Belajar Pembelajaran
Belajar Pembelajaran
Dari peran yang sangat strategis dan fundamental dalam berjalannya pendidikan yang baik maka
kurikulum memiliki peran dalam pencapaian tujuan karna baik atau tidaknya suatu kurikulum dilihat
dari proses dan hasil pencapaian yang telah ditempuh. Kurikulum berasal dari bahasa inggris
yaitu Curriculum yang berarti rencana pelajaran, dimana Curriculum berasal dari bahasa
latin Currere yang memiliki banyak arti seperti berlari cepat, maju dengan cepat, menjalani dan
berusaha.
Pengertian Kurikulum Menurut Definisi Para Ahli - Setelah membahas pengertian kurikulum
secara umum dan asal usul bahasa dari kurikum, saatnya kita mengacu kepada pengertian
kurikulum menurut para ahli yang memberikan gambaran-gambaran berbagai definisi-definisi yang
dikemukakan untuk mempermudah dan memahami pengertian kurikulum yang sebenarnya yang
sangatlah fundamental dari fungsi kurikulum yang sesungguhnya sebagai sebuah proses pendidikan
untuk mencapai tujuan, maka dari itu untuk mempermudah dan memahaminya mari kita lihat
pengertian kurikulum menurut definisi para ahli seperti tema yang diatas yang teman-teman dapat
lihat dibawah ini....
Pengertian Kurikulum Menurut Daniel Tanner dan Laurel Tanner, pengertian kurikulum
adalah pengalaman pembelajaran yang terarah dan terencana secara terstuktur dan tersusun
melalui proses rekontruksi pengetahuan dan pengalaman secara sistematis yang berada
dibawah pengawasan lembaga pendidikan sehingga pelajar memiliki motivasi dan minat
belajar.
Pengertian kurikulum Menurut Inlow (1966) : Pengertian kurikulum adalah usaha
menyeluruh dirancang khusus oleh sekolah dalam membimbing murid memperoleh hasil dari
pelajaran yang telah ditentukan.
Pengertian Kurikulum Menurut Hilda Taba (1962) : Pengertian kurikulum sebagai a plan
of learning yang berarti bahwa kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari
oleh siswa yang memuat rencana untuk peserta didik. Dalam bukunya "Curriculum
Development Theory and Pratice".
Pengertian Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968) : Pengertian kurikulum adalah sebuah
pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan individu dan berkelompok baik di luar
maupun di dalam sekolah.
Pengertian Kurikulum Menurut George A. Beaucham (1976) : Pengertian kurikulum
adalah dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada peserta
didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam
kehidupan sehari-hari
Pengertian Kurikulum Menurut Menurut Neagley dan Evans (1967) : Pengertian
kurikulum adalah semua pengalaman yang telah dirancang oleh pihak sekolah untuk
menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa yang paling baik
Pengertian Kurikulum Menurut UU. No. 20 Tahun 2003 : Pengertian kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pengajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional.
Pengertian Kurikulum Menurut Good V. Carter (1973) : Pengertian kurikulum adalah
kelompok pengajaran yang sistematik atau urutan subjek yang dipersyaratkan untuk lulus
atau sertifikasi dalam pelajaran mayor
Pengertian Kurikulum Menurut Grayson (1978) : Pengertian kurikulum adalah suatu
perencanaan untuk mendapatkan pengeluaran (out-comes) yang diharapkan dari suatu
pembelajaran
Pengertian Kurikulum Menurut Murray Print : Pengertian kurikulum adalah sebuah ruang
pembelajaran yang terencana diberikan secara langsung kepada siswa oleh sebuah lembaga
pendidikan dan pengalaman yang dapat dinikmati semua siswa pada saat kurikulum
diterapkan.
Pengertian Kurikulum Menurut Crow and Crow : Pengertian kurikulum adalah rancangan
pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis untuk
menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah.
Dalam sejarah kurikulum indonesia. Kurikulum di indonesia telah berganti berkali-kali seperti yang
ada dibawah ini...
bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dengan dewasa ini. Pengertian kurikulum
senantiasa berkembang terus sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan. Berikut ini
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni curriculae, yaitu curir (pelari) dan curere (tempat
Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh
siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah merupakan satu bukti bahwa
siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari
telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ke tempat lainnya dan akhirnya mencapai finish.
Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai
titik akhir dari suatu pelajaran yang ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.
Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan pengertian kurikulum ditinjau dari tiga dimensi, yaitu
sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai rencana. Kurikulum sebagai ilmu mengkaji konsep, asumsi,
teori – teori dan prinsip- prinsip dasar tentang kurikulum. Kurikulum sebagai sistem menjelaskan
kedudukan kurikulum dalam hubungannya dengan sistem –sistem lain, komponen – komponen
kurikulum, kurikulum dalam berbagai jalur, jenjang, jenis pendidikan, manajemen kurikulum dan
sebagainya. Kurikulum sebagai rencana diungkap beragam rencana dan rancangan atau desain
kurikulum. Rencana bersifat menyeluruh untuk semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan atau khusus
untuk jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. demikian pula dengan rancangan atau desain,
terdapat desain berdasarkan konsep, tujuan, isi, proses, masalah, dan kebutuhan siswa
Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk
memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman
orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah disusun secara sistematis dan logis.
Misalnya, berkat pengalaman dan penemuan-penemuan masa lampau, maka diadakan pemilihan dan
selanjutnya disusun secara sistematis, artinya menurut aturan tertentu; dan logis; artinya dapat
diterima oleh akal dan pikiran. Mata ajaran mengisi materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa,
sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna baginya. Semakin banyak
pengalaman dan penemuan-penemuan, maka semakin banyak pula mata ajaran yang harus disusun
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan
program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan
perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata
lain sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. itu sebabnya,
suatu kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak
terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat
perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah dan lain-lain; yang pada gilirannya menyediakan
kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan
oleh siswa direncanakan dalam suatu kurikulum. Hal ini berarti, semua hal dan semua orang yang
kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga
kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum.
Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah
kurikulum.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Isi kurikulum
merupakan susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan
pendidikan yang bersangkutan, dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Pandangan atau anggapan yang sampai saat ini masih lazim dipakai dalam dunia pendidikan dan
persekolahan di Indonesia adalah bahwa kurikulum merupakan suatu rencana tertulis yang disusun
guna memperlancar proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan rumusan pengertian kurikulum
seperti yang tertera dalam undang – undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
bahwa “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai pendidikan tertentu”. dalam kerangka kurikulum berbasis kompetensi, pengertian kurikulum
yang digunakan mengacu pada pengertian seperti yang tertera dalam UU tersebut dengan penekanan
pada rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan untuk mencapai tujuan nasional
dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah dan sekolah/madrasah.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)
menyebutkan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Secara khusus pada Bab X
Pasal 36 disebutkan bahwa; (1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu
pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (2)
Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. (3) Kurikulum disusun
sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan memperhatikan: a. peningkatan iman dan takwa; b. peningkatan akhlak mulia; c.
peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; d. keragaman potensi daerah dan
lingkungan; e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional; f. tuntutan dunia kerja; g.
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; h. agama; i. dinamika perkembangan
global; dan j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. (4) Ketentuan mengenai
pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Kemudian pada Pasal 37 juga disebutkan bahwa; (1)
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: a. pendidikan agama; b. pendidikan
kewarganegaraan; c. bahasa; d. matematika; e. ilmu pengetahuan alam; f. ilmu pengetahuan
sosial; g. seni dan budaya; h. pendidikan jasmani dan olahraga; i. keterampilan/kejuruan; dan j.
muatan lokal. (2) Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat: a. pendidikan agama; b.
pendidikan kewarganegaraan; dan c. bahasa. (3) Ketentuan mengenai kurikulum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Berikutnya pada Pasal 38 dijelaskan lebih lanjut bahwa; (1) Kerangka dasar dan struktur
kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh Pemerintah. (2) Kurikulum
pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap
kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan
supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan
dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. (3) Kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan
oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan
untuk setiap program studi. (4) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan tinggi
dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk setiap program studi. Berdasarkan kutipan di atas jelas tak bisa
disangkal lagi bahwa sesuai Undang-Undang Sisdiknas (UU 20 Tahun 2003) Pemerintah
(dalam hal ini Pemerintah Pusat) tugasnya (hanya) menyusun kerangka dasar dan struktur
kurikulum khususnya untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Selanjutnya sesuai pasal
38 ayat 2 disebutkan bahwa Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan
sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen
agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.
Melihat kenyataan tersebut di atas Pemerintah dalam hal ini pihak Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaa sudah seharusnya mempertimbangkan lagi pemberlakuan kurikulum yang
sifatnya terpusat (sentralistik) seperti Kurikulum 2013 yang rencananya akan diberlakukan
secara bertahap mulai tahun ajaran baru 2013/2014 mendatang. Bagaimanapun juga Kurikulum
2013 yang telah melewati uji publik pada akhir 2012 harus dikaji ulang dan disesuaikan dengan
dasar perundang-undangan yang berlaku khususnya Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Penulis dalam hal ini tentu sangat mendukung
terhadap adanya perubahan yang menuju kemajuan demi meningkatnya mutu pengajaran dan
pendidikan di Indonesia. Untuk itu saya juga turut ambil bagian memberikan usul/saran pada
waktu Uji Publik Kurikulum 2013 yang dikirimkan langsung melalui fasilitas surat elektronik
(email) ke pihak Kemdikbud sebanyak lebih kurang 3 halaman. Sekali lagi ini saya sampaikan
agar jangan sampai terjadi, setelah Kurikulum 2013 berjalan di tengah-tengahnya (bisa saja)
terhenti gara-gara (misalnya) Mahkamah Konstitusi mengabulkan gugatan bahwa Kurikulum
2013 tidak sesuai dengan UU Sisdiknas. Saya kira kasus Rintisan Sekolah Berstandar Nasional
(RSBI) yang sebelumnya pernah terjadi harus menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi
kita semua khususnya pemangku kebijakan di bidang pendidikan seperti Kemdikbud. Artinya
dalam Kurikulum 2013 Pemerintah dalam hal ini Kemdikbud harus tetap mengacu pada dasar
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)
khususnya Bab X tentang Kurikulum pasal 36, 37, dan 38. Hal ini perlu saya sampaikan
sebagai bentuk rasa kepedulian terhadap pendidikan dan lagi sifatnya sangat penting serta
mendasar agar pendidikan di tanah air berlandas pada sistem yang benar dan kredibel tidak
asal maju dan asal berubah tanpa landasan yang kokoh. Maju terus pendidikan di Indonesia
untuk menuju bangsa yang lebih bermartabat, produktif, dan mandiri.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/wahyugandhung/kurikulum-2013-dari-sisi-
pandang-uu-no-20-th-2003-tentang-sisdiknas_55285d5af17e6103428b45a8
A. Kurikulum dan Landasan Pengembangan Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Kata “kurikulum” berasal dari kata bahasa Latin yang berarti “jalur pacu”, dan secara
tradisional, kurikulum sekolah disajikan seperti itu (ibarat jalan) bagi kebanyakan orang
(Zais, 1976:6). Lebih lanjut Zais (1976) mengemukakan berbagai pengertian kurikulum
yakni: (1) kurikulum sebagai program belajar, (ii) kurikulum sebagai isi pelajaran, (iii)
kurikulum sebagai pengalaman belajar yang direncanakan, (iv) kurikulum sebagai
pengalaman dibawah tanggung jawab sekolah,(v) kurikulum sebagai pengalaman
belajar terbimbing, (vi) kurikulum sebagai kehidupan terbimbing, (vii) kurikulum sebagi
suatu rencana pembelajaran, (viii) kurikulum sebagai sistem produksi secara teknologis,
dan (ix) kurikulum sebagai tujuan. Konsep-konsep kurikulum yang terdiri dari: (i)
kurikulum sebagai jalan meraih ijazah, (ii) kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran, (iii)
kurikulum sebagai rencana kegiatan pembelajaran, (iv) kurikulum sebagai hasil belajar,
dan (v) kurikulum sebagai pengalaman belajar.
Pengembangan kurikuum mengacu pada tiga unsur, yaitu: (1) nilai dasar yang
merupakan falsafah dalam pendidikan manusia seutuhnya; (2) fakta emperik yang
tercermin dari pelaksanaan kurikulum, baik berdasarkan penilaian kurikulum, studi,
maupun survei lainnya; dan (3) landasan teori yang menjadi arahan pengembangan
dan kerangka penyorotnya (Depdikbud, 1986:1)
a. Landasan Filosofis. Filsafat boleh juga didefinisikan sebagai sebuah studi tentang:
hakikat realitas, hakikat ilmu pengetahuan, hakikat sistem nilai, hakikat nilai kebaikan,
hakikat keindahan, dan hakikat pikiran (Winecoff, 1988 : 13). Landasan filosofis
pengembangan kurikulum di Indonesia secara cepat dan tepat kita dipastikan, yakni
nilai dasar yang merupakan falsafah dalam pendidikan manusia seutuhnya yakni
Pancasila.
b. Landasan Sosial-Budaya-Agama. Nilai-nilai keagamaan berhubungan erat erat dengan
kepercayaan masyarakat terhadap ajaran dan nilai-nilai agama yang mereka anut. Nilai
sosial budaya masyarakat bersumber pada hasil karya budi manusia, sehingga dalam
menerima , menyebarluaskan, melestarikan, dan atau melepaskannya manusia
menggunakan akalnya. Untuk melaksanakan penerimaan, penyebarluasan,
perlestarian, atau penolakan dan pelepasan nilai-nilai sosial-budaya-agama, maka
masyarakat memanfaatkan pendidikan yang dirancang melalui kurikulum.
c. Landasan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni. Nana Sy. Sukmadinata (1988:82)
mengemukakan bahwa pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara
langsung akan menjadi isi/materi pendidikan. Perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni (ipteks) juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.
d. Landasan Kebutuhan Masyarakat. Adanya falsafah hidup, perubahan sosial budaya
agama, perubahan iptek dalam suatu masyarakat akan merubah pola kebutuhan
masyarakat. Sehingga salah satu landasan pengembangan kurikulum adalah
kebutuhan masyarakat yang dilayani melalui kurikulum yang dikembangkan.
e. Landasan Perkembangan Masyarakat. Salah sau ciri dari masyarakat adalah selalu
berkembang. Mungkin pada masyarakat tertentu perkembangan sangat lambat, tetapi
masyarakat lainnya cepat bahkan sangat cepat (Nana Sy. Sukmadinata, 1988 : 66).
Proses pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat maka diperlukan
rancangannya berupa kurikulum yang landasan pengembangannya berupa
perkembangan masyarakat itu sendiri.
2. Model Grass-Roots
Model ini dikenal juga dengan nama rakyat biasa (grass-roots) semua inisiatif dan upaya
pengembangan kurikulum dari bawah. Model gross-root adalah model bottom-up (dari
bawah ke atas). Model kurikulum gross-root cendrung berlaku dalam sistem pendidikan
yang kurikulumnya bersifat desentralisasi atau memberikan peluang terjadinya
desentralisasi sebagian. Model pengembangan kurikulum grass-root dapat
mengupayakan pengembangan sebagian komponen-komponen kurikulum dapat
sebagian dari keseluruhan komponen, dapat pula dari seluruh komponen kurikulum.
3. Model Beuchamp
Peran guru dalam pengembangan kurikulum diwujudkan dalam bentuk-bentuk kegiatan
berikut:
5. Model Rogers
Rogers mengemukakan model pengembangan kurikulum yang disebut dengan Model
Relasi Interpersonal Roger (Rogers Interpersonal Relation Model).
Model Relasi Interpersonal Roger ini terdiri dari empat langkah pengembangan
kurikulum, yakni: (i) pemilihan satu sistem pendidikan sasaran, (ii) pengalaman
kelompok yang intensif bagi guru, (iii) pengembangan suatu pengalaman kelompok
yang intensif bagi satu kelas atau unit pelajaran, dan (iv) melibatkan orang tua dalam
pengalaman kelompok yang intensif.
Rangkuman
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru berpangkal pada suatu kurikulum, dan
dalam proses pembelajaran guru juga berorientasi pada tujuan kurikulum. Pada satu
sisi, guru adalah pembelajar siswa, yang secara kreatif membelajarkan siswa sesuai
dengan kurikulum sekolah. Hal itu menunjukkan bahwa dalam tugas pembalajaran
dipersyaratkan agar guru memahami kurikulum.
Para ahli seperti Zais, Winecoff, Bondi, Tanner & Tanner telah mempelajari kurikulum.
Mereka mengemukakan prinsip dan teori yang berbeda-beda. Meskipun demikian
mereka juga mengemukakan arti kurikulum sebagai (i) jalan meraih ijazah, (ii) mata
pelajaran dan isi pelajaran (iii) rencana kegiatan pembelajaran, (iv) hasil belajar yang
direncanakan, dan (v) pengalaman belajar. Terbentuknya kurikulum tersebut dilandasi
oleh berbagai landasan pemikiran seperti (i) landasan filosofis, (ii) landasan sosial-
budaya-agama, (iii) landasan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (iv) landasan
kebutuhan masyarakat, (vi) landasan perkembangan masyarakat. Sebagai suatu
program, maka kurikulum terdiri dari beberapa komponen penting, seperti (i) tujuan, (ii)
pengalaman blajar, (iii) organisasi pengalaman belajar, (iv) evaluasi. Dalam tugas
pengembangan, guru berurusan dengan komponen-komponen kurikulum, selanjutnya
dalam pengembangan kurikulum. Diantara prinsip pengembangan tersebut adalah (i)
prinsip relevansi, (ii) prinsip kontinuitas, dan (iii) prinsip fleksibilitas.
Guru sebagai pembelajar mengetahui konisi, situasi, dan bertanggung jawan atas
tercapainya hasil belajar. Pada sisi lain guru juga bertanggung jawab atas keberlakuan
dalam pembangunan kurikulum. Oleh karena itu, sewajarnya guru berperan optimal
dalam pengembangan kurikulum terwujud dalam kegatan-kegiatan berikut : (i)
perumusan tujuan khusus pengajaran, (ii) perencanaan kegaiatan pembelajaran yang
efektif, (iii) pelaksanaan program pembelajaran dalam pembelajaran sesungguhnya, (iv)
mengevaluasi proses belajar dan hasil belajar siswa, dan (v) mengevaluasi interaks
antara komponen-komponen kurikulum yang diimplementasikan. Kelima kegiatan
tersebut merupakan tuntutan bagi guru yang profesional.
ejarah mencatat bahwa Kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia yakni kurikulum 1947
sampai kurikulum 2013, kurikulum tersebut mengalami pembaruan-pembaruan mengikuti
perkembangan dunia pendidikan yang semakin modern dan tentunya karena faktor
perkembangan zaman. Berikut kurikulum dari dulu sampai sekarang.
1) Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam bahasa Belanda
leer plan artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular dibanding istilah curriculum (bahasa
Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan
saat itu dikenal dengan sebutan Rentjana Pelajaran 1947, yang baru dilaksanakan pada tahun
1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum
1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: a. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, b.
Garis-garis besar pengajaran.
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial
Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana
Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena
suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka
pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan
berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Orientasi Rencana Pelajaran 1947
tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang diutamakan adalah: pendidikan watak,
kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-
hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
4) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan kurikulum 1964, yakni dilakukan perubahan struktur
kulrikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum ini merupakan perwujudan perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis
yaitu mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan
pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9. Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai
kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja,” katanya. Muatan materi
pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik
beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
Baca Juga:
Mengenal Pendekatan Saintifik Pada Kurikulum 2013
Komponen Kurikulum