Anda di halaman 1dari 19

Pengertian Kurikulum Menurut Definisi Para Ahli| Ada banyak pendapat para ahli/pakar yang

memberikan definisi pengertian kurikulum. Sebelumnya diinformasikan pengertian kurikulum,


fungsi dan komponennya, sedikit mengulang kembali tentang Pengertian Kurikulum Secara
Umum. Pengertian kurikulum adalah program rancangan belajar mengajar yang dipedomani oleh
pendidik dan peserta didik.

Dari peran yang sangat strategis dan fundamental dalam berjalannya pendidikan yang baik maka
kurikulum memiliki peran dalam pencapaian tujuan karna baik atau tidaknya suatu kurikulum dilihat
dari proses dan hasil pencapaian yang telah ditempuh. Kurikulum berasal dari bahasa inggris
yaitu Curriculum yang berarti rencana pelajaran, dimana Curriculum berasal dari bahasa
latin Currere yang memiliki banyak arti seperti berlari cepat, maju dengan cepat, menjalani dan
berusaha.

Pengertian Kurikulum Menurut Definisi Para Ahli - Setelah membahas pengertian kurikulum
secara umum dan asal usul bahasa dari kurikum, saatnya kita mengacu kepada pengertian
kurikulum menurut para ahli yang memberikan gambaran-gambaran berbagai definisi-definisi yang
dikemukakan untuk mempermudah dan memahami pengertian kurikulum yang sebenarnya yang
sangatlah fundamental dari fungsi kurikulum yang sesungguhnya sebagai sebuah proses pendidikan
untuk mencapai tujuan, maka dari itu untuk mempermudah dan memahaminya mari kita lihat
pengertian kurikulum menurut definisi para ahli seperti tema yang diatas yang teman-teman dapat
lihat dibawah ini....

Pengertian Kurikulum Menurut Definisi Para Ahli

 Pengertian Kurikulum Menurut Daniel Tanner dan Laurel Tanner, pengertian kurikulum
adalah pengalaman pembelajaran yang terarah dan terencana secara terstuktur dan tersusun
melalui proses rekontruksi pengetahuan dan pengalaman secara sistematis yang berada
dibawah pengawasan lembaga pendidikan sehingga pelajar memiliki motivasi dan minat
belajar.
 Pengertian kurikulum Menurut Inlow (1966) : Pengertian kurikulum adalah usaha
menyeluruh dirancang khusus oleh sekolah dalam membimbing murid memperoleh hasil dari
pelajaran yang telah ditentukan.
 Pengertian Kurikulum Menurut Hilda Taba (1962) : Pengertian kurikulum sebagai a plan
of learning yang berarti bahwa kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari
oleh siswa yang memuat rencana untuk peserta didik. Dalam bukunya "Curriculum
Development Theory and Pratice".
 Pengertian Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968) : Pengertian kurikulum adalah sebuah
pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan individu dan berkelompok baik di luar
maupun di dalam sekolah.
 Pengertian Kurikulum Menurut George A. Beaucham (1976) : Pengertian kurikulum
adalah dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada peserta
didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam
kehidupan sehari-hari
 Pengertian Kurikulum Menurut Menurut Neagley dan Evans (1967) : Pengertian
kurikulum adalah semua pengalaman yang telah dirancang oleh pihak sekolah untuk
menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa yang paling baik

 Pengertian Kurikulum Menurut UU. No. 20 Tahun 2003 : Pengertian kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pengajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional.
 Pengertian Kurikulum Menurut Good V. Carter (1973) : Pengertian kurikulum adalah
kelompok pengajaran yang sistematik atau urutan subjek yang dipersyaratkan untuk lulus
atau sertifikasi dalam pelajaran mayor
 Pengertian Kurikulum Menurut Grayson (1978) : Pengertian kurikulum adalah suatu
perencanaan untuk mendapatkan pengeluaran (out-comes) yang diharapkan dari suatu
pembelajaran
 Pengertian Kurikulum Menurut Murray Print : Pengertian kurikulum adalah sebuah ruang
pembelajaran yang terencana diberikan secara langsung kepada siswa oleh sebuah lembaga
pendidikan dan pengalaman yang dapat dinikmati semua siswa pada saat kurikulum
diterapkan.
 Pengertian Kurikulum Menurut Crow and Crow : Pengertian kurikulum adalah rancangan
pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis untuk
menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah.

Dalam sejarah kurikulum indonesia. Kurikulum di indonesia telah berganti berkali-kali seperti yang
ada dibawah ini...

 Tahun 1947 - Leer Plan (Rencana Pelajaran)


 Tahun 1952 - Rencana Pelajaran Terurai
 Tahun 1964 - Rentjana Pendidikan
 Tahun 1968 - Kurikulum 1968
 Tahun 1975 - Kurikulum 1975
 Tahun 1984 - Kurikulum 1984
 Tahun 1994 - dan 1999- Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
 Tahun 2004 - Kurikulum Berbasis Kompetensi
 Tahun 2006- Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
 Tahun 2013- Kurikulum 2013.
Istilah kurikulum (curriculum) memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam

bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dengan dewasa ini. Pengertian kurikulum

senantiasa berkembang terus sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan. Berikut ini

akan dijelaskan beberapa tafsiran ataupun pengertian tentang kurikulum.

Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni curriculae, yaitu curir (pelari) dan curere (tempat

berpacu,) artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari.

Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh

siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah merupakan satu bukti bahwa

siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari

telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ke tempat lainnya dan akhirnya mencapai finish.

Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai

titik akhir dari suatu pelajaran yang ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.

Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan pengertian kurikulum ditinjau dari tiga dimensi, yaitu

sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai rencana. Kurikulum sebagai ilmu mengkaji konsep, asumsi,

teori – teori dan prinsip- prinsip dasar tentang kurikulum. Kurikulum sebagai sistem menjelaskan

kedudukan kurikulum dalam hubungannya dengan sistem –sistem lain, komponen – komponen

kurikulum, kurikulum dalam berbagai jalur, jenjang, jenis pendidikan, manajemen kurikulum dan

sebagainya. Kurikulum sebagai rencana diungkap beragam rencana dan rancangan atau desain

kurikulum. Rencana bersifat menyeluruh untuk semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan atau khusus

untuk jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. demikian pula dengan rancangan atau desain,

terdapat desain berdasarkan konsep, tujuan, isi, proses, masalah, dan kebutuhan siswa

beberapa tafsiran lainnya mengenai kurikulum antara lain sebagai berikut:

Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran

Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk

memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman

orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah disusun secara sistematis dan logis.

Misalnya, berkat pengalaman dan penemuan-penemuan masa lampau, maka diadakan pemilihan dan

selanjutnya disusun secara sistematis, artinya menurut aturan tertentu; dan logis; artinya dapat

diterima oleh akal dan pikiran. Mata ajaran mengisi materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa,

sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna baginya. Semakin banyak
pengalaman dan penemuan-penemuan, maka semakin banyak pula mata ajaran yang harus disusun

dalam kurikulum dan harus dipelajari oleh siswa di sekolah.

Kurikulum sebagai rencana pembelajaran

Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan

program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan

perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata

lain sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. itu sebabnya,

suatu kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak

terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat

mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan,

perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah dan lain-lain; yang pada gilirannya menyediakan

kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan

oleh siswa direncanakan dalam suatu kurikulum. Hal ini berarti, semua hal dan semua orang yang

terlibat dalam memberikan bantuan kepada siswa termasuk kedalam kurikulum.

Kurikulum sebagai pengalaman belajar

Perumusan/pengertian kurikulum lainnya yang agak berbeda dengan pengertian-pengertian

sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian pengalaman belajar.

kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga

kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum.

Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah

kurikulum.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Isi kurikulum

merupakan susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan

pendidikan yang bersangkutan, dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Pandangan atau anggapan yang sampai saat ini masih lazim dipakai dalam dunia pendidikan dan

persekolahan di Indonesia adalah bahwa kurikulum merupakan suatu rencana tertulis yang disusun

guna memperlancar proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan rumusan pengertian kurikulum

seperti yang tertera dalam undang – undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

bahwa “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai pendidikan tertentu”. dalam kerangka kurikulum berbasis kompetensi, pengertian kurikulum

yang digunakan mengacu pada pengertian seperti yang tertera dalam UU tersebut dengan penekanan

pada rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan untuk mencapai tujuan nasional

dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah dan sekolah/madrasah.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)
menyebutkan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Secara khusus pada Bab X
Pasal 36 disebutkan bahwa; (1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu
pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (2)
Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. (3) Kurikulum disusun
sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan memperhatikan: a. peningkatan iman dan takwa; b. peningkatan akhlak mulia; c.
peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; d. keragaman potensi daerah dan
lingkungan; e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional; f. tuntutan dunia kerja; g.
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; h. agama; i. dinamika perkembangan
global; dan j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. (4) Ketentuan mengenai
pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Kemudian pada Pasal 37 juga disebutkan bahwa; (1)
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: a. pendidikan agama; b. pendidikan
kewarganegaraan; c. bahasa; d. matematika; e. ilmu pengetahuan alam; f. ilmu pengetahuan
sosial; g. seni dan budaya; h. pendidikan jasmani dan olahraga; i. keterampilan/kejuruan; dan j.
muatan lokal. (2) Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat: a. pendidikan agama; b.
pendidikan kewarganegaraan; dan c. bahasa. (3) Ketentuan mengenai kurikulum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Berikutnya pada Pasal 38 dijelaskan lebih lanjut bahwa; (1) Kerangka dasar dan struktur
kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh Pemerintah. (2) Kurikulum
pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap
kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan
supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan
dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. (3) Kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan
oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan
untuk setiap program studi. (4) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan tinggi
dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk setiap program studi. Berdasarkan kutipan di atas jelas tak bisa
disangkal lagi bahwa sesuai Undang-Undang Sisdiknas (UU 20 Tahun 2003) Pemerintah
(dalam hal ini Pemerintah Pusat) tugasnya (hanya) menyusun kerangka dasar dan struktur
kurikulum khususnya untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Selanjutnya sesuai pasal
38 ayat 2 disebutkan bahwa Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan
sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen
agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.
Melihat kenyataan tersebut di atas Pemerintah dalam hal ini pihak Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaa sudah seharusnya mempertimbangkan lagi pemberlakuan kurikulum yang
sifatnya terpusat (sentralistik) seperti Kurikulum 2013 yang rencananya akan diberlakukan
secara bertahap mulai tahun ajaran baru 2013/2014 mendatang. Bagaimanapun juga Kurikulum
2013 yang telah melewati uji publik pada akhir 2012 harus dikaji ulang dan disesuaikan dengan
dasar perundang-undangan yang berlaku khususnya Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Penulis dalam hal ini tentu sangat mendukung
terhadap adanya perubahan yang menuju kemajuan demi meningkatnya mutu pengajaran dan
pendidikan di Indonesia. Untuk itu saya juga turut ambil bagian memberikan usul/saran pada
waktu Uji Publik Kurikulum 2013 yang dikirimkan langsung melalui fasilitas surat elektronik
(email) ke pihak Kemdikbud sebanyak lebih kurang 3 halaman. Sekali lagi ini saya sampaikan
agar jangan sampai terjadi, setelah Kurikulum 2013 berjalan di tengah-tengahnya (bisa saja)
terhenti gara-gara (misalnya) Mahkamah Konstitusi mengabulkan gugatan bahwa Kurikulum
2013 tidak sesuai dengan UU Sisdiknas. Saya kira kasus Rintisan Sekolah Berstandar Nasional
(RSBI) yang sebelumnya pernah terjadi harus menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi
kita semua khususnya pemangku kebijakan di bidang pendidikan seperti Kemdikbud. Artinya
dalam Kurikulum 2013 Pemerintah dalam hal ini Kemdikbud harus tetap mengacu pada dasar
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)
khususnya Bab X tentang Kurikulum pasal 36, 37, dan 38. Hal ini perlu saya sampaikan
sebagai bentuk rasa kepedulian terhadap pendidikan dan lagi sifatnya sangat penting serta
mendasar agar pendidikan di tanah air berlandas pada sistem yang benar dan kredibel tidak
asal maju dan asal berubah tanpa landasan yang kokoh. Maju terus pendidikan di Indonesia
untuk menuju bangsa yang lebih bermartabat, produktif, dan mandiri.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/wahyugandhung/kurikulum-2013-dari-sisi-
pandang-uu-no-20-th-2003-tentang-sisdiknas_55285d5af17e6103428b45a8
A. Kurikulum dan Landasan Pengembangan Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Kata “kurikulum” berasal dari kata bahasa Latin yang berarti “jalur pacu”, dan secara
tradisional, kurikulum sekolah disajikan seperti itu (ibarat jalan) bagi kebanyakan orang
(Zais, 1976:6). Lebih lanjut Zais (1976) mengemukakan berbagai pengertian kurikulum
yakni: (1) kurikulum sebagai program belajar, (ii) kurikulum sebagai isi pelajaran, (iii)
kurikulum sebagai pengalaman belajar yang direncanakan, (iv) kurikulum sebagai
pengalaman dibawah tanggung jawab sekolah,(v) kurikulum sebagai pengalaman
belajar terbimbing, (vi) kurikulum sebagai kehidupan terbimbing, (vii) kurikulum sebagi
suatu rencana pembelajaran, (viii) kurikulum sebagai sistem produksi secara teknologis,
dan (ix) kurikulum sebagai tujuan. Konsep-konsep kurikulum yang terdiri dari: (i)
kurikulum sebagai jalan meraih ijazah, (ii) kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran, (iii)
kurikulum sebagai rencana kegiatan pembelajaran, (iv) kurikulum sebagai hasil belajar,
dan (v) kurikulum sebagai pengalaman belajar.

a. Kurikulum sebagai jalan meraih ijazah.


Seseorang yang telah menyelesaikan satu jenjang pendidikan dalam kenyataannya
telah melalui suatu jalur pacuan yang terdri atas berbagai mata pelajaran.

b. Kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran.


Jalan meraih ijazah mengisyaratkan adanya sejumlah mata pelajaran dan isi pelajaran
yang harus diselesaikan oleh siswa.

c. Kurikulum sebagai rencana kegiatan pembelajaran.


Kurikulum didefinisikan sebagai satu rencana yang dikembangkan untuk mendukung
proses mengajar/belajar didalam arahan dan bimbingan sekolah, akademi atau
unversitas dan para anggotanya stafnya. Alexander dan Saylor (1974 dalam Bondi dan
Wiles, 1989:7) mengungkapkan pula bahwa kurikulum sebagai satu rencana untuk
menyediakan seperagkat kesempatan belajar agar mencapai tujuan belajar.

d. Kurikulum sebagai hasil belajar.


Semua rencana hasil belajar (learning outcomes) yang merupakan tanggung jawab
sekolah adalah kurkulum. Tanner dan Tanner (1980:43) memandang kurikulum sebagai
rekontruksi pengetahuan dan pengalaman, yang secara sistematis dikembangkan
dengan bantuan sekolah atau (universitas), agar memungkinkan siswa menambah
penguasaan pengetahuan dan pengalamannya. Dengan demikian, belajar yang
diharapkan.

e. Kurikulum sebagai pengalaman belajar.


Kurikulum yang diuraikan sebelumnya, dapalah kita menandai bahwa setiap orang yang
terlibat dalam pengimplementasian kurikulum tersebut akan memperoleh pengalaman
belajar.

2. Landasan Pengembangan Kurikulum


Kurikulum merupakan wahana belajar-mengajar yang dinamis sehingga perlu dinilai
dan dikembangkan secara terus-menerus dan berkelanjutan sesuai dengan
perkembangan yang ada dalam masyarakat (Depdikbud, 1986:1) Pengembangan
kurikulum adalah suatu proses yang menentukan bagaimana pembuatan kurikulum
akan berjalan. Bond dan Wiles (1989:87) mengemukakan bahwa pengembangan
kurikulum yang terbaik adalah proses yang meliputi banyak hal yakni: (1) kemudahan-
kemudahan suatu analisis tujuan, (2) rancangan suatu program, (3) penerapan
serangkaian pengalaman yang berhubungan dan (4) peralatan dalam evaluasi proses
ini. secara singkat, pengembangan kurikulum adalah suatu perbuatan kompleks yang
mencakup berbagai jenis keputusan (Taba, 1962:6)

Pengembangan kurikuum mengacu pada tiga unsur, yaitu: (1) nilai dasar yang
merupakan falsafah dalam pendidikan manusia seutuhnya; (2) fakta emperik yang
tercermin dari pelaksanaan kurikulum, baik berdasarkan penilaian kurikulum, studi,
maupun survei lainnya; dan (3) landasan teori yang menjadi arahan pengembangan
dan kerangka penyorotnya (Depdikbud, 1986:1)

a. Landasan Filosofis. Filsafat boleh juga didefinisikan sebagai sebuah studi tentang:
hakikat realitas, hakikat ilmu pengetahuan, hakikat sistem nilai, hakikat nilai kebaikan,
hakikat keindahan, dan hakikat pikiran (Winecoff, 1988 : 13). Landasan filosofis
pengembangan kurikulum di Indonesia secara cepat dan tepat kita dipastikan, yakni
nilai dasar yang merupakan falsafah dalam pendidikan manusia seutuhnya yakni
Pancasila.
b. Landasan Sosial-Budaya-Agama. Nilai-nilai keagamaan berhubungan erat erat dengan
kepercayaan masyarakat terhadap ajaran dan nilai-nilai agama yang mereka anut. Nilai
sosial budaya masyarakat bersumber pada hasil karya budi manusia, sehingga dalam
menerima , menyebarluaskan, melestarikan, dan atau melepaskannya manusia
menggunakan akalnya. Untuk melaksanakan penerimaan, penyebarluasan,
perlestarian, atau penolakan dan pelepasan nilai-nilai sosial-budaya-agama, maka
masyarakat memanfaatkan pendidikan yang dirancang melalui kurikulum.
c. Landasan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni. Nana Sy. Sukmadinata (1988:82)
mengemukakan bahwa pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara
langsung akan menjadi isi/materi pendidikan. Perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni (ipteks) juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.
d. Landasan Kebutuhan Masyarakat. Adanya falsafah hidup, perubahan sosial budaya
agama, perubahan iptek dalam suatu masyarakat akan merubah pola kebutuhan
masyarakat. Sehingga salah satu landasan pengembangan kurikulum adalah
kebutuhan masyarakat yang dilayani melalui kurikulum yang dikembangkan.

e. Landasan Perkembangan Masyarakat. Salah sau ciri dari masyarakat adalah selalu
berkembang. Mungkin pada masyarakat tertentu perkembangan sangat lambat, tetapi
masyarakat lainnya cepat bahkan sangat cepat (Nana Sy. Sukmadinata, 1988 : 66).
Proses pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat maka diperlukan
rancangannya berupa kurikulum yang landasan pengembangannya berupa
perkembangan masyarakat itu sendiri.

B. Komponen dan Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum


1. Komponen Kurikulum
Herrick (1950 dalam Taba, 1962 : 425) mengemukakan 4 elemen yakni: tujuan
(objectives), mata pelajaran (subject matter), metode dan organisasi (method and
organization), dan evaluasi (evaluations).
a. Tujuan. Tujuan sebagai sebuah komponen kurikulum merupakan kekuatan-kekuatan
fundamental yang peka sekali, karena hasil kurikuler yang diinginkan tidak hanya
sangat mempengaruhi bentuk kurkulum, tetapi memberikan arah dan fokus untuk
seluruh program pendidikan (Zais, 1976 : 297).
b. Materi/pengalaman belajar. Kurikulum pendidikan formal adalah memilih dan
menyususn isi (komponen kedua dari kurikulum) supaya keinginan tujuan kurikulum
dapat dicapa dengan cara paling efektif dan supaya pengetahuan paling penting yang
diinginkan pada jalurnya dapat disajkan secara efektif (Zais, 1976 : 322)
c. Organisasi. Jika kurikulum merupakan suatu rencana untuk belajar maka isi dan
pengalaman belajar membutuhkan pengorganisasian sedemkian rupa sehingga
berguna bagi tujuan-tujuan pendidikan (Taba, 1962:290).
d. Evaluasi. Evaluasi ditujukan untuk melakukan evaluasi terhadap belajar siswa (hasil
dan proses) maupun keefektifan kurikulum dan pembelajaran.

2. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum


Dari berbagai prinsip pengembangan kurikulum tersebut, tiga diantaranya yakni prinsip
relevansi, prinsip kontinuitas, dan prinsip fleksibilitas akan diuraikan berikut ini.

a. Prinsip relevansi. Relevansi berarti sesuai antara komponen tujuan, isi/pengalaman


belajar, organisasi, dan evaluasi kurikulum, dan juga sesuai dengan kebutuhan
masyarakat baik dalam pemenuhan tenaga kerja maupun warga masyarakat yang
diidealkan.
b. Prinsip kontinuitas. Isi/pengalaman belajar, organisasi, dan evaluasi dikembangkan
secara berkesinambungan.
c. Prinsp fleksibiltas. Kurikulum harus mampu disesuaikan denagn situas dan kondisi
setempat dan waktu yang selalu berkembang tanpa merombak tujuan pendidikan yang
harus dicapai (Depdikbud, 1982 : 27)
C. Model-Model Pengembangan Kurikulum
Berikut ini akan diuraikan tentang beberapa model pengembangan kurikulum.

1. Model Administratif (Line-Staff)


Model pengembangan kurikulum ini berdasarkan pada cara kerja atasan-bawahan (top-
down) yang dipandang efektif dalam pelaksanaan perubahan, termasuk perubahan
kurikulum.
Model pengembangan kurikulum administratif, kita dapat menandai adanya dua
kegiatan di dalamnya: (a) menyiapakan seperangkat dokumen kurikulum baru, dan (b)
menyiapkan instalasi atau implementasi dokumen.

2. Model Grass-Roots
Model ini dikenal juga dengan nama rakyat biasa (grass-roots) semua inisiatif dan upaya
pengembangan kurikulum dari bawah. Model gross-root adalah model bottom-up (dari
bawah ke atas). Model kurikulum gross-root cendrung berlaku dalam sistem pendidikan
yang kurikulumnya bersifat desentralisasi atau memberikan peluang terjadinya
desentralisasi sebagian. Model pengembangan kurikulum grass-root dapat
mengupayakan pengembangan sebagian komponen-komponen kurikulum dapat
sebagian dari keseluruhan komponen, dapat pula dari seluruh komponen kurikulum.

3. Model Beuchamp
Peran guru dalam pengembangan kurikulum diwujudkan dalam bentuk-bentuk kegiatan
berikut:

1. Merumuskan tujuan khusus pengajaran berdasarkan tujuan-tujuan kurikulum


diatasnya dan karakteristik pebelajar, mata pelajaran/bidang studi, dan karakteristik
situasi kondisi sekolah/kelas.
2. Merencanakan kegiatan pembelajaran yang dapat secara efektif membantu
pebelajar mencapai tujuan yang ditetapkan.

3. Menerapkan rencana/program pembelajaran yang dirumuskan dalam situasi


pembelajaran yang nyata.

4. Mengevalusi hasil dan proses belajar pada pebelajar.

5. Mengevaluasi interaksi antara komponen-komponen kurikulum yang


dimplementasikan.

4. Model Arah Terbalik Taba (Taba’s Inverted Model)


Menurut model Taba, pengembangan kurikulum dilaksanakan dalam lima langkah:

1. Membuat unit-unit percobaan (producing pilot units).


2. Menguji unit-unit eksperimen (testing experimental units).
3. Merevisi dan mengkonsolidasi.

4. Mengembangkan jaringan kerja.

5. Memasang dan mendeseminasi unit-unit baru.

5. Model Rogers
Rogers mengemukakan model pengembangan kurikulum yang disebut dengan Model
Relasi Interpersonal Roger (Rogers Interpersonal Relation Model).
Model Relasi Interpersonal Roger ini terdiri dari empat langkah pengembangan
kurikulum, yakni: (i) pemilihan satu sistem pendidikan sasaran, (ii) pengalaman
kelompok yang intensif bagi guru, (iii) pengembangan suatu pengalaman kelompok
yang intensif bagi satu kelas atau unit pelajaran, dan (iv) melibatkan orang tua dalam
pengalaman kelompok yang intensif.

Roges lebih mementingkan kegiatan pengembangan kurikulum daripada rancangan


pengembangan kurikulum tertulis, yakni melalui aktivitas dan interaksi dalam
pengalaman kelompok intensif yang terpilih.

D. Guru dan Pengembangan Kurikulum


1. Pembelajaran dan Kurikulum
Hakikat pembelajaran diantaranya adalah:

(i) kegiatan dimaksudkan untuk membelajarkan pebelajar;


(ii) program pembelajaran yang dirancang dan diimplementasikan sebagai suatu
sistem;

(iii) kegiatan yang dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar kepada


pebelajar;

(iv) kegiatan yang mengarahkan pebelajar ke arah pencapaian tujuan


pembelajaran; dan

(v) kegiatan yang melibatkan komponen-komponen tujuan, isi pelajaran, sistem


penyajian, dan sistem evaluasi dalam realisasinya.

2. Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum


Peran guru dalam pengembangan kurikulum diwujudkan dalam bentuk-bentuk kegiatan
berikut:

1. Merumuskan tujuan khusus pengajaran berdasarkan tujuan-tujuan kurikulum


di atasnya dan karakterstik pebelajar, maka pelajaran/bidang studi, dan karakteristk
situasi kondisi sekolah/kelas.

2. Merencanakan kegiatan pembelajaran yang dapat secara efektif membantu


pebelajar mencapai tujuan yang ditetapkan.

3. Menerapkan rencana/program pembelajaran yang dirumuskan dalam situasi


pembelajaran yang nyata.

4. Mengevaluasi hasil dan proses belajar dan pebelajar

5. Mengevaluasi nterksi antara komponen-komponen kurikulum yang


diimplementasikan.

Rangkuman

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru berpangkal pada suatu kurikulum, dan
dalam proses pembelajaran guru juga berorientasi pada tujuan kurikulum. Pada satu
sisi, guru adalah pembelajar siswa, yang secara kreatif membelajarkan siswa sesuai
dengan kurikulum sekolah. Hal itu menunjukkan bahwa dalam tugas pembalajaran
dipersyaratkan agar guru memahami kurikulum.
Para ahli seperti Zais, Winecoff, Bondi, Tanner & Tanner telah mempelajari kurikulum.
Mereka mengemukakan prinsip dan teori yang berbeda-beda. Meskipun demikian
mereka juga mengemukakan arti kurikulum sebagai (i) jalan meraih ijazah, (ii) mata
pelajaran dan isi pelajaran (iii) rencana kegiatan pembelajaran, (iv) hasil belajar yang
direncanakan, dan (v) pengalaman belajar. Terbentuknya kurikulum tersebut dilandasi
oleh berbagai landasan pemikiran seperti (i) landasan filosofis, (ii) landasan sosial-
budaya-agama, (iii) landasan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (iv) landasan
kebutuhan masyarakat, (vi) landasan perkembangan masyarakat. Sebagai suatu
program, maka kurikulum terdiri dari beberapa komponen penting, seperti (i) tujuan, (ii)
pengalaman blajar, (iii) organisasi pengalaman belajar, (iv) evaluasi. Dalam tugas
pengembangan, guru berurusan dengan komponen-komponen kurikulum, selanjutnya
dalam pengembangan kurikulum. Diantara prinsip pengembangan tersebut adalah (i)
prinsip relevansi, (ii) prinsip kontinuitas, dan (iii) prinsip fleksibilitas.

Para ahli kurikulum juga menemukan model-model pengembangan kurikulum. Diantara


model pengembangan kurikulum tersebut adalah (i) model admnistratif, (ii) model Grass-
Roots, (iii) model Beuchamp, (iv) model arah-terbalik Taba, dan (v) model Rogers.
Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi kurikulum.
Pada sisi lain banyak ahli mengemukakan bahwa pemebelajaran itu sendiri merupakan
kurikulum terapan atau kurikulum dalam kegiatan/aksi. Hal itu berarti bahwa
pembelajaran dan kurikulum merupakan dua konsep yang tak terpisahkan.

Guru sebagai pembelajar mengetahui konisi, situasi, dan bertanggung jawan atas
tercapainya hasil belajar. Pada sisi lain guru juga bertanggung jawab atas keberlakuan
dalam pembangunan kurikulum. Oleh karena itu, sewajarnya guru berperan optimal
dalam pengembangan kurikulum terwujud dalam kegatan-kegiatan berikut : (i)
perumusan tujuan khusus pengajaran, (ii) perencanaan kegaiatan pembelajaran yang
efektif, (iii) pelaksanaan program pembelajaran dalam pembelajaran sesungguhnya, (iv)
mengevaluasi proses belajar dan hasil belajar siswa, dan (v) mengevaluasi interaks
antara komponen-komponen kurikulum yang diimplementasikan. Kelima kegiatan
tersebut merupakan tuntutan bagi guru yang profesional.
ejarah mencatat bahwa Kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia yakni kurikulum 1947
sampai kurikulum 2013, kurikulum tersebut mengalami pembaruan-pembaruan mengikuti
perkembangan dunia pendidikan yang semakin modern dan tentunya karena faktor
perkembangan zaman. Berikut kurikulum dari dulu sampai sekarang.

1) Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam bahasa Belanda
leer plan artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular dibanding istilah curriculum (bahasa
Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan
saat itu dikenal dengan sebutan Rentjana Pelajaran 1947, yang baru dilaksanakan pada tahun
1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum
1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: a. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, b.
Garis-garis besar pengajaran.
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial
Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana
Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena
suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka
pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan
berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Orientasi Rencana Pelajaran 1947
tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang diutamakan adalah: pendidikan watak,
kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-
hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

2) Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952


Pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini lebih
merinci setiap mata pelajaran yang kemudian diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol
dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan
isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952.
“Silabus mata pelajarannya jelas sekali, seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” kata
Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Pada masa itu juga
dibentuk kelas Masyarakat. Yaitu sekolah khusus bagi lulusan Sekolah Rendah 6 tahun yang
tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian,
pertukangan, dan perikanan tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa
langsung bekerja.

3) Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964


Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa
pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana
(Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keterampilann, dan
jasmani. Ada yang menyebut Panca wardhana berfokus pada pengembangan daya cipta, rasa,
karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi:
moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan
dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

4) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan kurikulum 1964, yakni dilakukan perubahan struktur
kulrikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum ini merupakan perwujudan perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis
yaitu mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan
pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9. Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai
kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja,” katanya. Muatan materi
pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik
beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

5) Kurikulum Periode 1975


Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by
objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD
Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap
satuan bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci lagi dalam bentuk Tujuan Instruksional Umum (TIU), Tujuan
Instruksional Khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan
evaluasi. Guru harus trampil menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran.

6) Kurikulum 1984, Kurikulum 1975 yang Disempurnakan


Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses,
tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut Kurikulum 1975 yang
disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum
1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode
1980-1986.
Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang
diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya,
banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang
kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak
lagi mengajar model berceramah. Akhiran penolakan CBSA bermunculan.

7) Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999


Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan
Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada
sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem
caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap
diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup
banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan
menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya
memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara
Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan.
Pada kurikulum 1994 perpaduan tujuan dan proses belum berhasil karena beban belajar siswa
dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan
kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan
lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu
tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super
padat. Kehadiran Suplemen Kurikulum 1999 lebih pada menambal sejumlah materi.

Baca Juga:
Mengenal Pendekatan Saintifik Pada Kurikulum 2013
Komponen Kurikulum

8) Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)


Kurikulum 2004, disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu program
pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan
kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan
pencapaian kompetensi; dan pengembangan pembelajaran.
Ciri-ciri KBK sebagai berikut:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal,
berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
2. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi,
3. sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur
edukatif.
4. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian
suatu kompetensi.
5. Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester.
6. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek
dari mata pelajaran tersebut.
7. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada setiap level.
8. Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan,
1. Apa yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka pada level
ini?
2. Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum dinyatakan
dengan kata kerja yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian.
9. Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah untuk menjawab
pertanyaan, Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil belajar yang
diharapkan?.
Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk
melakukan kompetensi tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah
ditetapkan. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu
yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu
dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman pembelajaran.
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan
terus menerus dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu (Puskur, 2002:55).
Kurikulum 2004 lebih keren dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap mata
pelajaran dirinci berdasarkan kompetensi apa yang mesti di capai siswa. Kerancuan muncul pada
alat ukur pencapaian kompetensi siswa yang berupa Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Nasional
yang masih berupa soal pilihan ganda. Bila tujuannya pada pencapaian kompetensi yang
diinginkan pada siswa, tentu alat ukurnya lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang
mampu mengukur sejauh mana pemahaman dan kompetensi siswa. Walhasil, hasil KBK tidak
memuaskan dan guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan
pembuat kurikulum.

9) Kurikulum Periode KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran) 2006


Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Disusun oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006.
Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2006 pasal 1 ayat 15, Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan. Jadi, penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan
dengan memperhatikan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Disamping itu, pengembangan KTSP harus
disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta peserta
didik.
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP dimana panduan tersebut berisi sekurang-
kurangnya model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut dikembangkan sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi daerah/ karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan
peserta didik.
Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi
dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh
satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan
dan potensi yang ada di daerah. Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan
bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK
dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan
pendidikan yang bersangkutan.
Dengan terbitnya permen nomor 24 tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan permen nomor 22
tahun 2006 tentang standar isi kurikulum dan permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar
kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang pada dasarnya sama dengan kurikulum 2004. Perbedaan
yang menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari
desentralisasi sistem pendidikan.
Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar,
sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk
silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari
semua mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di bawah
binaan dan pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.
Pada akhir tahun 2012 KTSP dianggap kurang berhasil, karena pihak sekolah dan para guru
belum memahami seutuhnya mengenai KTSP dan munculnya beragam kurikulum yang sulit
mencapai tujuan pendidikan nasional. Maka mulai awal tahun 2013 KTSP dihentikan pada
beberapa sekolah dan digantikan dengan kurikulum yang baru.

10) Kurikulum Periode 2013


Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan, modivikasi dan pemutakhiran dari kurikulum
sebelumnya. Sampai saat ini pun saya belum menerima wujud aslinya seperti apa. Namun
berdasarkan informasi beberapa hal yang baru pada kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada sekolah-sekolah
tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu
yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama.

Anda mungkin juga menyukai