Uk Epidemiologi
Uk Epidemiologi
1. Ukuran frekuensi penyakit : Mengukur kejadian penyakit, cacad ataupun kematian pada populasi.
Merupakan dasar dari epidemiologi deskriptif. Frekuensi kejadian yang diamati diukur dengan
menggunakan Prevalens dan Incidens
2. Ukuran dari akibat pemaparan : Mengukur keeratan hubungan statistik antara faktor tertentu
dengan kejadian penyakit yang diduga merupakan akibat pemaparan tersebut. Hubungan antara
pemaparan dan akibatnya diukur dengan menggunakan Relative Riskatau Odds Ratio
3. Ukuran dari potensi dampak : Menggambarkan kontribusi dari faktor yang diteliti terhadap
kejadian suatu penyakit dalam populasi tertentu. Ukuran yang digunakan adalahAttributable Risk
Percent dan Population Attributable Risk. Ukuran ini berguna untuk
meramalkan efficacy atau effectiveness suatu pengobatan dan strategi intervensi pada populasi
tertentu.
Untuk mengukur frekuensi kejadian penyakit pada suatu populasi, digunakan salah satu dari
tiga bentuk pecahan, yaitu
Proporsi
Ratio
Rate
1. Proporsi adalah bentuk pecahan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebutnya. Bentuk ini
sering dinyatakan dalam persen, yaitu dengan mengalikan pecahan ini dengan 100% .
Contoh : Pada populasi yang terdiri atas 500 orang, 20 orang di antaranya menderita penyakit
malaria. Proporsi penderita malaria dalam populasi ini besarnya
20 (Pembilang)
---- = 0.04 X 100 = 4%
500 (Penyebut)
2. Ratio adalah pecahan yang pembilangnya bukan merupakan bagian dari penyebutnya. Ini yang
membedakannya dengan proporsi. Ratio menyatakan hubungan antara pembilang dan penyebut yang
berbeda satu dengan yang lain.
Ada dua jenis ratio:
1. Ratio yang mempunyai satuan, misalnya
Jumlah dokter per 100.000 penduduk
Jumlah kematian bayi selama setahun per 1.000 kelahiran hidup.
2. Ratio yang tidak mempunyai satuan oleh karena pembilang dan penyebutnya mempunyai satuan yang
sama, misalnya
Ratio antara satu proporsi dengan proporsi lain atau ratio antara saturate dengan rate yang lain,
contohnya Relative Risk dan Odds Ratio
3. Rate merupakan konsep yang lebih kompleks dibandingkan dengan dua bentuk pecahan yang
terdahulu. Rate yang sesunguhnya merupakan kemampuan berubah suatu kuantitas bila terjadi
perubahan pada kuantitas lain. Kuantitas lain yang digunakan sebagai patokan ini biasanya adalah
kuantitas waktu. Bentuk ukuran ini sering dicampur adukkan penggunaannya dengan proporsi.
Contoh: Kecepatan mobil pada satu saat tertentu bentuknya adalah suatu rate. Oleh karena kecepatan
sebuah mobil yang sedang berjalan dapat berubah setiap saat, maka yang diukur adalah kecepatan
rata-rata dari mobil tersebut. Ini yang biasa disebut kecepatan (speed) yang diukur dengan membagi
jarak tempuh mobil tersebut dengan waktu yang digunakan untuk mencapainya. Misalnya: Jakarta-
Bogor yang jaraknya 60 Km ditempuh dalam waktu 1 jam. Maka kecepatan mobilnya = 60 Km per
jam.
Demikian juga, adalah mustahil untuk mengukur kecepatan terjadinya penyakit yang
berlangsung pada satu saat tertentu. Oleh karena itu digunakan rate rata-rata yang terjadi dalam
populasi tersebut.
Ciri dari Rate:
Mempunyai satuan ukuran, yaitu per satuan waktu.
Besarnya tidak terbatas. Secara teoritis nilainya terbentang antara 0 sampai tak terhingga.
Dalam epidemiologi, ada dua ukuran penyakit yang harus dibedakan, yaitu : Incidens, yang
menggambarkan jumlah kasus baru yang terjadi dalam satu periode tertentu, danPrevalens, yang
menggambarkan jumlah kasus yang ada pada satu saat tertentu.
Untuk memudahkan pemahaman, setiap individu dalam populasi dianggap masuk dalam
salah satu dari dua kategori ini: Sakit, atau tidak sakit. Prevalens menggambarkan proporsi populasi
yang sakit pada satu saat tertentu, sedangkan insidens menggambarkan perpindahan dari kategori
tidak sakit ke kategori sakit. Oleh karena itu, prevalens adalah sinonim dengan status suatu
penyakit sedangkan insidens adalah kejadian (event) penyakit atau perubahan dari status sehat ke
status sakit.
INGAT
PREVALENS adalah proporsi populasi yang sedang menderita sakit pada satu saat tertentu.
Prevalens digunakan
untuk menentukan situasi penyakit yang ada pada satu waktu tertentu
oleh para perencana di bidang kesehatan oelh karena prevalens memberikan informasi
tentang pengobatan, jumlah tempat tidur dan peralatan rumah sakit yang dibutuhkan,
sehingga sangat berguna dalam perencanaan fasilitas kesehatan dan ketenagaan.
1. Cumulative insidence : Probabilitas dari seorang yang tidak sakit untuk menjadi sakit selama
periode waktu tertentu, dengan syarat orang tersebut tidak mati oleh karena penyebab lain. Risiko ini
biasanya digunakan untuk mengukur serangan penyakit yang pertama pada orang sehat tersebut.
Misalnya : Insidens penyakit jantung mengukur risiko serangan penyakit jantung pertama pada orang
yang belum pernah menderita penyakit jantung.
Baik pembailang maupun penyebut yang digunakan dalam perhitungan ini adalah individu
yang tidak sakit pada permulaan periode pengamatan, sehingga mempunyai risiko untuk
terserang. Kelompok individu yang berisiko terserang ini disebut population at risk atau populasi
yang berisiko.
Cumulative insidens adalah proporsi individu yang pada awal periode pengamatan berada
dalam kategori tidak sakit, yang berpindah ke kategori sakit selama periode pengamatan.
Ciri dari cumulative insidence (CI)
- berbentuk proporsi
- tidak memilik satuan
- besarnya berkisar antara 0 dan 1
Konsep risiko ini harus dinyatakan dalam periode waktu yang menunjukkan bentang waktu
yang dibutuhkan untuk mencari kasus baru karena cumulative insidens tergantung pada lamamya
periode pengamatan. Oleh karena itu dalam menuliskan cumulative insidence, lamanya periode
pengamatan harus selalu disertakan.
Untuk mudahnya
Cumulative Insidence adalah proporsi individu sehat
yang menjadi sakit selama periode tertentu
Contoh : Hasil sensus di tahun 1960 di Swedia menunjukkan sejumlah 3076 laki-laki berumur 20-64 tahun
yang bekerja di perusahaan plastik. Berdasarkan data dari Register Kanker Swedia, antara tahun
1961-1973, sebelas orang diantara pekerja ini terserang tumor otak.
CI tumor otak yang terjadi pada pekerja pabrik plastik ini selama 13 tahun adalah
11
CI = --------- = 0.004 atau 0.04%
3076
Dalam investigasi wabah penyakit menular, periode pengamatan yang dipakai biasanya
adalah selama periode wabah berlangsung, atau periode waktu dimana kasus primer terjadi. Dalam
kejadian yang demikian ini cumulative insidens (risk) seringkali disebut attack rate, walaupun
bentuknya bukan rate yang sesungguhnya.
Contoh : Selama tiga bulan terjadi wabah kolera di desa Warna Sari, Kecamatan Belimbing.Dari 3800
penghuni desa tersebut, 162 diantaranya terserang kolera.
162
CI atau attack rate = ------ = 0.043 or 4.3%
3800
Jumlah orang-waktu yang disumbangkan oleh seluruh individu yang diamati itu disebuttime
at risk. Jumlah ini merupakan jumlah dari waktu saat individu masih belum terserang penyakit.
Contoh :
Catatan:
═════ : period sehat ──── : hilang dari pengamatan
Selama 7 tahun pengamatan, 3 orang menderita penyakit yang diteliti. Jumlah time-at-
risk adalah 33 orang-tahun.
3 orang
ID = ---------------- = 0,091/tahun
33 orang-tahun
Artinya, dalam setahun itu rata-rata 0,091 individu terserang penyakit yang diteliti itu. Bila
tidak ada yang berubah, maka dalam satu dasa warsa (10 tahun), akan terjadi 0.091 x 10 = 0,91
kasus, atau 0.091 : 12 = 0,0076 kasus terjadi dalam sebulan, atau 0,091 X 100 = 9,1 kasus dalam
seabad (100 tahun).
Tanpa keterangan waktu, angka dalam incidnece density tidak mampunyai makna sama
sekali, oleh karena besarnya angka tersebut sangat tergantung pada satuan waktu yang digunakan.
Konsep orang-waktu.
33 orang-tahun dalam contoh di atas disumbangkan oleh 7 orang selama periode 7 tahun.
Jumlah ini sama dengan waktu yang disumbangkan oleh 1 orang yang tetap tidak sekit selama 33
tahun pengamatan, atau waktu yang disumbangkan oleh 33 orang yang tetap tidak sakit selama 1
tahun pengamatan, atau waktu yang disumbangkan oleh 11 orang yang tetap tidak sakit selama 3
tahun pengamatan.
1. Kleinbaum, David. G., Lawrence L. Kupper, Hal Morgenstern (1982) Epidemiologic Reseach. Principles and Quantitative
Methods.Van Nostrand Reinhold. New York
2. Rothman, Kenneth J. (1986) Modern Epidemiology. Little, Brown and Company, Boston
3. Beaglehole, R., R. Bonita, T. Kjellstrom. (1993). Basic Epidemiology. World Health Organization, Geneva
4. Last, John M. (Ed) A Dictionary of Epidemiology.
5. Singhasivanon, Pratap. Measures of Disease Frequency and Effect. Lecture note for the First Asian Advance Course in
Tropical Epidemiology, Bangkok.
4. Prevalence
Prevalence adalah proporsi populasi yang sedang menderita sakit pada satu saat tertentu.
Ciri
prevalence :
berbentuk proporsi
tidak mempunyai satuan
besarnya antara 0 dan 1
Jenis prevalence :
Point Prevalence
Point Prevalens, yaitu probabilitas dari individu dalam populasi berada dalam keadaan sakit
pada satu waktu tertentu.
Period Prevalence
Period Prevalens yaitu proporsi populasi yang sakit pada satu periode tertentu.
Kegunaan prevalence :
• Untuk menentukan situasi penyakit yang ada pada satu waktu tertentu.
• Untuk merencanakan fasilitas kesehatan dan ketenagaan.
5. Insidence
A. Cumulative insidence/insidence risk (mengukur risiko untuk sakit )
Probabilitas dari seorang yang tidak sakit untuk menjadi sakit selama periode waktu
tertentu, dengan syarat orang tersebut tidak mati oleh karena penyebab lain. Risiko ini biasanya
digunakan untuk mengukur serangan penyakit yang pertama pada orang sehat tersebut. Misalnya
: Insidens penyakit jantung mengukur risiko serangan penyakit jantung pertama pada orang yang
belum pernah menderita penyakit jantung.
Contoh :
Hasil sensus di tahun 1960 di Swedia menunjukkan sejumlah 3076 laki-laki berumur 20-64
tahun yang bekerja di perusahaan plastik. Berdasarkan data dari Register Kanker Swedia, antara
tahun 1961-1973, sebelas orang diantara pekerja ini terserang tumor otak.
CI tumor otak yang terjadi pada pekerja pabrik plastik ini selama 13 tahun
Oleh karena besarnya populasi dan lama periode pengamatan telah ditentukan oleh
pengamat/peneliti, maka yang diukur dengan insidens density ini adalah kekuatan penyebaran
penyakit (Force of Morbidity).
6. Attack rate
Jenis khusus insidens kumulatif yang berguna selama epidemic.
Contoh
Daftar Pustaka
1. Noor, 1997, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta
2. Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan
Kabupaten, Bandung, ITB
3. Budiarto, Dr. Eko, SKM. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC, 2002
4. http://dr-suparyanto.blogspot.com/
5. http://septifkmundip.blogspot.com/
6. Kleinbaum, David. G., Lawrence L. Kupper, Hal Morgenstern (1982) Epidemiologic Reseach. Principles and
Quantitative Methods.Van Nostrand Reinhold. New York
7. Rothman, Kenneth J. (1986) Modern Epidemiology. Little, Brown and Company, Boston
8. Beaglehole, R., R. Bonita, T. Kjellstrom. (1993). Basic Epidemiology. World Health Organization,
Geneva
10 Singhasivanon, Pratap. Measures of Disease Frequency and Effect. Lecture note for the First Asian Advance Course
in Tropical Epidemiology, Bangkok.