PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap satuan pendidikan beserta seluruh komponen didalamnya memiliki
tanggungjawab dalam peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan.
Peningkatan mutu di satuan pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa
adanya budaya mutu pada seluruh komponen satuan pendidikan. Untuk
peningkatan mutu sekolah secara utuh dibutuhkan pendekatan yang melibatkan
seluruh komponen satuan pendidikan (whole school approach) untuk bersama-
sama memiliki budaya mutu.
Sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan
dijalankan olehseluruh komponen dalam satuan pendidikan disebut sebagai
Sistem Penjaminan Mutu Internal(SPMI). SPMI mencakup seluruh aspek
penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk
mencapai Standar Nasional Pendidikan (SNP). Sistem penjaminan mutu ini
dievaluasi dan dikembangkan secara berkelanjutan oleh satuan pendidikan dan
juga ditetapkan oleh satuan pendidikan untuk dituangkan dalam pedoman
pengelolaan satuan pendidikan serta disosialisasikan kepada pemangku
kepentingan satuan pendidikan. Agar pelaksanaan SPMI dapat dilakukan oleh
seluruh satuan pendidikan dengan optimal, dikembangkan satuan pendidikan
yang akan menjadi model penerapan penjaminan mutu pendidikan secara
mandiri, yang selanjutnya disebut sekolah model, sebagai gambaran langsung
kepada satuan pendidikan lain yang akan menerapkan penjaminan mutu
pendidikan sehingga terjadi pola pengimbasan pelaksanaan penjaminan mutu
hingga ke seluruh satuan pendidikan di Indonesia.
SPMI mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan
memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP. Sistem penjaminan
mutu ini dievaluasi dan dikembangkan secara berkelanjutan oleh satuan
pendidikan dan juga ditetapkan oleh satuan pendidikan untuk dituangkan dalam
pedoman pengelolaan satuan pendidikan serta disosialisasikan kepada
pemangku kepentingan satuan pendidikan. Agar pelaksanaan SPMI dapat
dilakukan oleh seluruh satuan pendidikan dengan optimal, perlu dikembangkan
satuan pendidikan yang akan menjadi model penerapan penjaminan mutu
1
pendidikan secara mandiri, yang selanjutnya disebut sekolah model, sebagai
gambaran langsung kepada satuan pendidikan lain yang akan menerapkan
penjaminan mutu pendidikan sehingga terjadi pola pengimbasan pelaksanaan
penjaminan mutu hingga ke seluruh satuan pendidikan di Indonesia.
Pendampingan implementasi Sekolah Model adalah proses pemberian
bantuan penguatan pelaksanaan pengembangan sekolah model yang diberikan
oleh pengawas/fasilitator kepada kepala sekolah dan guru yang telah dilatih
SMPI. Pendampingan menjadi alat pemberdayaan dan pengembangan personal
yang ampuh dan efektif dalam membantu seseorang mengembangkan karirnya.
Dengan pendampingan akan tercipta kerjasama antara pendamping dan sasaran
(imbas) yang biasanya bekerja di bidang yang sama atau berbagi pengalaman
yang mirip. Selain itu, pendampingan dapat menciptakan hubungan yang
bermanfaat didasarkan pada sikap saling percaya dan menghormati.
B. Tujuan
Tujuan dari Pembuatan Laporan Pertanggung Jawanan Ini adalah :
1. Sebagai Pertanggungjawaban pada Kementerian Pendidikan dan
Kebudayan Melalui LPMP Provinsi Maluku Tentang Pelaksanaan
Kegiatan Sekolah Model pada SMP Negeri 1 Buru.
2. Serta sebagai bahan evalusi bagi pelaksanaan program sekolah model
pada SMP Negeri 1 Buru.
C. Manfaat
Manfaat pembuatan laporan pertanggungjawaban ini adalah :
1. Sebagai dasar Penentuan Kebjakan bagi Kementerian Pendidikan dan
bahan untuk penyusunan rencana kegiatan Sekolah Model berikutnya
2. LPMP dapat mengetahui perkembangan dan proses peningkatan
kegiatan program Sekolah model di SMP Negeri 1 Buru.
2
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
3
Kegiatan 2: 1. Lembar refleksi hasil pelatihan,
Pembentukan TPMPS (Tim Penjaminan Mutu2. RTL revisi,
Pendidikan Sekolah), meliputi: 3. SK TPMPS,
a. Penentuan keanggotan tim, 4. Struktur Organisasi,
b. Penyusunan Struktur Organisasi, 5. Jurnal Kegiatan TPMPS
c. Penentuan rincian tugas tim,
d. Pembahasan penyediaan sumber daya
e. Pembahasan kendala, masalah, dan
solusi.
f. Penyusunan Jurnal Kegiatan Tim
4
2. Revisi dan Usulan RKAS Fasilitator Luaran/output:
1. Dokumen Perencanaan
Pemenuhan Mutu,
2. Hasil revisi dan usulan RKAS,
5
permasalahan yang akan diselesaikan, 1. Kepala Sekolah
b. Penyusunan rencana pelaksanaan2. TPMPS,
evaluasi, 3. Guru & tendik,
c. Pelaksanaan evaluasi, 4. Pengawas Sekolah,
d. Perencanaan tindaklanjut hasil evaluasi, 5. Komite Sekolah,
6. Pendamping (Fasilitator)
Luaran/output:
Dokumen Evaluasi yang memuat:
1. Instrumen evaluasi,
2. Rencana pelaksanaan
evaluasi,
3. Skema Pelaksanaan evaluasi,
4. Hasil Tindak lanjut Evaluasi,
6
BAB III
HASIL KEGIATAN
Kegiatan imlementasi sekolah model pada SMP Negeri 1 Buru tahun 2017
diuraikan sebagai berikut :
1. Sosialisasi
Pada hari Sabtu, 04 November 2017 di SMP Negeri 1 Buru telah
dilaksanakan kegiatan sosialisasi Sistem Penjaminan Mutu Internal
(SPMI). Sebagaimana jadwal yang telah dirilis, kegiatan tersebut diagendakan
berlangsung mulai pukul 08.00 WIT s.d. 16.00 WIT.
Kegiatan ini dilaksanakan sesuai tagihan hasil pelatihan tentang SPMI bagi
sekolah model yang dilaksanakan oleh LPMP Maluku beberapa waktu yang lalu.
Materi Sosialisasi disampaikan oleh kepala sekolah dan pengawas pembina dari
dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten Buru
Selanjutnya SMP Negeri 1 Buru sebagai sekolah model wajib mengimbaskan
implementasi SPMI kepada beberapa sekolah yang ditunjuk oleh Dinas
Pendidikan Kabupaten Buru.
7
3. Penyusunan Rencana Pemenuhan Mutu
Dilaksanakan dalam bentuk rapat kerja untuk menyusun rencana pemenuhan
mutu berdasarkan rekomendasi perbaikan pada SMP Negeri 1 Buru.
1. Dokumen perencanaan yang berisi :
Program
Kegiatan
Sasaran
Penanggungjawab
Indikator keberhasilan
Pihak yang terlibat
Target yang akan dicapai
2. RKAS yang sesuai dokumen pemetaan
. Bukti pendukung (foto) pelaksanaan kegiatan ada pada lampiran ini
5. Evaluasi/Audit
Tim audit dapat melakukan review hasil analisis dan dokumen perencanaan.
- Catatan hasil revieuw
8
BAB IV
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
A. Faktor Pendukung
Pelaksanaan pengembangan sekolah model sebagai rujukan bagi sekolah
Imbas Kecamatan Namlea Kabupaten Buru berlangsung dengan baik dan
lancar karena dipengaruhi oleh faktor pendukung sebagai berikut:
1. SMP Negeri 1 Buru Kecamatan Namlea Kabupaten Buru merupakan
Sekolah Inti sebagai Pusat Kegiatan Guru sehingga berbagai bentuk
kegiatan-kegiatan di tingkat kecamatan bahkan kabupaten sering
dilaksanakan di sekolah ini. Selain itu keberadaan sekolah ini bermanfaat
untuk melatih kemampuan akademis anak, menggembleng dan memperkuat
mental, fisik dan disiplin anak sesuai dengan aturan yang berlaku,
memperkenalkan tanggung jawab seorang anak, membangun kreativitas.
Hal ini akan mendukung terlaksananya pengembangan sekolah model
sebagai sekolah rujukan bagi sekolah imbas.
2. Motivasi dan dukungan kepala sekolah yang tinggi mendukung
terlaksananya pengembangan sekolah model sebagai sekolah rujukan bagi
sekolah imbas dan dalam mengemban tugas memimpin sekolah dan
mempunyai kemampuan dalam proses mempengaruhi, membimbing,
mengkoordinir dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya
dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan
pembelajaran, serta upaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih
efektif dan efisien di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan
pembelajaran.
3. Guru SMP Negeri 1 Buru mempunyai komitmen, jiwa kebersamaan dan
kekluargaan serta tanggung jawab yang tinggi untuk melaksanakan
serta mendukung terlaksananya Pengembangan Sekolah Model Penjaminan
Mutu Pendidikan demi meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
4. Pengembangan sekolah model sebagai sekolah rujukan bagi sekolah
imbas didukung juga oleh adanya kurikulum yang diterapkan SMP Negeri 1
9
Buru yaitu penerapan KTSP 2006 bagi kelas IX dan Kurikulum 2013 bagi VII
dan VIII.
5. Adanya dana BOS untuk membiayai kegiatan operasional sekolah secara
mandiri dalam rangka mendukung terlaksananya pengembangan sekolah
model sebagai sekolah rujukan bagi sekolah imbas.
6. Kemudahan akses informasi karena sekolah telah memiliki internet / wifi
B. Faktor Penghambat
Selain faktor pendukung tersebut, pelaksanaan pengembangan sekolah
model sebagai sekolah rujukan bagi sekolah imbas di SMP Negeri 1 Buru
dipengaruhi oleh faktor penghambat sebagai berikut :
1. Kompetensi pedagogik dan profesional yang dimiliki guru masih kurang.
Untuk mengatasinya maka sekolah perlu meningkatkan kompetensi
pedagogik dan profesional guru melalui kegiatan diklat ataupun workshop.
2. Jumlah guru pengajar yang tidak merata pada setiap mata pelajaran, dimana
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, PPKn, Bahasa Inggris dan Seni
Budaya memiliki jam pelajaran rata-rata di atas 38 jam pelajaran, sedangkan
pada mata pelajaran IPS, IPA, dan Matematika jumlah guru melebihi jumlah
jampel minimal. Hal ini berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan
kegiatan pembelajaran. Namun untuk mengatasinya kepala sekolah
menugaskan Ka.Kurikulum untuk membagi jam pelajaran secara merata
walapun tidak sesuai kualifikasi akademiknya.
3. Tenaga kependidikan yang belum terpenuhi. Maka sekolah mengatasinya
dengan memberikan tugas-tugas tenaga kependidikan dirangkap oleh guru.
4. Kurangnya sumber-sumber belajar baik berupa buku-buku pelajaran
kurikulum 2013 atau buku referensi lainnya, terbatasnya lingkungan sekitar
sekolah sebagai sumber belajar.
5. Dana BOS untuk membiayai kegiatan operasional sekolah, namun belum
sepenuhnya kegiatan operasional pengembangan sekolah model
penjaminan mutu pendidikan ataupun sarana-prasarana belum mampu
dibiayai dari BOS.
6. Sistem pembelajaran masih double sift (Kombinasi pagi dan siang)
10
7. Sarana dan Prasarana pendidikan
a. Adanya perpustakaan sekolah, namun masih minimnya buku-buku
referensi perpustakaan.
b. Kondisi bangunan sekolah yang belum memenuhi standar (banyaknya
ruang kelas dan kantor yang retak-retak).
c. Masih menggunakan Laboratorium IPA sebagai kantor.
d. Kurangnya ruang untuk UKS, BK, dan Pramuka.
e. Belum adanya laboratoriun komputer untuk mendukung kegiatan
ekstrakurikuler komputer.
f. Terbatasnya kamar mandi/ WC guru dan WC siswa.
11
BAB V
DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM
12
c. Meningkatkan kompetensi guru, karena dalam upaya pemenuhan
Standar Nasional Pendidikan guru akan dituntut untuk lebih
profesional.
d. Melalui Pengembangan Sekolah model Penjaminan Mutu
Pendidikan, guru semakin berdedikasi dan beretos kerja tinggi seiring
dengan meningkatnya mutu pendidikan di sekolah model.
4. Warga Sekolah
a. Tumbuhnya kesadaran dari warga sekolah untuk meningkatkan kinerja
sesuai dengan tupoksinya masing-masing baik sebagai kepala
sekolah, guru, tenaga kependidikan, siswa dan komite sekolah.
b. Tumbuhnya kesadaran dari warga sekolah untuk memberikan dan
meningkatkan pelayanan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan
dalam pengembangan sekolah model sebagai sekolah rujukan bagi
sekolah imbas yang menjamin terhadap peningkatan mutu pendidikan.
c. Tumbuhnya kesadaran bekerjasama seluruh komponen sekolah untuk
mendapatkan hasil yang terbaik terkait hasil dari pengembangan
sekolah model sebagai sekolah rujukan bagi sekolah imbas.
d. Mengetahui kekurangan yang dimiliki oleh sekolah sebagai bahan
perbaikan dan pembinaan sekolah ke depan.
e. Tumbuhnya kesadaran meningkatkan mutu pendidikan melalui
pencapaian standar yang telah ditetapkan.
f. Tumbuhnya kebanggaan dari segenap warga sekolah dan
mempertahankan serta meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
5. Masyarakat
a. Pengembangan sekolah model sebagai sekolah rujukan bagi sekolah
imbas akan memberikan wawasan kepada masyarakat akan
pentingnya meningkatkan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa.
b. Masyarakat akan semakin mengakui dan meningkatkan
kepercayaannya terhadap keberadaan sekolah model.
13
c. Terlaksananya pengembangan sekolah model sebagai sekolah rujukan
bagi sekolah imbas akan memotivasi masyarakat untuk mendukung
program-program yang dilaksanakan sekolah.
A. Dampak Negatif
1. Sekolah
Memungkinkan terjadinya kesenjangan/ketidakadilan antar sekolah,
karena tidak meratanya penetapan sekolah sebagai sekolah model.
Selain itu, sarana dan prasarana sekolah yang ada belum sepenuhnya
dapat mendukung terlaksananyapengembangan sekolah model sebagai
sekolah rujukan bagi sekolah imbas secara optimal.
2. Siswa
Proses belajar siswa akan terganggu oleh kegiatan guru yang
menyiapkan administrasi pengembangan sekolah model sebagai sekolah
rujukan bagi sekolah imbas.
3. Guru
Pelaksanaan pengembangan sekolah model sebagai sekolah rujukan
bagi sekolah imbas akan mengganggu proses belajar mengajar, karena
akan menyita waktu guru dalam mengajar. Selain itu, beban kerja guru
semakin bertambah, karena harus melaksanakan program kegiatan
sekolah dan administrasipengembangan sekolah model sebagai sekolah
rujukan bagi sekolah imbas yang sebelumnya belum pernah
dilaksanakan.
4. Warga Sekolah
Kegiatan sekolah membutuhkan pengorbanan warga sekolah untuk
meluangkan waktu lebih, pemikiran, ide dan tenaga untuk mewujudkan
sekolah model yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan.
5. Masyarakat
Program sekolah akan melibatkan peran aktif masyarakat, sedangkan
fenomena yang terjadi tidak semua lapisan masyarakat peduli dan
kurangnya partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaanpengembangan
sekolah model sebagai sekolah rujukan bagi sekolah imbas ini.
14
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sekolah yang telah dilakukan pendampingan telah memahami
mekanisme pengembangan SPMI program sekolah model.
2. Dokumen program sekolah model dan proses pembelajaran berbasis
SNP haruslah terus dikembangkan.
3. Sekolah Model maupun sekolah imbas siap melaksanakan
implementasi SPMI di sekolah masing-masing.
B. Saran
Bagi Satuan Pendidikan (Sekolah)
1. Melakukan kegiatan MGMP untuk peningkatan mutu pendidikan di
sekolah secara terus menerus.
2. Melakukan perencanaan program secara baik dengan panduan
program sekolah model.
3. Meningkatkan pencapaian SNP dengan terus melengkapi berbagai
dokumen dan dapat mengarsipkannya dengan baik.
Bagi Pemerintah Daerah (PEMDA)
1. Berdasarkan kewenangannya pemerintah daerah wajib
menyediakan memperbaiki, dan meningkatkan fasilitas sekolah.
2. Melakukan tindak lanjut program peningkatan kualitas pendidikan
melalui peningkatan 8 SNP
3. Memperluas pengembangan sekolah model ke sekolah lain.
Bagi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
1. Melakukan pendampingan / Supervisi Penjaminan Mutu secara terus
menerus di kabupaten/kota umumnya dan di sekolah khususnya
sekolah model dan imbas.
2. Memfasilitasi proses penjaminan mutu dengan program tindak lanjut
sebagai respon dari permasalahan pendidikan yang dialami di
sekolah seperti melaksanakan diklat khusus pengembangan
program sekolah model.
15