Anda di halaman 1dari 5

POSITRON Vol. 9, No. 1 (2019), Hal.

8-12

DOI: 10.26418/positron.v9i1.29843

Karakterisasi Sifat Fisik Batupasir Daerah Jantho dan Krueng Raya


Menggunakan Uji Gelombang Ultrasonik
Marwana,b*, Rifqana, Fadhli Syamsudina
aJurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala
bProgram Studi Teknik Geofisika, Jurusan Teknik Kebumian, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
*Email : marwan.geo@unsyiah.ac.id
(Diterima 27 November 2018; Disetujui 15 April 2019; Dipublikasikan 31 Mei 2019)

Abstrak

Penelitian sifat fisik batupasir daerah Jantho dan Krueng Raya dilakukan untuk mengetahui karakteristik
batuan masing-masing daerah. Karakteristik batuan diamati melalui respon gelombang ultrasonik pada
dua frekuensi berbeda untuk mengetahui nilai cepat rambat dan atenuasi gelombang. Sifat fisis yang diukur
meliputi porositas, specific gravity, dan koefesien absorpsi. Hasil pengukuran menunjukkan nilai porositas
batupasir daerah Jantho dan Krueng Raya memiliki nilai rata-rata 22% dan 25%. Respon cepat rambat yang
dihasilkan pada sampel K16 (𝜙=2,86%) dan K33 (𝜙=8%) pada input frekuensi 1MHz bernilai 4040 m/s
dan 3797 m/s, serta koefisien atenuasi bernilai 1,824. Sedangkan, respon cepat rambat yang diperoleh
pada sampel Jantho tidak terdeteksi pada instrumen pengukuran. Keterbatasan penguatan sinyal dan
tingginya kadar prositas tiap sampel berpengaruh besar pada tiap parameter yang diukur. Peninjauan
terhadap jenis sampel yang lebih homogen dapat membantu pengamatan respon gelombang yang lebih
baik.
Kata kunci: batupasir, porositas, gelombang ultrasonik, cepat rambat, atenuasi
Besarnya energi gelombang direpresentasikan oleh
1. Latar Belakang
nilai amplitudo, A. Energi ini dapat habis sehingga
Perbedaan diagenesis batuan sedimen pada ikut berpengaruh pada kekuatan transmisi
daerah tertentu menghasilkan perbedaan gelombang dan menyebabkan terjadinya
karakteristik sifat fisis batuan akhir yang terbentuk, pelemahan sinyal gelombang yang disebut sebagai
seperti sifat porositas. Batupasir memiliki ukuran atenuasi. Nilai atenuasi berbanding terbalik dengan
butir 0,062 – 2 mm. Ukuran butiran pembentuk quality factor, Q. Pada sampel batuan kering QP
batupasir mempengaruhi nilai porositas dengan (longitudinal) akan bernilai lebih kecil daripada QS
nilai rata-rata maksimum berkisar 40% [1]. (transversal) yang berarti nilai atenuasi gelombang
Gelombang ultrasonik sebagai salah metode P akan lebih besar daripada gelombang S [4].
alternatif dalam menganalisis pengaruh porositas
terhdap kecepatan dan atenuasi sinyal gelombang. 2. Metodologi
Perbedaan nilai porositas dapat diketahui dengan Metode yang digunakan pada penelitian ini
menganalisis parameter gelombang berupa cepat secara umum dimulai dengan pengambilan sampel
rambat (v) dan koefisien atenuasi (α). Transmisi batuan berupa batupasir dari dua daerah berbeda.
gelombang ke dalam suatu medium akan Pada penelitian ini, dipilih daerah Jantho dan
melibatkan beberapa fenomena seperti refleksi, Krueng Raya sebagai daerah telitian karena
refraksi, dan transmisi [2]. dianggap memliki perbedaan karakteristik
Gelombang ultrasonik direspon secara berbeda batupasir yang kontras. Selanjutnya, dilakukan
ketika ditransmisikan dalam suatu medium karena preparasi sampel di laboratorium. Kegiatan di
perbedaan beberapa sifiat fisik batuan, seperti laboratorium meliputi pengukuran sejumlah
permeabilitas, densitas, kandungan mineral dan parameter yang berkaitan dengan sifat fisik batuan
saturasi air [3]. Pengamatan cepat rambat seperti porositas, berat jenis (specific gravity), dan
gelombang dilakukan dengan menghitung waktu koefesien absorpsi. Setelah preparasi sampel
tempuh (travel time) probe transmitter menuju selesai dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan
receiver. pengujian respon gelombang ultrasonik
Gelombang pada dasarnya merupakan
transmisi energi dari satu titik ke titik yang lain.

8
POSITRON Vol. 9, No. 1 (2019), Hal. 8-12

Gambar 1. Lokasi pengambilan dua jenis sampel batupasir (modifikasi [5]).

pada tiap sampel yang telah dibuat untuk representatif dan sesuai karakteristik masing-
mengetahui nilai sejumlah parameter, seperti cepat masing daerah. Lokasi pengambilan sampel
rambat gelombang dan pelemahan sinyal ditunjukkan pada Gambar 1.
(koefesien atenuasi). Hasil pengukuran juga Secara kenampakan megaskopis, terdapat
diperbandingkan dengan kajian teoritis yang telah perbedaan, baik dari segi warna dan tekstur, dari
dipelajari sebelumnya. kedua jenis batupasir yang diteliti. Perbedaan ini
Pengambilan sampel batupasir mengacu pada dapat dilihat secara visual sebagaimana yang
peta geologi lembar Banda Aceh pada tahun 1981 ditunjukkan pada Gambar 2.
(5). Proses pengambilan sampel dilakukan pada Tahap preparasi dilakukan dengan
daerah yang belum mengalami gangguan, seperti pembentukan sampel dengan total 90 unit dalam
penambangan dan pelapukan, serta masih berada beberapa ukuran yaitu (p×l×h): 4×4×2 cm3, 4×4×4
pada satu tubuh batuan utama. Hal ini bertujuan cm3, dan 4×4×6 cm3. Pembentukan sampel
untuk mendapatkan spesimen sampel yang cukup bertujuan menganalisis karakteristik parameter
gelombang pada berbagai ketebalan, h, sampel.
Pemotongan tubuh batuan dilaukan menggunakan
gerinda dan penghalusan permukaan batuan
dilakukan menggunakan kertas pasir. Hal ini
penting dilakukan agar probe instrumen mengenai
bidang sampel dengan sempurna guna mengalirkan
cukup gelombang saat diuji. Pada penamaan
sampel untuk masing-masing daerah, digunakan
simbol J untuk daerah Jantho dan simbol K untuk
Krueng Raya yang diikuti pemberian nomor sampel
[6].
Pengukuran porositas dilakukan setelah
Gambar 2. Perbandingan batupasir dari dua jumlah sampel mencukupi. Guna mendapatkan
daerah penelitian, (a) batupasir Jantho, (b) hasil representatif, jumlah sampel yang dibuat
batupasir Krueng Raya

9
POSITRON Vol. 9, No. 1 (2019), Hal. 8-12

Gambar 3. Proses saturasi sampel dengan Gambar 5. Aproksimasi kondisi batuan dalam
perendaman dalam air selama 1x24 jam. Pada diagram 3 fase [7].
proses ini berat jenuh di udara (Ww) dan berat
jenuh dalam air (Ws), dihitung. 𝑊𝑜
𝜌𝑑𝑟𝑦 = (2)
𝑊𝑤 − 𝑊𝑠

𝑊𝑤
𝜌𝑠𝑎𝑡 = (3)
𝑊𝑤 − 𝑊𝑠
Kemudian, nilai porositas 𝜙 batuan ditentukan
sebagai perbandingan volume rongga 𝑉𝑣 dengan
volume total 𝑉 menggunakan persamaan
𝑉𝑝
𝜙= 𝑥100% (4)
𝑉𝑏
Kemampuan batuan dalam penyerapan air
(absorpsi) dalam tiap batupasir menjadi sifat fisik
yang dapat diukur menggunakan persamaan
𝑊𝑤 − 𝑊𝑜
Gambar 4. Proses pengeringan sampel 𝑏= (5)
menggunakan oven selama 1×24 jam. Pada proses 𝑊𝑜
ini, berat kering sampel (Wo) dihitung. dengan b merupakan koefesien absorpsi.
sebanyak 15 unit setiap ketebalan. Pada Sampel yang sudah dalam keadaan kering
pengukuran nilai porositas, terdapat beberapa selanjutnya dipersiapkan untuk analisis cepat
parameter yang harus ditukur seperti berat natural rambat gelombang. Perhitungan waktu tempuh
Wn, berat jenuh di udara Ww, berat sampel dalam air gelombang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu,
Ws, dan berat kering Wo. Preparasi sampel yang menggunakan 1 probe transmitter (pemancar) dan
dilakukan seperti saturasi dan pengeringan
a receiver
ditunjukkan pada Gambar 3 dan 4. transmitter
Pengukuran sifat fisik batuan sesuai kondisi
sampel
lapangan secara langsung sulit dilakukan. Oleh
karena itu, pengukuran dilakukan dengan b
pendekatan diagram 3 fase seperti yang
Transmitter/receiver
diilustrasikan pada Gambar 5.
Selanjutnya, perhitungan nilai spesific gravity
dilakukan menggunakan beberapa persamaan sampel
berikut.
𝑊𝑛 Bidang refleksi
𝜌𝑛𝑎𝑡 = (1) Gambar 6. Pengukuran waktu tempuh
𝑊𝑤 − 𝑊𝑠
menggunakan 2 probe (modifikasi[8]).

10
POSITRON Vol. 9, No. 1 (2019), Hal. 8-12

1 probe receiver (penerima) seperti (Gambar 6a)


60,00
ataupun dilakukan dengan menggunakan 1 probe
50,00
yang berfungsi sebagai transmitter sekaligus

porositas (%)
40,00
receiver (Gambar 6b).
30,00
Adapun persamaan yang digunakan untuk
20,00
menghitung cepat rambat gelombang pada masing-
masing metode adalah sebagai berikut. 10,00
0,00
ℎ 0 10 20 30 40 50
𝑣= (6)
𝑡 batas uji gelombang teramati
atau K. Raya Jantho

2ℎ Gambar 7. Sebaran nilai porositas batupasir


𝑣= (7)
𝑡 Krueng Raya memiliki koefesien absorpsi yang
dengan h adalah ketebalan sampel yang variasi lebih besar dengan nilai rata-rata 14,83,
nilainya 2 cm, 4 cm, dan 6 cm. dibandingkan 12,48 untuk batupasir Jantho.
Parameter selanjutnya yang diukur adalah nilai Hasil pengukuran nilai spesific gravity untuk
atenuasi (pelemahan sinyal gelombang) yang batupasir yang diteliti disajikan pada Gambar 8.
direpresentasikan oleh koefesien atenuasi α. Berdasarkan grafik tersebut, nilai spesific gravity
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut memiliki kecenderungan baik. Sampel lapangan
[9]. yang diambil memiliki kadar air yang terbaca pada
2 𝑥 8.686 𝐴2 kurva natural. Setelah pengeringan dilakukan,
𝛼= 𝑥 ln (8) kadar air menjadi hilang sehingga diperoleh kurva
ℎ1 − ℎ2 𝐴1
dry yang bernilai lebih kecil. Kecenderungan yang
dengan A adalah amplitudo gelombang.
sama juga terbaca saat saturasi air dilakukan. Nilai
Pengamatan resolusi gelombang dilakukan
kurva saturated bernilai lebih tinggi. Hal ini berlaku
secara manual pada alat. Respon sinyal dapat
pada kedua jenis batupasir.
diperkuat dan diperkecil dengan panel gain
Pengaruh porositas terhadap cepat rambat dan
(penguatan) yang tersedia untuk mendapatkan
atenuasi gelombang dapat dilihat pada Tabel 1.
resolusi terbaik.

3. Hasil dan Pembahasan 3,00


2,75
Beberapa perbedaan sifat fisik batupasir
2,50
masing-masing daerah penelitian dapat diamati
spesific gravity

2,25
secara megaskopis. Perbedaan ini terjadi karena 2,00
perbedaan lingkungan pengendapan material yang 1,75
diperkirakan berasal dari gunung api sekitar. 1,50
Batupasir Jantho berwarna kecokelatan dengan 1,25 natural
sisipan mineral lempung hingga lanau. Sedangkan 1,00 dry
0,75 saturated
batupasir Krueng Raya berwarna keabu-abuan
karena lebih didominasi mineral kuarsa. a 1 6 11 16 21 26 31 36 41

Pada penelitian ini, nilai porositas yang


3,50
diperoleh dari pengukuran berdasarkan metode
specific gravity

diatas sangat beragam dan masih dalam rentang 3,00


milai porositas batupasir secara teoritik. Batupasir 2,50
daerah Jantho memiliki nilai porositas yang 2,00
berkisar antara 11% - 53% dengan rata-rata 22%. 1,50
Sedangkan, batupasir daerah Krueng Raya memiliki natural
1,00
nilai prositas berkisar antara 3% - 42% dengan dry
0,50 saturated
rata-rata 25%. Adapun sebaran nilai porositas
kedua jenis batupasir ditunjukkan pada Gambar 7. b 1 6 11 16 21 26 31 36 41

Sedangkan hasil pengukuran koefesien Gambar 7. Sebaran nilai spesific gravity batupasir
absorpsi menunjukkan bahwa batupasir daerah (a) Jantho, (b) Krueng Raya.

11
POSITRON Vol. 9, No. 1 (2019), Hal. 8-12

Tabel 1. Hubungan porositas dan respon gelombang adalah berbanding lurus. Hal yang sama
gelombang pada frkuensi 1 MHz. juga terjadi apabila penelitian dilakukan dengan
sampel t V F sampel berkategori homogen dan prinsip-prinsip
No A α
𝜙 (s) (m/s) (MHz)
gelombang dapat teramati dengan baik.
1 K16,2.8% 9,9 1,32 4040
1,82 1
2 K33,8.0% 15.8 0.16 3797 4. Kesimpulan
Gain/Output = 35dB/30dB
Berdasarkan hasil perhitungan nilai porositas
Berdasarkan tabel diatas, nilai porositas sampel batupasir daerah Jantho dan Krueng Raya,
berpengaruh pada nilai cepat rambat dan diketahui bahwa sebaran nilai porositas sesuai
atenuasi gelombang. Pada pengukuran dengan klasifikasi batuan sedimen. Sifat fisik lain
menggunakan probe berfrekuensi 1 MHz, nilai seperti spesific gravity dan absorpsi juga
porositas yang tinggi menyebabkan bersesuaian dengan kajian teoritik terkait sifat fisik
menurunnya nilai cepat rambat. Hal ini batuan. Selanjutnya, hubungan porositas dan
respon gelombang secara umum dapat diamati
disebabkan terjadi disipasi energi ketika
pada sampel batuan berporositas kurang dari 8%.
gelombang merambat dari satu medium
Keterbatasan kemampuan intrumen dalam hal
(matriks) ke medium lain (udara/pori). Hal ini
penguatan sinyal (gain) dan variasi nilai frekuensi
terepresentasi oleh koefesien atenuasi yang juga menjadi penyebab tidak teramatinya respon
menunjukkan tingkat pelemahan sinyal gelombang terhadap nilai porositas. Preparasi
rambatan gelombang. sampel berkategori homogen dapat membantu
Hasil pengukuran respon gelombang pada pengamatan respon gelombang menjadi lebih baik.
frekuensi 2 MHz disajikan pada Tabel 2.
Daftar Pustaka
Berdasarkan sifat panjang gelombang yang
[1] Pettijohn, F. J., Potter, P. E., Siever, R. Sand and
berbading terbalik dengan frekuensi, pada respon
Sandstone, 2nd edition., Springer-Verlag, pp.
frekuensi 2 MHz diperoleh nilai cepat rambat yang 1-21, 1981.
semakin tinggi dibandingkan pada frekuensi 1 MHz. [2] De-hua Han., Nur, A., Morgan, D. Effects of
Hal ini disebabkan porositas batuan mampu porosity and clay content on wave velocities in
meloloskan gelombang dalam energi yang lebih sandstones, SEG, pp. 2093-2107, 1986.
besar. Sehingga waktu tempuh yang dibutuhkan [3] Schon, J. H., Physical Properties of Rocks, 8th
gelombang menjadi lebih singkat. Namun disipasi edition., Elsevier, pp. 17-70, 2011.
energi menjadi lebih besar pula seperti yang [4] Johnston, D. H., Toksoz, M. N., Timur, A.
ditunjukkan pada nilai koefesien atenuasi yang Attenuation of seismic wave in dry and
lebih besar. saturated rocks: II Mechanisms., SEG, pp. 691-
711, 1981.
Tabel 2. Hubungan porositas dan respon [5] Bennet, J. D., Bridge, N. R., Cameron, A.,
gelombang pada frkuensi 2 MHz. Djunuddin, S. A., Ghazali, D. H., Jeffery, W.,
Sampel T V f Kartawa, W., Keats, N.M.S., Rock, S.J.,
No A α
𝜙 (s) (m/s) (MHz) Thompson, Whandoyo, R. Peta Geologi Lembar
1 K16,2.8% 9.3 0.47 4301 Banda Aceh., P3G Bandung, 1981.
2.487 2
2 K33,8.0% 15.1 0.02 3973
[6] Rifqan. Pengaruh Porositas terhadap Cepat
Gain/Output = 35dB/30dB
Rambat dan Atenuasi Gelombang Ultrasonik
Fenomena lain yang ditemukan pada penelitian pada Batupasir Menggunakan Alat Ultrasonic
ini adalah tidak terdeteksinya respon gelombang, Echoscope, Skripsi, FMIPA Fisika, Universitas
baik waktu tempuh ataupun amplitudo gelombang Syiah Kuala, 2013.
pada sebagian besar sampel batupasir Krueng Raya [7] Braja M. Dias., Nagaratnam Sivakugan.,
dan seluruh sampel batupasir Jantho. Hal ini Introduction to geotechnical engineering, 2nd
edition., Cengage Learning, USA. 2014.
disebabkan nilai porositas yang terlalu tinggi dari
[8] ASTM D2845-08, IDT., Metode Uji Cepat
sampel tersebut. Sifat gelombang masih dapat
Rambat Gelombang dan Konstanta Elastik
diamati pada sampel dengan kadar porositas yang Ultrasonik Batuan di Laboratorium, BSN, pp.
lebih kecil dari 8%. . Tingginya kadar porositas 9-26, 2015.
menjadi penyebab tidak teramatinya gelombang [9] Phywe., Basic Set Ultrasonic Echoscope, item
pada probe receiver Selain itu, dapat dibuktikan no : 13921-99, Germany, 2010.
bahwa hubungan porositas dan waktu tempuh

12

Anda mungkin juga menyukai