu sebanyak 21 orang
(56,8%).

4.1.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan


derajat merokok dengan kejadian hipertensi pada pria usia 35-50
tahun di Desa Kotabaru Seberida Kecamatan Keritang Kabupaten
Indragiri Hilir Provinsi Riau.

1. Tabulasi Silang Antara Derajat Merokok dengan Kejadian


Hipertensi
Tabel 12. Tabulasi silang antara derajat merokok dengan
kejadian hipertensi
Kejadian Hipertensi Total
Tidak
Hipertensi
Hipertensi
Berat 6 1 7
Derajat
Sedang 9 6 15
Merokok
Ringan 6 9 15
Total 21 16 37

Berdasarkan tabel 12 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas


responden yang derajat merokoknya sedang terkena hipertensi
yaitu 9 orang responden.
32

2. Hubungan Derajat Merokok dengan Kejadian Hipertensi

Tabel 13. Hubungan derajat merokok dengan kejadian hipertensi


pada pria di Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Kota Pekanbaru
Provinsi Riau.

Kejadian hipertensi
Derajat merokok rs 0,124
P 0,106
N 37

Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui nilai signifikan (p) =


0,106 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara derajat merokok dengan kejadian hipertensi pada
pria usia 21-50 tahun di Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Kota
Pekanbaru Provinsi Riau. Nilai korelasi uji Chi Square sebesar
0,124 menunjukkan bahwa kekuatan hubungan antara derajat
merokok dengan kejadian hipertensi sangat lemah.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Univariat

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Rawat


Inap Sidomulyo Kota Pekanbaru Provinsi Riau, didapatkan hasil bahwa
mayoritas responden adalah pria berusia 35 tahun yaitu 8 orang (21,6%)
dan umur 40 tahun yaitu 8 orang (21,6%), mayoritas responden
berpendidikan SMA yaitu 12 orang (32,4%), mayoritas status
perkawinan responden adalah menikah yaitu 37 orang (100%),
mayoritas pekerjaan responden sebagai wiraswasta yaitu 30 orang
(81,1%), mayoritas lama merokok responden adalah >20 tahun yaitu 18
orang (48,6%), mayoritas derajat merokok responden adalah ringan
33

yaitu 15 orang (40,5%) dan sedang yaitu 15 orang (40,5), dan mayoritas
responden yang menderita hipertensi adalah 21 orang (56,8%).

4.2.2 Analisis Bivariat

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo


Kota Pekanbaru Provinsi Riau tentang hubungan derajat merokok
dengan kejadian hipertensi pada pria didapatkan dari 37 responden, 21
responden (56,8%) menderita hipertensi dan 16 responden (43,2%)
tidak menderita hipertensi.

Hasil uji korelasi Chi Square antara derajat merokok dengan


kejadian hipertensi pada pria di Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Kota
Pekanbaru Provinsi Riau diperoleh nilai pvalue = 0,106 (p > 0,05), maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
derajat merokok dengan kejadian hipertensi pada pria di Puskesmas
Rawat Inap Sidomulyo Kota Pekanbaru Provinsi Riau.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas


Rawat Inap Sidomulyo Kota Pekanbaru Provinsi Riau menunjukkan
bahwa dari 37 responden, didapatkan 7 orang responden termasuk
kedalam kategori merokok derajat berat, dari 7 responden tersebut
mengalami hipertensi sebanyak 6 orang, 15 orang responden termasuk
kedalam kategori merokok derajat sedang, yang mengalami hipertensi
sebanyak 9 orang responden dan 15 responden termasuk kedalam
kategori merokok derajat ringan yang mengalami hipertensi sebanyak 6
orang. Hal tersebut dapat disebabkan karena adanya faktor lain yang
dapat menyebabkan terejadinya hipertensi seperti konsumsi alkohol,
obesitas, stres, konsumsi natrium berlebih, kurang aktivitas fisik dan
olah raga, umur, jenis kelamin atau genetik. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Setyanda et al (2015) yang menyatakan bahwa tidak
terdapat hubungan antara derajat merokok dengan kejadian hipertensi
(p=0,106).
34

Merokok merupakan salah satu faktor risiko terjadinya


hipertensi. Kandungan nikotin yang terdapat didalam rokok adalah
penyebab meningkatnya tekanan darah. Jika beredar didalam tubuh,
nikotin dapat merangsang ekskresi hormon adrenalin yang kemudian
akan menimbulkan peningkatan tekanan darah serta mengubah
metabolisme lemak sehingga kadar LDL meningkat dan kadar HDL
menurun. Apabila keadaan ini terus-menerus terjadi, maka LDL yang
terdapat didalam darah akan mengendap di pembuluh darah dan
membentuk plak atau trombus. Jika plak tersebut berjumlah banyak,
maka akan terbentuklah aterosklerosis. Aterosklerosis akan
menyebabkan pembuluh darah kehilangan kelenturannya dan
meneyebakan lumen pembuluh darah menyempit sehingga
memungkinkan untuk terjadinya peningkatan tekanan darah (Saesarwati
dan Satyabakti, 2016).
Karbonmonoksida yang juga terkandung di dalam rokok dapat
menyebabkan penggumpalan trombosit, sehingga menyebabkan
peningkatan koagulasi, peningkatan viskositas darah, meningkatkan
kadar fibrinogen, mendorong agregasi platelet, yang kemudian akan
meningkatkan tekanan darah (Kevin dan Jhon, 2011).
Selain nikotin dan karbonmonoksida, zat lain yang terkandung
didalam rokok yang juga berbahaya dan bersifat karsinogenik dalah tar.
Semakin muda usia seseorang untuk memulai merokok, maka semakin
lama seseorang tersebut akan terpapar dengan asap rokok dan zat-zat
berbahaya lain didalam rokok. Apabila proses tersebut berlangsung
lama dan terus-menerus, maka akan semakin banyak racun yang
menumpuk dalam tubuh (Saesarwati dan Satyabakti, 2016).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan
Kartikasari (2012), tentang faktor risiko hipertensi pada masyarakat di
Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang yang menyimpulkan
bahwa orang yang merokok memiliki risiko lebih besar untuk terserang
hipertensi dibandingkan orang yang tidak merokok. Selain itu,
35

penelitian Sadli dan Riantirtando (2010) tentang hubungan antara


kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40
tahun keatas di wilayah kerja Puskesmas Tegalgubuk Kecamatan
Arjawinangun Kabupaten Cirebon tahun 2010 yang menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah rokok yang
dihisap dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun keatas.

Anda mungkin juga menyukai