Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan prasarana fisik khususnya gedung bertingkat di kota-kota besar makin
pesat. Pesatnya laju pembangunan membutuhkan peruntukan lahan yang makin luas. Di
lain pihak, harga lahan sangat tinggi, akibatnya biaya pembangunan menjadi mahal.
Keadaan ini diatasi dengan mengadakan transfonnasi vertical. Transfonnasi vertical
mengakibatkan munculnya bangunan tinggi (highrise building ). Dari sisi ekonomis
bangunan tinggi sangat menguntungkan, namun dari sudut pandang teknis, menimbulkan
berbagai permasalahan seperti stabilitas bangunan terhadap angin dan gempa berat sendiri
yang besar, settlement dan permasalahan-permasalahan lain yang mengakibatkan
timbulnya berbagai limitasi pada pembangunan suatu bangunan tinggi. Permasalahan
yang kerap muncuI pada pembangunan suatu bangunan tinggi adalah saat pembuatan
basement. Seperti diketahui basement adalah struktur spesifik, yang menuntut perlakuan
khusus saat pembuatannya. Karenanya diperlukan suatu metode konstruksi galian
basement yang dapat membuat basement tidak lagi menjadi suatu bagian yang krusial
(kritis) dari keseluruhan proses pelaksanaan bangunan tinggi.
Konstruksi basement sering merupakan solusi yang ekonomis guna mengatasi
keterbatasan lahan dalam pembangunan gedung. Tapi sebagai struktur bawah tanah,
desain maupun pelaksanaan konstruksi basement perlu dilakukan dengan
memperhitungkan banyak hal. Disamping aspek teknis dari basement itu sendiri, tidak
kalah pentingnya adalah aspek lingkungannya. Mutu pekerjaan pada konstruksi basement
akan sangat mempengaruhi umur dari basement tersebut. Pengendalian terhadap mutu
terpadu sangat diperlukan untuk mencapai produk konstruksi mutu tinggi dan dapat
diandalkan. Beberapa hal yang berkaitan dengan galian Basement yang perlu
diperhatikan adalah beban dan metode galian. Beban tersebut biasanya berupa beban
terbagi rata, beban titik, dan beban garis dan beban terbagi rata memanjang. Sedangkan
metode galian dimana dibagi menjadi: open cut, cantilever, angker, dan strut. Pemilihan
metode galian disesuaikan dengan perencanaan bangunan dan konsdisi di lapangan. Pada
metode galian basement ada beberapa factor yang perlu diperhatikan antara lain: jenis
tanah, kondisi proyek, muka air tanah, besar tekanan tanah yang bekerja, waktu
pelaksanaan, analisa biaya dan sebagainya. penerapan Metode Konstruksi pembuatan
basement dengan cara menguraikan tentang pelaksanaan dan kesulitan atau kendala yang
dihadapi di lapangan, dengan menganalisis setiap jenis pekerjaan pada pembuataan
basement, yaitu : pekerjaan diapraghm wall, dewatering, anchor ground, ekskavasi dan
pembuatan bored pile. Untuk mencegah keruntuhan tanah pada saat penggalian multi
basement digunakan diapraghm wall sebagai dinding penahan sekaligus dinding
permanent untuk basement. Diapraghm wall didefinisikan sebagai selaput beton bertulang
yang relative tipis, dicor kedalam suatu parit dengan sisi-sisi parit lersebut, sebelum dicor
didukung oleh tekanan hidrostatik dari air yang dicampur dengan bentonite yang
merupakan membrane buatan dengan suatu ketebalan dan kedalaman tertentu, dan dibuat
terus menerus didalam tanah dengan pelaksanaan pembuatannya dilakukan dari
permukaan tanah asli dan sebelum penggalian ruang bawah tanah dimuIai. Beberapa
masalah yang timbul dalam pelaksanaan pembuatan galian basement, seperti penurunan
permukaan tanah disekitar galian yang dapat menyebabkan kerusakan structural pada
bangunan dekat galian, fan retaknya saluran dan sarana yang lain. Salah satu
penyebabnya adalah penurunan permukaan air tanah disekitar galian akibat pemompaan
selama konstruksi. Untuk mencegah masalah yang timbul maka metode pemilihan
dewatering sangan menentukan.

1.2 Rumuan Masalah


1. Apa Itu Bangunan Bawah Tanah (Basement) ?
2. Apa Manfaat Bangunan Bawah Tanah (Basement) ?
3. Metode Pembangunan Bangunan Bawah Tanah (Basement) ?

1.3Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Bangunan Bawah Tanah (Basement).
2. Untuk Mengetahui Metode Pembangunan Basement.
3. Untuk Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Basement.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Dasar Teori

Metode konstruksi adalah bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk
mendapatkan tujuan dari proyek, yaitu biaya, kualitas dan waktu. Aspek teknologi, sangat
berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan
dalam metode-metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat,
praktis, cepat, dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek
konstruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan akan dapat
tercapai. Penerapan metode pelaksanaan konstruksi, selain terkait erat dengan kondisi
lapangan di mana suatu proyek konstruksi dikerjakan, juga tergantung pada jenis proyek yang
dikerjakan. Metode pelaksanaan pekerjaan untuk bangunan gedung berbeda dengan metode
pekerjaan bangunan irigasi, bangunan pembangkit listrik, konstruksi dermaga maupun
konstruksi jalan dan jembatan. Semua tahapan pekerjaan gedung mempunyai metode
pelaksanaan yang disesuaikandengan designdari konsultan perencana. Perencanaan metode
pelaksanaan pekerjaan struktur didasarkan atas design, situasi dan kondisi proyek serta
siteyang ada dalam data-data proyek. Data-data tersebut merupakan data yang mempengaruhi
dalam menentukan dan merencanakan metode pelaksanaan gedung.

Metode site worksatau struktur bawah merupakan metode yang memiliki pengaruh yang
cukup besar dalam metode pekerjaan struktur secara keseluruhan. Metode struktur bawah
akan menentukan ketepatan schedule pelaksanaan struktur. Hal tersebut disebabkan oleh
tingkat kesulitan yang tinggi dalam pelaksanaannya. Seiring dengan perkembangan kemajuan
teknologi dimana kebutuhan akan pembangunan semakin meningkat, namun lahan yang
dimiliki terbatas sehingga mendukung para engineer untuk memanfaatkan lahan yang terbatas
semaksimal mungkin menjadi bangunan bertingkat. Bangunan bertingkat tidak hanya berarti
berada diatas permukaan tanah, melainkan juga dapat dibuat di bawah permukaan tanah yang
dikenal dengan basement.
2.2 Basement

Basement adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan yang keseluruhan atau
sebagian terletak di bawah tanah. Jadi dapat dikatakan bahwa basement adalah ruang bawah
tanah yang merupakan bagian dari bangunan gedung. Struktur basement gedung bertingkat
(tidak termasuk pondasi tiang), secara garis besar, terdiri dari diantaranya pile cap, kolom,
dinding basement, balok/tie beam dan pelat lantai. Adanya basement tentunya akan ada
penggalian tanah. Bagian ini yang biasa terjadi dan merupakan langkah awal berdirinya
sebuah gedung tinggi. Kendala yang dihadapi pada pekerjaan galian basement adalah faktor
runtuhnya dinding tanah vertikal dan munculnya air tanah ke permukaan pada galian.

Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yakni ;

1. Metode konstruksi
2. retaining wall
3. dewatering.

2.2.2 Metode pelaksanaan konstruksi basement yang digunakan, yaitu:

1. Metode Konstruksi Bottom Up


Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan galian selesai
mencapai galian elevasi rencana (sistem konvensional). Pelat basement paling bawah
dicor terlebih dahulu sehingga menjadi pondasipile cap, kemudian basement diselesaikan
dari bawah keatas, dengan menggunakan scaffolding. Pada sistem ini galian tanah dapat
berupa open cut, sering tidak menggunakan dewatering cut off, tetapi menggunakan
dewatering sistem predrainase dan struktur dinding penahan tanahnya menggunakan
soldier pile dan strauss pile yang bisa sementara maupun permanen. Dalam hal ini
pekerjaan dewatering akan diberhentikan, harus dihitung lebih dahulu apakah struktur
basement yang telah selesai dibangun mampu menahan tekanan ke atas dari air tanah
yang ada, agar terjadi deformasi dari bangunan yang dapat menyebabkan keretakan
struktur. Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan
konstruksi basement dengan metode bottom up ialah sebagai berikut :
1.Mobilisasi peralatan
2.Pelaksaanaan pondasi tiang (bore pile)
3.Pekerjaan pemasangan soldier pile dan strauss pile
4.Penggalian dan pembuangan tanah
5.Pelaksanaan pile cap dantie beam
6.Pelaksanaan plat lantai basement
7.Pelaksanaan dinding penahan tanah (retaining wall) dan kolom basement
8.Dewatering

Kelebihan dari Metode Bottom-Up:

a.Sumber daya manusia yang terlatih sudah banyak yang memadai

b.Tidak membutuhkan teknologi yang tinggi

c.Teknik pengendalian pelaksanaan konstruksi sudah dikuasai

d.Biaya yang harus dikeluarkan relatif lebih murah

Kekurangan dari Metode Bottom-Up:

a.Pelaksanaan dewatering harus lebih intensif

b.Penggunaan “konstruksi sementara” sangat banyak

c.Tidak memungkinkan untuk melaksanakan dengan super struktural secara efisien

Seperti yang telah disebutkan diatas, metode Bottom-Up memiliki beberapa teknik dalam
pekerjaannya, yakni dua diantaranya adalah teknik cut-off dan teknik strutting steel. Berikut
adalah penjelasan singkat mengenai kedua metode tersebut.

A.Teknik Cut-Off

Metode ini merupakan metode yang pada tahap awalnya adalah penggalian seluruh tanah
secara langsung hingga ke elevasi perencanaan basement yang paling bawah. Namun, dengan
keadaan seperti ini, maka tanah disekitar galian akan cenderung melakukan dorongan aktif
sehingga memacu terjadinya longsor atau jatuhnya tanah sekitar menuju area yang sudah
digali. Maka dari itu, dalam penggunaan metode ini, setelah dilakukan penggalian, tanah
disekitar area penggalian perlu ditahan dan diberi ground anchor sehingga tanah disekitar
area penggalian tidak runtuh. Tidak hanya itu, penggunaan metode ini harus memperhatikan
juga lingkungan di sekitar proyek seperti seberapa banyak gedung yang sudah terbangun di
sekitarnya. Metode ini tidak disarankan jika di sekitar area proyek terdapat banyak gedung-
gedung yang sudah berdiri karena hal ini akan sangat mengganggu bagi keberadaan gedung-
gedung tersebut.
Gangguan yang terjadi dapat berupa turunnya tanah atau pondasi dari gedung-gedung
tersebut hingga runtuhnya bagian struktural dari gedung-gedung tersebut.

B.Teknik Strutting Steel

Secara garis besar, proses awal dari metode ini sama dengan metode cut-off yaitu melakukan
penggalian seluruh tanah secara langsung hingga ke elevasi basement yang paling dasar.
Karena tahap awal yang dilakukan adalah sama seperti metode cut-off, maka kesulitan dan
kendala yang dialami akan sama yaitu kecenderungan tanah sekitar untuk runtuh dan jatuh
menuju area galian. Maka dari itu perlu diberikan penahan tanah yang terdapat di sekitar
galian untuk mencegah runtuh/jatuhnya tanah yang berada di sekitar proyek. Metode
pencegahan runtuhnnya tanah sekitar yang membedakan metode ini dengan metode cut-off.
Dalam metode ini, pencegahan yang dilakukan adalah dengan memberikan tahanan struktural
berupa kerangka baja dari satu sisi tanah menuju ke sisi tanah yang lain. Jika dilihat dari
atas, kerangka baja yang dipasang kurang lebih akan terlihat seperti net atau jaring.
2. Metode Top-Down

Cara pelaksanaan pembangunan gedung yang dimulai dari atas ke bawah disebut sebagai
metode Top-Down. Proses pelaksanaan metode ini dimulai dengan memasang dinding
diafragma, kemudian dipasang pondasi dan kingpost, dilanjutkan dengan pembuatan plat
lantai dasar dan setelah itu dilakukan konstruksi basement bagian bawah yang dilakukan
bersamaan dengan penggalian. Metode ini sangat membantu dan digunakan jika kondisi di
sekitar proyek terdapat bangunan yang berdekatan, sehingga longsor tanah dari bangunan
sekitar dapat dicegah.

Urutan Pengerjaan Metode Top-Down:

1.Memasang dinding diagragma

2.Memasang pondasi beserta kingpost

3.Mengerjakan plat lantai dasar

4.Mengerjakan pengerukkan dan pengecoran lantai basement

5.Mengerjakan lantai basement lebih bawah lagi bersamaan dengan lantai yang lebih atas

Kelebihan dari Metode Top-Down:

a.Resiko teknis lebih kecil

b.Jadwal pelaksanaan dapat dipercepat

c.Relatif tidak mengganggu lingkungan

Kekurangan dari Metode Top-Down:

a.Diperlukan peralatan berat yang khusus

b.Sumber daya manusia yang ahli masih terbatas

c.Diperlukan pengetahuan spesifik untuk mengendalikan proyek

d.Tahapan Pekerjaan Tanah Galian Top-Down

Tahapan pekerjaan tanah galian Top-Down beserta ilustrasi tahapan penggalian terdapat di
bawah ini.
1. Penggalian tanah hingga B1

2. Pengecoran pelat pada level B1

3. Pengecoran pelat pada Level 1

4. Pekerjaan galian pada level B2

5. Pengecoran pelat pada level B2


6.Dilakukan langkah yang sama hingga level B5

6. Pekerjaan galian pada level B6

7. Pengecoran Matt Foundation


BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijelaskan pada bab II maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
A.Sistem Bottom Up
merupakan metode pelakasaan konstruksi pembuatan struktur
basement yang dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan galian selesai mencapai
galian elevasi rencana (sistem konvensional). Pelat basemant paling bawah dicor
terlebih dahulu sehingga menjadi raft foundation dengan metode papan
catur,kemudian basemant dielesaikan dari bawah keatas dengan menggunakan
scaffolding. Kolom, balok dan slob dicor ditempat (cast in place).

B. Sistem Top Down


Merupakan metode pelaksanaan konstruksi pembuatan struktur basemant yang
dilaksanakan bersamaan dengan galian basemant, urutan penyelesaian balok dan
pelat lantainya dimulai dari atas ke bawah, dan selama proses pelaksanaan struktur
plat dan balok itu didukung oleh tiang baja yang disebut king post ( yang dipasang
bersamaan bored pile). Sedangkan dinding basemant dicor lebih dahulu dengan
sistem diaphragram wall, dan sekaligus sebagai cut off dewatering.

3.2 Saran
Dari kedua metode pelaksanaan konstruksi untuk pembuatan struktur basement
yaitu metode bottom up dan top down masing-masing metode memiliki kelebihan
dan kekurangannya tersendiri. Khusus untuk metode top down yang dapat
dikatakan sebagai metode baru memang masih perlu banyak dilakukan penelitian
lebih mendalam lagi tentang pengaplikasiannya di lapangan. Sehingga dalam
memilih kedua metode ini diperlukan banyak pertimbangan dan analisis-analisis
pendahuluan yang cukup mendetail dari keadaan nyata dilapangan agar
penggunaannya nanti dapat seefisien dan seekonomis mungkin

Anda mungkin juga menyukai