Anda di halaman 1dari 7

Avalaible online at https://journals.ums.ac.id/index.php/biomedika, Permalink/DOI: 10.23917/biomedika.v11i1.

5966
Biomedika, ISSN 2085-8345

PENCEGAHAN DAN TATALAKSANA DEKUBITUS PADA GERIATRI


PREVENTION AND TREATMENT DECUBITUS UCER IN ELDERLY

Iin Novita Nurhidyati Mahmuda


Internal Medicine Department Faculty of Medicine Universitas Muhammadiyah Surakarta
Korespondensi : dr. Iin Novita Nurhidayati Mahmuda, Sp.PD. Email: iin_novita@ums.ac.id

ABSTRACT
Decubitus ulcer or pressure sore is a serious morbidity in elderly patients. The incidence of pressure
sores in geriatric patients is 11%. Population at 70-75 of their aged had a two-fold risk higher for suffering
decubitus ulcers compared with 55-69 years of aged people. The highest incidence is in group of 80-84 years
old peole. Studies has found 95% of cases are preventable. Prevention efforts have already proven to be more
effective and cost effective than treatment. Prevention efforts include mobilization, skin care, fulfillment of fluids
and adequate nutrition, the use of tools / aids for body movement, environmental regulation of health care and
education. Treatment of decubitus ulcers by administering topical material, systemic drugs or surgery should be
done as early as possible.

Keyword : decubitus ulcer, geriatric patients, prevention, treatment

ABSTRAK
Ulkus dekubitus adalah komorbid serius pada pasien geriatri. Insidensinya cukup tinggi yaitu 11 %
pada pasien lansia. Populasi dengan usia 7-75 tahun memliki resiko dua kali lipat untuk dapat menderita ulkus
dekubitus dibandingkan dengan pasien usia 55-69 tahun. Indisensi tertinggi adalah pada usia 80-84 tahun.
Beberapa studi telah membuktikan bawah 95 % kasus ulkus dekubitus dapat dicegah. Tindakan pencegahan
terbukti lebih efektif dan efisien dibandingkan terapi. Tindakn pencegahan meliputi mobilisasi, perawatan kulit,
pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi, penggunaan alat bantu untuk bergerak, pendidikan kesehatan dan
kondisi sosial lingkungan sekitar pasien. Sedangkan tindakan untuk terapi meliputi pemberian perawatan luka
topikal, obat sistemik dan operasi yang dilakukan sedini mungkin.

Kata kunci: ulkus dekubitus, pasien geriatri, pencegahan, tatalaksana

How To Cite: Mahmuda, I. (2019). PENCEGAHAN DAN TATALAKSANA DEKUBITUS PADA


GERIATRI. Biomedia, 11(1), 11-17. doi:https://doi.org/10.23917/biomedika.v11i1.5966

DOI: https://doi.org/10.23917/biomedika.v11i1.5966

PENDAHULUAN care), dan 7-12% ditatanan perawatan rumah


Usia lanjut mempunyai potensi besar (home health care) (Maryam, 2005).
untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit Data dari the UK General
berkaitan dengan bertambahnya usia antara lain: Practitioner Research Database menyebutkan
berkurangnya jaringan lemak subkutan, insidensi ulkus dekubitus pada pasien geriatri
berkurangnya jaringan kolagen dan elastin, adalah sebesar 11 %. Geriatri dengan usia 70-75
menurunnya efesiensi kolateral kapiler pada kulit tahun memiliki resiko dua kali lipat lebih tinggi
sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh. untuk terjadinya ulkus dekubitus dibandingkan
Dekubitus mengakibatkan kerusakan/kematian dengan usia 55-69 tahun. Insidensi tertinggi pada
kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan kelompok usia 80-84 tahun (Perneger et al.,
menembus otot bahkan sampai mengenai tulang. 2008).
Komplikasi yang sering terjadi adalah Kasus ulkus dekubitus 95 % dapat
perdarahan dan infeksi (Reddy et al., 2006). dicegah. Upaya pencegahan ini sudah terbukti
Penelitian menunjukkan bahwa lebih efektif dan cost effective daripada
prevalensi luka tekan/dekubitus bervariasi, tetapi pengobatan (Maryam, 2005).
secara umum dilaporkan bahwa 5-11% terjadi di
tatanan perawatan akut (acute care), 15-25% di DEFINISI
tatanan perawatan jangka panjang (longterm Dekubitus adalah kerusakan jaringan
yang terlokalisir yang disebabkan karena adanya

Biomedika, Volume 11 No. 1, Februari 2019 11


Avalaible online at https://journals.ums.ac.id/index.php/biomedika, Permalink/DOI: 10.23917/biomedika.v11i1.5966
Biomedika, ISSN 2085-8345

kompresi jaringan yang lunak diatas tulang yang FAKTOR RISIKO


menonjol (bony prominence) dan adanya tekanan Risiko tinggi terjadinya ulkus dekubitus
dari luar dalam jangka waktu yang lama. ditemukan pada:
Kompresi jaringan akan menyebabkan gangguan a) Orang-orang yang tidak dapat bergerak
suplai darah pada daerah yang tertekan. Apabila (misalnya lumpuh, sangat lemah, dipasung).
berlangsung lama, hal ini akan menyebabkan b) Orang-orang yang tidak mampu merasakan
insufisiensi aliran darah, anoksia atau iskemia nyeri, karena nyeri merupakan suatu tanda
jaringan dan akhirnya dapat menyebabkan yang secara normal mendorong seseorang
kematian sel (Suriadi, 2004). untuk bergerak. Kerusakan saraf (misalnya
Walaupun semua bagian tubuh bisa akibat cedera, stroke, diabetes) dan koma bisa
mengalami dekubitus, bagian bawah dari menyebabkan berkurangnya kemampuan
tubuhlah yang terutama beresiko tinggi dan untuk merasakan nyeri.
membutuhkan perhatian khusus. c) Orang-orang yang mengalami kekurangan
gizi (malnutrisi) tidak memiliki lapisan lemak
PATOFISIOLOGI sebagai pelindung dan kulitnya tidak
Tekanan akan menimbulkan daerah mengalami pemulihan sempurna karena
iskemik dan bila berlanjut terjadi nekrosis kekurangan zat-zat gizi yang penting (Suriadi,
jaringan kulit. Percobaan pada binatang 2004).
didapatkan bahwa sumbatan total pada kapiler Faktor risiko terjadinya dekubitus antara lain,
masih bersifat reversibel bila kurang dari 2 jam. yaitu:
Seorang yang terpaksa berbaring berminggu- a. Mobilitas dan aktivitas
minggu tidak akan mengalami dekubitus selama Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah
dapat mengganti posisi beberapa kali perjamnya dan mengontrol posisi tubuh, sedangkanaktivitas
(Suriadi, 2004). adalah kemampuan untuk berpindah. Pasien yang
Selain faktor tekanan, ada beberapa berbaring terus menerus ditempat tidur tanpa
faktor mekanik tambahan yang dapat mampu untuk merubah posisi berisiko tinggi
memudahkan terjadinya dekubitus yaitu : untuk terkena luka tekan. Imobilitas adalah
a) Faktor teregangnya kulit misalnya gerakan faktor yang paling signifikan dalam kejadian
meluncur ke bawah pada penderita dengan luka tekan.
posisi setengah berbaring b. Penurunan sensori persepsi
b) Faktor terlipatnya kulit akibat gesekan badan Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan
yang sangat kurus dengan alas tempat tidur, mengalami penurunan untuk merasakansensari
sehingga seakan-akan kulit “tertinggal” dari nyeri akibat tekanan di atas tulang yang
area tubuh lainnya. menonjol. Bila ini terjadi dalam durasiyang lama,
c) Faktor teregangnya kulit akibat daya luncur pasien akan mudah terkena luka tekan.
antara tubuh dengan alas tempatnya berbaring c. Kelembaban
akan menyebabkan terjadinya iskemia Kelembaban yang disebabkan karena
jaringan setempat (Beeckman et al., 2009). inkontinensia dapat mengakibatkan
Keadaan ini terjadi bila penderita terjadinyamaserasi pada jaringan kulit. Jaringan
immobilisasi, tidak dibaringkan terlentang yang mengalami maserasi akan mudah
mendatar, tetapi pada posisi setengah duduk. mengalamierosi. Selain itu kelembaban juga
mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan
(friction) danperobekan jaringan (shear).
Inkontinensia alvi lebih signifikan dalam
perkembangan luka tekan daripada inkontinensia
urin karena adanya bakteri dan enzim pada feses
dapat merusak permukaan kulit.
d. Tenaga yang merobek (shear)
Merupakan kekuatan mekanis yang meregangkan
dan merobek jaringan, pembuluh darahserta
struktur jaringan yang lebih dalam yang
Gambar 1. Tekanan pada setiap tulang yang menonjol berdekatan dengan tulang yang menonjol.
disalurkan melalui jaringan sekitar menuju permukaan Contoh yang paling sering dari tenaga yang
kulit pada suatu gradien 3 dimensi bentuk kerucut merobek ini adalah ketika pasien diposisikan
(Sumber: Nigel and Chow, 2013). dalam posisi semi fowler yang melebihi 30

12 Biomedika, Volume 11 No. 1, Februari 2019


Avalaible online at https://journals.ums.ac.id/index.php/biomedika, Permalink/DOI: 10.23917/biomedika.v11i1.5966
Biomedika, ISSN 2085-8345

derajat. Pada posisi ini pasien bisa merosot


kebawah, sehingga mengakibatkan tulangnya
bergerak ke bawah namun kulitnya
masihtertinggal. Ini dapat mengakibatkan oklusi
dari pembuluh darah, serta kerusakan pada
jaringan bagian dalam seperti otot, namun hanya
menimbulkan sedikit kerusakan padapermukaan
kulit.
e. Pergesekan ( friction)
Pergesekan terjadi ketika dua permukaan
bergerak dengan arah yang berlawanan.
Pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan
merusak permukaan epidermis kulit. Pergesekan Gambar 2. Lokasi Ulkus Tekanan, posisi pronasi dan
bisa terjadi pada saat penggantian sprei pasien supinasi (Sumber: Nigel and Chow, 2013).
yang tidak berhati-hati.
f. Nutrisi STADIUM
Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan Penilaian ulkus dekubitus tidak hanya
malnutrisi umumnya diidentifikasi sebagaifaktor derajat ulkusnya tetapi juga ukuran, letak
predisposisi untuk terjadinya luka tekan. ulkus, derajat infeksi, dengan nyeri atau tidak
Menurut penelitian Guenter (2000) stadium tiga (BGS, 2012). Menurut NPUAP (National
dan empat dari luka tekan pada orangtua Pressure Ulcer Advisory Panel) pada gambar
berhubungan dengan penurunan berat badan, 1, luka dekubitus dibagi menjadi empat
rendahnya kadar albumin, dan intake makanan stadium, yaitu:
yang tidak mencukupi. 1. Stadium I
g. Usia Adanya perubahan dari kulit yang dapat
Pasien yang sudah tua memiliki risiko yang diobservasi. Apabila dibandingkan dengan
tinggi untuk terkena luka tekan karena kulit dan kulityang normal, maka akan tampak salah satu
jaringan akan berubah seiring dengan penuaan. tanda sebagai berikut: perubahan temperaturkulit
Perubahan ini berkombinasi dengan faktor (lebih dingin atau lebih hangat), perubahan
penuaan lain akan membuat kulit menjadi konsistensi jaringan (lebih keras ataulunak),
berkurang toleransinya terhadap tekanan, perubahan sensasi (gatal atau nyeri). Reaksi
pergesekan, dan tenaga yang merobek. peradangan masih terbatas pada epidermis,
h. Tekanan arteriolar yang rendah tampak sebagai daerah kemerahan/eritema
Tekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi indurasi atau lecet.
toleransi kulit terhadap tekanan sehinggadengan 2. Stadium II
aplikasi tekanan yang rendah sudah mampu Reaksi yang lebih dalam lagi sampai
mengakibatkan jaringan menjadiiskemia. Studi mencapai seluruh dermis hingga lapisan lemak
yang dilakukan menemukan bahwa tekanan subkutan, tampak sebagai ulkus yang dangkal,
sistolik dan tekanan diastolik yang rendah degan tepi yang jelas dan perubahan warna
berkontribusi pada perkembangan luka tekan. pigmen kulit.
i. Stress emosional Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu
Depresi dan stress emosional kronik misalnya epidermis atau dermis, atau keduanya. Cirinya
pada pasien psikiatrik juga merupakanfaktor adalah lukanya superficial, abrasi, melepuh, atau
risiko untuk perkembangan dari luka tekan. membentuk lubang yang dangkal. Jika kulit
j. Merokok terluka atau robek maka akan timbul masalah
Nikotin yang terdapat pada rokok dapat baru, yaitu infeksi.
menurunkan aliran darah dan memiliki efek 3. Stadium III
toksikterhadap endotelium pembuluh. Beberapa Hilangnya lapisan kulit secara lengkap,
penelitian menunjukkan adahubungan yang meliputi kerusakan atau nekrosis dari
signifikan antara merokok dengan perkembangan jaringnsubkutan atau lebih dalam, tapi tidak
terhadap luka tekan. sampai pada fascia. Luka terlihat seperti lubang
k. Temperatur kulit yangdalam. Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi
Peningkatan temperatur merupakan faktor yang jaringan lemak subkutan dan menggaung,
signifikan dengan risiko terjadinya luka tekan berbatasan dengan fascia dari otot-otot. Sudah
(Suriadi, 2004). mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik.

Biomedika, Volume 11 No. 1, Februari 2019 13


Avalaible online at https://journals.ums.ac.id/index.php/biomedika, Permalink/DOI: 10.23917/biomedika.v11i1.5966
Biomedika, ISSN 2085-8345

4. Stadium IV PENCEGAHAN
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap Pengelolaan dekubitus diawali dengan
dengan kerusakan yang luas, nekrosis jaringan, kewaspadaan untuk mencegah terjadinya
kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya dekubitus dengan mengenal penderita risiko
lubang yang dalam serta saluran atau sinus. tinggi terjadinya dekubitus, misalnya pada
Perluasan ulkus menembus otot, hingga penderita yang immobilisasi. Untuk skrining
tampak tulang di dasar ulkus yang dapat resiko ulkus dekubitus menggunakan skor
mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi Norton.
(NPUAP, 2009). A. Umum
Pendidikan kesehatan tentang ulkus
dekubitus bagi staf medis, penderita dan
keluarganya serta pemeliharaan keadaan umum
dan higiene penderita. Meningkatkan keadaan
umum penderita, misalnya anemia diatasi,
hipoalbuminemia dikoreksi, nutrisi dan hidrasi
yang cukup, vitamin (vitamin C) dan mineral
(Zn) ditambahkan. Coba mengendalikan
penyakit-penyakit yang ada pada penderita,
Gambar 3. Stadium Luka Dekubitus menurut NPUAP
misalnya DM, PPOK, hipertensi, dll.
(Courtesy of Prof. Hiromi Sanada, Japan)
B. Khusus:
PROSES PENYEMBUHAN LUKA a. Mengurangi/meratakan faktor tekanan yang
mengganggu aliran darah, yaitu : Alih
1. Fase aktif (± 1 minggu)
posisi/alih baring/tidur selang seling, paling
Leukosit secara aktif akan memutus lama tiap dua jam. Kelemahan pada cara ini
kematian jaringan, khususnya monosit akan adalah ketergantungan pada tenaga perawat
memutus pembentukan kolagen dan protein yang kadang-kadang sudah sangat kurang,
lainnya. Proses ini berlangsung hingga mencapai dan kadang-kadang mengganggu istirahat
jaringan yang masih bagus. Undermined penderita bahkan menyakitkan.
edgedianggap sebagai tanda khas ulkus yang b. Kasur khusus untuk lebih membagi rata tekan
yang terjadi pada tubuh penderita, misalnya;
masih aktif. Di samping itu juga, terdapat
kasur dengan gelembung tekan udara yang
transudat yang creamy, kotor, dengan aroma naik turun, kasur air yang temperatur airnya
tersendiri. Kemudian saat terikut pula debris dapat diatur(keterbatasan alat canggih ini
dalam cairan tersebut, maka disebut eksudat. adalah harganya mahal, perawatannya sendiri
Pada fase aktif, eksudat bersifat steril. harus baik dan dapat rusak).
Selanjutnya, sel dan partikel plasma berikatan
membentuk necrotix coagulum yang jika
mengeras dinamakan eschar.
2. Fase proliferasi
Fase ini ditandai dengan adanya Gambar 4. Support surfaces untuk mencegah ulkus
granulasi dan reepitelisasi. Jaringan granulasi dekubitus (Sumber: Suriadi, 2004)
merupakan kumpulan vaskular (nutrisi untuk
c. Regangan kulit dan lipatan kulit yang
makrofag danfibroblast) dan saluran getah
menyebabkan sirkulasi darah setempat
bening (mencegah edema dan sebagaidrainase) terganggu, dapat dikurangi antara lain dengan
yang membentuk matriks granulasi yang turut enjaga posisi penderita, apakah ditidurkan
menjadi lini pertahanan terhadap infeksi. Pada rata pada tempat tidurnya, atau sudah
fase ini tampak epitelisasi di mana terbentuk tepi memungkinkan untuk duduk dikursi.
luka yang semakin landai. d. Pemeriksaan dan perawatan kulit dilakukan
3. Fase maturasi atau remodelling dua kali sehari (pagi dan sore), tetapi dapat
lebih sering pada daerah yang potensial
Saat inilah jaringan ikat (skar) mulai
terjadi ulkus dekubitus. Pemeriksaan kulit
terbentuk (Suriadi, 2004). dapat dilakukan sendiri, dengan bantuan
penderita lain ataupun keluarganya.

14 Biomedika, Volume 11 No. 1, Februari 2019


Avalaible online at https://journals.ums.ac.id/index.php/biomedika, Permalink/DOI: 10.23917/biomedika.v11i1.5966
Biomedika, ISSN 2085-8345

Perawatan kulit termasuk pembersihan pelembab pada pasien setelah dimandikan


dengan memandikan setiap hari. Sesudah untuk mengembalikan kelembaban kulit,
mandi keringkan dengan baik lalu digosok pilihlah diaper yang memiliki daya serap yang
dengan lotion yang mengandung emolien, baik,untuk mengurangi kelembapan kulit
terutama dibagian kulit yang ada pada akibat inkontinensia.
tonjolan-tonjolan tulang. Sebaiknya diberikan h. Memberikan klien pendidikan kesehatan
massase untuk melancarkan sirkulasi darah, berupa penyebab dan faktor risiko untuk luka
semua ekskreta/sekreta harus dibersihkan dekubitus dan cara untuk meminimalkannya
dengan hati-hati agar tidak menyebabkan (Suriadi, 2004).
lecet pada kulit penderita. Menjaga kulit tetap Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan
bersih dari keringat, urin dan feces. Kulit menggunakan berbagai metode dan
yang kemerahan dan daerah di atas tulang pendekatan. Salah satunya dengan melakukan
yang menonjol seharusnya tidak dipijat bed side teaching dimana hanya
karena pijatan yang keras dapat mengganggu membutuhkan waktu sekitar 10-15 menit
perfusi ke jaringan. sambil perawat atau keluarga melakukan
e. Mengkaji status mobilitas tugas keperawatannya seperti saat membantu
Untuk pasien yang lemah, lakukanlah mobilisasi, memberi makan atau saat
perubahan posisi. Ketika menggunakan posisi memandikan klien.
lateral, hindari tekanan secara langsung pada
daerah trochanter. Untuk menghindari luka PENATALAKSANAAN
tekan di daerah tumit, gunakanlah bantal yang Pengobatan ulkus dekubitus dengan
diletakkan dibawah kaki bawah. Bantal juga pemberian bahan topikal, sistemik ataupun
dapat digunakan pada daerah berikut untuk dengan tindakan bedah dilakukan sedini
mengurangi kejadian luka tekan yaitu di mungkin agar reaksi penyembuhan terjadi lebih
antara lutut kanan dan lutut kiri, di antara cepat.
mata kaki, dibelakang punggung, dan a. Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah
dibawah kepala. ulkus
f. Meminimalkan terjadinya tekanan Secara umum sama dengan tindakan
Hindari menggunakan kassa yang berbentuk pencegahan yang sudah dibicarakan di atas.
donat di tumit. Perawat rumah sakit Pengurangan tekanan sangat penting karena
diIndonesia masih sering menggunakan donat ulkus tidak akan sembuh selama masih ada
yang dibuat dari kasa atau balon tekanan yang berlebihan dan terus menerus.
untukmencegah luka tekan. Menurut hasil b. Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus
penelitian Sanada (1998) ini justru dapat dan sekitarnya
mengakibatkan region yang kontak dengan Keadaan tersebut akan menyebabkan proses
kasa donat menjadi iskemia. Mengkaji dan penyembuhan luka lebih cepat dan baik.
meminimalkan terhadap pergesekan (friction) Untuk hal tersebut dapat dilakukan kompres,
dan tenaga yang merobek(shear). pencucian, pembilasan, pengeringan dan
g. Mengkaji inkontinensia pemberian bahan-bahan topikal seperti larutan
Kelembaban yang disebabkan oleh NaC10,9%, larutan H202 3%, larutan plasma
inkontinensia dapat menyebabkan maserasi. dan larutan Burowi serta larutan antiseptik
Lakukanlah latihan untuk melatih kandung lainnya.
kemih (bladder training) pada pasien yang Pranarka (2001) menyatakan bahwa pada
mengalami inkontinesia. Untuk mencegah dekubitus Stadium I, kulit yang tertekan dan
luka tekan tekan pada pasien dengan kemerahan harus dibersihkanmenggunakan
inkontinensia adalah : bersihkanlah setiap kali air hangat dan sabun, lalu diberi lotion dan
lembab dengan pembersih dengan PH dipijat 2-3 x/hari untukmemperlancar
seimbang, hindari menggosok kulit dengan sirkulasi sehingga iskemia jaringan dapat
keras karena dapat mengakibatkan trauma dihindari.
pada kulit, pembersih perianal yang c. Mengangkat jaringan nekrotik
mengandung antimikroba topikal dapat Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan
digunakan untuk mengurangi jumlah mikroba menghambat aliran bebas dari bahan yang
didaerah kulit perianal, gunakanlah air yang terinfeksi dan karenanya juga menghambat
hangat atau sabun yang lembut untuk pembentukan jaringan granulasi dan
mencegah kekeringan pada kulit, berikanlah epitelisasi. Oleh karena itu pengangkatan

Biomedika, Volume 11 No. 1, Februari 2019 15


Avalaible online at https://journals.ums.ac.id/index.php/biomedika, Permalink/DOI: 10.23917/biomedika.v11i1.5966
Biomedika, ISSN 2085-8345

jaringan nekrotik akan mempercepat proses dapat membantu penyembuhan ulkus karena
penyembuhan ulkus. adanya efek peningkatan vaskularisasi, terapi
Terdapat 3 metode yang dapat dilakukan ultrasonik; sampai saat ini masih terus
antara lain: Sharp debridement (dengan pisau, diselidiki manfaatnya terhadap terapi ulkus
gunting dan lain-lain), enzymatic debridement dekubitus.
(dengan enzim proteolitik, kolageno-litik, dan f. Tindakan bedah selain untuk pembersihan
fibrinolitik), mechanical debridement (dengan ulkus juga diperlukan untuk mempercepat
tehnik pencucian, pembilasan, kompres dan penyembuhan dan penutupan ulkus, terutama
hidroterapi) ulkus dekubitus stadium III & IV dan
d. Mengatasi infeksi karenanya sering dilakukan tandur kulit
Antibiotika sistemik dapat diberikan bila ataupun myocutaneous flap (Suriadi, 2004).
penderita mengalami sepsis, selulitis. Ulkus g. Mengkaji status nutrisi
yang terinfeksi harus dibersihkan beberapa Pasien dengan luka tekan biasanya memiliki
kali sehari dengan larutan antiseptik seperti serum albumin dan hemoglobin yang lebih
larutan H202 3%, povidon iodin 1%, seng rendah bila dibandingkan dengan mereka
sulfat 0,5%. Radiasi ultraviolet (terutama yang tidak terkena luka tekan. Mengkaji
UVB) mempunyai efek status nutrisi yang meliputi berat badan
bakterisidal. Dilakukan pemeriksaan kultur pasien, intake makanan, nafsu makan, ada
sensitivitas untuk menentukan antibiotika tidaknya masalah dengan pencernaan,
spesifik. gangguan pada gigi, riwayat pembedahan atau
intervensi keperawatan/medis yang
Tabel 1. Sediaan Antibiotik Untuk Ulkus Dekubitus mempengaruhi intake makanan.
Sediaan Rekomendasi Jadwal Dosis
Monoterapi
h. Mengkaji dan memonitor luka tekan pada
Cefoxitin 1-2 g iv atau im setiap 6-8 jam setiap penggantian balutan luka meliputi:
Ceftizoxime 1-2 g iv setiap 8-12 jam 1) Deskripsi dari luka tekan meliputi lokasi,
Cefotetan 1-2 g iv atau im setiap 12-24 jam
Ticarcilin-clavulanat 3.1 g iv setiap 4-6 jam tipe jaringan (granulasi, nekrotik, eschar),
Piperacilin-tazobactam 2-4 g iv setiap 6-8 jam ukuran luka, eksudat (jumlah, tipe,
Imipenem 0.5-1 g iv setiap 6-8 jam karakter, bau), serta ada tidaknya infeksi.
Meropenem 0.5-1 g iv setiap 6-8 jam
Gantifloxacin 400 mg iv atau po setiap hari 2) Stadium dari luka tekan
Terapi Kombinasi 3) Kondisi kulit sekeliling luka
450-600 mg iv setiap 6-8 jam atau
Clindamycin
450 mg po q.i.d
4) Nyeri pada luka
200-400 mg iv setiap 12 jam atau i. Mengkaji faktor yang menunda status
Plus ciprofloxacin
500 mg po b.i.d penyembuhan
200-400 mg iv setiap 12-24 jam
Plus ofloxacin
atau 400 mg po b.i.d
1) Penyembuhan luka seringkali gagal karena
Metronidazole
500 mg iv setiap 6-8 jam atau 500 adanya kondisi-kondisi seperti malignansi,
mg po t.i.d diabetes, gagal jantung, gagal ginjal,
200-400 mg iv setiap 12 jam atau
Plus ciprofloxacin
500 mg po b.i.d pneumonia.
Plus ofloxacin
200-400 mg iv setiap 12-24 jam 2) Medikasi seperti steroid, agen
atau 400 mg po b.i.d
Terapi karena infeksi MRSA
imunosupresif, atau obat anti kanker juga
Vancomycin 0.5 g iv setiap 6-8 jam akan mengganggu penyembuhan luka.
Quinupristin/dalfopristina 7.5 mg/kl iv setiap 8-12 jam j. Mengevaluasi penyembuhan luka
Oxazolidinoneb 600 mg iv setiap 12 jam
Keterangan: MRSA= Methicilin-resistant Staphylococcus
1) Luka tekan stadium II seharusnya
aureus. aSynercid (Aventis). bLinezolid (Sumber: Nigel and menunjukan penyembuhan luka dalam
Chow, 2013). waktu 1 sampai 2 minggu. Pengecilan
e. Merangsang dan membantu pembentukan ukuran luka setelah 2 minggu juga dapat
jaringan granulasi dan epitelisasi. Hal ini digunakan untuk memprediksi
dapat dicapai dengan pemberian antara lain : penyembuhan luka. Bila kondisi luka
bahan-bahan topikal misalnya : salep asam memburuk, evaluasilah luka secepat
salisilat 2%, preparat seng (Zn 0, Zn SO), mungkin.
oksigen hiperbarik; selain mempunyai efek 2) Menggunakan parameter untuk
bakteriostatik terhadap sejumlah bakteri, juga penyembuhan luka termasuk dimensi luka,
mempunyai efek proliferatif epitel, eksudat, dan jaringan luka.
menambah jaringan granulasi dan k. Mengkaji komplikasi yang potensial terjadi
memperbaiki keadaan vaskular, radiasi infra karena luka tekan seperti abses, osteomielitis,
merah; short wave diathermy, dan pengurutan bakteriemia, fistula.

16 Biomedika, Volume 11 No. 1, Februari 2019


Avalaible online at https://journals.ums.ac.id/index.php/biomedika, Permalink/DOI: 10.23917/biomedika.v11i1.5966
Biomedika, ISSN 2085-8345

l. Mengatasi dan meminimalisir faktor resiko pasien menjadi panjang dan peningkatan biaya
intrinsik dan ekstrinsik ulkus dekubitus. Hal rumah sakit. Upaya pencegahan dekubitus
ini penting untuk memastikan tidak mudah meliputi mobilisasi, perawatan kulit, pemenuhan
terulangnya kasus serupa (Suriadi, 2004). kebutuhan cairan dan nutrisi yang adekuat,
penggunaan alat/ sarana dan penataan
SIMPULAN lingkungan perawatan serta pendidikan
Luka tekan yang tidak ditangani dengan kesehatan.
baik dapat mengakibatkan masa perawatan

DAFTAR PUSTAKA

Beeckman, D., Schoonhoven, L., Verhaeghe, Heyneman, A., Defloor, T. 2009. Prevention and
treatment of incontinence-associated dermatitis. Journal of Advanced Nursing; 65 (6) :
1141-1154

British Geriatrics Society (BGS). 2012. Pressure Ulcer in Best Practise Guideline. JAMA

Maryam. 2005. Ulkus Dekubitus dalam Asuhan Keperawatan. Tinjauan Pustaka. Universitas Jendral
Sudirman Purwokerto

National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP). 2009. Prevention and Treatment of Pressure
Ulcers: Clinical Practice Guideline. NPUAP. Washington DC

Nigel, J.L and Chow, A. 2013. Infected pressure ulcers in elderly individual in Aging and Infectious
Diseases

Perneger, T.V., Héliot, C., Raë, A.C., Borst, F., Gaspoz, J.M. 2008. Hospital-Acquired Pressure
Ulcers Risk Factors and Use of Preventive Devices. Archives Internal Medicine
;158(17):1940-1945

Pranarka. 2001. Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usila. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Reddy, M.D., Gill, S., Rochon, P.A., 2006. Preventing Pressure Ulcers: A Systematic Review in
JAMA; Vol 296: 8

Suriadi. 2004. Luka Tekan (Pressure Ulcer): Penyebab dan Pencegahan. Tinjauan Pustaka.
Universitas Veteran

Biomedika, Volume 11 No. 1, Februari 2019 17

Anda mungkin juga menyukai