b1 b6 PDF
b1 b6 PDF
PENGELOLAAN KASUS
1. Pengkajian
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara per sistem (B1-B6)
dengan focus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan
dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien (Harsono, 2008).
B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak nafas,
penggunaan otot bantu nafas dan peningkatan frekuensi pernafasan. Auskultasi
bunyi nafas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peingkatan produksi
sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada
klienstroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma (Harsono, 2008).
Pada klien dengan tingkat kesadaran comos mentis, pengkajian inspeksi
pernafasannya tidak ada kelainan. Palpasi thoraks didapatkan taktil premitus
seimbang kanan dan kiri. Askultasi tidak didapatkan bunyi nafas tambahan
(Harsono, 2008).
B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai deficit neurologis, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area perfusinya tidak adekuat dan
aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat
membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 (brain) merupakan pemeriksaan focus dan
lebih lengkap dibandingkan pengkajian sistem lainnya (Harsono, 2008).
Pengkajian Tingkat Kesadaran. Kualitas kesadaran klien meruakan parameter
yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan
pengkajian. Tingkat keterjagaan klien respons terhadap lingkungan adalah
indicator paling sensiitf untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan
dan keterjagaan.
Pengkajian Fungsi Serebral. Dalam Harsono, 2008 pengkajian ini meliputi
status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa, lobus frontal dan hemisfer.
a. Status mental. Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara,
eksresi wajah dan aktifitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut
biasanya status mental klien mengalami perubahan.
b. Fungsi intelektual. Didaptkan penurunan dalam ingatan dan memori,
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemamuan
berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami brain
damage yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaaan
yang tidak begitu nyata.
c. Kemampuan bahasa. Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah
lesi yang memengaruhi fungsi dari serebral. Lesi pada daerah hemisfer
yang dominan pada bagian posterior dari girus temporalis superior (area
Wernicke ) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien tidak dapat
memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis. Sedangkan lesi pada
Pengkajian Sistem Motorik. Stroke adalah penyakit saraf motorik atas (UMN)
dan mengakibatkan kehilangan control volunteer terhadap gerakan motorik. Oleh
karena UMN berhilangan, gangguan control motor volunteer pada salah satu sisi
tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada UMN di sisi yang berlawanan dari otak
(Harsono, 2008).
a. Inspeksi umum. Didaptkan hemiplegia (paralisis pada salah sisi) karena
lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah
satu sisi tubuh adalah tanda yang lain.
b. Fasikulasi. Didapatkan pada otot-otot ekstremitas.
c. Tonus Otot. Didapatkan meningkatkan.
d. Kekuatan Otot. Pada penilaian dengan menggunakan tingkat kekuatan
otot pada sisi sakit didapatkan tingkat 0.
e. Keseimbangan dan Koordinasi. Didapatkan mengalami gangguan karena
hemiparase dan hemiplegia.
10
2. Analisa Data
Data subjektif :
Data subjektif yang sering dijumpai pada pasien stroke adalah pada pasien
stroke yang masih memiliki kemampuan komunikasi biasanya mengeluh nyeri di
bagian kepala, di daerah tubuh yang menonjol akibat decubitus serta di bagian
tertentu lainnya, pasien juga sering mengeluh sulit mengunyah dan menelan
karena disebabkan kerusakan neuromuskuler, akibat kesulitan mengunyah dan
menelan nafsu makan pasien jadi berkurang. Pada pasien yang kehilangan
kemampuan berkomunikasi, keluarga pasien sering mengeluh tentang kebersihan
pasien (Wahid, 2005).
Data objektif :
Data objektif yang sering dijumpai pada pasien stroke adalah peningkatan
tekanan intracranial,gangguan perfusi jaringan otak, gangguan eliminasi uri dan
alvi, gangguan psikologis, gangguan penglihatan, peningkatan tekanan darah dan
tanda vital lainnya, mengalami kerusakan neuromuscular, keadaan umum pasien
sering terlihat kotor, tidak terawat dan lemah, akibat tirah baring yang lama pada
pasien stroke sering dijumpai decubitus atau peradangan pada tubuh yang
menonjol, penurunan kesadaran, penurunan kemampuan komunikasi, serta
penurunan kemampuan mobilisasi. Kelemahan neuromuskuler dapa menyebabkan
tidak tercukupinya kebutuhan nutrisi dan elektrolit (Wahid, 2005).
11
12
4. Perencanaan
13
7. Mencegah kontraktur
14
Intervensi :
1. Kaji tingkat mobilisasi pasien dengan (tingkatan 0-4) secara berkala
4. Ubah posisi menimal setiap 2 jam (telentang, miring), dan sebagainya jika
bisa lebih sering jika diletakkan dalam posisi bagian yang terganggu
8. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik (fisioterapi)/ okupasi dan atau rehabilitasi
spesialis
15
Rasional:
1. Menunjukkan perubahan tingkatan mobilitas pasien setiap hari
6. Meningkatkan kemampuan aktivitas mandiri pasien, harga diri, dan peran diri
pasien sehari-hari
16
Rasional :
1. Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase
penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan.
2. Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina
umum.
3. Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
4. Menghindari cidera akibat kecelakaan/jatuh.
5. Berguna dalam memformulasikan program latihan/aktivitas yang berdasarkan
pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat.
Kriteria hasil : Pasien dapat mengekspresikan rasa nyeri yang minimal, ekspresi
wajah pasien rilek.
Intervensi :
1. Pertahankan imobilisasi pada bagian yang patah dengan cara bed rest, gips,
spalek, traksi
2. Meninggikan dan melapang bagian kaki yang fraktur
17
Rasional :
1. Mengurangi rasa nyeri dan mencegah dis lokasi tulang dan perluasan luka
pada jaringan.
2. Meningkatkan aliran darah, mengurangi edema dan mengurangi rasa nyeri.
3. Mempengaruhi penilaian intervensi, tingkat kegelisahan mungkin akibat dari
presepsi/reaksi terhadap nyeri.
4. Diberikan obat analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.
18
19
20
Rasional :
21
Rasional :
22
Rasional :
23
Rasional :
1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiki pasien dan keluarga dan
kebenaran informasi yang didapat.
2. Penjelasan tentang kondisi yang sedang dialami dapat membantu menambah
wawasan pasien dan keluarga.
24
Rasional:
1. Mengetahui skala nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan
oleh pasien. Identifikasi karakter nyeri dan faktor yang berhubungan
merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok
dan untuk mengevaluasi keefektifan dri terapi yang diberikan.
25
5. Implementasi
6. Evaluasi
26
27
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 67 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Turi Gg Salim no.14 Medan
Tanggal Masuk RS : 15 Juni 2013
No. Register : 00.56.34.33
Ruangan/kamar : RA4 Neurologi
Golongan darah :-
Tanggal pengkajian : 17 Juni 2013
Tanggal operasi :-
Diagonsa Medis : Stroke Hemoragik
I. KELUHAN UTAMA
Pasien tidak bisa menggerakkan ektremitas dextra inferior dan superior.
28
B. Quantity/Quality
1. Bagaimana dirasakan :
Pasien tidak dapat merasakan ekstremitas dextra inferior dan
superior.
2. Bagaimana dilihat :
Pasien tampak terbaring lemas di temat tidur.
C. Region
1. Dimana lokasinya :
Pasien tidak bisa menggerakkan ektremitas dextra inferior dan
superior
2. Apakah menyebar :
Tidak
D. Severity :
Iya. Akibatnya pasien tidak bisa melakukan aktifitas.
E. Time :
Pasien tidak bisa menggerakkan ektrmitas dextra setiap saat.
29
30
31
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 37,6◦C
- Tekanan darah : 150/110 mmHg
- Nadi : 86x/menit
- Pernapasan : 20x/menit
- Tinggi badan : 162 cm
- Berat : 54 kg
32
33
Pemeriksaan paru
- Palpasi getaran suara : merata, teraba keseluruh tangan
- Perkusi : Resonan
- Auskultasi (suara nafas,suara ucapan,suara tambahan) :
Pemeriksaan jantung
- Inspeksi : tidak ada pembengkakan
- Palpasi : tidak ada kelainan
- Perkusi : dullness
- Auskultasi : bunyi jantung ( lup-dup) dan frekuensi
(86x/menit)
Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi (bentuk, benjolan) : simetris, tidak ada benjolan
- Auskultasi : peristaltik usus 8x/menit, tidak ada
suara tambahan
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
- Genitalia( rambut pubis, lubang uretra ) : terdapat rambut pubis,
normal
- Anus dan perineum ( lubang anus , kelainan anus, perineum ) :
normal
Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas
Otot simetris sumbu tubuh, tidak ada tanda-tanda sianosi pada
ekstremitas, kekuatan otot ektremitas dextra 1, tidak ada tanda-
tanda edema.
34
35
36
D. Pola eliminasi
1. BAB
- Pola BAB : 1-2x/hari
- Karakter feses : encer, kuning, berbau khas
- Riwayat pendarahan : -
- BAB terakhir :-
- Diare : tidak ada riwayat diare
2. BAK
- Pola BAK : Ny.M memakai kateter 750 -1000cc/hari
- Karakter urine : kuning, berbau khas
- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak
- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada riwayat
penyakit
- Penggunaan diuretik : tidak
- Upaya mengatasi masalah : -
37
Kelemahan dan
penurunan kekuatan
otot
38
Resiko rusaknya
integritas kulit,
decubitus
39
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular ditandai dengan peningkatan hemiparase pada
ekstremitas kanan,GCS 8 (E4M1V3), kekuatan otot ektremitas dextra 1.
2. Kurang perawatan diri berhungungan dengan kelemahan, gangguan
neuromuscular, kekuatan otot depresi ditandai dengan keadaan umum
pasien yang kotor, mukosa mulut kering, keadaan gigi dan lidah tidak
terawatt, pakaian serta laken tidak terawatt serta kuku pasien panjang
dan kotor.
3. Gangguan integritas kulit, decubitus berhubungan dengan
ketidakmampuan mobilisasi ditandai dengan terdapat kerusakan kulit
pada bagian punggung dan ektremitas bagian bawah, kekuatan otot
extremitas dextra 1,warna luka kemerahan.
40
41
42
43
44
45
Intervensi Rasional
- Observasi daerah yang terkena - Jaringan yang mengalami edema
termasuk warna, edema, atau lebih mudah mengalami trauma
tanda lain dari gangguan atau kerusakan integritas kulit
sirkulasi
- Kaji tingkat kebersihan kulit - Mempertahankan keutuhan kulit
dan seminimal mungkin hindari
trauma, panas terhadap kulit\
46
47