1102012226
Asam : sekelompok zat yang mengandung hidrogen yang mengalami disosiasi atau terpisah
dalam larutan untuk menghasilkan H+
Teori Arhenius
Asam : Zat yang terdisosiasi dalam air yang membentuk ion hidrogen (H+)
Basa : Zat yang terdiososiasi dalam air yang membentuk ion hidroksil (OH-)
Asam basa adalah proses memberi dan menerimanya proton serta pembentukan ion hidrogen
dan hidroksil
Diperkenalkan oleh Johannnes Bronsted & Thomas Lowry pada tahun 1923
Asam didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat memberikan ion hidrogen, dan
sebuah basa adalah suatu zat yang dapat menerima ion hidrogen
Dalam reaksi asam basa, ion hidrogen dipindahkan dari asam ke basa
Asam-basa terdapat sebagai pasangan konyugat. CH3COO- adalah basa konyugat dari
CH3COOH dan sebaliknya. H3O+ dan H2O juga membentuk pasangan asam-basa
konyugat.
Basa Lewis merupakan jenis basa yang menyumbangkan sepasang elektron bebas (donor
elektron)
Asam Lewis adalah jenis asam yang menerima sepasang elektron bebas (akseptor
elektron)
Salah satu contohnya reaksi molekul yang kekurangan elektron BF3 dengan molekul
kaya elektron NH3 membentuk BF3NH3
Definisi Lewis mensistematiskan kimia berbagai macam oksida biner yang dapat
dianggap sebagai anhidrida asam atau basa
Anhidrida asam didapatkan dengan mengambil air dari suatu asam okso sampai hanya
tertinggal oksidanya, dengan demikian CO2 merupakan anhidrida asam karbonat
(H2CO3)
CO2(g) + H2O(l) ↔ H2CO3(aq)
Oksida logam Golongan I dan II adalah anhidrida basa, yang diperoleh dengan
menghilangkan air dari hidroksida yang sesuai. Contoh kalsium oksida, CaO, adalah
anhidrida basa dari kalsium hidroksida Ca(OH)2
CaO(s) + H2O(l) Ca(OH)2(s)
Reaksi oksida asam dan basa Lewis
CaO(s) + CO2(g) ↔ CaCO3(s)
Berdasarkan kekuatannya
ASAM KUAT
Asam kuat adalah asam yang seluruhnya terionisasi di dalam larutan air. Contohnya HCl,
HBr, HI, H2SO4, HNO3, dan HClO4
Kekuatan asam dari seluruh asam kuat sama besar (efek perataan) dalam pelarut air,
walaupun kemampuan untuk menyumbangkan hidrogen berbeda
BASA KUAT
-
Basa kuat yaitu basa yang bereaksi sempurna menghasilkan ion OH bila dilarutkan
- -
dalam air. Ion amida (NH ) dan hidrida (H ) merupakan basa kuat
2
Kekuatan basa dari seluruh basa kuat sama besar (efek perataan) dalam pelarut air,
-
walaupun kemampuan untuk menyumbangkan OH berbeda
Kesetimbangan reaksi basa kuat bergerak ke arah kanan (=1)
ASAM LEMAH
Asam lemah jika perpindahan ion hidrogen ke air tidak berlangsung sampai selesai
(mencapai kesetimbangan)
Asam lemah merupakan elektrolit lemah
Asam lemah menghasilkan sifat koligatif yang lebih kecil daripada asam kuat
Reaksi kesetimbangan asam lemah
+ -
HA(aq) + H2O(l)↔H3O (aq) + A (aq)
Rumus kesetimbangan
+ -
[H3O ] [A ]= Ka[HA]
Ka adalah tetapan kesetimbangan asam pada suhu tertentu
BASA LEMAH
Contoh : CO2
2. Asam non-volatil : Asam yang tidak mudah menguap, tidak dapat berubah bentuk
menjadi gas untuk diekskresikan oleh paru-paru, tetapi harus diekskresikan oleh ginjal.
- Asam anorganik
Berdasarkan kemampuan ionisasinya asam dan basa
1. Asam dan basa monoprotik
dijaga kadar ion [H + ] bebas dalam batas normal maupun pembentukan asam maupun basa
terus berlangsung dalam kehidupan.
pH darah normal adalah 7.3-7.5 asam adalah pH dibawah 7.3 dan basa adalah pH di
atas 7.5.pH 7.3-7.5 harus tetap dipertahankan,walaupun banyak senyawa-senyawa metabolit
atau nutrien yang bersifat mengganggu nilai tersebut.Gangguan ke arah keasaman (asidosis)
pH kurang dari 7.3 atau ke arah kebasaan (alkalosis) pH diatas 7.5.Gangguan dapat
dipulihkan ke keadaan semula oleh alat kompensasi tubuh.
Karena ion [H + ] berpengaruh besar dalam keseimbangan asam-basa, maka faktor yang
mempengaruhi [H + ] juga mempengaruhi keseimbangan asam basa, yaitu :
Untuk itu diperlukan kordinasi untuk pengaturan keseimbangan asam basa yang
dilakukan dengan 3 sitem :
1.Sistem buffer
2.Sistem respirasi
3.Sistem eksresi melalui ginjal
1. Sistem buffer
Sistem buffer disebut juga sistem penahan atau sistem penyangga, karena dapat
menahan perubahan pH. Sistem buffer merupakan larutan yang mengandung asam dan
basa konjugasinya.
CO2 bereaksi dengan H2O membentuk H2 CO3 yang kemudian berdisosiasi menjadi
ion hidrogen dan ion bikarbonat melalui reaksi reversibel. Bila terjadi peningkatan ion
hidrogen, terjadi interaksi dengan ion bikarbonat sehingga terbentuk asam karbonat.
Berarti dalam hal ini ion bikarbonat bertindak sebagai basa lemah yang menerima
kelebihan ion hidrogen. Asam karbonat yang terbentuk akan mengalami disosiasi
menjadi CO2 dan air, dan CO2 yang dihasilkan akan dikeluarkan melalui paru.
Sistem buffer hemoglobin
Buffer hemoglobin (Hb) merupakan buffer intraseluler yang bekerja di dalam sel
darah merah. Hb dapat berfungsi sebagai buffer karena mengandung residu histidin,
yaitu asam amino yang dapat berikatan secara reversibelion hidrogen, menghasilkan
Hb bentuk berproton dan tidak berproton.
Pada sel darah merah, Hb dapat mengikat karbondioksida dan mengubahnya menjadi
karbonat karena didalam sitoplasma terkandung anhidrase karbonat, dan proses
pengikatan terjadi dengan cepat karena CO2 berdifusi cepat melintasi membran sel
darah merah tanpa memerlukan mekanisme transport aktif membran sel. Kemampuan
pengaturan ini dikenal sebagai sistem buffer hemoglobin.
Cairan interstitium yang mengandung protein dan asam amino terdisosiasi ikut
berperan mengatur pH. Protein mengandung asam amino histidin yang mempunyai
cincin imitazol dengan Pka = 6.0. Pada kebanyakan protein Pk sekitar 7.0-7.4. Proses
pengaturan melalui sistem buffer protein berjalan lambat karena ion hidrogen harus
melalui proses difusi membran sel yang dipengaruhi oleh pompa natrium.
Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam
mengatur pH darah. Penyangga ini berasal dari campuran dihidrogen fosfat (H2PO4-)
dengan monohidrogen fosfat (HPO32-). Sistem penyangga fosfat bekerja dalam cara
yang serupa untuk mengubah asam kuat menjadi asam lemah dan basa kuat menjadi
basa lemah. Natrium hidrogen fosfat ( Na2 PO4 ) adalah basa lemah dan natrium
dihidrogen fosfat ( Na H2 PO4 ) adalah asam lemah
Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di luar sel hanya
sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga urin.
LO 2.1 Definisi pH
PH adalah suatu cara untuk menyatakan konsentrasi ion H+ yang sangat kecil dan
untuk menyatakan tingkat keasaman larutan.
Asam kuat
PH = -log [H+]
Asam lemah
PH = Pka + log garam/asam
Basa lemah
PH = Pka + log garam / basa
Basa kuat
PoH = - log [OH-]
Asidosis Metabolik adalah suatu keadaan turunnya kadar ion HCO3 diikuti dengan
penurunan tekanan parsial CO2 di dalam arteri. Penurunan HCO3 1 mEq/L diikuti penurunan
PaCO2 sebesar 1,2 mmHg, yang menyebabkan penurunan pH dan peningkatan H.
(Price. Wilson.2006.Patofisiologi)
Gejala :
a. Mual
b. Muntah
c. Kelelahan
d. Pernapasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat
e. Rasa mengantuk
f. Mengalami kebingungan
g. Tekanan darah menurun, menyebabkan syok, koma dan kematian
(Price. Wilson.2006.Patofisiologi)
- pH : <7,35
- HCO3 : <22 mEq/L
- PaCO2 : <40 mmHg
(Price. Wilson.2006.Patofisiologi)
LI 3.5 Penanganan Asidosis Metabolik
Gangguan keseimbangan asam basa bila terjadi keadaan asidosis atau alkalosis
maka tubuh akan melakukan mekanisme kompensasi oleh paru-paru dan ginjal,
dengan merubah komponen PaCO2 dan HCO3.
Asidosis Metabolik
Kompensasi primernya meliputi peningkatan kecepatan ventilasi, yang
mengurangi PaCO2 dan kompensasi ginjal, yang dengan menambahkan
bikarbonat baru ke cairan ekstrasel membantu memperkecil penurunan awal
konsentrasi HCO3 ekstrasel.
Alkalosis Metabolik
Kompensasi utamanya adalah penurunan ventilasi, yang meningkatkan PaCO2
dan peningkatan ekskresi HCO3 oleh ginjal, yang membantu mengkompensasi
peningkatan awal konsentrasi HCO3 cairan ekstrasel.
Asidosis Respitorik
Respon kompensasi adalah peningkatan HCO3 plasma, yang disebabkan oleh
penambahan bikarbonat baru ke dalam cairan ekstrasel oleh ginjal. Peningkatan
bikarbonat membantu mengimbangi peningkatan PaCO2, sehingga
mengembalikan pH plasma kembali normal.
Alkalosis Respitorik
Respon kompensasi terhadap pengurangan PCO2 primer pada alkalosis respitorik
adalah pengurangan konsentrasi HCO3 plasma, yang disebabkan oleh
peningkatan ekskresi HCO3 oleh ginjal.
(Prince & Wilson, 2006)
Asidosis respiratorik
asidosis respiratorik adalah peningkatan PCO2 arteri akibat berkurangnya ventilasi. CO2
yang tertahan di dalam tubuh berada dalam keadaan seimbang dengan H2CO3, yang
selanjutnya berada dalam keseimbangan dengan HCO3- sehingga HCO3- plasma
meningkat dan pH menurun.
Etiologi
Asidosis respiratorik terjadi karena deepresi pusat pernafasan, kaelainan atau pengaruh
penyakit yang menyerang otot dinding dada, dan trauma toraks berat. Selain itu karena
inhibisi pusat pernafasan, penyakit nuueromuskular, obstruksi jalan nafas, kelainan
restriktif, mechanical underventilation dan over feeding.
Gambaran klinis
Gambaran klinis yang sering muncul pada penderita asidosis respiratorik biasanya
bergubungan dengan pengaruh sistem syaraf. Perubahan yang sering terjadi adalah sakit
kepala, mengantuk berlebihan hingga kehilangan kesadaran (koma). Peningkatan
tekanan intrakranial dapat menyebababkan dilatasi vena retina dan pepidena.
Pada penderita asidosis kronik adanya adptasi dari ginjal sehingga penurunan Ph
tidak terjadi akibat adanya retensi HCO3- yang menybabkan terjadi peningkatan
HCO3- plasma kurang lebih 3—4 mEq/L setiap 10mmHg tekanan air raksa.
Tata laksana
Pada pasien dengan alkalosis respiratorik kronik, untuk penurunan PCO2 harus
berhati-hati umtuk menghindari alkalosis yang berat karena sudah ada bantuan dari
kompensasi ginjal.
Gejala
a. Rasa cemas berlebihan
b. Sesak napas
c. Nyeri dada
d. Pusing
e. Kesemutan
f. Parestesia
g. Circumoral numbness
Tata laksana
Ditujukan terhadap kelainan primernya
a. Alkalosis respiratorik yang disebabkan oleh hipoksemia diatasi dengan
memberikan terapi oksigen
b. Alkalosis respiratorik yang disebabkan oleh serangan panik diatasi dengan
menenangkan pasien atau memberikan pernapasan dengan sistem air rebreathing
c. Overventilasi pada pasien dengan ventilasi mekanik diatasi dengan mengurangi
minute ventilation atau dengan menambahkan dead space
d. Alkalosis respiratorik yang disebabkan oleh hipoksemia diterapi dengan oksigen
dan memperbaiki penyebab gangguan pertukaran gas.
e. Koreksi alkalosis respiratorik dengan rebreathing mask harus berhati-hati
terutama pada pasien denga kelainan susunan saraf pusat, untuk menghindari
ketidakseimbangan pH cairan serebrospinal dan pH perifer.
Pengobatan :
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu
meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida
yang dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin,
kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini
dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.
Sherwood, Lauralee (2004), Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 2, Jakarta,
EGC.
Sudoyo, W Aru, Bambang setiyohadi, Idrus Alwi (2009),Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Ed.5, Jakarta, Interna Publishing.
Saifuddin, M, dkk. (2008), Gangguan Kesimbangan air-elektrolit dan asam-basa
edisi II. Jakarta, FKUI.
Guyton,Arthur c, dkk. (2008), Buku ajar fisiologi kedokteran edisi III. Jakarta, EGC.
Oxtoby, Gillis, Nachtrieb. Prinsip-prinsip kimia modern
(http //chem-is-try.org/pengukuran pH/oleh Jim Clark/(access from 5 maret 2011)
http://choled.wordpress.com/2008/02/17/
http://ayosz.wordpress.com/2008/02/21/kesimbangan-asam-basa/