Anda di halaman 1dari 16

PENYULUHAN PARENTING KESEHATAN REPRODUKSI ANAK SEBAGAI UPAYA

PENINGKATAN DAN KESADARAN ORANGTUA TERHADAP KESEHATAN

REPRODUKSI PADA ANAK

Faza Adilla Mutmainah1*, Arum Siwiendrayanti2,


Nanik Prihati3
Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang

Puskesmas Kalongan, Kabupaten Semarang


*
email : fazaadilla41@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi sehat dari sistem, fungsi, dan proses
reproduksi setiap individu. Pengertian sehat bukan saja berarti bebas dari penyakit atau
kecacatan, namun lebih daripada itu termasuk sehat secara mental dan sosial kultural. Minimnya
pengetahuan ini akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seksual pada remaja sehingga
pada akhirnya akan menimbulkan masalah-masalah pada remaja.Masalah kesehatan reproduksi
remaja yang menonjol dikalangan remaja yaitu seksualitas, HIV/AIDS dan NAPZ. Oleh karena
itu pola asuh orangtua sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja. pola asuh
demokratis berpeluang untuk melakukan perilaku seksual yang wajar sembilan belas kali lebih
besar dibandingkan dengan remaja yang diasuh dengan pola permisif. Kurangnya pengaruh
orangtua melalui komunikasi antara orangtua dan remaja seputar masalah seksual dapat
memperkuat muculnya penyimpangan perilaku seksual
Metode: Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian Pre Experimental Design dengan
menggunakan rancangan One Group Pretest-Posttest, yaitu eksperimen dengan rancangan yang
tidak ada kelompok pembandingnya. Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu pkk dusun jatirejo
yang berjumlah 25. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu pkk dusun jatirejo yang berjumlah 25. Untuk
pengambilan data yaitu menggunakan data primer dengan evaluasi intervensi sebelumnya dan
Wawancara mendalam dengan Bidan Desa Kawengen.
Hasil: Karakteristik pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan parenting kesehatan reproduksi
anak dari sebagian besar dalam kategori cukup yaitu sebanyak 15 orang atau 60%, sebagian kecil
dalam kategori baik yaitu sebanyak 10 orang atau 40%, kemudian untuk pengetahuan setelah
diberikan parenting kesehatan reproduksi anak sebagian besar dalam kategori baik yaitu
sebanyak 19 orang atau 76% dan masih ada 6 orang atau 24% dalam kategori cukup.
Pembahasan: Dari hasil pretest dan posttest tersebut dapat dilihat adanya perubahan tingkat
pengetahuan ibu-ibu pkk sebelum dan setelah diberikan penyuluhan . Adanya peningkatan
pengetahuan ibu-ibu pkk yang sebelum diberikan penyuluhan yang berkategori baik berjumlah
40% menjadi 76%, dan untuk kategori cukup terjadi penurunan dari 60% menjadi 24%. Hal ini
membuktikan adanya peningkatan pengetahuan ibu-ibu pkk terkait parenting kesehatan
reproduksi
Kata Kunci: Pola asuh , kesehatan reproduksi, anak

ABSTRACT

Introduction: Reproductive health is a health condition of each individual's system, function,


and reproduction process. The notion of being healthy does not only mean being free from
disease or disability, but more than that including being mentally and socially culturally healthy.
The lack of this knowledge will affect sexual attitudes and behavior in adolescents so that it will
eventually cause problems in adolescents. Interesting adolescent health problems among
adolescents are sexuality, HIV / AIDS and NAPZ. Therefore parenting is very attractive towards
adolescent sexual relations. parenting democracy has a nine-fold greater chance of having sexual
relations compared to adolescents who are raised with permissive patterns. The relationship
between adolescents and adolescents about sexy issues can regulate their appearance
Method: This research is included in the type of Pre Experimental Design research using One
Group Pretest-Posttest design, which is an experiment with a design that has no comparison
group. The population of this research is 25 women from Jatirejo sub-village. The sampling
technique in this study is purposive sampling. The sample in this study were all 25 women from
Jatirejo sub-village. For data collection that is using primary data with evaluation of previous
interventions and in-depth interviews with Midwives Kawengen Village.
Results: Characteristics of knowledge before being given parenting counseling on reproductive
health of children from most in the adequate category that is as many as 15 people or 60%, a
small proportion in the good category as many as 10 people or 40%, then for knowledge after
being given parenting reproductive health children are mostly in the good category namely as
many as 19 people or 76% and there are still 6 people or 24% in the sufficient category.
Discussion: From the results of the pretest and posttest it can be seen that there is a change in the
level of knowledge of the mothers before and after counseling. There was an increase in the
knowledge of the mothers who were given prior to the good category education by 40% to 76%,
and for the category it was quite a decline from 60% to 24%. This proves that there is an increase
in the knowledge of the mothers related to parenting reproductive health
Keywords: parenting, reproductive health , child
PENDAHULUAN

Kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi sehat dari sistem, fungsi, dan proses

reproduksi setiap individu. Pengertian sehat bukan saja berarti bebas dari penyakit atau

kecacatan, namun lebih daripada itu termasuk sehat secara mental dan sosial kultural. Pada

survei ini informasi KRR yang dikumpulkan meliputi pengetahuan tentang masa subur, dapat

hamil meskipun hanya sekali melakukan hubungan seksual, umur sebaiknya menikah dan punya

anak pertama, rencana umur xvi menikah, umur aman (tertua dan termuda) perempuan untuk

melahirkan dan akibat dari menikah muda.

Menurut BKKBN 2013 masalah kesehatan reproduksi remaja yang menonjol dikalangan

remaja yaitu seksualitas, HIV/AIDS dan NAPZ. Hasil survey demografi kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2012 tentang kesehatan reproduksi remaja menunjukan bahwa sebanyak 9,3%

pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Menurut suver kinerja akuntabilitas program

kkbpk menyatakan bahwa presentase KTD di Indonesia terdapat sebanyak19,7% Jawa Tengah

19,8%. Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional BNN tahun 2014 terdapat sebanyak

27,32% pelajar adalah pengguna NAPZA.Sedangkan pada kasus HIV baru tahun 2011 diperoleh

sebanyak 18% yang diantaranya merupakan anak kelompok usia 15-24 tahun (BKKBN,2013).

Usia pertamakali remaja melakukan hubungan seksual terbanyak pada usia 16-19 tahun

dan hubungan seksual dilakukan dengan pacar (Pilar PKBI, 2013 dalam (Dewi, 2015). Hasil

(Survey Demografi Kesehatan Indonesia) SDKI tahun 2013 menunjukkan bahwa hanya 29%

remaja perempuan mengetahui bahwa seorang perempuan mempunyai kesempatan besar untuk

hamil saat perempuan dan lakilaki telah melewati masa pubertas dan setelah melakukan

hubungan seks. Hasil survei yang dilakukan Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah (2012)
diperoleh informasi bahwa 43,22% pengetahuan remaja masih tergolong rendah, 37,28%

pengetahuan remaja tergolong cukup dan 19,50% pengetahuan remaja tergolong memadai.

Berdasarkan Hasil Survei SDKI KPR tahun 2017, sebanyak 43,3% remaja wanita

mendiskusikan tentang haid dengan ibunya. Oleh karena itu pola asuh orangtua sangat

berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja. Hal ini sejalan dengan penelitian (Hidayah &

Maryatun, 2013)dikatakan bahwa pola asuh orangtua mempunyai peran dalam perilaku seksual

remaja. Remaja dengan pola asuh demokratis berpeluang untuk melakukan perilaku seksual yang

wajar sembilan belas kali lebih besar dibandingkan dengan remaja yang diasuh dengan pola

permisif. Kurangnya pengaruh orangtua melalui komunikasi antara orangtua dan remaja seputar

masalah seksual dapat memperkuat muculnya penyimpangan perilaku seksual (Kusmiran, 2011).

Hasil evaluasi dari intervensi sebelumnya terhadap 20 siswa, sebanyak 75% siswa tidak

memperoleh informasi kesehatan reproduksi dari orangtua. Minimnya pengetahuan ini akan

berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seksual pada remaja sehingga pada akhirnya akan

menimbulkan masalah-masalah pada remaja. Masalah-masalah yang dapat timbul karena

kurangnya pengetahuan tentang seks bebas adalah kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit

menular seksual, depresi dan perasaan berdosa (Sarwono, 2015). Perilaku seksual yang

dilakukan remaja mengakibatkan peningkatan masalah-masalah seksual seperti Penyakit

Menular Seksual (PMS), HIV/AIDS, Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), aborsi dan tingkat

mortalitas ibu dan bayinya (Sarwono, 2011). Makin aktifnya perilaku seks pranikah pada remaja,

sehingga perlu adanya pendidikan seks pada remaja, baik disekolah maupun dirumah dalam

upaya mencegah terjadinya hubungan seks pranikah (Sarwono, 2013 dalam (Dewi, 2015).

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul
METODE

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian Pre Experimental Design dengan

menggunakan rancangan One Group Pretest-Posttest, yaitu eksperimen dengan rancangan yang

tidak ada kelompok pembandingnya. Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu pkk Dusun Jatirejo

yang berjumlah 25 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive

sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah semua adalah ibu-ibu pkk Dusun Jatirejo yang

berjumlah 25 orang. Untuk pengambilan data yaitu menggunakan data primer dengan melakukan

evaluasi intervensi sebelumnya di MTS Sudirman dan Wawancara mendalam dengan Bidan

Desa Kawengen.

HASIL

Berdasarkan hasil penentuan prioritas penyebab masalah kesehatan kerja menggunakan

metode USG (Urgency, Seriouseness, Growth) maka diperoleh sebagai berikut :

No. Akar Masalah U S G Total Rangking


1. Kurang pengetahuan dan 4 5 6 15 4
pemahaman remaja mengenai
kesehatan reporduksi
2. Remaja menganggap bahwa 4 5 6 15 4
pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi merupakan hal yang tabu
3. Kurangnya penyuluhan kesehatan 5 8 7 20 1
reproduksi terhadap orangtua

4. Orang tua tidak memberikan 4 7 7 18 2


informasi tentang kesehatan
reproduksi kepada anak
Keterangan :
1. U : Urgency atau urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah

tersebut diselesaikan.

2. S : Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yaitu dengan dengan melihat dampak

masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,

membahayakan system atau tidak.

G : Growth atau tingkat perkembanagan masalah, yaitu dilihat dengan apakah masalah tersebut

berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.

Berdasarkan tabel di atas didapatkan peringkat penyebab masalah kesehatan reproduksi yaitu kurangnya

Kurangnya penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap orangtua dan kurangnya peran orangtua

dalam memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi anak. Setelah mengetahui prioritas penyebab

masalah kesehatan kerja, maka dilakukan pencarian alternative penyelesaian masalah kesehatan kerja

dengan menggunakan Brain Storming antar anggota. Hasil dari penyelesaian masalah untuk kesehatan

kerja yaitu dengan Penyuluhan parenting kesehatan reproduksi anak.

Pada kegiatan ini, presentase kepesertaan yang hadir sebesar 62,5% responden yang

dijadikan sampel penelitian adalah ibu-ibu pkk Dusun Jatirejo yang berjumlah 25 orang. Jenis

Kelamin 25 responden adalah perempuan. Umur responden terbanyak adalah responden yang

berumur 30-40 tahun berjumlah 18 orang atau 72%, dan yang berumur 40-50 tahun berjumlah 7

orang atau 28%.

Karakteristik pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan parenting kesehatan reproduksi

dari sebagian besar dalam kategori cukup yaitu sebanyak 15 orang atau 60%, sebagian kecil

dalam kategori baik yaitu sebanyak 10 orang atau 40%, kemudian untuk pengetahuan setelah

diberikan penyuluhan parenting kesehatan reproduksi sebagian besar dalam kategori baik yaitu

sebanyak 19 orang atau 76% dan masih ada 6 orang atau 24% dalam kategori cukup.
PEMBAHASAN

Kegiatan PAKAR Anak ini dilaksanakan pada Hari Minggu Tanggal 10 November 2019

pukul 16.40 WIB di Rumah Ibu Cusi (anggota pkk) Dusun Jatirejo. Jumlah orang yang diundang

dalam kegiatan ini adalah 40 orang namun yang datang berjumlah 25 orang, dengan karakteristik

berusia 30-50 tahun.

Kegiatan Penyuluhan parenting ini dilakukan dirumah salah satu anggota pkk yaitu ibu

cusi.Kegiatan dimulai dari pre test terlebih dahulu untuk mengetahui sejauh mana ibu-ibu

mengenal kesehatan reproduksi anak, dilanjutkan dengan penyuluhan menggunakan media

leaflet, dikhiri dengan post test untuk mengevaluasi apakah terdapat peningkatan pengetahuan

ibu-ibu setelah diadakannya intervensi.

Dari hasil pretest dan posttest tersebut dapat dilihat adanya perubahan tingkat

pengetahuan ibu-ibu pkk sebelum dan setelah diberikan penyuluhan. Adanya peningkatan

pengetahuan ibu-ibu pkk yang sebelum diberikan penyuluhan yang berkategori baik berjumlah

40% menjadi 76%, dan untuk kategori cukup terjadi penurunan dari 60% menjadi 24%. Hal ini

membuktikan adanya peningkatan pengetahuan ibu-ibu pkk terkait kesehatan reproduksi anak.

PENUTUP

Kesimpulan

Penilitian ini melibatkan responden sebanyak 25 orang ibu-ibu pkk. Berdasarkan hasil

pretest dan posttest terkait Penyuluhan parenting kesehatan reproduksi anak di Dusun Jatirejo

dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dari 40% menjadi 76% pada ibu-ibu

pkk setelah diberikannya penyuluhan terkait kesehatan reproduksi.


Saran

Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan parenting kesehatan reproduksi anak pada ibu-ibu

pkk diharapkan nantinya orangtua mampu memberikan informasi terkait kesehatan reproduksi

terhadap anaknya sejak usia dini. Sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit menular seksual

dan kehamilan tidak diinginkan. Agar kegiatan dapat berlanjut kedepanya sebaiknya dibentuk

sebuah farum atau wadah untuk para ibu-ibu agar mendapatkan informasi terbaru tentang

kesehatan reproduksi.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, E. (2015). Risiko dan Refleksivitas Perilaku Seks Pranikah PadaRemaja (Studi Deskriptif Kualitatif
Pada Remaja di SMA Kesatrian 1 Kota Semarang. Tesis, Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Hidayah, & Maryatun. (2013). Peran Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Pra Nikah pada Remaja di
SMA Muhammadiyah 3 Surakarta. 53-61.

Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.

Sarwono. (2015). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


KUESIONER EVALUASI

Kuesioner Penelitian
KESEHATAN REPRODUKSI

No Pertanyaan dan pernyataan Jawaban


ya tidak
Pengetahuan
1. Apakah anda mengetahui tentang kesehatan reproduksi?
2. Masa Pubertas adalah ketika seorang anak hanya
mengalami perubahan fisik
Pertanyaan nomor 3 hanya untuk siswa laki-laki. Siswa perempuan lanjut ke soal nomor 4.
3. Ciri pubertas pada anak laki-laki
Tumbuh kumis
Keringat berlebih dan bau badan
Suara membesar
Mimpi basah
4. Cara pubertas pada anak perempuan
Menstruasi
Tumbuh bulu ketiak
Pertambahan tumbuh tinggi
Mood menjadi lebih stabil
Pertanyaan nomor 5 hanya untuk siswa perempuan. Siswa laki-laki lanjut ke nomor 5.
5. Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah
merah sehat atau hemoglobin
6. Tablet tambah darah dapat mencegah anemia
7. Remaja putri tidak perlu mengkonsumsi tablet tambah
darah
Jika pertayaan nomor 7 jawaban “Ya” lanjut ke soal nomor
8. Kapan waktu mengkonsumsi tablet tambah darah?
a. Sehari sekali
b. Seminggu sekali
c. Sebulan sekali
d. Setahun sekali
e. Ketika menstruasi saja
f. Lainnya, sebutkan……………………
9. Kehamilan Tidak Diinginkan disebabkan oleh
pergaulan bebas
10. Kehamilan Tidak Diinginkan dapat meningkatakn
keharmonisan dalam Keluarga
11. Penyakit apa saja yang diakibatkan karena tidak
menjaga kesehatan reproduksi ?
Sifilis
HIV/AIDS
Keputihan
Kemandulan
12. Penularan HIV/AIDS dapat melalui beberapa cara
berikut:
Transfusi darah
Gigitan Nyamuk
Berhubungan Sex
Pembuatan Tatto
Sikap
No. Pertanyaan dan Pernyataan Setuju Tidak Setuju
1. Mengetahui tentang kesehatan reproduksi bermanfaat
bagi remaja
2. Pergaulan saya tidak dibatasi oleh orang tua
3. Menurut saya, berpacaran adalah hal yang wajar
4. Berpacaran berarti saya bebas melakukan apa saja
dengan pacar saya
5. Pergaulan bebas merupakan akibat dari ketidak pedulian
orang tua saya
6. Saya lebih nyaman bercerita tentang permasalahan saya
kepada teman daripada keluarga
7. Membicarakan/mendiskusikan tentang kesehatan
reproduksi, akan membuat remaja ingin mencoba
melakukan hubungan seksual
8. Pendidikan kesehatan reproduksi membuat remaja
bertanggungjawab terhadap kesehatan reproduksi
mereka
9. Remaja membutuhkan konselor tentang kesehatan
reproduksi
Pertanyaan untuk siswa perempuan
10. Saya merasa sehat dan tidak membutuhkan tablet
tambah darah
11. Saya tidak mau mengkonsumsi tablet tambah darah
meskipun gratis
12. Alasan saya tidak mengkonsumsi tablet tambah darah
adalah
a. Merasa tidak perlu
b. Rasa dan bau tidak enak
c. Tidak mau beli
d. Tidak bisa minum obat
e. Lainnya, sebutkan…………..
Faktor Reinforcing

No. Pertanyaan dan Pernyataan Ya Tidak


1. Teman saya banyak yang berpacaran
2. Apabila saya memiliki masalah, orang pertama yang
menjadi tempat curhat adalah
Orang tua
Teman
Guru
3. Orang tua saya tidak pernah memberi tahu saya tentang
kesehatan reproduksi
4. Keluarga saya memperbolehkan saya berpacaran
5. Guru memberikan perhatian khusus terhadap anak-anak
yang memiliki perilaku keliru tentang kesehatan
reproduksi. Misalkan: Seks bebas.

Faktor Enabling

No. Pertanyaan dan Pernyataan Ya Tidak


1. Saya mendapatkan informasi tentang kesehatan
reproduksi dari:
Internet
Teman
Keluarga
Guru
Petugas Kesehatan
Lainnya, sebutkan

2. Saya mendapatkan informasi dari sosialisasi dengan


media yang menarik, yaitu
Leaflet
Poster
Lembar balik
Video
Booklet
3. Terdapat program tentang kesehatan reproduksi secara
rutin di sekolah saya
(Jika tidak ada lanjut ke pertanyaan nomor 6)
4. Program dilaksanakan oleh
Petugas kesehatan dari puskesmas
Guru
Tutor Sebaya
5. Program dilaksanakan setiap ……
KUESIONER PRE TEST DAN POST TEST

KUESIONER

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Alamat :

NO Pertanyaan Ya Tidak
1. Kasehatan reproduksi remaja adalah kondisi remaja sehat
secara fisik saja

2. Karakteristik remaja putra :

Mimpi basah

Tumbuh jakun

Nakal

3. KTD (Kehamilan tidak diinginkan) merupakan dampak dari


kekurang hati-hatian dalam menjaga diri maupun
reproduksinya

4 HIV/AIDS dapat diobati

5 Cara menjaga kesehatan reproduksi adalah dengan


menhindari pergaulan bebas

6 Menghindari pembahasan topic seks dengan anak karena


sudah diajarkan disekolah

7 Rendahnya pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi


disebabkan karena absenya orang tua dalam memberikan
pendidikan seks yang memadai

8 Untuk memulai pembicaraan tentang seks orang tua dapat


memanfaatkan isu/ berita terkini

9 Dampak dan akibat dari aktivitas seks yang berlebihan perlu


disampaikan kepada anak

10 Pemahaman tentang seks hanya perlu disampaikan saat


remaja

MEDIA INTERVENSI
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai