Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis, logis,
reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Higher Order of Thinking Skill (HOTS) atau kemampuan
berpikir tingkat tinggi merupakan suatu kemampuan berpikir yang tidak hanya
membutuhkan kemampuan mengingat saja, namun membutuhkan
kemampuan lain yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir kreatif dan
kritis.
Soal-soal HOTS (Higher Order of Thinking Skill) bukan berarti soal yang sulit,
redaksinya panjang dan berbelit-belit sehingga banyak membuang banyak
waktu membacanya dan sekaligus memusingkan siswa, tetapi soal tersebut
disusun secara proporsional dan sistematis untuk mengukur Indikator
Ketercapaian Kompetensi (IKK) secara efektif serta memiliki kedalaman materi
sehingga siswa pun terangsang untuk menjawab pertanyaan dengan baik.
HOTS (Higher Order of Thinking Skill) menunjukkan pemahaman terhadap
informasi dan bernalar (reasoning) bukan hanya sekedar mengingat informasi.
Guru tidak hanya menguji ingatan, sehingga kadang-kadang perlu untuk
menyediakan informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dan
siswa menunjukkan pemahaman terhadap gagasan, informasi dan
memanipulasi atau menggunakan informasi tersebut. Teknik kegiatan-kegiatan
lain yang dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan kreatif siswa
dalam bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan inovatif. Berikut kata kerja
operasional yang dapat digunakan guru untuk membuat soal LOTS, MOTS dan
HOTS (Anderson,2001).
Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dalam bahasa umum dikenal sebagai
Higher Order Thinking Skill (HOTS) dipicu oleh empat kondisi.
Sebuah situasi belajar tertentu yang memerlukan strategi pembelajaran
yang spesifik dan tidak dapat digunakan di situasi belajar lainnya.
Kecerdasan yang tidak lagi dipandang sebagai kemampuan yang tidak dapat
diubah, melainkan kesatuan pengetahuan yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang terdiri dari lingkungan belajar, strategi dan kesadaran dalam
belajar.
Pemahaman pandangan yang telah bergeser dari unidimensi, linier, hirarki
atau spiral menuju pemahaman pandangan ke multidimensi dan interaktif.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang lebih spesifik seperti penalaran,
kemampuan analisis, pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir kritis
dan kreatif.
Karakteristik yang tercakup dalam PBL menurut Tan (dalam Amir, 2009) antara
lain:
Pada PBL guru berperan sebagai guide on the side daripada sage on the stage.
Hal ini menegaskan pentingnya bantuan belajar pada tahap awal pembelajaran.
Peserta didik mengidentifikasi apa yang mereka ketahui maupun yang belum
berdasarkan informasi dari buku teks atau sumber informasi lainnya. Sintak
model Problem-based Learning menurut Arends (2012) sebagai berikut: