1. Bimbingan diperuntukan bagi semua individu. Dlam hal ini pendekatan yang digunakan
dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan dan
lebih diutamakan teknik kelompok dari pada teknik perorngan.
2. Bimbingan bersifat lebih individualisasi. Setiap individu unik (berbeda satu sama lain) dan
melalui bimbingan individu dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikan
tersebut.
3. Bimbingan menekankan pada hal yang positif. Bimbingan merupakan proses bantuan yang
menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk
membangung pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikn dorongan dan
peluang untuk berkembang.
4. Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab
konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah. Mereka sebagai team work
terlibat dalam proses bimbingan.
5. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan. Bimbingan
diarahkan untuk membantu individu agar dapat melakukn pilihn dan mengambil
keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasehat
kepada individu, yang semua itu sangat penting baginya dalm mengambil keputusan.
Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan individu untuk
memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
6. Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan. Pemberian layanan
bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkunngan keluarga,
perusahaan/industri, lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang
layanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi pribadi, sosial, pendidikan dan
pekerjaan.
1. Asas Kerahasiaan. Asas bimbingan konseling yang menuntut dirahasiakannya segenap data
dan keterangan tentang peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data
atau keterngan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain.
2. Asas Kesukarelaan. Asas bimbingan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan
kerelaan peserta didik mengikuti/menjalani pelayanan/ kegiatan yang diperlukan baginya.
3. Asa Keterbukaan. Asas bimbingan konseling yang menghendaki agar peserta didik yang
menjadi sasaran pelayanan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dlam
memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai
informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Agar peserta didik
dapat terbuka, guru pembingbing harus terlebih dahulu terbuka dan tidak berpura-pura.
4. Asas Kegiatan. Asas yang menghendaki peserta didik berpartisipasi secara aktif didalam
penyelenggaraan kegiatan bimbingan.
5. Asas Kemandirian. Peserta didik diharapkan menjadi peserta didik yang mandiri dengan ciri-
ciri mengenal dn menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.
6. Asas Kekinian. Asas yang menghendaki agr objek sasaran pelayanan bimbingan dan
konseling ialah permasalahan peserta didik dalam kondisinya sekarang.
7. Asas Kedinamisan. Asas yang menghendaki peserta didik memiliki kehendak yang sama yaitu
selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai
dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan. Asas yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan
konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang,
harmonis dan terpadu.
9. Asas Keharmonisan. Asas yang menghndaki agar segenp pelayanan dan kegiatan bimbingan
konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangn dengan nilai dan norma yang da,
yaitu nilai agama, hukum dan perturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang
berlaku.
10. Asas Keahlian. Asas yang menghendaki agar pelyanan dan kegiatan bimbingan konseling
diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Keprofesionalan guru pembimbing
harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelyanan dan kegiatn konseling
maupun dalam penegakan kode etik bimbingan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus. Asa yang menghendaki agar pihak-pihak yng tidak mampu
menyelenggarkan pelayanan bimbingan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan peserta didik mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih
ahli.
12. Tut Wuri Handayani. Asas yang menghendki agap pelyanan bimbingan konseling secara
keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi, mengembangkan keteladanan,
memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yng seluas-luasnya kepada
peserta didik untuk maju.