PENDAHULUAN
negara hukum, berarti di negara kita hukumlah yang mempunyai arti penting
penyelenggaranya.
1
Hal ini telah diatur dalam Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo
2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Hal ini merupakan salah satu
upaya yang dilakukan negara untuk memberikan pelayanan publik bagi semua
terbilang lebih murah dari pada menyelesaikan dalam peradilan umum, yakni
December 5th, 2010). Dengan demikian, Peradilan Tata Usaha Negara itu
keadilan, yang merasa dirinya dirugikan akibat suatu keputusan tata usaha
negara.
Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang bermula termuat dalam
UU Nomor 5 Tahun 1986 ini, perlu diadakannya revisi kembali. Dari berbagai
Undang Nomor 51 Tahun 2009, perlu kiranya kita pahami sehingga dapat
membuka wawasan kita mengenai HTUN (Hukum Tata Usaha negara), baik
2
c. Bagaimana sejarah Peradilan Tata Usaha Negara ?
d. Bagaimana Muatan Perubahan dalam UU Nomor 5 Tahun 1986 Atas
UU Nomor 9 Tahun 2004 ?
e. Bagaimana Muatan Perubahan dalam UU Nomor 5 Tahun 1986 Atas
UU Nomor 9 Tahun 2004?
f. Bagaimana Kompetensi pengadilan tata usaha Negara ?
1.3 Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
suatu masa dalam menjalankan kewajibannya dan juga tugasnya. Hukum tata
usaha negara itu sendiri menitik beratkan kepada hal-hal yang terkait dengan
lebih fokus kepada hal mengenai konstitusi atau hukum dasar yang di
kebijakan pemerintah.
tertulis yang di keluarkan oleh badan atau pejabat Tata Usaha Negara yang
yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
4
a. Penetapan tersebut tertulis dan dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat
perdata.
muatan sama, hanya saja ada poin-poin tertentu yang dalam buku satu
dijadikan satu poin misal, poin A dalam buku Siti Soetami dijadikan dua poin
berbeda, sedangkan dalam buku Marbun poin itu digabungkan menjadi satu
kesatuan.
tertulis terutama menunjuk kepada isi dan bukan kepada bentuk keputusan
yang di keluarkan oleh badan atau pejabat Tata Usaha Negara. Dengan
Usaha Negara (KTUN). KTUN itu memang di haruskan tertulis, namun yang
juga dapat diketahui bahwa formal suatu penetapan tertulis tidak menjadi
5
syarat mutlak agar suatu penetapan tertulis dapat disebut atau termasuk
Oleh karena bentuk formal, tetapi pada “isi” dari suatu penetapan
tertulis yang di keluarkan oleh Badan atau pejabat Tata Usaha negara tidak
menjadi syarat mutlak agar penetapan tertulis tersebut dapat disebut atau
bahwa sebuah memo atau nota akan merupakan suatu keputusan badan atau
yang diambil.
6
1) Memberikan perlindungan terhadap hak-hak rakyat yang bersumber
Umum Angka ke-1 UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara.
7
e. Memerintahkan suatu tindakan disiplin kepada seorang pejabat atau
diputus dan diselesaikan oleh peradilan militer, sedangkan tata usaha negara
mau kita harus melihat ke negara Perancis, suatu negara yang memuat fakta
8
kali. Peranan negara ini terasa sampai sekarang. Antara lain negara ini
undang tanggal 16 dan 24 agustus 1790, yang memberi fungsi kepada conseil
saat itulah dapat dikatakan sebagai awal mulanya penafsiran dari prinsip yang
lembaga peradilan administrasi dalam arti umum untuk seluruh Prancis, yang
lembaga conseil d'etat tiap hari kian banyak, sehingga pada tahun 1953 saja
jumlah Perkara yang diajukan kepada lembaga ini mencapai 26.000 perkara,
keluarnya pada tahun 1953 dibentuklah apa yang kita kenal sekarang sebagai
9
Selanjutnya mengenai peradilan tata usaha negara di indonesia awal
undang nomor 5 tahun 1986 tentang peradilan tata usaha negara. Selanjutnya
tata usaha negara sebenarnya sudah lama dibicarakan bahkan pada tahun
1948 sudah dibicarakan tentang konsep rancangan hukum acara ini. Pada
waktu itu. "rencana undang-undang ini disusun oleh prof. Dr, Eirjono
oleh pemerintah kepada DPR GR, oleh DPR pernah diusahakan sebagai
10
unsur inisiatif oleh DPR GR tahun 1967. Tetapi rancangan itu gagal tidak
dapat menyelesaikan.
undang tentang peradilan tata usaha negara juga pernah dibahas dalam
soeharto, dihadapan sidang pleno DPR pada tanggal 16 agustus 1978 yang
usaha negara. Dimana isi surat tersebut pada pokoknya “untuk mohon
11
presiden, ketua mahkamah agung dan menteri kehakiman13. Selanjutnya
tahun 1986 tentang peradilan tata usaha negara lembaran negara republik
(Sudharmono SH).
peradilan tata usaha negara, maka ada angin segar tentang pembekuan
peradilan tata usaha negara di Indonesia waktu itu. Sejak mulai efektif
tinngi tata usaha negra (PTTUN) dijakarta, medan, dan ujung pandang. Serta
surabaya, dan ujung pandang maka sejak itu terbentuklah pengadilan tata
pengadilan tingkat pertama, dan juga banyak pula dibentuk pengadilan tinggi
tta usaha). Sedangkan mengenai susunan pengadilan tata usaha negara terdiri
12
atas pimpinan, hakim anggota, panitera, dan sekretaris. Pimpinan pengadilan
terdiri atas seorang ketua dan seorang wakil ketua. Sedangkan hakim anggota
1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Hal itu dilakukan untuk
PTUN oleh pejabat. Hal itu disebabkan tidak adanya lembaga eksekutor dan
peradilan umum karena terbentur dengan asas dat de rechter niet op de stoel
van het bestuur mag gaan zitten (hakim tidak boleh duduk di kursi
van bestuur yakni atasan tidak berhak membuat keputusan yang menjadi
13
berinisiatif melakukan perubahan beberapa substansi undang-undang
publik karena tidak mengatur secara rinci tahapan upaya eksekusi secara
paksa yang bisa dilakukan atas keputusan PTUN serta tidak adanya kejelasan
prosedur dalam UU No 9 Tahun 2004 Pasal 116 ayat (4) yakni jika pejabat
1. Hal yang utama yakni dari segi penguatan pengawasan hakim, baik
14
Tinggi Tata Usaha Negara yakni antara lain proses seleksi hakim yang
ketat.
hakim.
pertanggungjawabannya.
yang merdeka dan peradilan yang bersih serta berwibawa. Selain itu makna
perubahan ini tidak lain melakukan penataan sistem peradilan (peradilan satu
15
disempurnakan dua kali yakni dengan UU No 9 Tahun 2004 dan UU No. 51
dalam UU PTUN telah diubah juga selama tiga kali, pengaturannya sendiri
Tahun 2004
berikut:
26, pasal 28- 38, pasal 42, pasal 44 – 46, pasal 53, pasal 116.
mengeluarkan:
Negara.
16
Atas dasar ketentuan yang terdapat dalam pasal 32 ayat 4 UU Nomor
HTUN”.
17
pengganti Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-
Agung.
18
Peraturan tata cara pengangkatan dan pemberhentian hakim.
Tahun 2009
efektif.
19
Landasan diatas menjadikan perlu ditinjaunya kembali segala UU
keadilan.
Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara ini,
Usaha Negara, baik menyangkut teknis yudisial maupun non yudisial yaitu
20
Memperketat persyaratan pengangkatan hakim, baik hakim pada
Tata Usaha Negara antara lain melalui proses seleksi hakim yang
hakim.
Kesejahteraan hakim.
Bantuan hukum.
21
bawah Mahkamah Agung yang mempunyai kewenangan dalam memeriksa,
Pasal 77 ayat (1), dan Pasal 109 ayat (3) Undang Undang Nomor 5 Tahun
Peradilan Tata Usaha Negara, serta Pasal 226 ayat (1) Undang Undang
yaitu:
22
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3344) bersifat meluas dan multi tafsir,
sengketa pembatalan Sertipikat Hak (Milik) atas tanah tidak pernah berdiri
dapat diadili oleh dua pengadilan yang berbeda baik secara paralel maupun
Peradilan Tata Usaha Negara (UU Peratun) dalam Pasal 47 mengatur tentang
23
menerima, memeriksa, memutus menyelesaikan perkara yang diajukan
yang berlaku.
atau tidak suatu badab pengadilan mengadili dan memutus suatu perkara
atau pengadilan dilihat dari segi jenis operkara danatau obyek sengketa serta
24
dua bagian, yaitu kekuasaan atau kewenangan absolut dan kewenangan
sebagai berikut :
a. Absolut
b. Relatif
25
suatu perkara dibedakan atas kompetensi absulut dan kompetensi
timbul dalam bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum
perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di pusat
perundang-undannngan.
26
Adapun obyek sengketa tersebut adalah keputusan tata usaha
atau pejabat tata usah negara yang berisi tindakan hukum tata usaha
dengan pengadilan.
hukum
(2) Negara menanggung biaya pekara bagi pencari keadilan yang tidak
mampu
(3) Pihak yang tidak mampu sebagaimana pada ayat (2) harus
Pasal 144D
(1) Pada setiap pengadilan tata usaha negara dibentuk pos bantuan
bantuan hukum.
27
(2) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan
putusan
Pasal 51 A
(1) Pengadilan wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk
diucapkan.
dimaksudkan pada ayat (1) dan (2), ketua pengadilan dikenai sanksi
28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
juga tugasnya. Hukum tata usaha negara itu sendiri menitik beratkan
29
a. Perubahan pada pasal 2, pasal 4, pasal 6, pasal 7, pasal 12 – 22,
pasal 26, pasal 28- 38, pasal 42, pasal 44 – 46, pasal 53, pasal
116.
30
DAFTAR PUSTAKA
Franciska Romana H. & Sunarya R. Jurnal, Mimbar Hukum Vol. 26, Nomor 2,
Juni 2014.
Soetami, Siti. 2001. Hukum Peradilan Tata Usaha Negara. Bandung: Refika
Aditma.
SF Mrbun. 2003. Peradilan Tata Usaha Negara. Yogyakarta: LIBERTY.
R. Wiyono. 2008. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta: Sinar
Grafika.
Tjandra, W. Riawan. 1999. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha
Negara. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Situmorang, Victor. 1992. Pokok-Pokok Peradilan Tata
Usaha Negara. Jakarta: Rineka Cipta.
Yanto, Nur. 2015. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta: Mitra
Wacana.
Wantu, Force M. 2014. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Gorontalo:
UNG Press.
Wijaya, Adhy. Analisis Perbandingan Perubahan Antara UU No. 5 Tahun 1986,
UU No. 9 Tahun 2009, dan UU No. 51 Tahun 2009.
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 17/PUU-IX/2011
Jurnal Hukum dan Peradilan, Volume 5, Nomor 1, Maret 2016: 136 – 137
Qamar, Nurul. 2011. Karakteristik Hukum Acara Peradilan Tata Usaha
Negara. Makassar: Pustaka Refleksi.
Tim Permata Press, Undang-Undang Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha
Negara.
Panjaitan, Bernat. Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara (TUN) Pada
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN). Jurnal Ilmiah “Advokasi”.
Vol.03.No.02, September 2015.
31