Fitnah Harta
Fitnah Harta
Kebanyakan manusia senang ketika mendapat banyak harta dan bersedih hati jika memiliki sedikit harta.
Padahal harta juga merupakan fitnah / ujian hidup.
Allah berfirman :
Tafsir al-Jalalain :
(Dan ketahuilah bahwa harta kalian dan anak-anak kalian itu hanyalah sebagai
cobaan) buat kalian yang menghambat kalian daripada perkara-perkara akhirat
(dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar) maka janganlah sekali-kali
kalian melewatkan pahala yang besar sehingga kalian mau berbuat khianat demi
untuk mereka. Ayat berikut diturunkan berkenaan dengan tobatnya Abu Lubabah.
“Sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh orang shaleh.” (HR Bukhari
dalam al Adab al Mufrad: 299, dishahihkan al Albani)
Dari sisi yang lain, Allah sering mengingatkan, bahwa harta adalah fitnah.
Sebagaimana dengan sebab harta manusia bisa beribadah, dengan sebab
harta pula manusia bisa dengan mudah berbuat kemungkaran. Inilah diantara
hikmah mengapa Allah membatasi rizki-Nya kepada sebagian manusia. Agar
manusia tidak melakukan perbuatan melampaui batas. Allah berfirman,
ير
ٌ صِ َير ب ِ الر ْزقَ ِل ِعبَا ِد ِه لَبَغ َْوا فِي ْاْل َ ْر
ٌ ِض َو َل ِك ْن يُن ِ َِّز ُل بِقَ َد ٍر َما يَشَا ُء إِنههُ بِ ِعبَا ِد ِه َخب ِّ ِ َُّللا
ط ه َ س
َ ََولَ ْو ب
َِير إِ هَّل قَا َل ُمتْ َرفُوهَا إِنها ِب َما أ ُ ْر ِس ْلت ُ ْم بِ ِه كَافِ ُرون
ٍ س ْلنَا فِي قَ ْر َي ٍة ِم ْن نَذ
َ َو َما أ َ ْر
Dari Jabir bin Abdillah, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Peliharalah dirimu dari sifat kikir, karena sifat kikir telah membinasakan orang-
orang sebelum kamu. Sifat itu telah menyuruh mereka memutuskan
persaudaraan, maka mereka pun memutuskan persaudaraan. Sifat itu telah
menyebabkan mereka saling membunuh dan menghalalkan perkara-perkara
yang diharamkan (HR Muslim no: 6741) (Lihat Majmû Rasâ`il Ibnu Rajab, Syarh
Hadîts Mâ Dzi`bâni Jâ`I’âni, Hal. 65 – 69)
Demikian juga penggunaan dan pemanfaatan harta diatur dan dijelaskan dalam
syariat Islam yang mulia dan sempurna ini. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ُسبَه َ َ سأ َ َل ع َْن ع ُْم ِر ِه فِي َما أ َ ْفنَاهُ َوع َْن ِع ْل ِم ِه ِفي َما فَعَ َل َوع َْن َما ِل ِه ِم ْن أَي َْن ا ْكت َ الَ ت َ ُزو ُل قَ َد َما
ْ ُع ْب ٍد يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة َحتَّى ي
س ِم ِه فِي َما أ َ ْبالَ ُه
ْ َوفِي َما أَ ْنفَقَهُ َوع َْن ِج
Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai
dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana
dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang
hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta
tentang tubuhnya untuk apa digunakannya. [HR. At-Tirmidzi, no. 2417; Ad-
Dârimi, no. 537; dan Abu Ya’la, no. 7434. Hadits ini dinilai sebagai hadits shahih
oleh at-Tirmidzi dan al-Albani dalam as-Shahîhah, no. 946 karena banyak
jalurnya yang saling menguatkan].
Hadits yang agung ini menunjukkan wajibnya mengatur pembelanjaan harta
dengan menggunakannya untuk hal-hal yang baik dan diridhai oleh Allâh Azza
wa Jalla , karena pada hari kiamat nanti manusia akan dimintai
pertanggungjawaban tentang harta yang mereka belanjakan sewaktu di dunia.
[Lihat Bahjatun Nâzhirîn Syarhu Riyâdhish Shâlihîn: 1/479]
ستْ لَهُ نَ ْخلَةٌ ِفي ال َجنَّ ِة ُ يم َو ِبح َْم ِد ِه
َ غ ِر ِ َّللا ال َع ِظ ُ :ََم ْن قَال
َ س ْبح
ِ َّ َان