Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN MIOMA UTERI

DI RUANG MAWAR RSUD DR. SOEWONDO


KENDAL

Disusun oleh :

GANJAR WIDIGDO

201902040053

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN


PEKALONGAN

2019
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang beasal dari otot uterus.

Dikenal juga dengan istilah fibromatosa, leimioma atau fibroid ( Sarwono,

1999 ).

Merupakan jenis tumor uterus yang paling sering, dapat bersifat tunggal

atau ganda, dan dapat mencapai ukuran besar. Perubahan ke arah malignasi

adalah jarang dan presentasi mioma tidak meningkatkan kecendeungan

terjadinya kanker cerviks atau endometrium. Konsistensi keras, dengan batas

kapsul yang jelas, sehingga dapat dilepaskan dari sekitarnya.

B. ETIOLOGI

Walaupun mioma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun hasil

penelitian Miller dan Lipschulz yang mengutarakan bahwa terjadinya mioma

uteri tergantung pada sel-sel imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang

selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.

Namun demikian, beberapa faktor yang dapat menjadi faktor

pendukung terjadinya mioma adalah :

a. wanita usia 35-45 tahun

b. hamil pada usia muda

c. genetic

d. zat-zat karsinogenik
sedangkan yang menjadi factor pencetus dari terjadinya myoma uteri adalah

adanya sel yang imatur dan terjadi pada grandemultipara.

C. PATOFISIOLOGI

Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium

dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak

menyusun semacam pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor

di dalam uterus mungkin terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya

banyak. Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri

maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada

dinding depan uterus, uterus mioma dapat menonjol ke depan sehingga

menekan dan mendorong kandung kencing ke atas sehingga

sering menimbulkan keluhan miksi.

Tetapi masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya pemberian darah

pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga

menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika

terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi

anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh

lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu

dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang mengalami

kekurangan volume cairan (Sastrawinata, 2005).


D. PATHWAYS

MIOMA UTERI

Mioma intramural Mioma submukosum Mioma subserosum

Tumbuh di dinding uterus Berada di bawah Tumbuh keluar


endometrium & menonjol ke dinding uterus
dalam rongga uterus

Tanda gejala

Perdarahan Pembesaran uterus

Penurunan suplai darah Gangguan hematologi Gangguan Penekanan


sirkulasi saraf

Penurunan imun
Nekrosis
tubuh

Radang

Nyeri

Prosedur pembedahan

Risiko Infeksi Luka post operasi

Nyeri Akut Hambatan Kerusakan


mobilitas integritas
fisik jaringan
E. KLASIFIKASI
Berdasarkan posisi mioma terhadap lapisan-lapisan uterus, dapat dibagi
menjadi ;

1. Myoma Submukosum
Myoma yang tumbuh dibawah endometrium dan menonjol ke dalam
rongga uterus.

2. Myoma Intramural
Myoma terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium

3. Myoma Subserosum
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan
uterus, diliputi serosa.

F. TANDA DAN GEJALA

Adanya myoma tidak selalu memberikan gejala karena itu myoma

sering ditemukan tanpa disengaja, yaitu pada saat pemeriksaan ginekologik.

Gejala yang ditemukanpun sangat tergantung pada tempat sarang myoma itu

berada, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi ( Sarwono,

1999 ).

Adapun tanda-tanda yang umumnya terjadi adalah :

1. Tumor massa, dibawah perut

Sering kali penderita pergi ke dokter oleh karena adanya gejala ini.

2. Perdarahan yang abnormal

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenorea,

menorragi, dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa factor yang menjdi

penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :


- pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai

adenokarsinoma endometrium.

- Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa.

- Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.

- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang

mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit

pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.

3. Rasa Nyeri

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan

sirkulasi darah pada sarang myoma, yang disertai nekrosis setempat dan

peradangan

4. Gejala dan Tanda penekanan

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat moma uteri. Penekanan

pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat

menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter

dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesia,

pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan

edema tungkai dan nyeri panggul.

5. Infertilitas dan Abortus

Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan atau

menutup pars interstitial tuba, sedangkan mioma submukosum juga

memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.


G. PENANGANAN DAN PENGOBATAN

Rawat inap darurat diindikaikan apabila perdarahan mengancam jiwa

atau nyeri akut abdomen. Perencanaan tata laksana harus disesuaikan dan

spesifik atas pertimbangan : keparahan gejala, keinginan mempunyai anak di

kemudian hari, dan ukuran tumor.

1. Kuretagge endometrium

Dapat mengidentifikasi kelainan pada endometrium da

menyingkirkan kemungkinan keganasan endometrium. Apabila leiomioma

ukurannya kecil, tidak mengubah rongga endometrium dan apabila

endometrium menunjukkan perdarhan anvoluntair maka dapat

dipertimbangkan untuk menekanovarium dengan tablet kombinasi

estrogen-progestrin. Hormon – hormon tersebut harus digunakan dengan

hati-hati, karena dapat membangkitkan leiomioma yang sudah ada.

2. Pengobatan operatif ( Miomektomi dan Histerektomi )

Miomektomi dianjurkan apbila pasien hendak mempertahankan

atau meninkatkan potensinya untuk hamil. Histerektomi merupakan

pengobatan definitive untuk gejala yang persisten. Namun, hiterektomi

dianjurkan bagi pasien-pasien simptomatik yang tidak lagi menghendaki

anak di kemudian hari.

3. Radioterapi

Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga

penderita mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya

dikerjakan kalau terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif.


H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus Mioma Uteri untuk

menegakkan diagnosisnya adalah :

1. Pemeriksaan Darah Lengkap

Hb turun, Albumin turun, Lekosit turun/meningkat, Eritrosit turun.

2. USG (Ultrasonografi)

Terlihat massa pada daerah uterus.

3. Vaginal Toucher

Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan

ukurannya.

4. Sitologi

Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.

5. Rontgen

Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat

tindakan operasi.

6. ECG

Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi

tindakan operasi.

7. Ultrasonografi

Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam

menetapkan adanya Mioma Uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama

bermanfaat pada uterus yng kecil. Uterus atau massa yang paling besar

paling baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma

Uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang


mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus.

Adanya klasifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan

akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik.

8. Histeroskopi

Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya Mioma Uteri submukosa,

jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat

diangkat.

9. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi

mioma, tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa

gelap terbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium yang normal.

MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan

jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif

ultrasonografi pada kasus -kasus yang tidak dapat disimpulkan.

I. KOMPLIKASI

1. Perdarahan sampai terjadi anemia.


2. Torsi tangkai mioma dari :
a. Mioma uteri subserosa.
b. Mioma uteri submukosa.
3. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
4. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
a. Pengaruh mioma terhadap kehamilan.
1) Infertilitas.
2) Abortus.
3) Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
4) Inersia uteri.
5) Gangguan jalan persalinan.
6) Perdarahan post partum.
7) Retensi plasenta.
b) Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
1) Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
2) Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.

J. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian.
Data subjektif :
- Pasien mengeluh nyeri saat menstruasi.
- Pasien mengatakan ada perdarahan abnormal.
- Pasien merasa penuh pada perut bagian kanan bawah.
- Pasien mengeluh adanya perubahan pola BAK dan BAB.
- Pasien merasa haidnya tidak teratur.
Data objektif :
- Ada benjolan pada perut bagian bawah yang padat, kenyal,
permukaan tumor rata serta adanya pergerakan tumor.
- Pemeriksaan ginekologi dengan pemeriksaan bimanual di dapat
tumor menyatu dengan rahim atau mengisi kavum douglas.
- Infertilitas atau abortus.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (pembedahan)
b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan prosedur invasif
(pembedahan
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleran aktivitas
d. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pembedahan)
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
NOC :
Kontrol nyeri (1605)
- Mengenali kapan nyeri terjadi
- Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri
- Melaporkan nyeri yang terkontrol
Tingkat nyeri (2102)
- Melaporkan penurunan skala nyeri
- Tekanan darah normal
- Denyut nadi normal
- Ekspresi nyeri wajah tidak ada

NIC :

1) Manajemen nyeri (1400)


- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri
- Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon klien terhadap ketidaknyamanan (misalnya suhu,
ruangan, pencahayaan, suara bising)
- Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
- Ajarkan metode non farmakologi intuk mengurangi nyeri
2) Pemberian analgetik (2210)
- Kolaborasikan dengan dokter pemberian analgetik, dosis,
rute pemberian, dan perubahan interval yang dibutuhkan
(Moorhead, Johnson, Maas & Swanson, 2016 ; Bulechek,
Butcher, Dochterman & Wagner, 2016).

b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan prosedur bedah


NOC :
Integritas jaringan : kulit dan membran mukosa (1101)
- Perfusi jaringan tidak terganggu
- Integritas kulit tidak terganggu
- Tidak ada lesi pada kulit
- Tidak terdapat jaringan parut
- Tidak ada pengelupasan kulit
- Tidak ada nekrosis
- Suhu kulit, sensasi dan elastisitas tidak terganggu
Penyembuhan luka : sekunder (1103)
- Terjadi proses granulasi
- Ukuran luka berkurang
- Tidak terjadi peradangan
- Tidak ada tanda-tanda infeksi

NIC
Pengecekan kulit (3590)
- Periksa kulit terkait adanya kemerahan, kehangatan ekstrim,
edema dan drainase
- Periksa kondisi luka operasi dengan tepat
- Lakukan langkah-langkah untuk mencegah kerusakan lebih lanjut
(misalnya, melapisi kasur, menjadwalkan reposisi)
- Ajarkan anggota keluarga mengenai tanda-tanda kerusakan kulit
dengan tepat
Pengaturan posisi (0840)
- Tempatkan pasien diatas tempat tidur terapeutik
- Berikan matras yang lembut
- Dorong pasien untuk terlibat dalam perubahan posisi
- Jangan memposisikan pasien pada pada posisi yang dapat
meningkatkan nyeri
- Instruksikan pasien bagaimana menggunakan postur tubuh dan
mekanika tubuh yang baik ketika beraktivitas

c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleran aktivitas


NOC
Pergerakan (0208)
- Bergerak dengan mudah
- Keseimbangan tidak terganggu
- Gerakan otot tidak terganggu
NIC

Perawatan tirah baring (0740)

- Hindari menggunakan kain atau linen yang teksturnya kasar


- Jelaskan alasan diperlukannya tirah baring
- Posisikan sesuai body alignment yang tepat
- Ajarkan latihan ditempat tidur dengan cara yang tepat

Manajemen lingkungan (6480)

- Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien


- Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien berdasarkan fungsi
fisik dan kognitif serta riwayat perilaku dimasa lalu

d. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pembedahan)


NOC
Kontrol risiko (1902)
- Memonitor faktor risiko infeksi individu
- Memonitor perubahan status kesehatan
- Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi risiko
Penyembuhan luka : sekunder (1103)
- Terjadi proses granulasi
- Ukuran luka berkurang
- Tidak terjadi peradangan
- Tidak ada tanda-tanda infeksi

NIC

Kontrol infeksi (6540)

- Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap


pasien
- Pertahankan teknik aseptik
- Anjurkan pasien dan keluarga mengenai teknik mencuci tangan
yang tepat
- Tingkatkan intake nutrisi yang tepat
- Dorong untuk beristirahat
- Beritahu pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
- Berikan terapi antibiotik yang sesuai

Perlindungan infeksi (6550)

- Monitor adanya tanda dan gejala infeksi


- Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka
- Anjurkan asupan cairan dengan tepat
- Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana cara menghindari infeksi
- Lakukan ganti balut atau perawatan luka
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2012. Keperawatan Medikal Bedah edisi 9. EGC

Bulechek, G.M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016)


Nursing interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia
Edisi Keenam. Singapore : Elsivier.

Herdman, T,H., & Kamitsunu, S. (2015). Diagnosis Keperaatan Definisi &


Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta ; EGC

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes Classification (NOC) Pengukuran Outcomes Kesehatan Edisi
Bahasa Indonesia Edisi Kelima. Singapore : Elsivier.

Herdmen. 2011. Nursing diagnosis: definition & classification 2012-2014. Jakarta


: EGC

Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta.
EGC

Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2009. Standar


pelayanan medik obstetri dan ginekologi. POGI. Jakarta

Wiknjosastro Hanifa. 2009. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirahardjo. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai