Anda di halaman 1dari 34

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Disusun Oleh :
Afifah Awaliyah 2016720056
Chika Miranti 2016720063
Febriani 2016720072
Intan Masyitoh 2016720080
Nilam Ajeng 2016720088
Rizca Barkahlia 2016720095
Tasya Anggraini 2016720102

KELAS V/B

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini disusun berdasarkan mata kuliah
keperawatan medical bedah III yang bertujuan untuk menyelesaikan tugas. Saya berusaha
menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh teman serta dosen untuk
mempermudah dalam pemahaman.

Saya mengucapkan terimakasih yang telah memberikan tugas ini, sehingga saya bisa
menambah ilmu dari makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya menerima kritik serta saran yang positif serta membangun
dari teman-teman pembaca untuk penyempurnaan pada makalah berikutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat dan menginspirasi para pembaca.

Jakarta, 09 september 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... I


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………………... 1

BAB II TINJAUAN TEORI

KULIT ........................................................................................................................ 2

A. Struktur Kulit ................................................................................................. 2


B. Fungsi Kulit .................................................................................................... 8
C. Pemulihan Luka ............................................................................................. 12
D. Penyembuhan Luka ....................................................................................... 12

CAIRAN ....................................................................................................................

E. Asupan dan Keluaran cairan selama kondisi Keadaan-Mantap .................... 14


F. Kompartemen cairan tubuh ........................................................................... 17
G. Volume Darah ............................................................................................... 21
H. Komposisi cairan ekstraseluler dan intraseluler ............................................ 22
I. Sistem yang berperan dalam Kebutuhan cairan dan elektrolit ...................... 23
J. Pengaturan pertukaran cairan dan keseimbangan osmotik antara cairan ekstraseluler
dan intraseluler ............................................................................................... 24

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 28
B. Saran ................................................................................................................ 28

BAB IV DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang disebut
sebagai sistem integument. Sistem integument adalah sistem organ yang paling luas. Sistem
ini terdiri atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, kelenjar (keringat dan sebaseous), dan
reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal). Sistem
integument terdiri dari organ terbesar dalam tubuh, kulit. Ini sistem organ yang luar biasa
melindungi struktur internal tubuh dari kerusakan, mencegah dehidrasi, lemak took dan
menghasilkan vitamin dan hormon. Sistem integument adalah garis pertama pertahanan tubuh
terhadap bakteri, virus dan mikroba lainnya. Hal ini juga membantu untuk memberikan
perlindungan dari radiasi ultraviolet yang berbahaya. Selain kulit, ada pula kuku yang
termasuk kedalam sistem integument. Rambut adalah organ seperti benang yang tumbuh di
kulit terutama. Rambut muncul dari epidermis. Serta pada kuku tumbuh dari sel mirip gel
lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat mulai tumbuh dari ujung jari.
Kuku sama dengan rambut yang antara lain terbentuk dari keratin protein yang kaya akan
sulfur.

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologi,
yang memiliki proprosi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh.
Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Cairan tubuh mengandung
oksigen, dan sisa metabolism, seperti karbondioksida, yang semuanya disebut dengan ion.
Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah menjadi ion Na+ dan CI+. Pecahan elektrolit
tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan negative
disebut anion sedangkan ion yang bermuatan posisitif disebut kation.

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. STRUKTUR KULIT

Kulit memiliki dua lapisan.epidermis merupakan lapisan non-vaskular dan mengandung


lapisan epitel bertingkat. Lapisan ini sangat tebal, keras, dan seperti tanduk misalnya pada
area telapak tangan dan telapak kaki dan sangat tipis pada bagian lain, seperti pada badan dan
bagian lain, seperti pada badan dan bagian dalam ekstremitas. Epidermis memiliki dua
lapisan atau bagian. Bagian luar disebut bagian tanduk dan bagian dalam disebut bagian
germinatif. Bagian tanduk memiliki 3 lapisan dan bagian derminatif, yang berada di bagian
dalam, mengandung 2 lapisan.

Gambar bagian kulit

Permukaan kulit selalu mengalami friksi dan selalu diperbarui oleh kelompok sel dibawahnya
yang bermultifikasi dan bergerak di permukaan, berkembang menjadi permukaan. Epidermis
tidak memiliki suplay darah dan saraf. Ia diberi nutrisi oleh linfe dari pembulu darah di
lapisan bawahnya. Epidermis meninggi pada kulit yang melepuh dan demikian, luka lepo
tersebut dapat dipotong dengan guntik tanpa menyebabkan nyeri, sehinggah linfe yang
dikandungnya hilang.

Lapisan dasar sel berhubungan dengan korium yang berisi pikmen dan meberi warna pada
kulit: kuning, putih, hitam. Pikmen melindungi tubuh dari efek berbahaya sinar matari,

1
karena warna gelap menyerap radiasi. Kulit permukaan mencegah masuknya bakteri kedalam
jaringan karna bakteri tidak dapat mencerna sel kering dan menembus masuk. Saat epidermis
rusak karna teropong atau tertusuk, infeksi dapat memasuki jaringan dan dapat diikuti dengan
sepsis.

Korium adalah lapisan elastis yang keras dan sangat tebal pada telapak tangan dan telapak
kaki dan sangat tipis pada telapak mata. Korium terdiri dari jaringan ikat yang berisi serabut
elastis, pembulu darah, pemburu linfatif, dan saraf. Banyak tonjolan berbentuk kerucut, yang
disebut papilia, keluar dari permukaan korium dan menonjol kedalam epidermis. Papilia
paling banyak terdapat pada kulit yang sensitif dan pada area ini papilia tersusun dalam
tonjolan yang parerel, yang berbeda pada setiap individu dan bermanfaan pada sidik jarik.

Ujung saraf pada kulit berperan besar dalam fungsi sensori dan memiliki fariasi yang
berbeda-beda untuk memberikan berbagai sensasi kulit, yaitu sensasi sentuhan, panas, dingin,
dan nyeri. Saraf sentuhan berakhir pada badan bundar, yang dikenal sebagai korpus sentuhan
atau korpus taktil, yang disimulasi tekanan, dan saraf panas, dingin, nyeri pada cabang seperti
pohon. Beberapa cabang pada ujung saraf ini masuk kedalam epidermis. Panas dirasakan
hanya jika benda panas nyentuk kulit, yakni di ujung saraf khusus, yang dipengaruhi panas.
Diberbagai bagian, ujung saraf saling berdekatan dan tidak berespon, tetapi pada daerah yang
mempunyai ujung saraf lebih sedikit, seperti di bagian belakang tangan, adalah mungkin
menemukan titik tempat panas dapar dirasakan (titik panas) dan titik lain tempat dingin dapat
dirasakan (titik).

Ateri, yang menyuprai kulit, membentuk suatu jaringan pada jaringan suskutan pada cabang-
cabang ateri menyuprai kelenjar keringan dan folikel rambut. Kapiler halus juga masuk
kedalam papila.

Bagian-Bagian Kulit

EPIDERMIS

Epidermis adalah lapisan kulit superfisial dan terdiri atas epitelum skuamosa berkeratin dan
berlapis, yang memiliki ketebalan bervariasi di setiap bagian tubuh. Kulit yang paling tebal
adalah telapak tangan dan kaki. Tidak ada pembuluh darah atau ujung saraf pada epidermis,
tetapi lapisan yang lebih dalam terendam di dalam cairan interstisial dari dermis, yang
memberikan oksigen dan nutrien, serts dialiri linfe.

2
Terdapat beberapa lapisan sel epidermis yang memanjang dari lapisan germinatif hingga
permukaan stratum korneum (lapisan tanduk yang tebal). Sel-sel pada permukaan datar
merupakan sel tipis, tidak berinti, sel mati, atau skuames, dimana sitoplasma digantikan oleh
protein serat yakni keratin. Sel-sel ini secara konstan mengalami gesekan dan mengalami
perubahan bertahap saat sel ini berkembang menuju permukaan.

Penggantian total epidermis berlangsung sekitar sebulan. Pemeliharaan epidermis yang sehat
tergantung pada tiga peroses sebagai berikut.

1. Deskuamasi (peluruhan) sel berkeratin dari pemukaan.


2. Keratinisasi sel yang efektif mendekati permukaan
3. Pembelahan sel terus-menerus di lapisan lebih dalam dengan sel baru yang terbentuk
yang terdorong ke permukaan.
Rambut, sekresi dari kelenjar sebasea, dan duktus kelenjar keringat harus melalui
epidermis untuk mencapai permukaan.

Permukaan epidermis yang tampak menonjol oleh tonjolan sel dermis disebut papila. Pola
tonjolan ini berada pada setiap individu. Tonjolan kebawah lapisan germinatif antarapapila
diyakini membantu memberi nutrisi bagi sel epidermis dan menstabilkan lapisan, serta
mencegah kerusakan akibat gaya pencukuran. Lepuh (blister) terjadi saat trauma
menyebabkan terpisahnya dermis dan epidermis serta cairan sesora yang berada di dua
lapisan tersebut.

Warna kulit dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut :

3
1. Melainin, suatu pigmen gelap dari tirosin (asam amino) dan diskresi oleh melanosit
dilapisan germinatif, diabsorpsi oleh sel epitelium yang mengelilingi. Jumlahnya
ditentukan secara genetik dan bervariasi antara bagian tubuh yang berbeda, antara
orang yang berasal dari etnik yang sama antar-etnik. Jumlah melanosit cukup konstan
sehingga perbedaan warna bergantung pada jumah melanin yang diskresi. Melanin
melindungi efek cahaya matahari yang berbahaya. Pemajaman terhadap cahaya
matahari meningkatkan sintesis melanin.
2. Persentase saturasi hemoglobil dan jumlah darah yang beredar di dermis
menyebabkan kulit berwarna putih tampak kemerahan.
3. Kadar pigmen empedu yang berlebihan di darah dan karotin di lemak subkutan
menyebabkan kulit berwarna kekuningan.

DERMIS

Dermis bersifat elastik dan keras. Dermis disusun oleh jaringan kulit dan matriks
mengandung serat kolagen yang bertautan dengan serat elastik, ruptur serat elastikterjadi saat
kulit terlalu merengang, menyebabkan striae yang permanen atau stretch mark (tanda sisa
regangan). Tanda ini dapat ditemukan pada orang hamil dan obesitas. Serat kolagen mengikat
air dan menyebabkan kulit memiliki daya rentang, tetapi kemampuan ini menurun seiring
usia, keriput terjadi. Fibroblas, sel mast, dan mendasari, terdapat jaringan ikat longgar dan
beragam jumlah jaringan adiposa (lemak). Struktur di dalam dermis meliputi :

1) Pembuluh darah;
2) Pembuluh limfe;
3) Ujung saraf sensoris (somatik)
4) Kelenjar keringat dan duktusnya;
5) Rambut, otot pili arektor, dan kelenjar sebasea.

Pembuluh darah

Arteriol membentuk suatu jaringan harus disertai cabang kapiler yang memperdarahi
kelenjar keringat, kelenjar sebasea, folikel rambut dan dermis. Epidermis tidak memiliki
pembuluh darah. Epidermis mendapatkan nutrien dan oksigen dari cairan interstitial yang
berasal dari pembuluh darah yang ada di papila dermis.

Pembuluh limfe

4
Pembuluh limfe membentuk jaringan dermis.

Ujung saraf sensorik

Reseptor sensorik (ujung saraf khusus) yang peka terhadap sentuhan, suhu, tekanan, dan
nyeri tersebar luas di dermis. Stimulus yang daat mengaktifkan jenis reseptor sensorik yang
berbeda. Kulit merupakan organ sensorik yang penting dimana individu menerima iinformasi
mengenai lingkungan mereka. Impuls saraf yang dibangkitkan di reseptor sensoris di dermis,
dihantarkan ke medula spinalis oleh saraf sensoris (kutaneus somatik), kemudian ke area
sensoris di sereblum dimana sensasi dipersepsikan.

Kelenjar keringat

Kelenjar keringat tersebar luas di kulit dan paling banyak berada di telapak tangan,
telapak kaki, aksila, dan lipatan paha. Kelenjar ini terdiri atas sel epitelium. Badan kelenjar
terletak tergelung di jaringan subkutan. Sebagiain duktus (saluran) keringat terhubung dengan
permukaan kulit di cengkungan atau pori-pori kecil dan duktus lainnya terhubung dengan
folikel lambung. Kelenjar yang terhubung dengan folikel rambut tidak menjadi aktif hingga
saat pubertas. Di aksila, kelenjar ini mensekresikan cairan menyerupai susu yang tidak
berbau, namun jika terpapar dengan mikroba yang membusukkannya akan menyebabkan bau
yang tidak sedap. Kelenjar keringat di stimulasi oleh syaraf simpatis dalam berespon terhadap
peningkatan suhu tubuh atau saat individu dalam keadaan takut.

a. Fungsi keringat yang paling penting di sekresikan oleh kelenjar yang terhubung
dengan permukaan kulit adalah mengatur suhu tubuh. Evaporasi keringat permukaan
tubuh mengambil panas dari inti tubuh dan jumlah keringat yang dihasilkan diatur
oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus. Keirngat berlebihan dapat menyebabkan
dehidrasi dan deplesi (kehilangan) natrium klorida yang serius kecuali asupan air dan
garam di tingkatkan secara tepat. Setelah tujuh sampai sepuluh hari terpapar suhu
lingkungan yang tinggi, jumlah garam yang hilang sangat menurun tetapi yang hilang
tetap tinggi.

Rambut

5
Rambut dibentuk oleh pertumbuhan kebawah sel epidermis ke dermis atau jaringan
subkutan, yank disebut folikel rambut.di dasar folikel terdapat kumpulan sel yang disebut
bulbus. Rambut terbentuk oleh pembelahan sel bulbus dan saat sel ini terdorong ke atas,
menjauh dari sumber nutrisi mereka, sel akan mati menjadi berkeratin. Bagian rambut diatas
kulit adalah batang dan sisanya adalah akar.

Warna rambut ditentukan secara genetik dan bergantung pada jumlah melanin yang ada.
Rambut putih merupakan akibat penggantian melanin oleh gelembung udara yang tipis.

Pili arektor

Pili arektor merupakan berkas kecil serat otot polos yang melekat pada folikel rambut.
Kontraksi membuat rambut berdiri ragak dan kulit disekitar rambut terangkat, menyebabkan
‘bulu kuduk berdiri’. Orot distimulus oleh serat saraf simpatik saat berespon terhadap
ketakutan dan dingin. Rambut yang berdiri menjerat udara yang bekerja sebagai lapisan
insulator (penyekat/isolator). Mekanisme ini merupakan mekanisme pemanasan yang efisien
jika disertai menggigil, yakni kontraksi involunter otot rangka.

Kelenjar sebasea

Kelenjar ini terdiri atas sel epitelium sekretorik yang berasal dari jaringan yang sama
dengan folikel rambut. Kelenjar sebasea hanya menyekresikan subtansi minyak (sebum) ke
folikel rambut dan berada diseluruh kulit tubuh kecuali telapak tangan dan kaki. Kelenjar ini
paling banyak terdapat dikulit kepala, wajah, aksila, dan lipatan paha. Di area transisi dari
satu jenis epitelium superfisial ke jenis epitelium lainnya, seperti bibir, kelopak mata, puting
susu, labia minora, dan glans penis, terdapat kelenjar sebasea yang bebas dari folikel rambut
sehingga menyekresikan sebum secara langsung keatas permukaan kulit.

Sebum menjadi rambut lembut dan halus serta membuat rambut tampak berkilau. Dikulit,
sebum membuat kulit anti air dan berkerja sebagai agen bakterisida dan fungisida untuk
mencegah infeksi. Sebum juga mencegah kulut kering dan pecah, khususnya saat terpapar
panas dan cahaya matahari. Aktifitas kelenjar ini meningkat saat pebertas dan menurun saat
lansia.

6
Kuku

a. Kuku manusia sama dengan cakar, tanduk, dan kuku pada hewan. Kuku berasal dari
sel yang keras. Kuku melindungi ujung jari tangan dan kaki.
b. Akar kuku yang melekat pada kulit, dilapisi oleh kutikula dan membentuk area
puncak hemisfer yang disebut lunula.
c. Lempeng kuku merupakan bagian yang terpapar yang tumbuh dari area germinatif
epidermis yang disebut dasar kuku. Kuku jari tangan tumbuh lebih cepat dari pada
kuku jari kaki saat suhu lingkungan tinggi.

B. Fungsi Kulit

1. Proteksi:

Kulit membentuk lapisan anti-air, yang disusun oleh epitelium berkeratin, yang berfungsi
untuk melindungi bagian tubuh yang lebih dalam dan lunak, terhadap invasi mikroba: agen
fisik: trauma ringan, agen kimia: cahaya ultraviolet, serta sinar radiasi  Hal ini karena
pigmen melanin melakukan beberapa proteksi terhadap sinar ultraviolet dari cahaya matahari
yang berbahaya.

2. Regulasi Suhu Tubuh:

Suhu tubuh tetap konstan sekitar 36,80C di berbagai rentang suhu lingkungan. Ketika
sehat variasi suhu tubuh berkisar antara 0,5-0,750C, walaupun biasanya sedikit meningkat
pada sore hari, latihan fisik, dan pada wanita setelah ovulasi. Saat laju metabolisme
meningkat, suhu tubuh meningkat dan saat laju metabolisme menurun, suhu tubuh menurun.

7
Untuk memastikan suhu tubuh tetap konstan, keseimbangan dipertahankan di antara panas
yang dihasilkan tubuh dan panas yang hilang pada lingkungan.

 Produksi panas:

Sebagaian energi dilepaskan dalam sel saat aktivitas metabolik dalam bentuk panas dan
merupakan organ yang paling aktif menghasilkan panas yang paling tinggi, diantaranya:

a. Otot: kontraksi otot rangka jumlah panas yang besar dan semakin berat otot dilatih,
semakin besar panas yang diproduksi begitu pun juga menggigil melibatkan kontraksi otot
rangka dan produksi panas.

b. Hati: mengalami laju metabolisme yang sangat aktif, dan panas meningkat setelah makan
yang dihasilkan sebagai produk samping.

c. Organ Pencernaan: menghasilkan panas saat melakukan gerakan peristaltik dan saat reaksi
kimia terlibat dalam pencernaan.

 Pengeluaran panas:

Sebagian besar panas yang hilang dari tubuh terjadi pada kulit. Panas yang hilang melalui
kulit dipengaruhi oleh perbedaan antara suhu tubuh dan lingkungan, jumlah permukaan tubuh
yang perpapar udara, dan jenis pakaian yang digunakan.

Mekanisme hilangnya panas: kehilangan panas tubuh dapat terjadi melalui beberapa
mekanisme:

 Evaporasi: pada evaporasi ( penguapan ), tubuh didinginkan saat air dalam tubuh
diuapkan di dalam keringat.
 Radiasi: bagian tubuh yang terpapar untuk menyebarkan panas dapat hilang dari
tubuh.
 Konduksi: pakaian ( tergantung jenis bahan pakaian ) dan objek lain yang bersentuhan
dengan kulit dapat melepaskan panas.
 Konveksi: udara melalui bagian tubuh yang terpapar dipanaskan dan ditingkatkan,
udara yang dingin dapat menggantikan panas, serta panas juga dapat hilang dari
pakaian oleh konveksi.

8
3. Pengendalian Suhu Tubuh:

Kontrol saraf. Pusat pengendalian suhu di hipotalamus berespons terhadap suhu darah
yang beredar. Pusat ini mengendalikan suhu tubuh melalui stimulasi saraf otonom kelenjar
keringat saat suhu tubuh meningkat.

Pusat vasomotor di medula oblongata mengendalikan diameter arteri kecil dan


arteriol sehingga sejumlah darah dapat bersirkulasi dikapiler pada dermis. Pusat vasomotor
dipengaruhi oleh suhu pembuluh darahyang memperdarahi dan oleh saraf impuls saraf dari
hipotalamus. Saat suhu tubuh meningkat, kapiler kulit berdilatasi dan darah tambahan didekat
permukaan meningkatkan panas yang hilang melalui radiasi, konduksi dan konveksi.

 Aktivitas kelenjar keringat:

Saat suhu tubuh meningkat sekitar 0,25-0,50C, kelenjar keringat distimulasi untuk
menyekresi keringat, dibawa ke permukaan melalui duktus keringat. Saat tetes keringat dapat
dilihat diatas kulit, laju produksi keringat melebihi laju evaporasi. Hal ini cenderung terjadi
saat udara lembap dan suhu lingkungan tinggi.

Kehilangan panas tubuh karena evaporasi air yang tidak disadari melalui kulit dan udara
yang diekspirasi bahkan dapat terjadi saat suhu lingkungan rendah. Hal ini disebut Insensible
water loss ( pengeluaran air yang tidak disadari, sekitar 500 ml ) dan dibarengi dengan
kehilangan panas ( beat loss ).

 Efek vasodilatasi dan vasokonstriksi:

Jumlah panas yang hilang dari kulit tergantung pada banyaknya jumlah darah di
pembuluh dermis. Saat produksi panas meningkat, arteriol semakin meningkat berdilatasi dan
semakin banyak darah masuk ke jaringan kapiler di kulit. Selain jumlah keringat yang
meningkat, suhu kulit juga meningkat dan terdapat peningkatan jumlah panas yang hilang
akibat radiasi, konduksi dan konveksi.

Jika suhu lingkungan rendah atau jika produksi panas berkurang, vasokontriksi
distimulasi oleh saraf simpatik  yang menyebabkan penurunan aliran darah di dekat
permukaan tubuh yang bertujuan menyimpan panas.

9
 Demam:

Demam seringkali terjadi disebabkan oleh infeksi dan pelepasan zat kimia ( pirogen ) dari
jaringan yang rusak dan sel yang terlibat dalam inflamasi. Pirogen bekerja pada hipotalamus,
bertujuan untuk melepaskan prostaglandin yang mengatur ulang termostat hipotalamus pada
suhu yang lebih tinggi. Tubuh berespons dengan mengaktifkan mekanisme peningkat panas,
misal menggigil dan vasokonstriksi hingga tercapai suhu tubuh yang lebih tinggi. Saat
termostat diatur ulang ke suhu normal, mekanisme hilangnya panas diaktifkan 
pengeluaran keringat yang banyak dan vasodilatasi disertai kulit yang terasa hangat dan suhu
tubuh kembali normal.

 Hipotermia:

Hipotermia terjadi saat suhu inti, misal suhu di rektum, kurang dari 350C. Pada suhu inti
yang kurang dari 320C, mekanisme kompensasi untuk mengembalikan suhu tubuh menjadi
normal biasanya gagal, misal menggigil digantikan oleh rigiditas/kekakuan dan kram otot,
vasokontriksi gagal terjadi, tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi nafas juga menurun.
Selain itu, konfusi mental dan disorientasi juga dapat terjadi. Individu yang cenderung
mengalami hipotermia pada usia yang ekstrem ( bayi dan lansia ).

4. Pembentukan Vitamin D:

Substansi berbahan dasar lipid dikulit adalah 7-Dehidrokolesterol dan sinar ultraviolet
dari matahari yang mengubahnya menjadi vitamin D.

5. Sensasi Kutan:

Reseptor sensori terdiri atas ujung saraf di lapisan dermis yang peka terhadap sentuhan,
tekanan, suhu, atau nyeri. Yang di perankan oleh Paccini, Ruffini, Badan Krause, Meisnerr.
Misalnya: pada suhu dingin yang diperankan oleh badan krause yang terletak di dermis.

6. Absorpsi:

Fungsi ini terbatas pada kulit, tetapi substansi yang dapat diabsorpsi meliputi:

a. beberapa obat, pada koyo transdermal, misal terapi sulih hormon saat menopause.

b. beberapa zat kimia toksik, misal merkuri

10
7. Ekskresi:

Kulit merupakan organ eksresi minor bagi sebagian zat, meliputi:

a. natrium klorida dalam keringat. Keringat berlebihan dapat menyebabkan kadar natrium
darah yang rendah ( hiponatremia ).

b. urea, khususnya saat fungsi ginjal terganggu.

c. substansi aromatik, misal bawang putih.

C. Pemulihan Luka

Kondisi yang diperlukan untuk penyembuhan luka:

 Faktor sistemik: faktor ini meliputi status nutrisi dan kesehatan umum yang baik.
Infeksi, gangguan imunitas, misal: Diabetes Melitus dapat mengurangi kecepatan
penyembuhan luka.
 Faktor lokal: faktor lokal yang membantu penyembuhan luka meliputi suplai darah
yang baik untuk memberikan oksigen dan nutrien serta mengeluarkan produk sisa dan
juga bebas dari misal benda asing.

D. Penyembuhan Luka

11
1. Penyembuhan Primer:

Metode penyembuhan ini terjadi setelah perusakan jaringan saat tepi luka yang rusak
tertutup rapat. Terdapat beberapa tahap yang tumpang tindih dalam proses perbaikan.

a. Inflamasi: Permukaan yang terpotong menjadi terinflamasi dan bekuan darah serta debris
sel ( sel yang mengalami kerusakan ) mengisi celah diantara permukaan tersebut dalam
beberapa jam. Fagosit dan fibroblas berpindah ke bekuan darah:

1. Fagosit mulai untuk membuang bekuan dan aktivitas sel debris dalam menstimulasi
fibroblas.

2. Fibroblas menyekresikan serat-serat kolagen yang nantinya akan memulai untuk mengikat
atau menyatukan kembali permukaan.

b. Proliferasi: Sel epitelium berproliferasi di sepanjang luka melalui bekuan darah.


Epidermis menyatu dan tumbuh ke atas hingga lapisan kulit kembali utuh. Bekuan diatas
jaringan yang baru menjadi kering dan terpisah setelah 3-10 hari. Jaringan granulasi, terdiri
atas kuncup kapiler yang baru, fagosit dan fibroblas yang membentuk mengelilingi bekuan,
serta memulihkan suplai darah ke luka. Fibroblas terus menyekresi serat kolagen hingga
bekuan dan bakteri disingkirkan melalui fagositosis.

c. Maturasi: Jaringan granulasi diganti oleh jaringan parut fibrosa. Penyusunan ulang serat
kolagen terjadi dan kekuatan luka meningkat. Pada saat pembuluh darah jaringan parut
menjadi sedikit, muncul setelah beberapa bulan sebagai garis halus. Pembentukan lorong
terjadi saat jahitan diangkat dan sembuh dengan proses yang sama.

2. Penyembuhan Sekunder:

Metode penyembuhan ini terjadi setelah perusakan sejumlah besar jaringan atau saat tepi
luka tidak dapat menutup rapat, misal ulkus dekubitus. Tahap penyembuhannya sama dan
waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan bergantung pada penyingkiran penyebab luka
yang efektif serta pada ukuran luka.

a. Inflamasi: Inflamasi terjadi pada permukaan jaringan yang sehat dan pemisahan jaringan
nekrotik ( pengelupasan luka ) dimulai  terutama karena kerja fagosit pada eksudat
inflamasi.

12
b. Proliferasi: Proliferasi dimulai sebagai jaringan granulasi, terdiri atas kuncup kapiler,
fagosit, dan fibroblas serta terbentuk didasar rongga. Jaringan granulasi tumbuh menuju
permukaan, mungkin di stimulasi oleh makrofag. Fagosit didalam suplai darah yang banyak
berguna untuk mencegah infeksi luka dengan menelan bakteri setelah terpisah dari sel
nekrotik. Sebagian fibroblas pada luka memiliki kemampuan yang terbatas untuk
berkontraksi, mengurangi ukuran luka dan mempersingkat waktu penyembuhan. Saat
jaringan granulasi mencapai dermis, sel epitelium dibagian tepi akan berproliferasi dan
tumbuh menuju pusat.

c. Maturasi: Maturasi terjaid akibat fibrosis, yakni jaringan parut menggantikan jaringan
granulasi, biasanya setelah beberapa bulan hingga lapisan kulit kembali utuh. Jaringan parut
tampak berkilau dan tidak mengandung kelenjar keringat, folikel rambut atau kelenjar
sebaseus.

Kompartemen Cairan Tubuh: Cairan Ekstraselular dan Intraselular; Edema

Mempertahankan volume aian tubuh agar relatif konstan dan komposisinya tetap stabil,
penting untik homeostasis. Beerp masalah yang umum dan pentn dalam kedkteran klinis,
tmimbul akibat abnormalitas dalam sistem pegendalian yang mempertahankan kestabilan
airan tubuh ini.

E. Asupan dan Keluaran Cairan Seimbang selama Kondisi Keadaan-Mantap

Kestabilan relatif mudah digunakan karena ada pertukaran dan zat-zat terlarut yang terus-
menerus dengan lingkungan eksternal, seperti juga antar berbagai kompartemen tubuh
lainnya. Contohnya, kecepatan yang digunakan sangat berbeda yang harus disesuaikan
dengan volume cairan tubuh.

Asupan Cairan Tubuh Harian

Cairan ditambahkan ke dalam tubuh dari dua sumber utama: (1) berasal dari udara atau cairan
di dalam makanan, yang normalnya menambah cairan tubuh sekitar 2 100 ml / hari, bahkan
dan (2) berasal dari sintesis di tubuh sebagai hasil oksidasi karbohidrat, yang menambah
sekitar 200 ml / hari. Kedua hal ini memberikan asupan cairan harian total kira-kira 2,300 ml
/ hari (Tabel 25-1). Akan tetapi, asupan udara sangat bervariasi pada masing-masing orang

13
dan bahkan pada orang yang sama pada saat yang berbeda, tergantung pada cuaca, kebiasaan,
dan tingkat fisik

Kehilangan Cairan Tubuh Harian:

 Kehilangan Air yang Tidak Dirasakan (Insensible Water Loss)

Beberapa bagian cairan tidak dapat diatur secara khusus Contohnya, ada kehilangan udara
yang berlangsung terus-menerus melalui evaporasi dari traktus respiratorius dan difusi
melalui kulit, yang keduanya mengeluarkan air sekitar 700 ml/hari pada keadaan ormal. Hal
inilah yang disebut insensible water loss karena kita tidak menyadarinya, walaupun terjadi
terus- menerus pada semua makhluk hidup

Insensible water loss yang terjadi melalui kulit tidak bergantung kepada keringat, dan bahkan
tetap terjadi pada orang yang lahir tanpa kelenjar keringat; jumlah rata-rata kehilangan air
dengan cara difusi melalui kulit kira-kira 300 sampai 400 ml/hari. Kehilangan ini
diminimalkan oleh lapisan korneum kulit yang mengandung kolesterol, yang memberikan
perlindungan terhadap kehilangan yang berlebihan melalui difusi. Bila lapisan korneum ini
hilang. seperti yang terjadi pada luka bakar yang luas, kecepatan evaporasi dapat meningkat
sampai 10 kali lipat, mencapai 3sampai 5 L/hari. Oleh sebab itu, korban luka bakar harus
diberi cairan dalam jumlah yang besar, biasanya secara intravena, untuk mengimbangi
kehilangan cairan.

Insensible water loss melalui traktus respiratorius rata- rata berkisar 300 sampai 400 ml/hari.
Sewaktu udara memasuki traktus respiratorius, udara akan dijenuhkan dengan pengembunan,
dan mencapai tekanan uap kira kira 47 mm Hg,sebelum dikeluarkan. Oleh karena tekanan
uap dari udara inspirasi biasanya kurang dari 47 mm Hg, cairan terus-menerus hilang melalui
paru-paru dengan respirasi. Pada cuaca yang dingin, tekanan uap atmosfer turun mendekati 0,
menyebabkan kehilangan air yang bahkan lebih besar dari paru-paru bersamaan dengan
turunna suhu tubuh. Hal tersebut menjelaskan perasaan kering pada saluran napas saat cuaca
dingin.

 Kehilangan air yang tidak terasa melalui udara ekspirasi dan kulit (tanpa keringat)
Dewasa : 15 – 20 ml/kg BB/hari
Anak : (30-(tahun)) ml/kg BB/hari
Bayi 50-60 cc/KgBB/hari
Anak-anak 40 cc/KgBB/hari

14
Remaja 30 cc/KgBB/hari

 Pengeluaran :
Urine (nilai Normal ) :
 0,5 – 1 cc/KgBB/jam

 Bila terjadi kenaikan suhu :


IWL+200(suhu sekarang-36,8ºC)
Penyebab kehilangan cairan yang abnormal : keringat berlebihan, muntah, diare, drainase dan
absorbsi

 Kehilangan Air lewat Keringat

Jumlah air yang hilang melalui keringat sangat bervariasi,bergantung padaaktivitas fisik dan
suhu lingkungan. Volume keringat normal kira- kira 100 ml/hari, tapi pada cuaca yang sangat
panas atau selama aktivitas berat, kehilangan cairan melalui keringat kadang kadang
meningkat sampai 1-2 L/jam. Hal tersebut akan dengan cepat menghabiskan cairan tubuh jika
asupan juga tidak ditingkatkan dengan mengaktivasi mekanisme haus.

 Kehilangan Air lewat Feses

Secara normal hanya sejumlah kecil cairan yang dikeluarkan melalui feses (100 ml/hari).
Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada pasien diare berat.Oleh karena
itu, diare yang berat dapat membahayakan jiwa jika dalam beberapa hari tidak ditangani.

 Kehilangan Air melalui Ginjal

Kehilangan air lainnya dari tubuh adalab lewat urine yang dieksresikan oleh ginjal. Ada
berbagai mekanisme yang mengatur kecepatan ekskresi urine. Bahkan, cara terpenting yang
dilakukan oleh tubuh dalam mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran cairan serta
keseimbangan antara asupan keluaran sebagian besar elektrolit di tubuh adalah dengan
mengatur kecepatan ekskresi zat-zat tersebut dari ginjal Misalnya, volume urine dapat
berkurang sampai 0.5 L/hari pada orang yang mengalami dehidrasi atau bisa sebanyak 20
L/hari pada orang yang meminum se besar air Variasi asupan ini juga terjadi pada
kebanyakan elektrolit tubuh, seperti natrium, klorida, dan kalium. Pada beberapa orang,
asupan natrium dapat serendah 20 mEq/hari, sedangkan pada orang lain, dapat mencapaib

15
300 sampai 500 mEq/hari Ginjal bertugas untuk menyesuaikan kecepatan ekskresi air dan
elektrolitd dengan asupan zat-zat tersebut, dan mengompensasi kehilangan air dan elektrolit
yang berlebihan yang terjadi pada penyakit penyakit tertentu.

F. Kompartemen Cairan Tubuh

Semua cairan tubuh didistribusikan terutama di antara dua kompartemen: cairan ekstraselular
dan cairan intraselular. Cairan ekstraselular dibagi menjadi cairan interstisial dan plasma
darah

Ada iuga kompartemen cairan lainnya yang kecil yang disebut sebagai cairan intranselular.
Kompartemen ini meliputi cairan dalam rongga sinovial, peritoneum, perikardium. dan
intraokular, serta cairan serebrospinal; cairan-cairan tersebut biasanya dianggap sebagai jenis
cairan ek straselular khusus, walaupun pada beberapa kasus, komposisinya dapat sangat
berbeda dengan komposisi plasma atau cairan interstisial. Cairan transelular seluruhnya
beriumlah sekitar I sampai 2 liter Rata-rata seorang laki-laki dewasa dengan berat 70
kilogram. memiliki total cairan tubuh sekitar 60 persen berat badan, atau sekitar 42 L.
Persentase ini dapat berubah, bergantung kepada umur, jenis kelamin, dan derajat obesitas.
Seiring dengan pertumbuhan seseorang, persentase total cairan tubuh terhadap berat badan
berangsur-angsur turun. Hal tersebut adalah untuksebagian akibat dari penuaan yang biasanya
berhubungan dengan peningkatan persentase lemak tubuh. sehingga mengurangi persentase
cairan dalam tubuh. Oleh karena wanita pada normalnya mempunyai lemak tubuh lebih
banyak dari pria, cairan tubuh total mereka rata-rata berkisar sekitar 50 persen dari berat
badannya. Pada bayi prematur dan yang baru lahir, jumlah total cairan tubuhnya berkisar
antara 70 sampai 75 persen dari berat badannya ladi, biia kita membahas kompartemen cairan
tubuh rata rata, kita harus menyadari adanya variasi. Bergantung pada umur, jenis kelamin
dan persentase lemak tubuh.

16
 Kompartemen Cairan Intraselular

Sekitar 28 dari 42 L cairan tubuh ada di dalam 100 triliun sel dan secara keseluruhan disebut
cairan intraselular Jadi, cairan intraselular merupakan 40 persen dari berat badan total pada
"rata-rata" orang. Cairan masing-masing sel mengandung campurannyaYar ini mirip antara
satu sel dengan sel lainnya. Sebenarnya, tersendiri dengan berbagai zat, namun konsentrasi
zat-zat komposisi cairan sel sangat mirip, bahkan pada hewan yang berbeda, mulai dari
mikroorganisme paling primitif sampai manusia. Oleh sebab itu, cairan intraselular dari
seluruh sel yang berbeda-beda dianggap sebagai satu kompartemen cairan yang besar

 Kompartemen Cairan Ekstraselular

Semua cairan di luar sel secara keseluruhan disebut cairan ekstraselular. Cairan ini
merupakan 20 persen dari berat badan, atau sekitar 14 L pada laki-laki normal dengan berat
badan 70 kilogram. Dua kompartemen terbesar dari cairan ekstraselular adalah cairan
interstisial, yang berjumlah lebih dari tiga perempat (11 L) bagian cairan ekstraselular, dan
plasma, yang berjumlah hampir seperempat cairan ekstraselular, atau sekitar 3 L. Plasma

17
adalah bagian darah yang tak mengandung sel: plasma terus-menerus bertukar zat dengan
cairan interstisial melaluli pori-pori membran kapiler. Pori-pori ini bersifat sangat permeabel
untuk hampir semua zat terlarut dalam cairanekstraselular, kecuali protein. Oleh karena
itu,cairan ekstraselular secara. konstan terus tercamp ur, sehingga lasma dan cairan interstisial
mempunyai komposisi yang hampir sama kecuali untuk protein, yang konsentrasinya lebih
tinggi di dalam plasma.

18
Faktor yang mempengaruhi keseimbagan cairan tubuh
Jenis Kelamin

 Wanita memiliki kandungan H2O yang lebih rendah dibandingkan dengan pria, terutama
karena hormon sek wanita, estrogen, meningkatkan deposit lemak pada payudara, bokong
dan tempat lain.
 Plasma mengandung H2O lebih dari 90 %,
 Kulit, otot dan organ internal terdiri dari 70-80% air
 Tulang belaulang yang relatif lebih kering mengandung 22%
 Lemak jaringan yg paling kering memiliki kandungan air 10%
Usia :

 Bayi & anak banyak membutuhkan cairan karena banyak kehilangan cairan melalui ginjal
& paru-paru

 Dewasa banyak membutuhkan cairan dibandingkan orang tua karena jumlah massa otot
yang banyak

Suhu Lingkungan

 Udara lembab & dingin banyak menyimpan cairan & elektrolit

 Udara panas dan latihan banyak kehilangan cairan & elektrolit

Diet

 Makanan akan mempengaruhi jumlah cairan walaupun tdk terlalu besar, makanan berlemak
sedikit kandungan air, sayuran lebih banyak, protein akan menarik air dari usus

Stres

 Dapat meningkatkan metabolisme sehingga volume darah dapat meningkat


Penyakit
 Luka bakar, peny ginjal yang tdk dapat memfiltrasi cairan

Pengobatan
 Pengobatan-pengobatan tertentu memiliki efek samping yang dapat menyebabkan hilangnya
cairan tubuh

19
Perpindahan Cairan

Difusi : Perpindahan molekul dari tekanan/konsentarsi tinggi ke tekanan/ konsentarsi rendah

Osmosis : Perpindahan air dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi

Osmolaritas : Ukuran konsentrasi suatu larutan isotonus  konsentrasi larutan = plasma


darah

Transport aktif : Perpindahan molekul/material melalui membran sel, tapi besarnya molekul
material lebih besar dari besarnya pori-pori dimembran sel. Material tersebut dapat berpindah
melalui media (protein, insulin)  menggunakan energi.

G. Volume Darah

Darah mengandung cairan ekstraselular ( cairan dalam plasma ) cairan intraselular (


cairan dalam sel darah merah ). Akan tetapi, darah dianggap sebagai kompartemen cairan
terpisah karena darah terkandung dalam ruangnya sendiri, yaitu sistem sirkulasi. Volume
darah mengatur dinamika sistem kardiovaskular.

Volume darah pada orang dewasa adalah sekitar 7% dari berat tubuh, atau sekitar 5
L. sekitar 60% darah berupa plasma dan 40% nya berupa sel darah merah, namun persentase
ini dapat bevariasi pada masing-masing orang, tergantung pada jenis kelamin, berat badan,
dan faktor lainnya.

Hematokrit (packed red cell volume) hematokrit adalah fraksi darah yang terdiri
atas sel darah merah,yang ditentukan melalui sentrifugasi darah dalam “tabung
hematokrit”sampai sel-sel ini menjadi benar-benar mampat di bagian bawah tabung. Sel
darah merah tidak mungkin untuk dinampatkan, karena sekitar 3%-4% plasma tetap terjebak
di antara sel. Dan nilai hemaatokrit yang sebenarnya hanya sekitar 96% dari nilai hematokrit
yang terukur.

Pada pria, hematokri yang terukur normalnya sekitar 0,40, dan wanita sekitar 0,36.
Pada anemia berat, hematokrit dapat turun sampai 0,10, suatu nilai yang hampir tidak cukup
untuk mempertahankan hidup. Ada beberapa kondisi yang mengakibatkan terjadinya
produksi sel darah merah yang berlebihan, yaitu polisitemia. Pada kondisi tersebut, nilai
hematokrtit dapat meningkat sampai 0,65.

20
H. Konstituen cairan ekstraselular dan intraselular

Perbandingan komposisi cairan ekstraselular, yang meliputi plasma dan cairan


interstisial, dan cairan intraselular

Komposisi ion plasma serupa dengan komposisi ion cairan interstisial

Komposisi ion plasma serupa dengan komposisi cairan interstisial, karena keduanya
hanya dipisahkan oleh membrane kapiler yang sangat permeable. Perbedaan paling utama
antara kedua kompartemen ini adalah konsentrasi protein dalam plasma yang lebih tinggi;
karena kapiler mempunyai permeabilitas yang rendah terhadap protein plasma, hanya
sejumlah kecil protein yang msuk ke dalam ruang interstisial di kebanyakan jaringan.

Karena efek donnan, konsentrasi ion bermuatan positif (kation) sedikit lebih besar 2%
di dalam plasma dari pada di dalam cairan interstisial. Protein plasma mempunyai muatan
akhir negative dan, karenanya, cenderung mengikat kation, seperti ion natrium dan kalium,
sehingga sejumlah besar kation ini tertahan di dalam plasma bersama dengan protein plasma.
Sebaliknya, konsentrasi ion bermuatan negative (anion) dalam cairan interstisial cenderung
lebih tinggi dibandingkan dengan plasma, karena muatan negative protein plasma akan
menolak anion yang bermuatan negative. Untuk tujuan praktis, konsentrasi ion dalam cairan
interstisial dan plasma dianggap serupa.

Komposisi cairan ekstraselular diatur dengan cermat oleh berbagai mekanisme,


khususnya oleh ginjal, seperti yang akan dibicarakan nanti. Hal ini memungkinkan sel untuk
tetap terus terendam dalam cairan yang mengandung konsentrasi elektrolit dan zat nutrisi
yang sesuai untuk fungsi sel yang optimal.

Unsur-unsur cairan intraselular

Cairan intraselular dipisahkan dari cairan ekstraselular oleh membrane sel yang sangat
permeable terhadap air, tetapi tidak permeable terhadap sebagian besar elektrolit dalam
tubuh. Berbeda dengan cairan ekstraselular, cairan intraselular hanya mengandung sejumlah
kecil ion natrium dan klorida dan hampir tidak ada ion kalsium. Cairan ini mengandung
sejumlah besar ion kalium dan fosfat ditambah ion magnesium dan sulfat dalam jumlah
sedang, semua ion ini memiliki konsentrasi yang rendah di cairan ekstraselular. Sel
mengandung sejumlah besar protein, hampir empat kali jumlah protein dalam plasma.

21
I. Sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit

 Gastrointestinal

Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaaan yang berperan dalam


mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal,
cairan yang hilag dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari.

Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui sistem endokrin, seperti sistem


hormonal (antidiuretik hormone-ADH), aldosteron, prostaglandin, glukokortikoid, dan
mekanisme rasa haus.

 ADH

Hormone ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di
hipofisis posterior, yang menyekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan
menurunkan cairan ekstrasel.

 Aldosteron

Hormone ini berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal
di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi
kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin.

 Prostaglandin

Merupakan asaam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfungsi merespons
radang, mengendalikan tekanan darah dan kontraksi uterus, serta mengatur pergerakan
gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.

 Glukokortikoid

Hormone ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.

Mekanisme rasa haus

22
Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan
rennin yang dapat menimbulkan produksi angiotensin II sehingga merangsang hipotalamus
untuk rasa haus.

J. Pengaturan pertukaran cairan dan keseimbangan osmotik anatara cairan


ekstraseluler dan intraseluler

Masalah yang sering kali timbul dalam menangani pasien yang sakit berat adalah
mempertahankan cairan yang adekuat pada satu atau kedua kompartemen intrasel dan
ekstrasel. Dalam jumlah relative cairan ekstraselular yang didistribusikan antara plasma dan
ruang interstisial terutama ditentukan oleh keseimbangan daya hidrostatik dan osmotic koloid
di sepanjang membrane kapiler.

Sebaliknya distribusi cairan antara kompartemen ekstraselular dan intraselular


terutama ditentukan oleh efek osmotik dan zat terlarut yang lebih sedikit khususnya natrium,
klorida, dan elektrolit lain yang bekerja di sepanjang membrane sel. Membrane sel sangat
permeable terhadap cairan tetapi relative impermeable terhadap ion yang kecil seperti
natrium dan klorida, cairan dengan cepat bergerak melintasi membrane sel dan cairan
intraselular tetap isotonic terhadap cairan ekstraselular

KESEIMBANGAN CAIRAN

CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Air adalah salah satu bahan makan anesensial, tetapi merupakan substansi sederhana yang
dapat diabsorbsi dan digunakan tubuh tanpa perubahan kimia. Air terlibat dalam banyak
perubahan metabolic yang terjadi dalam tubuh, berikatan dengan protein, karbohidrat,dan
lemak dalam pencernaan dan diubah ketika digunakan sebagai bahan bakar untuk
menghasilkan energy. Dewasa ini merupakan hal umum mempertimbangkan keseimbangan
air, garam, dan elektrolit yang dibentuk garamdi dalam tubuh dari pada metabolismenya. Air
merupakan bagian yang lebih besar dalam tubuh.Secara kasar dua pertiga, atau lebih tepatnya
60% berat badan adalah air.

23
JENIS CAIRAN

Cairan Nutrien : (zatgizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori dalam bentuk
karbohidrat, nitrogen, dan vitamin yang penting untuk metabolisme. Kadar nutrient dapat
berkisar antara 200-1500 kalori/ liter. Cairan nutrient terdiri dari :

a. Karbohidrat dan air misal: dextrose (glukosa), levulosa (fruktosa), invert sugar
(1/2dextrosea dan ½ levulosa)
b. Asam amino, contoh amigen, aminosol, dan travamin
c. Lemak contoh : lipomul dan lipolysin

Blood Volume Expanders adalah bagian dari jenis cairan berfungsi meningkatkan volume
pembuluh darah setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaaan darah sudah sesuai
misalnya pasien mengalami pendarahan berat, maka plasma akan mempertahankan jumlah
volume darah. Pasien luka bakar berat, sejumlah besar cairan hilang dari pembuluh darah
diarea luka.Sehingga plasma diberikan untuk mengganti cairan ini.Jenis dari Blood Volume
Expanders adalah human serum albumin dan dekstran, cairan ini mempunyai tekanan
osmotic, sehingga dapat meningkatkan volume darah.

JENIS CAIRAN ELEKTROLIT

Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap
dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik, dan
hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak
dipergunakan.Contoh cairan elektrolit adalah sebagai berikut :

a. Cairan ringer, terdiri atas : Na+, K+,Cl-,Ca2+


b. Cairan ringer laktat, terdiri atas : Na+, K+,Ca2+,Cl-, Mg2+,HCO-3
c. Cairan buffer’s, terdiri atas : Na+, K+,Cl-, Mg2+,HCO-3

KESEIMBANGAN OSMOTIC DIPERTAHANKAN ANTARA CAIRAN


INTRASELULAR DAN CAIRAN EKSTRASELULAR

Cairan isotonik, hipotonik, dan hipertonik

24
 Isotonik
Larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang sama (tekanan osmotik
yang sama) seperti larutan yang lain, sehingga tidak ada pergerakan air. Larutan
isotonik dengan larutan pada sel tidak melibatkan pergerakan jaringan molekul yang
melewati membran biologis tidak sempurna. Larutan – larutan yang tersisa dalam
kesetimbangan osmotik yang berhubungan dengan membran biologis tertentu disebut
isotonik. Ini berbeda dengan larutan – larutan iso-osmotik yang tidak melibatkan
pergerakan jaringan molekul ketika dipisahkan oleh membran semipermeabel. Sebuah
larutan yang mempunyai konsentrasi garam yang sama contohnya sel-sel tubuh yang
normal dan darah. Hal ini juga berbeda dengan larutan hipertonik ataupun larutan
hipotonik. Minuman isotonik dapat di minum untuk menggantikan fluida dan mineral
yang digunakan tubuh selama aktifitas fisik
 Hipotonik
Larutan hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih
rendah (tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke
dalam sel. Dengan menempatkan sel dalam lingkungan hipotonik, tekanan osmotik
menyebabkan jaringan mengalirkan air ke dalam sel, sehingga menyebabkan sel
pecah dan tidak berfungsi.
 Hipertonik
Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih
tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air bergerak
ke luar sel. Dalam lingkungan hipertonik, tekanan osmotik menyebabkan air mengalir
keluar sel. Jika cukup air dipindahkan dengan cara ini, sitoplasma akan mempunyai
konsentrasi air yang sedikit sehingga sel tidak berfungsi lagi.

KESEIMBANGAN ASAM BASA

Sel membutuhkan keseimbangan asam-basa. Keseimbangan asam-basa dapat diukur


dengan pH, normal pH cairan tubuh adalah7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa dapat
dipertahankan melalui proses metabolisme dengan system buffer pada seluruh cairan tubuh
dan oleh pernapasan dengan system regulasi (pengaturan di ginjal). Ventilasi dianggap
memadai apabila suplai O2 seimbang dengan kebutuhan O2. Pembuangan CO2 melalui paru
harus seimbang agar ventilasi memadai dengan cara mempertahankan pCO2 sebesar

25
40mmHg. Jika pembentukan karbondioksi dametabolik meningkat, konsentrasinya dalam
cairan ekstra sel juga meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolisme memperkecil
konsentrasi karbondioksida.Jika ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluaran
karbondioksida juga meningkat dan hal ini menurunkan jumlah karbondioksida yang
berkumpul dalam cairan ekstra sel.Peningkatan dan penurunan ventilasi alveolus efeknyaakan
mempengaruhi pH cairan ekstra sel. Peningkatan pCO2 menurunkan pH, sebaliknya
pCO2meningkatkan pH darah.Perubahan ventilasi alveolus mengubah konsentrasi ion
H+.Sebaliknya, konsentrasi ion H+ mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolus (umpan balik).
Kadar pH yang rendah dan konsentrasi ion H+yang tinggi disebut asidosis, sebaliknya pH
yang tinggi dan konsentrasi ion H+ yang rendah disebut alkalosis.

Edema : kelebihan cairan dalam jaringan


 Edema intrasel

Tiga kondisi yang memudahkan terjadinya pembengkakan intrasel :

- Hiponatremia seperti telah dijelaskan sebelumnya


- Depresi sistem metabolisme jaringan
- Tidak adanya nutrisi sel yang adekuat

Edema intrasel juga dapat terjadi pada jaringan yang meradang. Peradangan biasanya
meningkatkan permeabilitas membran sel, serta memungkinkan natrium dan ion-ion lain
berdifusi masuk kedalam sel ,yang diikuti dengan osmosis air kedalam sel.

 Edema ekstrasel

Edema ekstrasel terjadi bila ada akumulasi cairan yang berlebihan dalam ruang ektrasel. Ada
dua penyebab edema ekstrasel yang umum dijumpai :

- Kebocoran abnormal cairan dan plasma keruang interstisial dengan melintasi kapiler
- Kegagalan sistem limfatik untuk mengembalikan cairan dan interstisium kedalam
darah sering kali disebut limfedema.

Penyebab klinis akumulasi cairan interstisial yang paling sering adalah filtrasi cairan kapiler
yang berlebihan.

 Penyebab-penyebab edema eksternal

Berikut ini adalah sebagian daftar berbagai kondisi yang dapat menyebabkan edema ekstrasel
berdasarkan dua jenis abnormalitas tersebut :

1. Peningkatan tekanan kapiler

26
A. Retensi garam dan air yang berlebihan di ginjal

- gagal ginjal akut atau kronis

- kelebihan mineralokortikoid

B. Tekanan vena yang tinggi dan kontriksi vena

- Gagal jantung

- Obstruksi vena

- Kegagalan pompa vena :

a. paralisis otot

b. imobilisasi bagia-bagian tubuh

c. kegagalan katup vena

C. Penurunan resistansi arteriola

- panas tubuh yang berlebihn

- insufisiensi sistes saraf simpatis

- obat-obat vasodilator

2. Penurunan protein plasma

A. Kehilangan protein dalam urine (sindrom nefrotik)

B. Kehilangan protein dari daerah kulit yang terkelupas

- Luka bakar

- Luka

C. Kegagalan menghasilkan protein

- Penyakit hati (contoh ; sirosis)

- Malnutrisi protein atau kalori yang berat

3. Peningkatan Permeabilitas kapiler

A. Reaksi imun yang menyebabkan pelepasan histamin dan produk imun lainnya

B. Toksin

C. Infeksi bkteri

D. Defisiensi vitamin, khususnya vitamin C

27
E. Iskemia yang lama

F. Luka bakar

4. Hambatan aliran balik limfe

A.Kanker

B. Infeksi (misalnya ; nematoda jenis filaria)

C. Pembedahan

D. Kelainan atau tidak adanya pembuluh limfatik secara kongenital

Edema yang disebabkan oleh gagal jantung. Salah satu penyebab edema paling sering dan
paling serius adalah gagal jantung. Pada pasien dengan gagal jantung kiri tanpa gagal jantung
kanan yang bermakna, darah dipompa secara normal keparu-paru oleh jantung kanan tapi
tidak dapat keluar dengan mudah dari vena pulmonalis kejantung kiri karena sisi kiri jantung
ini sangat lemah. Akibatnya, semua tekanan pembuluh paru, termasuk tekanan kapiler paru,
meningkat jauh diatas normal, menyebabkan edema paru berat dan mengancam jiwa. Bila
tidak ditangani, akumulasi cairan dalam paru akan bertambah dengan cepat, dan
menyebabkan kematian dalam beberapa jam.

Edema yang disebabkan oleh penurunan ekskresi garam dan air oleh ginjal. seperti
yang telah dibicarakan sebelumnya, sebagian besar natrium klorida yang ditambahkan
kedalam darah tetap berada dikompartemen ekstrasel, dan hanya sejumlah kecil saja yang
memasuki sel. Efek utama kejadian ini ialah menyebabkan (1) peningkatan volume cairan
interstisial yang besar edema ekstrasel (2) hipertensi akibat peningkatan volume darah.

Edema yang disebabkan oleh penurunan protein plasma. Penurunan konsentrasi protein
plasma akibat kegagalan untuk menghasilkan protein dalam jumlah yang cukup maupun
karena kebocoran protein dari plasma, akan menimbulkan penurunan tekanan osmotik koloid
plasma. Hal ini akan mengakibatkan peningkatan filtrasi kapiler diseluruh tubuh dan edema
ekstrasel.

Salah satu penyebab terpenting dari penurunan kosentrasi protein plasma ialah hilangnya
protein dalam urine yang dijumpai pada penyakit ginjal tertentu, yaitu suatu keadaan yang
disebut sindrom nefrotik.

Faktor pengaman yang secara normal mencegah edema. Kelainan ini biasanya harus
berat, untuk dapat timbul edema yang serius. Adanya tifa faktor pengaman utama yang
mencegah akumulasi cairan dirongga interstisial : (1) komplians interstisium yang rendah
ketika tekanan cairan interstisial berada dalam kisaran tekanan negatif. (2) kemampan aliran
limfe untuk meningkat 10 sampe 50 kali lipat dan (3) penurunan konsentrasi protein cairan
interstisial, yang menurunkan tekanan osmotik koloid cairan interstisial sewaktu filtrasi
kapiler meningkat.

28
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Bahwa didalam tubuh manusia terdapat macam sistem yang beragam yang
masing-masing mempunyai fungsi, struktur dan tata letak yang berbeda-berbeda.
Termasuk didalamnya sistem integumen, yang sangat berperan dalam melindungi
sistem-sistem yang berada didalam tubuh. Karena sistem integumen terletak pada
luar tubuh. Selain itu juga masih banyak fungsi dari sistem integument sendiri,
diantaranya yaitu menjaga suhu normal tubuh. Mencegah patogen-patogen masuk
kedalam tubuh. Maka bisa disimpulkan bahwa sistem integument merupakan
ketahanan pertama atau awal dari pengaruh buruk keadaan diluar tubuh.

B. Saran

Untuk mengatasi kelebihan dan kekurangan cairan, baiknya asupan cairan


secukupnya.

29
DAFTAR PUSTAKA

Ross, dan Willson. 2011. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi. Singapore: Elsevier

Ross, dan Willson. (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Singapore: Elsevier

Hidayat A. aziz alimul, dan uliyah musrifatul (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Edisi 2 Buku 2. Jakarta: Salemba Medika

30

Anda mungkin juga menyukai