Anda di halaman 1dari 9

Idrus Salam (20171440017)

KASUS PEMBAJAKAN KAPAL SINAR KUDUS


DI SEMENANJUNG SOMALIA

Pendahuluan
Semenjak berakhirnya Perang Dunia II, hukum laut sebagai cabang dari
hukum internasional telah mengalami banyak perubahan. Hukum laut mengalami
suatu revolusi yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Hukum
laut merupakan salah satu pembahasan yang pertama kali dilakukan dalam
konferensi internasional, hukum laut diberikan ruang yang luas dalam
pembahasan di perjanjian multilateral (D.J Harris, 1998: 368). Pada abad
ketujuhbelas Portugis menyatakan laut lepas sebagai bagian dari laut teritorial
Portugis, namun klaim ini ditanggapi oleh Grotius yang mengelaborasikan nilai
doktrin laut lepas sebagai res communis yang berarti laut lepas merupakan milik
masyarakat dunia, karena itu tidak dapat diambil/dimiliki oleh masing-masing
negara (Malcolm N Shaw, 2008: 553).

16 Maret 2011
Kapal Motor MV Sinar Kudus dibajak perompak Somalia di Semenanjung Somalia.
Kapal ini berencana melakukan perjalanan dari Pomalaa, Sulawesi Selatan, menuju
Rotterdam, Belanda. Awak kapal berjumlah 20 orang. Perompak meminta tebusan
US$ 1 juta atau sekitar Rp 9 miliar.
9 April
Respons tak kunjung datang, perompak pun menaikkan nilai tebusan kepada pemilik
kapal, PT Samudera Indonesia. Jika awalnya hanya meminta US$ 1 juta atau sekitar
Rp 9 miliar, sekarang mereka meminta US$ 3,5 juta atau Rp 31,5 miliar.
10 April
- Pembajak memberi tenggat dua hari untuk pembayaran tebusan. Jika tak direspons,
mereka mengancam akan menaikkan nilai tebusan.
- Juru Bicara Kepresidenan Bidang Luar Negeri, Teuku Faizasyah, menyatakan
pemerintah telah melakukan upaya pembebasan awak kapal MV Sinar Kudus.
11 April
- PT Samudera Indonesia mengumpulkan anggota keluarga ABK di Jakarta untuk
memberikan informasi terkait kondisi keluarga mereka di Somalia.
- Presiden SBY menekankan agar pembebasan 20 ABK MV Sinar Kudus dilakukan
dengan negosiasi yang cermat.
- Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan semua opsi, termasuk
operasi militer terbuka untuk membebaskan 20 awak kapal Sinar Kudus.
12 April
Perompak Somalia menurunkan nilai tebusan menjadi US$ 3 juta atau sekitar Rp 27
miliar.
13 April
- Dubes Somalia untuk Indonesia, Mohamud Olow Barow, menyampaikan
permintaan maafnya kepada pemerintah Indonesia.
- Dubes Somalia mempersilakan pemerintah Indonesia menggunakan aksi militer jika
negosiasi menemui jalan buntu.
30 April
Perompak membebaskan kapal MV Sinar Kudus setelah menerima uang tebusan Rp
38,5 miliar.
1 Mei
Tepat Pukul 06.00 waktu setempat sandera akhirnya dilepaskan tetapi dengan cara
membawa Sinar Kudus berlayar ke Eyl, sekitar 80 nautical mile dari pantai Eyl
Dhahanan ( El Dhanan ), wilayah basis para perompak. Para perompak ini turun di
tiga titik berbeda secara bertahap sampai akhirnya kapal Sinar Kudus MV tiba di Eyl.
Namun, setelah enak perompak terakhir turun dari Sinar Kudus, perompak laut dari
kelompok lain rupanya sudah siap bersiap mengejar dan bermaksud menguasai
kembli kapal tersebut, Tampaknya selain menggunakan modus lepas, lalu dirompak
lagi, para perompak di Somalia diduga terkait dengan jaringan International. Adanya
agen khusus yang menjadi perantara perompak dengan perusahaan pemilik kapal
yang dibajak memperkuat kecurigaan itu. Mengetahui gelagat tersebut TNI AL
mengirimkan 2 sea rider berhadapan dengan dua speed boat perompak yang juga
berkekuatan penuh. Speed Boat akhirnya dapat dikuasai dan 4 (empat) orang
perompak Somalia tewas ditempat. Pada Pukul 13.10 Sinar Kudus MV dapat dikuasai
sepenuhnya oleh tim satgas dan dengan dikawal KRI Banjarmasin menuju pelabuhan
Salalah, Oman. Selama ini rata-rata yang dibutuhkan untuk tercapainya pembebasan
adalah lebih dari 150 hari dan waktu tersingkat 60 hari. Tidak ada 1 (satu) Negara pun
yang bisa membebaskan kurang dari 150 hari, namun Tim Satgas Merah Putih
1
mampu membebaskan para sandera hanya dalam waktu 46 hari saja.

1
Adi Patrianto, 2011
ANALISISA KASUS
I. Gambaran Umum tentang situasi dan kondisi Negara Somalia
a. Geografis
Somalia merupakan Negara yang berada di titik paling timur afrika dibatasi di
sebelah timur dan tenggara dengan Samudera Hindia, di sebelah utara dan timur laut
oleh Teluk Aden dan Republik Djibouti, bagian selatan dan barat daya dibatasi
dengan Kenya, dan di sebelah barat oleh Ethiopia. 2
b. Situasi Politik dan Keamanan
Situasi Politik di Somalia sangat lemah sejak tahun 1990, Pemerintah resmi
Somalia yang hanya menguasai beberapa bagian kecil Somalia, termasuk sebagian ibu
kota Mogadishu, dan Kedutaan Besar Somalia di Indonesia mewakili pemerintah ini.
Somaliland, wilayah yang secara de facto sudah memisahkan diri dari Somalia,
melingkupi wilayah Utara Somalia yang merupakan bekas jajahan Inggris. 3
c. Situasi Ekonomi
Pada awalnya, Somalia menganut sistem ekonomi sosialis. Namun Somalia mulai
Memberikan kesempatan kepada pihak swasta dan investor asing untuk berpatisipasi
dalam pembangunan ekonomi. Hasil pertanian seperti : ternak , ikan , pisang
merupakan tulang punggung. Meskipun demikian, sektor jasa, terutama di bidang
telekomunikasi tanpa kabel mengalami perkembangan cukup signifikan
d. Lepas Pantai Somalia
Lepas pantai Somalia merupakan jalur pelayaran yang dilewati kapal-kapal saat
berlayar. Mengingat, lepas pantai Somalia merupakan jalur pelayaran utama yang
menghubungkan antara Asia dan Eropa.

Gambar Rute Perdagangan Laut International Melalui Somalia 4

2
Mohamed Haji Muktar, 2003 : 225
3
Teguh Widodo, 2011
4

https://www.google.co.id/search?q=rute+pelayaran+yang+melalui+somalia&biw=1366&bih=667&so
Dalam rute pelayaran tersebut terlihat Somalia berada di jalur lalu lintas pelayaran
antara Asia dengan Terusan Suez. Garis Pantai Somalia cukup dekat dengan jalur
pelayaran tersebut sehingga secara tidak langsung memberikan akses yang mudah
bagi para perompak untuk beraksi.
Aktivitas perompak Somalia telah menjadi ancaman serius bagi dunia
pelayaran Internasional sejak abad 21. Kegiatan pembajakan yang telah berlangsung
selama ini telah menjadi suatu ancaman yang menakutkan bagi kapal-kapal dari
berbagai negara di belahan dunia yang melintasi Somalia, sehingga melambungkan
nama perompak Somalia di mata internasional. Perompak Somalia atau bajak laut
Somalia merupakan sebutan bagi para bajak laut yang beroperasi di wilayah perairan
Somalia yang meliputi kawasan Samudera Hindia hingga lepas pantai timur Somalia,
Laut Arab dan teluk Aden yang merupakan jalur utama pelayaran dunia.
Meluasnya kejahatan para perompak ini terjadi karena adanya kelompok –
kelompok perompak yang terbentuk di Somalia semakin terorganisir dengan baik.
Secara umum berdasarkan laporan Asosiasi East African Seafers memperkirakan,
setidaknya ada 3 (tiga) geng perompak dan total anggotanya seribu orang bersenjata
yang mengorganisir perompak Somalia, yaitu:
1. Dari Kalangan Somalia
2. Dari Kalangan Mantan milisi Rezim Siad Berre yang memerintah
Somalia tahun 1964-1991. Terutama adalah anggota seniornya yang
berusia di atas 35 tahun.
3. Dari Kalangan para teknisi yang menguasai teknologi informasi dan
kelautan.
Dari ke tiga unsur kelompok di atas terdapat kurang lebih 1100 orang
perompak yang memiliki peralatan untuk menyerang, seperti RPG-7, Peluncur Granat
terbaik saat ini, Pistol Semi-Otomatis, dll. 5
Taktik yang digunakan oleh perompak Somalia adalah dengan menggunakan
kapal induk yang biasanya merupakan hasil serangan yang dilancarkan perompak

urce=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjzqYWAn6_MAhXMW44KHez6AHYQ_AUIBygC#imgrc=Wa
1TfOPZPrfWvM%3A
5
http://www.kompasiana.com/abanggeutanyo/teluk-aden-dan-perompak-somalia-arena-adu-
gengsi-pasukan-komando-dunia_5500b1c9813311e118fa7c08 , diakses pada tanggal 27 pukul 20.00
WIB
pada kejahatan sebelumnya. Kapal Induk ini memungkinkan mereka para perompak
laut untuk tinggal di laut lebih lama daripada menggunakan perahu ringan mereka.
Berbagai cara dilakukan perompak untuk mengintimindasinya suatu target
kapal yang akan di bajak termasuk dengan menembakkan senjata atau menggunakan
roket .6
Setelah dirompak, kapal kargo yang lebih besar dan awak mereka berlayar ke
pelabuhan di Somalia untuk bernegosiasi dan pembayaran uang tebusan. Perompak –
perompak Somalia juga mempunyai jaringan di sepanjang pantai, di mana mereka
dapat menjual barang – barang hasil rampokkan dan dengan adanya jaringan tersebut
para perompak ini mendapatkan informasi tentang kapal-kapal yang melewati daerah
tersebut.
Perompakan tergolong sebagai tindakan ilegal berupa kekerasan dan
penjarahan terhadap kapal komersial. Kapal perompak juga menghalangi bantuan
kemanusiaan yang masung untuk mengatasi krisis pangan di Somalia. Oleh sebab itu,
tindakan tersebut merupakan tindakan yang mengancam keamanan internasional dan
kepentingan kemanusiaan secara luas. Salah satu Hukum Internasional yang mengatur
mengenai penanganan terhadap perompak Somalia adalah UNCLOS (United Nations
Convention Law of the Sea).

II. Tindakan Pemerintah Indonesia


Begitu mendengar Perompakan kapal berbendera Indonesia, pada tanggal 17
Maret 2011 pemerintah mulai aktif bekerja dibawah Kordinasi Menteri Politik
Hukum dan Keamanan. Pemerintah Melibatkan Kementerian Luar Negeri, Badan
Intelijen Negara (BIN) maupun Tentara Nasional Indonesai (TNI). Mengingat kasus
ini tidak biasa dan menyangkut keselamatan 20 orang Warga Negara Indonesai (WNI
di Luar Negeri.
Pada tanggal 18 Maret 2011, tepatnya 2 hari setelah MV sinar kudus dikuasai
oleh perompak Somalia, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono mengambil
keputusan untuk melindungi anak buah kapal yang merupakan WNI yang disandera
melalui berbagai opsi, salah satunya adalah dengan menggunakan kekuatan militer.
Proses pembebasan ini dimulai dengan rencana pembentukan tim pembebasan yang

6
James Jay Carafano and Jon Rodeback,2011;6)
dinamai Satuan Tugas Merah Putih, yang tugasnya disamarkan menjadi Satuan Tugas
Muhibah Duta Samudera 2011.7
Usaha pembebasan tawanan pembajakan melalui operasi militer yang
dilakukan Indonesia sudah tepat, karena sesuai dengan prinsip yang terdapat dalam
Hukum Humaniter Internasional, yaitu Military Necessity Principle atau Prinsip
Kepentingan Militer. Prinsip kepentingan militer adalah prinsip yang menyatakan
bahwa negara yang berperang mempunyai hak untuk menggunakan kekuatan yang
dimilikinya untuk menaklukkan lawan, dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, dan
memakan korban yang sekecil-kecilnya.

III. Dasar Hukum


Laut Lepas merupakan semua bagian dari laut yang tidak termasuk dalam laut
territorial atau dalam perairan internal suatu Negara, definisi ini kemudian sudah
mendapatkan modifikasi dengan lahirnya UNCLOS 1982.8
UNCLOS 1982 memberikan modifikasi atas pengertian laut lepas yakni
semua bagian dari laut yang tidak termasuk dalam zona ekonomi eksklusif, laut
territorial atau perairan pedalaman suatu Negara, atau perairan kepulauan suatu
Negara kepulauan, yang tidak mengakibatkan pengurangan apapun terhadap
kebebasan yang dinikmati semua Negara di zona ekonomi eksklusif.
Laut lepas terbuka untuk semua Negara baik itu Negara berpantai maupun
Negara tidak berpantai. Prinsip yang digunakan dalam konsep laut lepas
menggunakan prinsip kebebasan, Prinsip kebebasan itu berarti tidak berlakunya
kedaulatan, hak berdaulat atas yurisdiksi suatu Negara. 9
Hukum Internasional yang mengatur masalah perompakan adalah sebagai
berikut:
A. Convention on the High seas 1958 (CHS 1958)
CHS lahir dari conferensi yang diadakan oleh PBB pada tahun 1958 yakni
konferensi yang membahas mengenai hukum laut. CHS 1958 menjadi titik awal
aturan yang mencakup segala hal terkait hukum di laut lepas. Salah satu aturan yang

7
Kisah Kehebatan TNI Memburu Bajak Laut Somalia, 06 Juli 2014, diakses dari
http://rickysetiawan96.blogspot.co.id/2014/07/kisah-kehebatan-tni-memburu-bajak-laut.html pada
tanggal 26 April 2016.
8
Rebecca M.Wallace, 1993; 155
9
Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, 2006:189
dibahas dalam CHS 1958 ini mengenai perompakan yang terjadi di laut lepas. Aturan
Atas Perompakan dalam CHS 1958, diatur dalam beberapa pasal, yakni :
 Pasal 14 CHS 1958
Landasan legitimasi bagi setiap Negara ini dapat digunakan untuk
landasan suatu Negara untuk menerapkan hukumnya untuk mengadili
perompak. Asas Yurisdiksi Universal ini melekat terhadap semua Negara
peratifikasi CHS 1958 ini dalam hal ini telah ada 63 negara yang
meratifikasi konvensi ini.
 Pasal 15 CHS 1958
 Pasal 16 CHS 1958
 Pasal 17 CHS 1958
B. United Nations Convention Law of Sea 1982 (UNCLOS 1982)
 Pasal 100 UNCLOS 1982
Pasal ini menyatakan bahwa semua Negara harus bekerjasama
sepenuhnya dalam menekan perompakan di laut lepas atau di tempat lain di
luar yurisdiksi setiap Negara.
 Pasal 101 UNCLOS 1982
 Pasal 102 UNCLOS 1982
 Pasal 103 UNCLOS 1982
 Pasal 104 UNCLOS 1982
 Pasal 105 UNCLOS 1982
 Pasal 106 UNCLOS 1982
Pada pasal 58 ayat 2 mengatur bahwa ketetapan hukum terhadap perompak
dapat diberlakukan di wilayah ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif). Negara lain dapat
secara bebas bernavigasi di dalam area perairan tersebut tetapi diatur oleh
peraturan pasal 58 ayat 3 Konvensi Hukum Laut 1982.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam pasal 58 ayat 3 Konvensi hukum
laut 1982 mengenai Zona Ekonomi Eksklusif. Prinsip umum yaitu bahwa kapal yang
berlayar di wilayah ZEE haruslah merupakan kapal resmi dari negara tersebut dan
mengibarkan bendera asal negara dalam pelayaran mereka. Kapal asing yang berlayar
di wilayah ZEE haruslah memiliki ijin dari negara pemilik wilayah. Ketika kapal
asing tanpa ijin memasuki wilayah tersebut dapat diidentifikasi sebagai pelanggaran
hukum dan dapat diduga sebagai kapal yang bekerjasama dengan perompak.
C. Pengaturan tentang perompakan di laut lepas menurut Convention for the
suppression of Unlawful acts against the safety of maritime Navigation 1988
(SUA 1988).
Lahirnya SUA 1988 disebabkan karena adanya kebutuhan yang mendesak
untuk mengembangkan kerjasama internasional dalam merencanakan dan
menerima upaya-upaya efektif dan praktis untuk mencegah semua tindakan
melanggar hukum yang bertentangan dengan keselamatan navigasi maritime,
dan penuntutan dan penghukuman para pelakunya bahwa tindakan melanggar
hukum yang bertentangan dengan keselamatan navigasi maritime
membahayakan orang dan harta benda.
D. Resolusi Dewan Keamanan PBB
Pasal 1 ayat (1) Piagam PBB memiliki tujuan yakni menjaga perdamaian dan
keamanan internasional.
E. Pedoman international maritime organization (IMO)
F. International Maritime Bureau (IMB)

IV. Penerapan Yurisdiksi dalam kasus perompakan kapal sinar kudus mv


ditinjau dari aspek hukum internasional
a) Yurisdiksi Indonesia
Status kapal yang dirompak di lepas pantai Somalia adalah kapal dengan
berbendera Indonesia. Hukum Indonesia dapat diterapkan dalam kasus
tersebut mengingat undang-undang Negara bendera berlaku pada semua
orang yang terdapat di atas kapal. Oleh sebab itu, Indonesia dapat
melindungi warga negaranya dengan menegakkan yurisdiksinya untuk
menyelesaikan aturan mengenai kejahatan pelayaran yang terdapat di
dalam KUHP Pasal 438-479.

Anda mungkin juga menyukai