Anda di halaman 1dari 15

A.

Sumber Polutan

Penyebab dan dampak pencemaran udara yang paling utama selalu terkait dengan
manusia. Manusia menjadi penyebab utama dan terbesar terjadinya pencemaran udara. Pun
manusia pula yang merasakan dampak terburuk dari terjadinya pencemaran udara.

Pencemaran udara merupakan salah satu kerusakan lingkungan, berupa penurunan


kualitas udara karena masuknya unsur-unsur berbahaya ke dalam udara atau atmosfer bumi.
Unsur-unsur berbahaya yang masuk ke dalam atmosfer tersebut bisa berupa karbon monoksida
(CO), Nitrogen dioksida (No2), chlorofluorocarbon (CFC), sulfur dioksida (So2), Hidrokarbon
(HC), Benda Partikulat, Timah (Pb), dan Carbon Diaoksida (CO2). Unsur-unsur tersebut bisa
disebut juga sebagai polutan atau jenis-jenis bahan pencemar udara.

Masuknya polutan ke dalam atmosfer yang menjadikan terjadinya pencemaran udara


bisa disebabkan dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Penyebab pencemaran udara
dari faktor adalah alam contohnya adalah aktifitas gunung berapi yang mengeluarkan abu dan
gas vulkanik, kebakaran hutan, dan kegiatan mikroorganisme. Polutan yang dihasilkan
biasanya berupa asap, debu, dan gas.

Pencemaran udara

Penyebab polusi udara yang kedua adalah faktor manusia dengan segala aktifitasnya. Berbagai
kegiatan manusia yang dapat menghasilkan polutan antara lain :

1. Pembakaran; Semisal pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga,


kendaraan bermotor, dan kegiatan industri. Polutan yang dihasilkan antara lain asap,
debu, grit (pasir halus), dan gas (CO dan NO).
2. Proses peleburan; Semisal proses peleburan baja, pembuatan soda, semen, keramik,
aspal. Polutan yang dihasilkannya meliputi debu, uap, dan gas.
3. Pertambangan dan penggalian; Polutan yang dihasilkan terutama adalah debu.
4. Proses pengolahan dan pemanasan; Semisal proses pengolahan makanan, daging, ikan,
dan penyamakan. Polutan yang dihasilkan meliputi asap, debu, dan bau.
5. Pembuangan limbah; baik limbah industri maupun limbah rumah tangga. Polutannya
adalah gas H2S yang menimbulkan bau busuk.
6. Proses kimia; Semisal pada pemurnian minyak bumi, pengolahan mineral, dan
pembuatan keris. Polutan yang dihasilkan umunya berupa debu, uap dan gas.
7. Proses pembangunan; Semisal pembangunan gedung-gedung, jalan dan kegiatan yang
semacamnya. Polutannya seperti asap dan debu.
8. Proses percobaan atom atau nuklir; Polutan yang dihasilkan terutama adalah gas dan
debu radioaktif.

revisi

Sumber: http://www.marlborough.govt.nz/Environment/Air-Quality/What-are-air-
pollutants.aspx

Komposisi gas di atmosfer dapat mengalami perubahan karena polusi udara akibat dari
aktivitas alam maupun dari berbagai aktivitas manusia. Sumber pencemaran udara dapat
berasal dari kebakaran hutan, debu, industri dan alat transportasi seperti kendaraan bermotor,
mobil dll. Bahan pencemaran udara (polutan) secara umum dapat digolongkan menjadi dua
golongan dasar, yaitu partikel dan gas.

Pencemaran udara oleh berbagai jenis polutan dapat menurunkan kualitas udara. Penurunan
kualitas udara untuk respirasi semua organisme (terutama manusia) akan menurunkan tingkat
kesehatan masyarakat. Asap dari kebakaran hutan dapat menyebabkan gangguan iritasi
saluran pernapasan, bahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Setiap terjadi
kebakaran hutan selalu diikuti peningkatan kasus penyakit infeksi saluran pernapasan.

Jumlah polutan yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu dinamakan emisi. Emisi dapat
disebabkan oleh biogenic emissions (proses alam) misalnya, CH4 hasil aktivitas penguraian
bahan organik oleh mikroba dan anthropogenic amissions (kegiatan manusia), misalnya asap
kendaraan bermotor, asap pabrik, dan sisa pembakaran. Beberapa jenis polutan pencemar
udara antara lain sebagai berikut:

1. Gas Karbon Monoksida (CO) dan Karbon Dioksida (CO2)


Gas karbon monoksida (CO) timbul akibat dari proses pembakaran yang tidak sempurna.
Karbon monoksida (CO) dapat bersumber dari proses pembakaran tidak Sempurna. Proses
pembakaran tidak sempurna dapat terjadi pada mesin kendaraan, seperti mobil, sepeda motor,
mesin, industri, kereta api, dan lain-lain. Proses pembakaran ini akan menghasilkan gas CO.
Contoh, jika anda menghidupkan mesin mobil di dalam garasi, maka garasi harus dalam
keadaan terbuka. Apabila garasi berada dalam keadaaan tertutup rapat, maka gas CO yang
keluar dari knalpot akan memenuhi ruangan garasi tersebut. Jika terhirup oleh seseorang
dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan keracunan yang ditandai dengan badan lemas
dan apabila berlanjut lama dapat menyebabkan kematian.

Gas CO merupakan gas yang tidak berbau, tidak berasa, dan tidak stabil. Gas ini sangat
reaktif terhadap hemoglobin darah dan afinitas hemoglobin (Hb) terhadap CO lebih tinggi
dibandingkan afinitas Hb terhadap O2. Apabila gas CO ini terhirup melalui saluran
pernapasan dan berdifusi ke dalam darah, maka CO akan lebih cepat berikatan dengan Hb
dibandingkan dengan oksigen. Akibatnya, CO akan terbawa ke jaringan dan oksigen dalam
tubuh menjadi berkurang sehingga tubuh akan mengalami pusing dan sakit kepala. Selain itu,
penumpukan CO dalam jaringan dapat menimbulkan keracunan.

Gas karbon dioksida (CO2) berasal dari hasil pembakaran hutan, industri, pesawat terbang,
pesawat luar angkasa, kapal dan mesin-mesin seperti motor, mobil, serta kereta api. Hasil
pembakaran tersebut akan meningkatkan kadar CO2, sehingga udara tercemar. Apabila kadar
CO2 di udara terus meningkat dan melebihi batas tolerasi yaitu melebihi 0,0035 % serta tidak
segera diubah oleh tumbuhan menjadi oksigen, maka dapat menyebabkan terbentuknya gas
rumah kaca yang efeknya akan meningkatkan pemanasan global suhu bumi (global
warming). Hal tersebut terjadi karena sebagian sinar matahari yang masuk ke bumi
dipantulkan ke luar angkasa. Karena tertahan oleh adanya rumah kaca, maka sinar tersebut
tetap berada di permukaan bumi dan akan meningkatkan suhu bumi (pemanasan global).
Pemanasan global ini dapat mengakibatkan bahaya kekeringan yang hebat yang mengganggu
kehidupan manusia dan mencairnya lapisan es di daerah kutub. Gas karbon dioksida ini
berasal dari asap pabrik, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan asap kendaraan
bermotor. Selain itu, efek dari gas rumah kaca juga dipicu oleh hasil pembakaran fosil (batu
bara dan minyak bumi) yang berupa hasil buangan bentuk CO2 dan sulfur belerang.

2. Gas SO dan SO2

Gas belerang yang terdapat di udara bebas dapat berupa SO, SO2 dan SO3. Gas belerang
tersebut dihasilkan oleh pembakaran minyak bumi dan batu bara. Jika gas belerang (SO, SO2
atau SO3) bereaksi dengan gas nitrogen oksida (NO2, NO3) dan uap air membentuk senyawa
asam (asam sulfat, asam nitrat) (Gambar 1). Jika senyawa asam bersatu dengan uap air akan
membentuk awan, lalu mengalami kondensasi dan presipitasi di udara dan akan turun sebagai
hujan asam.
Gambar 1 Proses terjadinya hujan asam

Senyawa asam dalam air hujan (hujan asam) dapat menyebabkan populasi tumbuhan dan
hewan akan mati sehingga dapat mengakibatkan menurunnya produksi bahan pangan,
barang-barang yang terbuat dari besi atau logam mudah berkarat, gedung-gedung atau
jembatan bahkan bangunan candi akan cepat rusak, memudarkan warna cat, menurunkan
derajat keasaman tanah, bahkan menyebabkan kematian miroorganisme tanah.

3. Gas Kloro Fluoro Karbon (CFC)

Bila kita perhatikan, banyak produk-produk yang kita gunakan dalam kegiatan sehari-hari
yang menggunakan gas CFC, misalnya parfum yang berwujud aerosol, air conditioner (AC),
bahkan beberapa lemari es model lama menggunakan gas CFC pula.

Gas CFC memiliki beberapa kelebihan, antara lain tidak berbau, tidak berasa, tidak mudah
bereaksi, dan tidak berbahaya secara langsung. Dengan beberapa kelebihan tersebut, maka
manusia menggunakan gas CFC untuk keperluan sebagai bahan pengembang seperti semprot
rambut (hair spray), parfum semprot, pengembang busa, pendingin/lemari es, dan AC
(freon).

Memang gas CFC tidak berbahaya secara langsung, tetapi ketika kita menyemprotkan hair
spray atau parfum, maka gas CFC yang keluar akan langsung terbang membubung tinggi ke
angkasa dan mencapai stratosfer. Pada stratosfer terdapat lapisan ozon (O3) dan kita kenal
sebagai pelindung bumi dari sinar ultraviolet matahari. Jika gas CFC beraksi dengan lapisan
ozon (O3), maka akan terbentuk lubang yang kita kenal sebagai lubang ozon. Karena lapisan
ozon berlubang, maka sinar ultraviolet matahari langsung menembus dan masuk ke bumi.
Sifat sinar ultraviolet memiliki radiasi tertinggi di antara spektrum sinar-sinar yang lain,
sehingga bisa mengakibatkan tumbuhan menjadi kerdil, terjadinya mutasi genetik,
menyebabkan terjadinya kanker kulit, terbakarnya retina mata, serta matinya ganggang dan
mikroorganisme.

Saat ini diperkirakan besarnya lubang ozon sudah hampir tiga kali luas Benua Eropa. Apa
akibatnya jika lubang ozon terus menerus bertambah melebar? Coba pikirkan! Untuk
mencegah terjadinya pelebaran lubang ozon yang semakin luas dan parah, maka penggunaan
gas CFC semakin dibatasi. Pada negara-negara maju penggunaan CFC sudah dihentikan
(dilarang) sama sekali, sehingga sekarang kita mudah mendapatkan produk barang non-CFC
seperti lemari es, AC.

4. Hidrokarbon (HC) dan Nitrogen Oksida (NO)

HC dan NO yang dipengaruhi oleh sinar matahari akan membentuk smog yang berupa gas
yang sangat pedih jika mengenai mata dan juga sebagai penyebab penyakit kanker.

5. Gas-gas lainnya

Selain gas-gas tersebut, pencemaran udara bisa juga disebabkan oleh bau dari sampah
membusuk, selokan yang tersumbat, bangkai binatang, debu dan sebagainya. Oleh sebab itu,
hendaknya kita menjaga kebersihan lingkungan kita agar tidak menimbulkan pencemaran
udara.

6. Partikel

Pencemaran udara dapat terjadi dalam bentuk partikel. Partikel merupakan polutan yang
dapat bersama-sama dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel yang dapat masuk
dalam saluran pernapasan adalah partikel yang berukuran 10 mikrometer (PM10). Partikel
dapat berupa sebagai berikut :

 Aerosol (partikel) yang terhambur dan melayang di udara


 Fog (kabut) yang merupakan aerosol berupa butiran air di udara
 Dust (debu) atau aerosol yang berupa butiran padat yang melayang di udara karena
tiupan angin
 Smoke (asap) yang merupakan aerosol campuran antara butiran padat dan cair yang
melayang di udara
 Mist (mirip kabut), berupa butiran zat cair, terhambur, dan melayang di udara
 Plume, asap dari cerobong pabrik
 Smog, campuran smoke dan fog
 Fume, aerosol dari kondensasi uap logam

Agar lebih jelas mengenai pengaruh polutan udara terhadap kesehatan organisme dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1 Indeks standar pencemaran udara untuk setiap parameter pencemaran

Kategor Rentan CO NO2 Ozon (O3) SO2 Partikel


i g
(PPM)
Baik 0-50 Tidak ada Sedikit Luka pada Luka pada Tidak ada
efek berbau beberapa beberapa efek
spesies spesies
tumbuhan tumbuhan
akibat akibat
kombinasi kombinasi
dengan SO2 dengan O3
(selama 4 jam) (selama 4
jam)
Sedang 51–100 Perubahan Berbau Luka pada Luka pada Terjadi
kimia darah, beberapa beberapa penurunan
tetapi tidak spesies spesies pada jarak
terdeteksi tumbuhan tumbuhan pandang
Tidak 101– Peningkatan Bau dan Penurunan Bau, Jarak
sehat 199 pada kehilangan kemampuan meningkatnya pandang
200– kardiovaskula warna. pada atlit yang kerusakan turun dan
299 r pada Peningkatan berlatih keras tanaman terjadi
perokok yang reaktivitas pengotoran
sakit jantun pembuluh debu di
tenggorokan mana-mana
pada
penderita
asma
Sangat Meningkatnya Meningkatny Olahraga Meningkatny Meningkatny
tidak kardiovaskula a sensitivitas ringan a sensitivitas a sensitivitas
sehat r pada orang pasien yang mengakibatka pada pasien pada pasien
bukan berpenyakit n pengaruh berpenyakit berpenyakitan
perokok yang asma dan pernapasan asma asma dan
berpenyakit bronkhitis pada pasien dan bronkhitis
jantung dan yang bronkhitis
akan tampak berpenyakit
beberapa paruparu
kelemahan kronis
yang terlihat
secara nyata
Bahaya 300- Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar
lebih
Sumber pencemaran udara (http://www.epa.nsw.gov.au/air/)

Gambar 2 Sumber dari pencemaran udara

Sumber:

Firmansyah R, Mawardi AH, Riandi MU. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi 1. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Kistinnah I, Lestari ES. 2006. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

B. Sumber Polutan

Pertanian merupakan sektor yang masih luas terhampar di wilayah Indonesia. Gencarnya
pembangunan di sektor industri dan pemukiman penduduk belum mampu menggeser sektor
pertanian sebagai iconIndonesia yang terkenal sebagai negara agraris. Pembangunan pertanian
saat ini telah mencapai pengembangan agribisnis dan agroindustri. Pengembangan tersebut
telah mendorong pertumbuhan sektor pertanian tetap terjadi peningkatan. Begitu pula halnya
yang terjadi pada subsektor peternakan, meskipun saat ini Indonesia tengah menghadapi krisis,
peternakan Indonesia masih tetap eksis bahkan menunjukkan peningkatan, diantaranya
produksi daging meningkat 4,01% per tahun, telur menigkat 5,6% per tahun, dan susu
meningkat 2,69% per tahun (Direktorat Jenderal Peternakan, 2005). Peningkatan produksi
yang didorong untuk memenuhi permintaan dalam maupun luar negeri disisi lain menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan.

Diantaranya penggunaan bahan agrokimia seperti pupuk dalam pertanian akan menyebabkan
pencemaran lingkungan dan menurunkan kualitas lahan dengan hilangnya lapisan subur akibat
erosi dan pencucian hara. Selain itu, tersedianya banyak sisa hasil dari bercocok tanam, seperti
jerami yang berlimpah dan gulma yang belum dimanfaatkan dapat menjadi masalah. Kegiatan
petani yang selama ini cenderung untuk membakar sisa hasil pertanian seperti jerami dan gulma
tentu akan menyumbang banyak karbondiokasida yang ditengarai sebagai salah satu penyebab
pemanasan global. Sementara itu, peningkatan di subsektor peternakan meninggalkan berbagai
masalah berupa limbah. Limbah ternak dapat berupa sisa buangan dari kegiatan usaha
pemeliharaan ternak, rumah potong ternak, dan pengolahan produk ternak. Adapun limbah
tersebut dapat ditemukan dalam jenisa padat dan cair, antara lain feses, urin, darah, tanduk,
bulu, kuku, dan kulit telur. Selama ini belum ada upaya yang maksimal dalam penanganan
limbah dan dampak negatif dari usaha pertanian, sehingga perlu dikaji pengangannya melalui
sistem integrasi tanaman-ternak.
Konsep sistem integrasi tanaman-ternak ini hadir sebagai salah satu bentuk pertanian terpadu.
Pola integrasi antara tanaman dan ternak muncul sebagai kegiatan pertanian dan peternakan
yang saling melengkapi. Pola ini akan akan menjadi solusi bagi usaha pertanian. Salah satu
contoh integrasi yang terjadi antara hewan ternak dan tanaman adalah limbah ternak berupa
kotoran diolah menjadi pupuk cair dan kompos dan kemudian diaplikasikan pada lahan
pertanian. Manfaat kompos yang dapat memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap
tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah dan sumber zat makanan bagi
tanaman tentu akan berpengaruh besar bagi pertanian. Sebaliknya limbah pertanian berupa
jerami, gulma dan dedak dapat dimanfaatkan pula sebagai pakan ternak. Selain itu, bentuk
integrasi yang dapat dilakukan adalah dengan mengembalakan ternak di pinggir atau pada
lahan yang belum ditanami dan pada lahan setelah pemanenan hasil, sehingga ternak dapat
memanfaatkan limbah tanaman pangan, gulma, rumput, semak dan hijauan pakan yang tumbuh
di sekitar tempat tersebut atau menggunakan tenaga sapi atau kerbau untuk pengolahan tanah.
Sementara itu, ternak dapat mengembalikan unsur hara dan memperbaiki struktur tanah melalui
urin dan kotoran padatnya.
Harapan dari pola tersebut petani yang ketergantungan akan bahan agrokimia seperti pupuk
sintesis yang sudah jelas mempunyai efek negatif dan limbah ternak berlimpah belum
tertangani akan terselesaikan dengan adanya penyediaan pupuk kandang dari limbah ternah
dilahan pertanian, sehingga terbentuk peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan
digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian untuk makan ternak. Adapun dampak negatif
dari pertanian berupa kerusakan tanah dan pemanasan global dalam jangka panjang dapat
diminimumkan. Kesimpulan yang dapat diambil adalah integrasi tanaman-ternak dimaksudkan
untuk memperoleh hasil usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi
kesuburan tanah dan upaya penangan limbah usaha pertanian. Interaksi antara ternak dan
tanaman haruslah saling melengkapi, mendukung dan saling menguntungkan, sehingga dapat
mendorong peningkatan efisiensi produksi dan meningkatkan keuntungan hasil usaha tani.
Adapun saran untuk kedepan perlu digalakkannya sistem integrasi tanaman-ternak, mengingat
sistem ini di samping menunjang pola pertanian organik yang ramah lingkungan, juga mampu
meningkatkan usaha pertanian secara umum.

Limbah pertanian berupa limbah tanaman merupakan hasil sampingan dari tanaman yang
dibudidayakan dan kaya bahan organik yang dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk
tanaman. Selain itu limbah pertanian juga dapat berupa sisa pestisida. Limbah Pertanian
diartikan sebagai bahan yang dibuang di sektor pertanian,misalnya sabut dan tempurung
kelapa,jerami dan dedak padi, kulit.. Secara garis besar limbah pertanian itu dibagi ke dalam
limbah pra dan Saat panen serta limbah pasca panen. Limbah pasca panen juga bisa terbagi
dalam kelompok limbah sebelum diolah dan limbah setelah diolah atau limbah industri
pertanian.
Limbah pertanian terbagi atas dua kelompok yaitu :

1. limbah pertanian pra


limbah pertanian pra panen yaitu materi-materi biologi yang terkumpul sebelum atau sementara
hasil utamanya diambil. Sebagai contoh daun, ranting, atau daun yang gugur sengaja atau tidak
biasanya dikumpulkan sebagai sampah dan ditangani umumnya hanya dibakar saja.
2. Limbah pertanian panen
Limbah pertanian saat panen cukup banyak berlimpah. Golongan tanaman serealia misalnya
yang populer di Indonesia antara lain batang atau jerami saat panen padi, jagung, dan mungkin
sorgum.

Sisa potongan bagian bawah jerami padi yang termasuk akar tanaman padi belum digunakan
dengan baik, selain bagian ini dirasakan kurang efisien kalau diambil, juga bisa dikembalikan
untuk kesuburan tanah. Sawah direndam ,lalu dibajak sehingga sisa tanaman padi ini masuk ke
dalam tanah dan dibiarkan membusuk. Potongan atasnya setelah diambil gagang dan bulir
padinya daun dan sebagian batangnya dibakar, dibuat atap, atau dibenamkan ke dalam lumpur
untuk pupuk. Daun dan batang atau jerami padi dapat difermentasikan atau dibuat silase jadi
pakan ternak ruminansia. Panen jagung menyisakan batang dan daun yang mengering. Sering
sisa batang dan daun ini cukup dibakar saja, demikian juga halnya pada panen sorgum, sisa
tanaman jarang dimanfaatkan lebih optimal. Beberapa peternak dapat membuat silase yang
terkadang ditambahkan tetes tebu.
Hampir semua tanaman setahun masih menyisakan sisa tanaman yang sampai sejauh ini hanya
dibuang atau dibakar atau dimanfaatkan sebagian untuk makanan ternak, kompos, bibit
(misalnya ubi jalar), dan belum ada pemanfaatannya yang lebih baik misalnya diekstrak
klorofilnya untuk bahan pewarna makanan dan lain sebagainya. Sisa panen pisang berupa
batang, pelepah dan daun di perkebunan pisang perlu dipikirkan cara penanganannya yang
lebih baik. Serat batang pisang masih bisa dimanfaatkan untuk karung misalnya. Sama halnya
di kebun nenas setelah diambil tunas batangnya untuk bibit, sisanya kebanyakan dipotong lalu
dibuang walaupun peremajaannya dilakukan setelah tanaman pokok berumur 3-4 tahun bahkan
ada yang membiarkannya terus. Serat yang ada di daun-daunnya mungkin masih bisa
dimanfaatkan. Di penggilingan padi limbah bisa dikumpulkan antara lain sekam kasar, dedak,
dan menir. Sekam banyak dimanfaatkan sebagai bahan pengisi untuk pembuatan bata merah,
dipakai sebagai bahan bakar, media tanaman hias, diarangkan untuk media hidroponik,
diekstrak untuk diambil silikanya sebagai bahan empelas dan lain-lain. Dedak halus digunakan
sebagai pakan ternak ayam, bebek atau kuda, sementara menirnya dimanfaatkan sebagai
campuran makanan bayi karena kandungan vitamin B1 nya tinggi, makanan burung, dan
diekstrak minyaknya menjadi minyak katul (bran oil).Hasil panen jagung menghasilkan limbah
dalam bentuk klobot jagung yangbisa dimanfaatkan sebagai bahan pengemas makanan secara
tradisional(wajik, dodol), tongkolnya kurang dimanfaatkan walaupun sebenarnyamungkin
masih bisa untuk media jamur atau lainnya. Hasil penggilinganjagung menjadi tepung,
lembaganya bisa diekstrak menjadi minyak jagungdan tentu saja ampasnya masih bisa
diberdayakan karena kandungan proteinnya dan mungkin lemaknya masih ada.
Limbah industri pertanian adalah buangan dari pabrik/industri pengolahan hasil pertanian.
Seperti industri-industri lainnya justru limbah ini yang banyak menimbulkan polusi lingkungan
kalau tidak ditangani secara baik. Jenis industri ini juga cukup banyak. Untuk memudahkan
penanganannya limbah industri pertanian ini bisa dikelompokkan berdasarkan komponen
bahan bakunya, apakah limbah karbohidrat, protein atau lemak demikian juga bisa
dikelompokkan berdasarkan fasanya yang terbesar apakah cairan atau padatan. Untuk
penanganannya, lim bah cair biasanya dikelompokkan lagi berdasarkan BOD (Biological
Oxygen Demand)-nya.
Berdasarkan jenis wujud limbah pertanian diklasifikasikan atas tiga jenis yaitu limbah padat,
limbah cair dan limbah gas. Ketiga jenis limbah ini dapat dikeluarkan sekaligus oleh satu
industri ataupun satu persatu sesuai dengan proses yang ada di industri pertanian.

1. Limbah Padat
Bahan-bahan buangan baik dari limbah pra panen, limbah panen, limbah pasca panen dan
limbah industri pertanian yang wujudnya padat dikelompokkan pada limbah padat, contoh :
Daun-daun kering, jerami, sabut dan tempurung kelapa. Jika limbah-limbah tersebut di atas
kalau dibiarkan menumpuk saja tanpa penanganan tertentu akan menyebabkan/menimbulkan
keadaan tidak higienis karena menarik serangga (lalat,kecoa) dan tikus yang seringkali
merupakan pembawa berbagai jenis kuman penyakit.Limbah padat dapat diolah menjadi pupuk
dan makanan ternak.

2. Limbah cair
Limbah cair industri pertanian sangat banyak karena air digunakan untuk :
1. membersihkan bahan pangan dan peralatan pengolahan.
2. menghanyutkan bahan-bahan yang tidak dikehendaki (kotoran).
Limbah cair yang berasal dari industri pertanian banyak mengandung bahan-bahan organik
(karbohidrat, lemak dan protein) karena itu mudah sekali busuk dengan menimbulkan masalah
polusi udara (bau) dan polusi air.
Sifat-sifat limbah cair dibedakan atas tiga kelompok yaitu :
1. sifat fisik misalnya suhu, pH, warna bau dan endapan.
2. sifat kimiawi misalnya adanya kandungan organik (karbohidrat, protein, lemak dll) dan
kandungan an organik (nitrogen, khlorida, fosfor dll).
3. sifat biologis misalnya ada tidaknya mikroorganisme. Untuk mengukur kadar bahan
organik dari limbah cair biasanya dilakukan analisis BOD (Biochemical Oxygen Demand),
COD (Chemical Oxygen Demand).

3. Limbah gas
Limbah gas adalah limbah berupa gas yang dikeluarkan pada saat pengolahan hasil-hasil
pertanian, misalnya gas yang timbul berupa uap air pada proses pengurangan kadar air selama
proses pelayuan teh dan proses pengeringannya. Limbah gas ini supaya tidak menimbulkan
bahaya yang harus disalurkan lewat cerobong.

Limbah pertanian banyak menimbulkan dampak bagi manusia maupun bagi lingkungan,
dampak limbah pertanian antara lain sebagai berikut:
1. Gangguan terhadap Kehidupan Biotik perairan
Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan menyebabkan
menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah dengan demikian akan
menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal
ini akan mengurangi perkembangannya. Selain kematian kehidupan di dalam air disebabkan
karena kurangnya oksigen di dalam air dapat juga disebabkan karena adanya zat beracun yang
berada di dalam air limbah tersebut. Selain matinya ikan dan bakteri-bakteri di dalam air juga
dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman atau tumbuhan air. Sebagai akibat matinya
bakteribakteri, maka proses penjernihan sendiri yang seharusnya bisa terjadi pada air limbah
menjadi terhambat. Sebagai akibat selanjutnya adalah air limbah akan sulit untuk diuraikan.
Selain bahan-bahan kimia yang dapat mengganggu kehidupan di dalam air, maka kehidupan di
dalam air juga dapat terganggu dengan adanya pengaruh fisik seperti adanya temperatur tinggi
yang dikeluarkan oleh industri yang memerlukan proses pendinginan. Panasnya air limbah ini
dapat mematikan semua organisme apabila tidak dilakukan pendinginan terlebih dahulu
sebelum dibuang ke dalam saluran air limbah.
2. Gangguan terhadap Keindahan
Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang oleh perusahaan yang memproduksi
bahan organik seperti tapioka, maka setiap hari akan dihasilkan air limbah yang berupa bahan-
bahan organik dalam jumlah yang sangat besar. Ampas yang berasal dari pabrik ini perlu
dilakukan pengendapan terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran air limbah, akan tetapi
memerlukan waktu yang sangat lama. Selama waktu tersebut maka air limbah mengalami
proses pembusukan dari zat organik yang ada di dalamnya. Sebagai akibat selanjutnya adalah
timbulnya bau hasil pengurangan dari zat organik yang sangat menusuk hidung. Di samping
bau yang ditimbulkan, maka dengan menumpuknya ampas akan memerlukan tempat yang
banyak dan mengganggu keindahan tempat di sekitarnya. Pembuangan yang sama akan
dihasilkan juga oleh perusahaan yang menghasilkan minyak dan lemak, selain menimbulkan
bau juga menyebabkan tempat di sekitarnya menjadi licin. Selain bau dan tumpukan ampas
yang mengganggu, maka warna air limbah yang kotor akan menimbulkan gangguan
pemandangan yang tidak kalah besarnya. Keadaan yang demikian akan lebih parah lagi,
apabila pengotoran ini dapat mencapai daerah pantai di mana daerah tersebut merupakan
daerah tempat rekreasi bagi masyarakat sekitarnya.
3. Gangguan terhadap Kesehatan Makhluk hidup
Limbah cair sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa banyak penyakit
yang dapat ditularkan melalui air limbah. Limbah cair ini ada yang hanya berfungsi sebagai
media pembawa saja seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta
skhistosomiasis. Selain sebagai pembawa penyakit di dalam limbah cair itu sendiri banyak
terdapat bakteri patogen penyebab penyakit seperti :
1. Vibrio Kolera
Menyebabkan penyakit kolera dengan penyebaran utama melalui limbah cair yang telah
tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung vibrio kolera.
2. Salmonella Typhosa a dan Salmonella Typhosa b
Merupakan penyebab tiphus abdominalis dan para tiphus yang banyak terdapat di dalam air
limbah bila terjadi wabah. Prinsip penularannya adalah melalui air dan makanan yang telah
tercemar oleh manusia yang berpenyakit tiphus.
3. Shigella Spp.
Adalah penyebab disentri bacsillair dan banyak terdapat pada air yang tercemar. Adapaun cara
penularannya adalah melalui kontak langsung dengan kotoran manusia maupun melalui
perantara dengan makanan, lalat dan tanah.
4. Basillus Anthraksis
Adalah penyebab penyakit anthrak, terdapat pada air limbah dan sporanya tahan terhadap
pengolahan. Brusella Spp. Adalah penyebab penyakit brusellois, demam malta serta
menyebabkan keguguran (aborsi) pada domba
5. Mikobakterium Tuberkulosa
Adalah penyebab penyakit tuberkulosis dan terutama terdapat pada air limbah yang berasal
dari sanatorium.
6. Leptospira
Adalah penyebab penyakit weil dengan penularan utama berasal dari tikus selokan.
Dan masih banyak lagi bakteri patogen yang menyebabkan penyakit. Selain sebagai pembawa
dan kandungan kuman penyakit, maka air Limbah juga dapat mengandung bahan-bahan
beracun, penyebab iritasi, bau dan bahkan suhu yang tinggi serta bahan-bahan lainnya yang
mudah terbakar. Keadaan yang demikian ini sangat dipengaruhi oleh sumber asal air limbah.

Solusi pencemaran air akibat limbah pertanian Perlu kesadaran dari semua lapisan masyarakat
khususnya para petani supaya berlaku bijak dengan limbah pertanian yang dihasilkannya.Dan
semua itu hanya bisa diwujudkan dengan sebuah tindakan kecil sebagai awalnya yaitu dengan
memulai dari diri sendiri.

Pertanian merupakan sektor yang masih luas terhampar di wilayah Indonesia. Gencarnya
pembangunan di sektor industri dan pemukiman penduduk belum mampu menggeser sektor
pertanian sebagai icon Indonesia yang terkenal sebagai negara agraris. Pembangunan pertanian
saat ini telah mencapai pengembangan agribisnis dan agroindustri. Pengembangan tersebut
telah mendorong pertumbuhan sektor pertanian tetap terjadi peningkatan. Begitu pula halnya
yang terjadi pada subsektor peternakan, meskipun saat ini Indonesia tengah menghadapi krisis,
peternakan Indonesia masih tetap eksis bahkan menunjukkan peningkatan, diantaranya
produksi daging meningkat 4,01% per tahun, telur menigkat 5,6% per tahun, dan susu
meningkat 2,69% per tahun (Direktorat Jenderal Peternakan, 2005).
Peningkatan produksi yang didorong untuk memenuhi permintaan dalam maupun luar negeri
disisi lain menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Diantaranya penggunaan bahan
agrokimia seperti pupuk dalam pertanian akan menyebabkan pencemaran lingkungan dan
menurunkan kualitas lahan dengan hilangnya lapisan subur akibat erosi dan pencucian hara.
Selain itu, tersedianya banyak sisa hasil dari bercocok tanam, seperti jerami yang berlimpah
dan gulma yang belum dimanfaatkan dapat menjadi masalah. Kegiatan petani yang selama ini
cenderung untuk membakar sisa hasil pertanian seperti jerami dan gulma tentu akan
menyumbang banyak karbondiokasida yang ditengarai sebagai salah satu penyebab pemanasan
global.

PENUTUP

Limbah pertanian sebenarnya bermanfaat jika kita tahu cara pengolahannya namun jika limbah
pertanian dibiarkan saja maka limbah akan menumpuk dan akan menjadi masalah yang dapat
mengganggu kesehatan masyarakat. Selain itu limbah pertanian ada juga yang bukan berasal
dari tanaman itu sendiri misalnya yang berasal dari sisa pemakaian pestisida.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pokok bahasan diatas antara lain sebagai berikut :

1. Secara garis besar limbah pertanian itu dibagi ke dalam limbah pra dan Saat panen serta
limbah pasca panen.
2. Berdasarkan jenis wujud limbah pertanian diklasifikasikan atas tiga jenis yaitu limbah
padat, limbah cair dan limbah gas.
3. Limbah dapat menyebabkan gangguan terhadap keindahan, gangguan terhadap kesehatan
makhluk hidup, serta dapat menyebabkan gangguan terhadap kehidupan biotik perairan.
4. Diperlukan kesadaran bersama mengenai limbah pertanian agar tercapai masyarakat yang
sehat dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai