Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HUKUM DAGANG

Disusun Oleh :

SEFRI ARISANDI
NPM : 17810126

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, yang
telah memberikan kepada kami rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami telah
berhasil menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ HUKUM DAGANG “

Dan penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak umumnya
dan anggota kelompok ini khususnya atas partisipasi dan kekompakannya
sehingga kita telah dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini penulis buat untuk memenuhi persyaratan untuk mengikuti mata
kuliah Hukum Dagang, akan tetapi selain bertujuan untuk itu penulis juga
berharap agar makalah ini bermanfaat bagi para pembaca sehingga dapat
menambah pengetahuan kita.

Selain itu, penulis juga menyadari bahwa tidak ada yang sempurna. Begitu
juga dalam pembuatan makalah ini, penulis juga menyadari bahwa masih banyak
kekurangan disana-sini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca, agar akan ada perubahan yang berarti
kepada arah yang lebih baik dalam penulisan makalah-makalah selanjutnya untuk
masa yang akan datang. Atas kritik dan sarannya kami ucapkan terima kasih.

Akhir kata penulis berharap agar kita semua berada dalam lindungan rahmat
Allah dan hidayah-Nya, aamiin ya rabbal ‘alamin.

Metro, 15 November 2018

Penulis

ii
2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3


2.1 Definisi Hukum Dagang .............................................................................. 3
2.2 Sejarah Hukum Dagang ............................................................................... 3
2.3 Sistematik Hukum Dagang .......................................................................... 4
2.4 Hubungan antara Hukum Perdata dan Hukum Perdata ................................ 7
2.5 Sumber Hukum Dagang ............................................................................... 8

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 11


3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 12

iii
3
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka menciptakan keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran
bangsa, Pemerintah Indonesia berusaha menerapkan hukum dalam berbagai aspek
kerakyatan yang ada di negeri ini. Namun, tugas negara tidak hanya sekedar itu,
bahkan teramat luas daripadanya. Pembangunan yang ada di dalam negeri ini
tidak dapat terpisahkan daripada intervensi pemerintah, misalnya saja
pembangunan dalam bidang ekonomi, baik yang bergerak di sektor mikro maupun
makro. Inti permasalahan dari keterlibatan negara dalam aktivitas ekonomi
bersumber pada politik perekonomian suatu negara. Munculnya corak sosial
ekonomi dalam konsep Kedaulatan berkaitan dengan munculnya hukum yang
mengatur transaksi di dalamnya. Dalam kaitan dengan cabang-cabang hukum
yang beragam maka negara membuat hukum yang mengatur urusan tersebut.
KUHD adalah produk yang dijadikan pedoman dasar untuk memutuskan suatu
hukum yang berkembang di masyarakat.
Untuk menata dan membenahi pengelolaan transaksi sehingga lebih teratur
maka pemerintah mengeluarkan KUHD, di dalamnya diatur berbagai macam
ketentuan khusus yang mengatur dunia usaha. Dalam kaidah-kaidah KUHPerdata
dan KUHDagang mempunyai sifat yang sama, yang berlandaskan faham
liberalisme. Untuk itu, ada identifikasi masalah Apa pengertian Hukum Dagang,
bagaimana sejarah munculnya KUHD, bagaimana sistematika Hukum Dagang,
bagaimana hubungan Hukum Perdata dengan KUHD dan lain sebagainya akan
kami sajikan dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Hukum Dagang?
2. Bagaimana sejarah munculnya KUHD?
3. Bagaimana sistematika Hukum Dagang?
4. Bagaimana hubungan Hukum Perdata dengan KUHD?
5. Apa saja yang menjadi sumber Hukum Dagang?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Hukum Dagang
2. Mengetahui sejarah munculnya Hukum Dagang.
3. Mengetahui sistematika Hukum Dagang.
4. Mengetahui hubungan Hukum Perdata dengan KUHD.
5. Mengetahui sumber Hukum Dagang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hukum Dagang


Hukum dagang adalah aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan
orang yang satu dan lainnya dalam bidang perniagaan. Hukum dagang adalah
hukum perdata khusus, KUH Perdata merupakan lex generalis (hukum umum),
Perdagangan atau Perniagaan pada umumnya adalah pekeerjaan membeli barang
dari suatu tempat dan suatu waktu dan menjual barang tersebut di tempat dan
waktu lainnya untuk memperoleh keuntungan.
Fockema Andreae mendefinisikan bahwa Hukum dagang (Handelsrecht)
adalah keseluruhan dari atuaran hukum mengenai perusahaan dalam lalu lintas
perdagangan, sejauh mana diatur dalam KUHD dan beberapa undang-undang
tambahan. Di Belanda hukum dagang dan hukum perdata dijadikan satu buku,
yaitu Buku II dalam BW baru Belanda.
R. Soekardono mendefinisakan bahwa Hukum dagang adalah bagian dari
hukum perdata pada umumnya, yakni yang mengatur masalah perjanjian dan
perikatan yang diatur dalam buku III Burgerlijke Wetboek (BW) dengan kata lain,
hum dagang adalah himpunan peraturan peraturan yang mengatur seseorang
dengan orang lain dalam kegiatan perusahaan yang terutama terdapat dalam
kodifikasi KUHD dan KUHPdt. Hukum dagang dapat pula dirumuskan adalah
serangkaian kaidah yang mengatur tentang dunia usaha atau bisnis dan dalam lalu
lintas perdagangan.

2.2 Sejarah Hukum Dagang


Perkembangan hukum dagang di dunia telah berlangsung pada tahun 1000
hingga 1500 pada abad pertengahan di Eropa. Kala itu telah lahir kota-kota yang
berfungsi sebagai pusat perdagangan, seperti Genoa, Venesia, Marseille, Florence
hingga Barcelona. Meski telah diberlakukan Hukum Romawi (Corpus Iulis
Civilis), namun berbagai masalah terkait perdagangan belum bisa diselesaikan.
Maka dari itu dibentuklah Hukum Pedagang (Koopmansrecht). Saat itu hukum
dagang masih bersifat kedaerahan.

3
Kodifikasi hukum dagang pertama dibentuk di Prancis dengan
nama Ordonance de Commerce pada masa pemerintahan Raja Louis XIV pada
1673. Dalam hukum itu terdapat segala hal berkaitan dengan dunia perdagangan,
mulai dari pedagang, bank, badan usaha, surat berharga hingga pernyataan pailit.
Pada 1681 lahirlah kodifikasi hukum dagang kedua dengan
nama Ordonance de la Marine. Dalam kodifikasi ini termuat segala hal berkaitan
dengan dagang dan kelautan, misalnya tentang perdagangan di laut.
Kedua hukum itu kemudian menjadi acuan dari lahirnya Code de
Commerce, hukum dagang baru yang mulai berlaku pada 1807 di Prancis. Code
de Commerce membahas tentang berbagai peraturan hukum yang timbul dalam
bidang perdagangan sejak abad pertengahan. Code de Commerce kemudian
menjadi cikal bakal hukum dagang di Belanda dan Indonesia. Sebagai negara
bekas jajahan Prancis, Belanda memberlakukan Wetboek van Koophandel yang
diadaptasi dari Code de Commerce. Meski telah dipublikasikan sejak 1847,
penerapan Wetboek van Koophandel baru berlangsung sejak 1 Mei 1848. Lalu
Belanda menjajah Indonesia dan turut mempengaruhi perkembangan hukum
dagang di Indonesia. Akhirnya lahirlah Kitab Undang-undang Hukum
Dagang (KUHD) yang diadaptasi dari Wetboek van Kopphandel yang kemudian
menjadi salah satu sumber dari hukum dagang Indonesia.

2.3 Sistematika Hukum Dagang


KUHD yang berlaku 1 Mei 1848 melalui Staasblad No. 23 terdiri atas dua
buku dan 23 bab. Buku I terdiri dari 10 bab, berjudul : Perihal Perdagangan pada
Umumnya. Buku II terdiri dari 13 bab, berjudul :Hak dan Kewajiaban yang
Timbul Karena Perhubungan Kapal. Pada awalnya KUHD terdiri atas tiga buku.
Buku III berjudul : Perihak Ketentuan-ketentuan dan Keadaan Pedagang Tidak
Mampu.
Mengingat asas konkordansi dalam kodifikasi KUH Perdata dan KUHD,
maka buku III ini dihapus, karena buku III WVK di Negeri Belanda juga dihapus
dengan Staatsblad Nederland 1896 No. 9. Buku III ini di Negeri Belanda diganti
dengan Undang-undang kepemilikan dengan Staatsblad Nederland 1893 No. 140.
di Indonesia kemudian buku III KUHD dihapus dengan Staatsblad 1906 No. 348

4
dan diganti dengan peraturan peraturan tersendiri. Pereturan tersendiri itu adalah
peraturan tentang kepailitan yang diberlakukan melalui staatsblad 1905 No. 217.

Isi pokok KUHD Indonesia adalah:


1. Buku I yang berjudul Perihal Perdagangan pada Umumnya memuat :
Bab I : Dihapus dengan Staatsblad 1938 No. 276 yang mulai berlaku 17 Juli
1938. Bab I yang dihapus adalah Pasal 2,3, 4, dan 5.
Bab II : Tentang Pembukuan
Bab III : Tentang beberapa jenis persekutuan
Bab IV : Tentang bursa perniagaan
Bab V : Tentang komisioner, ekspeditur, pengangkut dan nakhoda yang
berlayar di sungai-sungai dan perairan pedalaman.
Bab VI : Tentang surat-surat wesel dan surat-surat sanggup.
Bab VII : Tentang cek dan promes serta kuitansi atas tunjuk.
Bab VIII : Tentang reklame atau penuntutan kembali dalam hal kepailitan.
Bab IX : Tentang Asuransi atau pertanggungjawaban pada umumnya.
Bab X : Tentang pertanggungan terhadap bahaya kebakaran, terhadap bahaya
yang mengancam hasil pertanian di sawah dan tentang pertanggungan jiwa.
2. Buku II berjudul :Tentang Hak-hak dan Kewajiaban yang Timbul
Karena Perhubungan Kapal meliputi :
Bab I : tentang kapal dan muatannya
Bab II :tentang pengusaha kapal dan pemilikan bersama kapal.
Bab III : tentang nakhoda, anak buah kapal dan penumpang.
Bab IV : tentang perjanjian kerja laut
Bab V : tentang penyediaan dan penggunaan penyediaan kapal.
Bab VA : tentang pengangkutan barang-barang.
Bab VB : tentang pengangkutan barang
Bab VI : tentang tubrukan kapal
Bab VII : tentang karam kapal, kekandasan dan barang-barang temuan laut.
Bab VIII : tentang persetujuan utang uang dengan premie oleh nakhoda atau
penguasa palayanan dengan tanggungan kapal atau muatannya atau dua-

5
duanya (Pasal 569-591) dihapus dengan Staatsblad 1938 No. 47 jo Staatsblad
1938 No.2.
Bab IX : tentang pertanggungan terhadap bahaya-bahaya laut dan bahaya-
bahaya perbudakan.
Bab X : tentang pertanggungan terhadap bahaya-bahaya pengangkutan di darat
dan di sungai serta perairan pedalaman.
Bab XI : tentang avarij.
Bab XII : tentang hapusnya perikatan-perikatan dalam perniagaan laut.
Bab XIII : tentang kapal-kapal yang melayari sungai-sungai dan perairan
pedalaman.
Materi-materi hukum dagang dalam beberapa bagian telah diatur pula
dalam KUH Perdata, yaitu dalam buku III-nya tentang perikatan pada umumnya
dan perikatan yang timbuk dari persetujuan dan Undang-undang. Yang dilahirkan
dari Undang-undang misalnya:
1. persetujuan/perjanjian jual beli.
2. persetujuan/perjanjian sewa menyewa
3. persetujuan/perjanjian uang.
Secara khusus materi hukum dagang yang belum atau tidak diatur dalam
KUHD dan KUH Perdata, ternyata dapat ditemukan dalam berbagai peraturan
khusus yang belum dikodifikasi antara lain :
1. peraturan tentang koperasi :
1. koperasi dengan badan hukum Eropa dengan Staatsblad 1949 No.179.
2. koperasi dengan badan hukum Indonesia dengan Staatsblad 1933 No. 108.
 peraturan pailisemen (Staatsblad 1905 No.217 jo Staatsblad 1908 No. 348)
 UU Oktroi (Staatsblad 1922 No.54)
 Peraturan lalu lintas (Staatsblad 1933 No.66 jo 249)
 Peraturan Maskapai Andil Indonesia (Staatsblad 1939 No. 589 jo 717)
 Peraturan tentang perusahaan negara (UU No. 19 Peraturan Pemerintah tahun
1906 jo UU No. 1 tahun 1961 dan UU No.9 tahun 1969 tentang bentuk
perusahaan negara (Persero, Perum, Perjan).
 UU hak cipta (UU No.7 tahun 1982).

6
2.4 Hubungan antara Hukum Perdata dan Hukum Dagang
Secara umum dapat dikatakan bahwa KUHperdata dan KUHD merupakan
swatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. KUHper merupakan Hukum perdata
umum sedangkan KUHD merupakan hukum perdata khusus ,maka hubungan
kedua ini berlaku adegium “ Lex specialis derogat lex generali ( hukum khusus
menyampingkan hukum umum ) , adegium ini dirumuskan dalam UU
sebagaimana tercantum dalam pasal 1 KUHD yang berbunyi : KUHPerdata
seberapajuah dan padanya dalam kitab ini tidak khusus diadakan penyimpangan-
penyimpangan berlaku juga hal-hal yang dibicarakan dalam kitab ini.
Pasal 15 KUHD ; Segala perseroan tersebut dalam bab ini dikuasai oleh
persetujuan pihak-pihak yang bersangkutan oleh kitab ini dan oleh hukum
perdata.
Dari ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa ketentuan yang diatur
dalam KUHPer berlaku juga terhadap masalah-masalah yang tidak diatur secara
khusus dalam KHUD dan sebaliknya apabila KUHD mengatur secara khusus
maka ketentuan–ketentuan umum yang tidak diatur dalam KUHper tidak berlaku
Hubungan antara KUHP dan KUHD sebagai hukum umum dan hukum khusus
dapat dibuktikan lagi dari pasal-pasal 1319, 1339 , 1347 KUHPerdata, pasal 5,
pasal 396 KUHD. Dengan demikian KHUPer dan KUHD tidak ada perbedaan
asasi.
Antara KUHP dengan KUHD sebagai hukum khusus dan hukum umum
yang bersifat subordinasi, lain hal dengan di negara Swiss bersifat koordinasi
saling melengkapi, asas pada zivilgesetzbuch dapat dipakai dalam
obligationenrech, begitu pula sebaliknya.
Beberapa pendapat sarjana membicarakan hubungan KUHperdata dan
KUHdagang antara lain :
1. Van Kan beranggapan bahwa hukum dagang adalah suatu tambahan hukum
perdata yaitu suatu tambahan yang mengatur hal-hal yang khusus,. KUHper
memuat hukum perdata dalam arti sempit sedangkan KHUD memuat
penambahan yang mengatur hal-hal khusus hukum perdata dalam arti sempit.

7
2. Van Apeldoorn menganggap hukum dagang suatu bagian istimewa dari
lapangan hukum perikatan yang tidak dapat ditetapkan dalam Kitab III
KUHperdata.

3. Sukardono menyatakan bahwa pasal 1 KUHD memilihara kesatuan antara


hukum perdata umum dan hukum perdata Dagang sekedar KUHD tidak
khusus menyimpang dari KUHPerdata.

4. Tirtamijaya menyatakan bahwa hukum dagang adalah suatu hukum perdata


yang istimewa.

5. Soebekti, terdapatnya KUHD disamping KHUPer sekarang ini dianggap tidak


pada tempatnya oleh karena itu sebenarnya hukum dagang tidak lain dari pada
hukum perdat dan perkataan dagang bukan suatru pengertian ekonomi.

2.5 Sumber Hukum Dagang


Sumber-sumber hukum dagang ialah tempat dimana bisa didapatkan
peraturan-peraturan mengenai Hukum Dagang. Beberapa sumber Hukum Dagang
yakni sebagai berikut ;

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHD)


KUHD mengatur berbagai perikatan yang berkaitan dengan perkembangan
lapangan hukum perusahaan. Sebagai peraturan yang sudah terkodifikasi,
KUHD masih terdapat kekurangan dimana kekurangan tersebut diatur dengan
sebuah peraturan perundang-undangan yang lain.

2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)


Sesuai pasal 1 KUHD, KUH Perdata menjadi sumber hukum dagang
sepanjang KUHD tidak mengatur hal-hal tertentu dan hal-hal tertentu tersebut
diatur dalam KUH Perdata khususnya buku III. Dapat dikatakan bahwa KUH
Perdata mengatur sebuah pemeriksaan secara umum atau untuk orang-orang
pada umumnya. Sedangkan KUHD lebih bersifat khusus yang ditujukan untuk
kepentingan pedagang.

8
3. Peraturan Perundang-Undangan
Selain KUHD, masih terdapat beberapa peraturan perundang-undangan lain
yang mengatur Hukum Dagang, diantaranya yaitu sebagai berikut :
 UU No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
 UU No 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (PT)
 UU No 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta
 UU No 5 Tahun 1999 tentang Persaingan Usaha
 UU No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

4. Kebiasaan
Kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus dan tidak terputus dan sudah
diterima oleh masyarakat pada umumnya serta pedagang pada khususnya, bisa
digunakn juga sebagai sumber hukum pada Hukum Dagang. Hal ini sesuai
dengan pasal 1339 KUH Perdata bahwa perjanjian tidak saja mengikat yang
secara tegas diperjanjikan, tetapi juga terikat pada kebiasaan-kebiasaan yang
sesuai dengan perjanjian tersebut. Contohnya tentang pemberian komisi, jual
beli dengan angsuran, dan lain sebagainya.

5. Perjanjian yang dibuat para pihak


Berdasarkan pasal 1338 KUH Perdata disebutkan perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Dalam hal ini, persetujuan, perjanjian ataupun kesepakatan memegang
peranan bagi para pihak. Contohnya yaitu dalam pasal 1477 KUH Perdata
yang menentukan bahwa selama tidak diperjanjikan lain, maka penyerahan
terjadi di tempat dimana barang berada pada saat terjadi kata sepakat.
Misalkan penyerahan barang diperjanjikan dengan klausula FOB (Free On
Board) maka penyerahan barang dilaksanakan ketika barang sudah berada di
atas kapal.

6. Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional diadakan dengan tujuan supaya pengaturan tentang
persoalan Hukum Dagang bisa diatur secara seragam oleh masing-masing
hukum nasional dari negara-negara peserta yang terikat dalam perjanjian

9
internasional tersebut. Untuk bisa diterima dan memiliki kekuatan hukum
yang mengikat maka perjanjian internasional tersebut harus diratifikasi oleh
masing-masing negara yang terikat dalam perjanjian internasional
tersebut.Macam perjanjian internasional yaitu sebagai berikut :
 Traktat yaitu perjanjian bilateral yang dilakukan oleh dua negara
saja. Contohnya traktat yang dibuat oleh Indonesia dengan Amerika yang
mengatur tentang sebuah pemberian perlindungan hak cipta yang kemudian
disahkan melalui Keppres No.25 Tahun 1989
 Konvensi yaitu suatu perjanjian yang dilakukan oleh beberapa
negara. Contohnya yaitu Konvensi Paris yang mengatur tentang merek.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hukum dagang adalah aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan
orang yang satu dan lainnya dalam bidang perniagaan. Hukum dagang adalah
hukum perdata khusus, KUH Perdata merupakan lex generalis (hukum umum),
Perdagangan atau Perniagaan pada umumnya adalah pekeerjaan membeli barang
dari suatu tempat dan suatu waktu dan menjual barang tersebut di tempat dan
waktu lainnya untuk memperoleh keuntungan.
Dalam hukum dagang terdapat peraturan-peraturan yang mengatur jalannya
suatu aktivitas dagang yang tertulis dalam KUHD dan pelaku-pelaku dalam usaha
dagang masing- masing memiliki hak dan kewajiban yang dimana harus
dilaksanakan demi kelancaran dalam berdagang. Peraturan dalam berdagang
diterapkan guna untuk mencegah pelanggaran-pelanggaran yang terkadang terjadi
dalam persaingan produsen dalam meningkatkan kualitas barang dan merebut
pasar.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://okameylora.blogspot.com/2012/09/makalah-hukum-dagang.html

https://www.silontong.com/2018/09/19/pengertian-hukum-dagang-menurut-para-
ahli-sejarah/

https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_dagang

https://www.suduthukum.com/2017/10/sistematika-kuhd.html

https://wahyusudibyo.wordpress.com/hukum-dagang/hubungan-antara-kuhd-
dengan-kuhperdata/

http://labhukum.com/2017/07/11/hukum-dagang-pengertian-sumber-ruang-
lingkup-dan-kedudukan-beserta-contohnya-secara-lengkap/

12

Anda mungkin juga menyukai