Disusun oleh :
ERVIN ROMYANTI
SN182037
A. KONSEP PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskular (Muttaqin, 20016).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah
di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab
stroke hemoragik antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi
arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat
aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya
menurun (Ria Artiani, 2015).
Stroke hemoragikadalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam
suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2016).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah
satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak
sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan
otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.
2. ETIOLOGI
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi
a. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.
b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah dan
terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang mempunyai
bentuk abnormal, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah
arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena, menyebabkan mudah
pecah dan menimbulkan perdarahan otak.
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
Faktor resiko pada stroke adalah:
a. Hipertensi
b. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif,
fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)
c. Kolesterol tinggi, obesitas
d. Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
e. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
f. Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok,dan
kadar estrogen tinggi)
g. Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkohol
STROKE HEMORAGIK
A. Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau
hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar
otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral
sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus,
pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur
dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
B. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma
palingsering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi
willisi.AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan
ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid.
Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan
tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk
dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang
mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan
penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5
hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan
dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga
karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan
kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang
subarakhnoid. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global
(nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2
dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf
hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2
jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa
sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%
karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari
seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun
sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia,
tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
STROKE HEMORAGIK
6. KOMPLIKASI
Stroke hemoragik dapat menyebabkan:
a. Infark Serebri
b. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
c. Fistula caroticocavernosum
d. Epistaksis
e. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal
7. PENATALAKSANAAN MEDIS STROKE HEMORAGIK
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
a. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan
otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa
diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak
mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah
yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan
frekuensi) serta tekanan darah.
b. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan, pemberian dexamethason.
c. Pengobatan
1) Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan
pada fase akut.
2) Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik.
3) diuretika : untuk menurunkan edema serebral
d. Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran
darahotak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita
beberapapenyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit
kardiovaskularyang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum
sehingga saluranpernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat
dipertahankan.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG STROKE HEMORAGIK
a. Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurism atau malformasi vaskular.
b. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada
intrakranial.
c. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti.
d. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi
dan infark akibat dari hemoragik.
e. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam
jaringan otak.
B. ASUHAN KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK
I. PENGKAJIAN
1. Aktivitas dan istirahat
a. Data Subyektif:
1) Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralisis.
2) Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
b. Data obyektif:
1) Perubahan tingkat kesadaran
2) Perubahan tonus otot (flaksid atau spastic), paraliysis
(hemiplegia), kelemahan umum.
3) Gangguan penglihatan
2. Sirkulasi
a. Data Subyektif:
Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung , endokarditis bacterial), polisitemia.
b. Data obyektif:
1) Hipertensi arterial
2) Disritmia, perubahan EKG
3) Pulsasi : kemungkinan bervariasi
4) Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas ego
a. Data Subyektif:
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
b. Data obyektif:
1) Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan ,
kegembiraan
2) Kesulitan berekspresi diri
4. Eliminasi
a. Data Subyektif:
1) Inkontinensia, anuria
2) Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya
suara usus (ileus paralitik)
5. Makan/ minum
a. Data Subyektif:
1) Nafsu makan hilang
2) Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
3) Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
4) Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah
b. Data obyektif:
1) Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan
faring )
2) Obesitas ( faktor resiko )
6. Sensori neural
a. Data Subyektif:
1) Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
2) Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
3) Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
4) Penglihatan berkurang
5) Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas
dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
6) Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
b. Data obyektif:
1) Status mental : koma biasanya menandai stadium perdarahan,
gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif
2) Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua
jenis stroke, genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya reflek
tendon dalam ( kontralateral)
3) Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
4) Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata-kata, reseptif / kesulitan berkata-kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
5) Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,
stimuli taktil
6) Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
7) Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada
sisi ipsi lateral
7. Nyeri / kenyamanan
a. Data Subyektif:
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
b. Data Obyektif:
Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi
a. Data Subyektif:
1) Perokok ( faktor resiko )
Tanda:
a) Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas
b) Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur
c) Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
9. Keamanan
a. Data Obyektif:
1) Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
2) Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek,
hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
3) Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang
pernah dikenali
4) Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi
suhu tubuh
5) Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
keamanan, berkurang kesadaran diri
10. Interaksi sosial
a. Data Obyektif:
Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
11. Pengajaran / pembelajaran
a. Data Subjektif :
1) Riwayat hipertensi keluarga, stroke
2) Penggunaan kontrasepsi oral
12. Pertimbangan rencana pulang
- Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
- Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan ,
perawatan diri dan pekerjaan rumah
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringn serebral b.d penurunan tingkat
kesadaran
2. Penurunan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik
4. Kerusakan mobilitas fisik b.d adaptasi terhadap disabilitas fisik
5. Resiko kerusakan integritas kulit b.d keseimbangan cairan
6. Pola nafas tidak efektif b.d status pernafasan : kepatenan jalan nafas
III. RENCANA KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK
Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Resiko (Pendekatan NOC): (Pendekatan NIC):
Ketidakefektifan Setelah dilakukan Monitorang neurologis
Perfusi jaringan tindakan keperawatan 1. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan
serebral b.d selama 3 x 24 jam, bentuk pupil
penurunan tingkat diharapkan suplai aliran 2. Monitor tingkat kesadaran klien
kesadaran (0406) darah keotak lancar 3. Monitir tanda-tanda vital
dengan kriteria hasil: 4.Monitor keluhan nyeri kepala, mual,
- Nyeri kepala / vertigo muntah
berkurang sampai de- 5. Monitor respon klien terhadap pengobatan
ngan hilang 6. Hindari aktivitas jika TIK meningkat
- Berfungsinya saraf 7. Observasi kondisi fisik klien
dengan baik Terapi oksigen
- Tanda-tandavital stabil 1. Bersihkan jalan nafas dari sekret
2. Pertahankan jalan nafas tetap efektif
3. Berikan oksigen sesuai intruksi
4. Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan
sistem humidifier
5. Beri penjelasan kepada klien tentang
pentingnya pemberian oksigen
6. Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
7. Monitor respon klien terhadap pemberian
oksigen
8.Anjurkan klien untuk tetap memakai
oksigen selama aktifitas dan tidur
2 Penurunan Setelah dilakukan 1. Libatkan keluarga untuk membantu
komunikasi verbal tindakan keperawatan memahami / memahamkan informasi dari /
b.d penurunan selama 3 x 24 jam, ke klien
sirkulasi ke otak diharapkan klien mampu 2. Dengarkan setiap ucapan klien dengan
(4976) untuk berkomunikasi penuh perhatian
lagi dengan kriteria 3. Gunakan kata-kata sederhana dan pendek
hasil: dalam komunikasi dengan klien
- dapat menjawab 4. Dorong klien untuk mengulang kata-kata
pertanyaan yang 5. Berikan arahan / perintah yang sederhana
diajukan perawat setiap interaksi dengan klien
-dapat mengerti dan 6. Programkan speech-language teraphy
memahami pesan- 7. Lakukan speech-language teraphy setiap
pesan melalui gambar interaksi dengan klien
- dapat mengekspresikan
perasaannya secara
verbal maupun
nonverbal
3 Defisit perawatan Setelah dilakukan 1. Kaji kamampuan klien untuk perawatan
diri b.d kelemahan tindakan keperawatan diri
fisik selama 1x24 jam, 2. Pantau kebutuhan klien untuk alat-alat
(1610) diharapkan kebutuhan bantu dalam makan, mandi, berpakaian
mandiri klien terpenuhi, dan toileting
dengan kriteria hasil: 3. Berikan bantuan pada klien hingga klien
- Klien dapat makan sepenuhnya bisa mandiri
dengan bantuan orang 4. Berikan dukungan pada klien untuk
lain / mandiri menunjukkan aktivitas normal sesuai
- Klien dapat mandi kemampuannya
dengan bantuan orang 5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan
lain kebutuhan perawatan diri klien
- Klien dapat memakai
pakaian dengan
bantuan orang lain /
mandiri
- Klien dapat toileting
dengan bantuan alat
4 Kerusakan Setelah dilakukan 1. Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak
mobilitas fisik b.d tindakan keperawatan aktif pada sisi ekstrimitas yang sehat
adaptasi terhadap selama 2x24 jam, 2. Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi
disabilitas fisik diharapkan klien dapat ekstrimitas yang parese / plegi dalam
(1308) melakukan pergerakan toleransi nyeri
fisik dengan kriteria 3. Topang ekstrimitas dengan bantal untuk
hasil : mencegah atau mangurangi bengkak
- Tidak terjadi 4. Ajarkan ambulasi sesuai dengan tahapan
kontraktur otot dan dan kemampuan klien
footdrop 5. Motivasi klien untuk melakukan latihan
- Pasien berpartisipasi sendi seperti yang disarankan
dalam program latihan 6. Libatkan keluarga untuk membantu klien
-Pasien mencapai latihan sendi
keseimbangan saat
duduk
- Pasien mampu
menggunakan sisi
tubuh yang tidak sakit
untuk kompensasi
hilangnya fungsi pada
sisi yang parese/plegi
5 Resiko kerusakan Setelah dilakukan 1. Beri penjelasan pada klien tentang: resiko
integritas kulit b.d tindakan perawatan adanya luka tekan, tanda dan gejala luka
keseimbangan selama 3 x 24 jam, tekan, tindakan pencegahan agar tidak
cairan (0601) diharapkan pasien terjadi luka tekan)
mampu mengetahui dan 2. Berikan masase sederhana
mengontrol resiko - Ciptakan lingkungan yang nyaman
dengan kriteria hasil : - Gunakan lotion, minyak atau bedak untuk
- Klien mampu menge- pelicin
nali tanda dan gejala - Lakukan masase secara teratur
adanya resiko luka - Anjurkan klien untuk rileks selama masase
tekan - Jangan masase pada area kemerahan utk
- Klienmampu menghindari kerusakan kapiler
berpartisipasi dalam - Evaluasi respon klien terhadap masase
pencegahan resiko luka 3. Lakukan alih baring
tekan (masase - Ubah posisi klien setiap 30 menit- 2 jam
sederhana, alih ba-ring, - Pertahankan tempat tidur sedatar mungkin
manajemen nutrisi, untuk mengurangi kekuatan geseran
manajemen tekanan). - Batasi posisi semi fowler hanya 30 menit
- Observasi area yang tertekan (telinga, mata
kaki, sakrum, skrotum, siku, ischium,
skapula)
4. Berikan manajemen nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
- Monitor intake nutrisi
- Tingkatkan masukan protein dan
karbohidrat untuk memelihara ke-
seimbangan nitrogen positif
5. Berikan manajemen tekanan
- Monitor kulit adanya kemerahan dan
pecah-pecah
- Beri pelembab pada kulit yang kering dan
pecah-pecah
- Jaga sprei dalam keadaan bersih dan kering
- Monitor aktivitas dan mobilitas klien
- Beri bedak atau kamper spritus pada area
yang tertekan
Muttaqin, Arif. 2016. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika
___________. Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic. Diakses pada tanggal 6 Februari
2017 di http://nursingbegin.com/askep-stroke-hemoragik/
___________. Konsep Teori Stroke Hemoragik. Diakses pada tanggal 6 Februari 2015
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/
Sudoyo, Aru W., dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi kelima jilid II.
Jakarta:Interna Publishing