Data TTV
Data TTV
Siapa yang tidak tahu tanda-tanda vital... tanda-tanda vital atau biasa kita sebut dengan
TTV merupakan pengetahuan yang paling pertama diajarkan pada saat kita kuliah dahulu,
TTV ini meliputi pengukuran Tekanan Darah, Nadi/menit, Pernafasan/menit dan Suhu tubuh.
Seringnya kita mengukur tanda-tanda vital membuat kita merasa bahwa kegiatan ini
merupakan kegiatan yang membosankan dan tidak memiliki arti penting, kecuali jika kita
tahu bahwa tekanan darah si klien sangat tinggi atau sangat rendah... dan kebanyakan dari
kita beranggapan yang paling penting hanyalah Tekanan Darah...
Rekan-rekan sekalian mungkin kita memang diajarkan bagaimana mendapatkan data
mengenai tanda-tanda vital, namun sebagian besar dari kita mungkin tidak diajarkan dan
tidak tahu seberapa vitalkah tanda-tanda vital itu... ?apa yang ditunjukkan oleh angka-angka
dalam tanda-tanda vital...?
*Untuk menghilangkan efek bias (sugesti) maka kasus akan ditampilkan pada akhir tulisan,
di sini kita hanya menganalisa dari data tanda-tanda vital
Dengan Demikian kita dapat mengingatkan dokter apabila dokter sedang lupa tentang
kebutuhan terapi, Inilah pentingnya kolaborasi
KASUS
Pria berusia 35 tahun dengan berat badan 50Kg datang dengan keluhan lemas, klien
mengatakan diare sejak 2 hari yang lalu dengan rata-rata BAB 5x/hari konsistensi cair,
sebelumnya klien mengatakan badannya panas, nafsu makan menurun, minum hanya sedikit
TTV
- TD : 100/70 mmHg
- N : 87 x/menit
- RR : 22 x/menit
-S : 36,2 *C
Nah....
Hanya dengan data TTV kita sudah mengerti apa kebutuhan klien...
Sekarang sudah tahu bagaimana vitalnya tanda-tanda vital...?
kalau masih kurang jelas, tanyakan di kotak komentar...
Semoga bermanfaat...
^_^
NB : TTV bukanlah patokan utama, Anamnese tetap merupakan hal yang penting untuk
mendapatkan data tentang kebutuhan klien.
Aritmia adalah masalah pada irama jantung ketika organ tersebut berdetak terlalu
cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia terjadi karena impuls elektrik yang
berfungsi mengatur detak jantung tidak bekerja dengan baik. Jenis-jenis aritmia yang
paling umum dijumpai antara lain:
Bradikardia. Kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat atau tidak teratur.
Blok jantung. Kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat dan bisa
menyebabkan seseorang pingsan.
Takikardia supraventrikular. Kondisi ketika jantung berdenyut cepat secara
tidak normal.
Fibrilasi atrium. Kondisi ketika jantung berdetak sangat cepat, bahkan pada
saat sedang beristirahat.
Fibrilasi ventrikel. Jenis aritmia yang dapat menyebabkan penderitanya
kehilangan kesadaran atau kematian mendadak akibat detak jantung yang terlalu
cepat dan tidak teratur.
Dalam melakukan pengkajian terhadap pasien, pengukuran tanda vital merupakan aspek yang
sangat penting. Tanda-tanda vital meliputi: suhu, nadi, pernafasan, tekanan darah, dan nyeri
sering disebut tanda-tanda vital yang ke-5. Perubahan tanda vital dapat menunjukkan
perubahan pada kondisi kesehatan pasien. Normalnya tanda vital berubah karena dipengaruhi
oleh: umur, sex, berat badan, aktifitas, dan kondisi (sehat/sakit).
Setiap 4 jam sekali, bila ditemukan salah satu tanda vital yang tidak normal
Setiap 5-15 menit, bila ditemukan tanda vital tidak stabil atau berisiko mengalami perubahan
fisiologi secara cepat pada klien post operasi
Setiap menit atau lebih sering, bila ada perubahan signifikan dari pengukuran sebelumnya.
Suhu
Suhu tubuh menunjukkan kehangatan tubuh manusia. Timbulnya panas tubuh karena adanya
latihan dan metabolism makanan. Panas tubuh akan hilang melalui kulit, paru, dan produk
sisa melalui proses radiasi, konduksi, konveksi, dan eaporasi.
Suhu tubuh mencerminkan keseimbangan antar produksi panas dan kehilangan panas, dan
diukur dalam unit panas derajat.
Suhu inti
Yang berada di dalam jaringan tubuh: rongga abdomen dan rongga pelvic. Suhu inti relatif
konstan.
Suhu permukaan
Merupakan suhu kulit, sub kutan dan lemak sub kutan. Suhu permukaan akan naik dan turun
merespon terhadap lingkungan.
BMR:
Jumlah energy yang digunakan tubuh untuk melakukan aktifitas utama, seperti: bernafas
Aktivitas otot:
Tyroxine output:
Hormon ini dengan seketika meningkatkan metabolisme sel di beberapa jaringan tubuh.
Fever.
Radiasi
Adalah pemindahan panas dari permukaan obek tertentu ke permukaan obyek yang lain tanpa
adanya kontak antara kedua obyek. Yang paling sering adalah dengan sinar infra merah (atau
penyebaran panas dengan gelombang elektromagnetik)
Konduksi
Evaporasi (penguapan)
Adalah perubahan dari cairan menjadi uap. Seperti cairan tubuh dalam bentuk keringat
menguap dari kulit.
Konveksi
Adalah penyebaran panas oleh karena pergerakan udaradengan kepadatan yang tidak sama.
Orang yang mengunakan kipas angin.
Cardian Rhythm
Perubahan fisiologs, seperti perubahan suhu dan tanda-tanda vital yang lain selain flukfutif;
pagi lebih rendah dibandingkan sore hari, suhu tubuh berfluktuasi 0,28 0 – 1,10 C selama
periode 24 jam
Usia,
Suhu tubuh bayi dan anak–anak berubah lebih cepat dalam merespon perubahan panas dan
dingin.
Hormonal
Perempuan cenderung lebih flluktuatif dibandingkan dengan laki lak, karena perubahan
hormon.
Stress
Respon tubuh terhadap sters fisik dan emosi akan meningkatkan produksi epinefrin dan
norepinefrin, sehingga mengakibatkan peningkatan metabolism rate dan terjadi peningkatan
suhu tubuh.
Suhu diukur dengan termometer. Thermometer yang paling dikenal adalah Celcius (C),
Reamur (rankine) (R), Fahrenheit (F), Kelvin (K), dengan perbandingan antara satu dan
lainnya mengikuti. C:R:F-32) = 5:4:9
Contoh: ⁰C = 5/9 (F-32) dan F = 9/4R + 32
Pengaturan suhu
Menggigil
Dalam keadaan normal, hipotalamus menjaga suhu inti “set point” (suhu tubuh optimal)
sebesar 1⁰C oleh perubahan suhu permukaan tubuh dan darah. Suhu lebih dari 41⁰C dan
kurang dari 34⁰C menunjukkan indikasi adanya kerusakan di pusat pengaturan hipotalamus.
Pengukuran suhu
Oral
Termometer diletakkan di bawah lidah dimana terdapat arteri sublingual dan biasanya
menunjukkan hasil pengukuran 0,5⁰ – 0,8⁰C di bawah suhu inti.
3) Tidak sadar
Untuk menjamin keakuratan hasil pengukuran, maka pengukuran suhu tubuh dilakukan 30
menit setelah klien:
b) Merokok
Kontraindikasi :
1) Diare
2) Pembedahan rectal
3) Clotting disorders
4) Hemorrhoids
Aksila
Hasil pengukuran 0,6⁰C lebih rendah dibandingkan suhu oral.Paling sedikit dilakukan,
mudah dan nyaman.
Kontraindikasi :
1) Pasien kurus
Oral : 37⁰C
Telinga ( Aural)
Riset menunjukkan bahwa telinga pada membran timpani paling mendekati suhu inti tubuh.
Dengan didasarkan fakta anatomi, yaitu :
2) Darah pada arteri karotis interna dan eksterna, adalah pembuluh darah yang menyerupai
hipotalamus dan membran timpani.
Pyrexia:
Istilah yang digunakan untuk menggambarkan suhu tubuh lebih tinggi dari set point
normal
Fever (demam):
Kulit kemerahan
Gelisah
Banyak Keringat
Sakit kepala
Hiperthermi
Suhu tubuh > 40,6°C, sangat beriko terjadi kerusakan otak bahkan kematian à kerusakan
pusat pernafasan.
Tahapan demam:
Pastikan frekuensi dan cara pemeriksaan suhu rectal sesuai dengan permintaan dokter atau
rencana keperawatan ( nursing car plain).
Identifikasi pasien
Cuci tangan
Nadi
Nadi adalah sensasi denyutan seperti gelombang yang dapat dirasakan / dipalpasi di arteri
perifer, terjadi karena gerakan atau aliran darah ketika konstraksi jantung.
Nadi adalah gelombang darah yang dibuat oleh kontraksi ventrikel kiri jantung. Pada
orang dewasa kontriksi jantung 60-100 x/mnt saat istrahat. Cardiac output adalah volume
darah yang dipompakan ke dalam arteri oleh jantung = SVxHR. Nadi perifer adalah nadi
yang berada jauh dari jantung, contoh: kaki, radialis, leher, nadi apical. Nadi sentral:
lokasinya di apex jantung.
Pulse Rate ( jumah denyutan perifer yang dirasakan selama 1 menit ) dihitung dengan
menekan arteri perifer dengan menggunakan ujung jari.
Bradikardi: denyut nadi kurang dari 60 xmenit. Kejadian ini lebih sedikit dibandingkan
takikardia
Latihan
Sakit
Trauma
Emosi
Usia
Jenis kelamin
Pria sedikit lebih rendah daripada wanita (pria= 60-65x/menit ketika istirahat.
Rata-rata menurun pada pagi hari dan meningkat pada siang dan sore hari
Bentuk tubuh
Tinggi, langsing biasanya denyut jantung lebih pelan dan nadi lebih sedikit dibandingkan
orang gemuk
Nadi akan meningkat dengan aktifitas dan latihan, dan menurun dengan istirahat.
Rangsangan saraf simpatis dan emosi seperti cemas, takut, gembira meningkatkan denyut
jantung dan nadi. Nyeri adalah stresor yang dapat memacu nadi lebih cepat
Suhu tubuh
Volume darah
Obat-obatan
Beberapa obat dapat menurunkan atau meningkatkan kontraksi jantung. Golongan digitalis
dan sedative menurunkan denyut jantung. Cafeine, nikotin, kokain, hormon tiroid, adrenalin,
dapat meningkatkan HR.
USIA
RENTANG NORMAL
RATA-RATA
BBL
120 -160
140
1-12 bulan
80 – 140
120
1-2 tahun
80 – 130
110
3-6 tahun
75 – 120
100
7-12 tahun
75 – 110
95
Remaja
60 – 100
80
Dewasa
60 – 100
80
Irama nadi:
Reguler:
Pola dan jarak waktu denyutan pada tiap denyutan teraba sama / teratur. Ini merupakan irama
yang normal
Pola dan jarak waktu denyutan pada tiap denyutan teraba tidak sama / tidak teratur.
Pengukuran nadi:
Temporal
Carotid
Apical
Brachial
Radial
Femoral
Poplitea
Posterior tibial
Dorsalis pedis
Pernafasan
Adalah jumlah frekuensi pernafasan seseorang selama satu menit. Frekuensi pernafasan
dihitung setiap satu gerakan inhalasi dan ekshalasi
Pola pernapasan
Pada orang dewasa normal, frekuensi pernapasan normal adalah12 – 20 x /menit, kedalaman
dan iramanya teratur.
Hiperventilasi adalah peningkatan baik dalam frekuensi maupun kedalaman dengan PCO2
rendah.
Pernapasan Kussmaul adalah hiperventilasi yang ditandai oleh peningkatan frekuensi dan
kedalaman pernafasan, yang berkaitan dengan diabetic asidosis berat atau yang bersumber
dari ginjal.
Bunyi napas
Bunyi napas vesicular adalah bunyi yang tenang, dengan nada rendah yang mempunyai fase
inspirasi panjang dan fase ekspirasi yang singkat.
Bunyi napas bronchial adalah bunyi yang terdengar lebih keras dan dengan nada yang lebih
tinggi disbanding bunyi vesicular, dimana fase ekspirasi lebih panjang disbanding fase
inspirasi.
Bunyi napas bronkovesikuler adalah bunyi napas dimana fase inspirasi dan ekspirasi sama.
Bunyi tambahan.
Krekels/rales adalah bunyi yang berlainan atau non kontinyu yang terjadi akibat penundaan
pembukaan kembali jalan napas yang menutup:
Mengi (ronki) adalah bunyi berirama kontinyu yang durasinya lebih lama dibanding krekels.
Dapat terdengar pada saat inspirasi, ekspirasi atau pada keduanya.
Kelainan pernapasan:
Orthopnea adalah tidak dapat bernapas dengan mudah kecuali dalam posisi tegak.
Latihan
Peningkatan metabolisme
Stress
Tekanan Darah
Tekanan darah adalah suatu ukuran tekanan yang dibuat darah saat bergerak melalui arteri
tubuh.
Kerja jantung dapat dilihat melalui tekanan darah. Tekanan darah terdiri atas:
Tekanan sistolik adalah tekanan paling tinggi yang dihasilkan ketika ventrikel kiri jantung
berkontraksi. Ini adalah tekanan gelombang darah yang memasuki arteri.
Tekanan diastolik adalah tekanan paling rendah yang dihasilkan ketika ventrikel kiri
relaksasi. Ini adalah tekanan yang selalu ada dalam arteri.
Tekanan darah yang normal pada setiap orang berlainan. Oleh karena itu, perlu dikaji tekanan
darah yang normal pada orang tertentu. Tetapi jika terjadi kenaikan atau penurunan sebesar
20 sampai 30 mmHg atau lebih, maka perlu dikaji kembali apakah orang tersebut mempunyai
gangguan dalam sistem sirkulasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
tekanan darah pada orang sehat adalah: usia, jenis kelamin, aktifitas dan emosi.
Mengukur tekanan darah:
Pengertian:
Tujuan:
Indikasi:
Pasien baru
Persiapan alat:
Stetoscope
Prosedur:
Cuci tangan
1) Duduk dengan lengan agak fleksi, lengan bawah disangga setinggi jantung, dan telapak
tangan menghadap ke atas.
Pastikan manometer terletak pada setinggi titik pandangan mata. Pengamat lurus berada
kurang dari 1 meter.
Naikkan tekanan dalam manset sambil meraba arteri radialis sampai denyutnya hilang
Ulangi pengukuran satu kali lagi dengan air raksa dalam sphygmomanometer dikembalikan
pada angka nol, tunggu sampai 30 detik. Lakukan kembali tindakan seperti di atas
Lepaskan manset dari lengan, lalu lipat manset dan simpan dengan benar.
Cuci tangan
Pengertian
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam,
napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas
secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare,
2002).
Tujuan
Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi napas dalam
adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi
paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional
yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan nyeri
Teknik relaksasi napas dalam dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri melalui
mekanisme yaitu :
Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh
peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan
meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemic.
Teknik relaksasi napas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoiod
endogen yaitu endorphin dan enkefalin (Smeltzer & Bare, 2002)
Prosedur
Bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernapasan diafragma yang
mengacu pada pendataran kubah diagfragma selama inspirasi yang mengakibatkan
pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk selama inspirasi.
Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan 1,2,3
Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas atas dan
bawah rileks
Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan
Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan cepat
Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (oleh ventrikel kiri) dan paru (oleh ventrikel
kanan). Melalui ventrikel kiri, disemburkan darah ke aorta dan kemudian di teruskan ke arteri di
seluruh tubuh, sebagai akibatnya, timbul suatu gelombang tekananan yang bergerak cepat pada
arteri dan dapat dirasakan sebagai denyut nadi. jadi, dengan menghitung denyut nadi dapat diketahui
frekuensi denyut jantung dalam satu menit.
Lokasi pemeriksaan denyut nadi dapat di lakukan di a.femoralis, a.poplitea, a.tibialis posterior,
a.dorsalis pedis, a.radialis, dan lain-lain. Prinsipnya, pulsasi arteri dapat diraba jika arteri tersebut
memiliki dasar yang keras. Dalam praktek sehari-hari, pemeriksaan pulsasi a.radialis paling sering di
lakukan.
c. Gelombang Nadi
1. Pulsasi celer (gelombang nadi tinggi)
2. pulsasi tardus (gelombang nadi rendah)
d. Frekuensi
1. Takikardia (>100 kali/menit)
2. Brakikardia (<60 kali/menit)
3. Takikardi relatif
4. Brakikardi relatif
e. Irama
1. Pulsasi reguler (irama nadi teratur)
2. Pulsasi ireguler (irama nadi tidak teratur)
Faktor yang mempengaruhi nadi
1. Usia; Peningkatan usia, nadi berangsur menurun.
2. Jenis kelamin; Pria sedikit lebih rendah dari wanita (P = 60-65 kali/menit ketika
istirahat, W = 7-8 kali/menit lebih cepat).
3. Circadian rhythm; Rata-rata menurun pada pagi hari dan meningkat pada siang dan
sore hari.
4. Bentuk tubuh; tinggi, langsing biasanya denyut jantung lebih pelan dan nadi lebih
sedikit dibandingkan orang gemuk.
5. Aktivitas; Nadi akan meningkat ketika beraktifitas dan akan menurun ketika istirahat.
6. Stress dan emosi; Rangsangan saraf simpatis dan emosi seperti cemas, takut,
gembira dapat meningkatkan denyut jantung dan nadi.
7. Suhu tubuh; Setiap peningkatan 1 derajat Fahrenheit nadi akan meningkat 10
kali/menit, peningkatan 1 derajat Celcius nadi meningkat 15 kali/menit. Sebaliknya bila terjadi
penurunan suhu tubuh maka nadi akan menurun.
8. Volume darah; Kehilangan darah yang berlebihan akan menyebabkan peningkatan
nadi.
9. Obat-obatan; beberapa obat dapat menurunkan atau meningkatkan kontraksi
jantung. contohnya, golongan digistalis dan sedatif dapat menurunkan HR. Caffein, nicotine,
cocaine, hormon tyroid, dan adrenalin dapat meningkatkan HR.
2. Tekanan Darah
Tekanan darah pada arteri bervariasia sesuai dengan siklus jantung, yaitu memuncak pada waktu
sistole dan sedikit menurun pada waktu diastole. Pada saat ventrikel berkontraksi, darah akan
dipompa ke seluruh tubuh, hal ini disebut tekanan darah sistole, dan pada saat ventrikel rileks darah
dari atrium masuk ke ventrikel, tekanan aliran darah pada waktu ventrikel sedang rileks tersebut
disebut tekanan darah diastole. Tingginya tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya
aktivitas fisik, keadaan emosi, rasa sakit, suhu sekitar, pengunaan kopi, tembakau, dll.
b. Frekuensi
1. Normal : 16-24 kali/menit (tetapi ada juga referensi yang menyatakan 12-20
kali/menit).
2. Polipnea (takipnu) : Pernapasan cepat.
3. Oligopnea (bradipnu) : Pernapasan yang lebih lambat.
3. Kedalaman Pernapasan
1. Pernapasan normal
2. Pernapasan dangkal
4. Suhu Tubuh
Pemeriksaan secara rektum biasanya memberikan hasil pemeriksaan yang lebih tinggi sebesar 0,4-
0,5 derajat dibandingkan lewat mulut. Suhu tubuh normal : 36,6 derajat celcius - 37,2 derajat celcius.
Pada cuaca yang panas dapat meningkatkan hingga 0,5 derajat celcius suhu normal. Suhu aksila 0,5
derajat celcius lebih rendah dari suhu mulut.
Jenis Suhu
Hiperpireksia (>41,6 derajat celcius)
Hiportermia (<35 derajat celcius)
Early Warning Score (EWS) system adalah suatu sistem permintaan bantuan untuk mengatasi
masalah kesehatan pasien secara dini. EWS didasarkan atas penilaian terhadap perubahan
keadaan pasien melalui pengamatan yang sistematis terhadap semua perubahan fisiologi pasien.
System ini merupakan konsep pendekatan proaktif untuk meningkatkan keselamatan pasien dan
hasil klinis pasien yang lebih baik dengan standarisasi pendekatan asesmen dan menetapkan
skoring parameter fisiologis yang sederhana dan mengadopsi pendekatan ini dari Royal College
of Physicians – National Health Services, 2012.
Ketika seorang pasien mendadak sakit dan datang ke rumah sakit, atau kondisi memburuk tiba-
tiba selama di rumah sakit, maka waktu adalah penting dan respon klinis yang cepat dan efisien
diperlukan untuk optimalisasi hasil klinis yang diharapkan. Bukti saat ini menunjukkan bahwa
tiga serangkai yaitu 1) deteksi dini, 2) ketepatan waktu merespon, dan 3) kompetensi respon
klinis, sangat penting untuk menentukan hasil klinis yang diharapkan.
EWS sistem menggunakan pendekatan sederhana berdasarkan dua persyaratan utama yaitu:
1) Metode yang sistematis untuk mengukur parameter fisiologis sederhana pada semua pasien
untuk memungkinkan identifikasi awal pasien yang mengalami penyakit akut atau kondisi
perburukan, dan
2) Definisi yang jelas tentang ketepatan urgensi dan skala respon klinis yang diperlukan,
disesuaikan dengan beratnya penyakit.
Format penilaian EWS dilakukan berdasarkan pengamatan status fisiologi pasien. Pengamatan ini
merupakan pengamatan yang bisa dilakukan oleh perawat, dokter ataupun tenaga terlatih
lainnya. Parameter yang dinilai dalam EWS mencakup 7 (tujuh) parameter yaitu :
1) Tingkat kesadaran
2) Respirasi/ Pernapasan,
3) Saturasi oksigen,
4) Oksigen tambahan (non-rebreathing mask, rebreathing mask, nasal kanula)
5) Suhu
6) Denyut nadi,
7) Tekanan darah sistolik
Parameter ini sudah rutin diukur dan dicatat dalam rekam medis pada grafik observasi pasien di
setiap rumah sakit. Masing-masing parameter akan dikonversikan dalam bentuk angka, di mana
makin tinggi nilainya maka makin abnormal keadaan pasien sehingga menjadi indikasi untuk
dilakukan tindakan pertolongan sesegera mungkin.
Tujuan penerapan Early Warning Score (EWS) system ini untuk:
- Menilai pasien dengan kondisi akut
- Mendeteksi sejak dini penurunan kondisi klinis pasien selama dalam perawatan di rumah sakit
- Dimulainya respon klinik yang tepat waktu secara kompeten
Penilaian EWS juga dilakukan terhadap pasien yang akan dipindahkan dari ruang rawat ke ruang
rawat lainnya, dari rumah sakit ke rumah sakit lainnya. Bila didapati nilai yang memungkinkan
untuk pengamatan EWS lebih lanjut (pemicu aktivasi respon klinik) maka keputusan untuk
memindahkan pasien bisa dipertimbangkan lagi.
Dengan mencatat EWS secara teratur, kecenderungan respon klinis pasien dapat ditelusuri untuk
deteksi dini potensi penurunan kondis klinis pasien dan memberikan pemicu untuk eskalasi
respon klinis lebih lanjut. Selain itu, pencatatan trend EWS akan memberikan gambaran
pemulihan kondisi pasien, sehingga dapat memfasilitasi penurunan frekuensi dan intensitas
monitoring pasien sampai akhirnya pasien direncanakan discharge.
EWS digunakan sebagai alat bantu dalam asesmen klinis, bukan sebagai pengganti pertimbangan
klinis yang kompeten. EWS tidak digunakan pada anak usia kurang dari 16 tahun dan wanita
hamil, karena respon fisiologi kondisi penyakit akut dapat dimodifikasi pada pasien anak dan
wanita hamil.
PERNAPASAN
Pemeriksaan pertama yang dilakukan adalah menilai sistem pernapasan pasien meliputi jalan
napas, pernapasan pasien, dan kebutuhan oksigen tambahan. Jalan napas pasien harus
dipastikan bersih dan tidak tersumbat. Bila didapati pernapasan yang berbunyi, maka dapat
dipastikan bahwa terdapat sumbatan pada jalan napas pasien.
Frekuensi pernapasan, pola pernapasan dan adanya pemakaian otot bantu pernapasan dapat
menunjukkan adanya distres pernapasan ataupun obstruksi jalan napas.
Frekuensi pernapasan sangat penting untuk diperhatikan, karena setiap gangguan di tubuh
(nyeri, gelisah, penyakit paru, gangguan metabolik, infeksi dan obstruksi jalan napas) akan
menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen yang akan ditandai dengan adanya peningkatan
frekuensi pernapasan.
Pola pernapasan akan sangat membantu dalam mengidentifikasi adanya abnormalitas pada
pasien. Pola pernapasan yang cepat dan dalam (Kussmaul) merupakan gambaran pernapasan
pada gangguan asidosis metabolik berat. Pola pernapasan periodik (Cheyene-Stokes)
menggambarkan adanya gangguan pada batang otak atau adanya gangguan fungsi jantung.
Pola pernapasan yang demikian akan diikuti oleh hipoksemia. Saturasi oksigen yang rendah pada
keadaan hipoksemia ini bisa dideteksi dengan pulse oxymetri. Namun, pengukuran pulse
oxymetri bisa menjadi tidak akurat pada pasien yang hipovolemia, hipotensi ataupun hipotermi.
Parameter pernapasan yang dipantau dalam EWS ini adalah frekuensi pernapasan dan saturasi
oksigen. Selain itu, nilai bobot 2 harus ditambahkan untuk setiap pasien yang membutuhkan
tambahan oksigen ( pemberian oksigen melalui masker atau nasal kanula ).
Pemantauan pertama pada sistem sirkulasi adalah pemantauan denyut nadi. Yang perlu
dipantau adalah frekuensi denyut nadi, keteraturan denyut, isi/volume denyut dan apakah
denyut tersebut simetris di masing-masing sisi tubuh. Pada pasien dengan hipovolemia ataupun
dengan curah jantung yang rendah akan dijumpai denyut nadi yang lemah dan tidak teratur.
Frekuensi denyut yang tidak teratur biasanya dijumpai pada gangguan irama jantung seperti
fibrilasi atrium yang bisa sangat membahayakan.
Denyut yang paradoksikal dengan pernapasan (pulsus paradoxus) akan ditemui pada kasus
hipovolemia, perikarditis, tamponade jantung, asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Sementara pada pasien dengan gangguan katup / sekat jantung akan dijumpai denyut nadi yang
teraba bergetar (thrill).
Tekanan darah merupakan turunan dari fungsi kardiovaskuler. Pemantauan tekanan darah harus
dilakukan setelah pemantauan denyut nadi. Pada gangguan sirkulasi yang ditandai dengan
denyut nadi yang terasa lemah, ireguler hampir dapat dipastikan bahwa pengukuran tekanan
darahnya menunjukkan nilai rendah. Sehingga dengan demikian tekanan darah yang rendah
merupakan tanda lambat dari adanya gangguan sistem kardiovaskuler yang tidak bisa
terkompensasi oleh auto regulasi tubuh. Namun sebaliknya, tekanan darah tinggi bukan
merupakan pertanda bahwa sirkulasi pasien adalah baik. Tekanan darah tinggi menandakan
adanya konstriksi pembuluh darah yang bisa merupakan akibat dari kompensasi awal tubuh saat
hipovolemia, adanya penyempitan dan kekakuan pembuluh darah (aterosklerosis ataupun pre /
eklampsia, dll). Tekanan darah yang sangat tinggi akan meningkatkan risiko terjadinya stroke
hemoragik yang bisa berakibat fatal.
NEUROLOGI
Gangguan neurologi pasien bisa terjadi akibat akibat iskemia, kerusakan struktur otak atau
kerusakan akibat metabolik ataupun infeksi. Identifikasi terhadap gangguan neurologi yang ada
sangat berguna dalam penanganan pasien selanjutnya untuk meminimalkan kerusakan otak
sekunder.
Pemeriksaan neurologi yang dilakukan serial akan sangat membantu dalam penanganan pasien.
Setiap perubahan yang ditemukan dalam pemeriksaan merupakan indikator yang sensitif dan
harus dikaji ulang. Misalnya, adanya penurunan tingkat kesadaran yang tidak disertai lateralisasi
bisa diakibatkan oleh adanya peningkatan tekanan intrakranial, hidrosefalus, demam, keracunan
ataupun akibat gangguan metabolik yang memerlukan penanganan sesegera mungkin.
Pemeriksan neurologi dalam EWS dilakukan dengan cara menilai Alert, Verbal, Pain atau
Unresponsive (AVPU), seperti tercantum pada tabel berikut:
SUHU TUBUH
Panas tubuh dihasilkan oleh reaksi kimia akibat metabolisme sel. Peningkatan suhu tubuh
ditimbulkan oleh peningkatan produksi panas tubuh akibat peningkatan metabolisme sel seperti
pada aktivitas fisik, tirotoksikosis, trauma, peradangan, dan infeksi. Selain itu peningkatan suhu
tubuh juga bisa diakibatkan karena gangguan dalam melepaskan panas ke lingkungan sekitar
seperti pada abnormalitas kelenjar keringat, gagal jantung kongestif, atau bila suhu lingkungan
lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh. Dengan demikian, suhu tubuh bisa menjadi
panduan dalam memperkirakan apa yang terjadi pada pasien.
Pada keadaan normal, suhu tubuh berkisar antara 36° - 38° C, bervariasi dalam 24 jam dan
mengikuti pola diurnal.