i
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok : 3/Senin
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
ii
PRAKATA
Puji syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Isolasi
Enzim Laboratorium Mikrobiologi Industri.
“Tiada Gading yang Tak Retak”. Penulis menyadari banyak kekurangan selama
Praktikum Isolasi Enzim ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi para pembaca.
Penulis memohon maaf apabila ada salah kata ataupun hal-hal yang kurang berkenan
di hati pembaca.
Penyusun
iii
RINGKASAN
Enzim adalah senyawa protein dari makhluk hidup yang berperan sebagai
biokatalisator. Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar sel dapat memperoleh nutrient
dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel, memperoleh energi kimia yang
digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan, dan lain-lain. Isolasi enzim
adalah upaya memperoleh enzim dengan berbagai metode yaitu ; ekstraksi, separasi, dan
presipitasi.
Enzim dapat diproduksi oleh semua sel hidup seperti manusia, hewan, tumbuhan,
dan mikroba. Namun, enzim yang dihasilkan dari mikroba jauh lebih besar karena sifat dari
mikroba yang terus membelah diri dalam waktu singkat. Aktivitas katalitik enzim hanya
diperlihatkan jika dalam suatu sel yang utuh tetapi dapat diekstraksi tanpa kehilangan sifat
metabolitiknya. Oleh karena itu enzim dapat diselidiki di luar sel hidup. (Mutiara, 2004)
Bahan yang digunakan adalah bekatul, NaOH, Aspergillus Niger, glukosa, MgSO4,
KH2PO4, CaCl2, urea, aquadest, dan induser enzim. Alat yang digunkan adalah beaker
glass, centrifuge, cuvet, kertas saring, magnetic stirer, tabung reaksi, erlenmeyer
penghisap, termometer, gelas ukur, pengaduk, stopwatch, timbangan, indikator pH, dan
kompor listrik. Prosedur praktikum dimulai dari perispan bahan baku, pembuatan starter,
fermentasi, analisa hasil, dan uji kadar glukosa.
iv
DAFTAR ISI
RINGKASAN ........................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. v
2.2Penggolongan Enzim...................................................................................................3
2.6Sumber Enzim............................................................................................................10
v
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Hubungan Rasio Sampel Dengan Air Terhadap Aktivitas Enzim............................... 17
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.2 Hubungan Rasio Sampel Dengan Air Terhadap Aktivitas Enzim
viii
vii
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Enzim adalah senyawa protein dari makhluk hidup yang berperan sebagai
biokatalisator. Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar sel dapat memperoleh nutrient
dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel, memperoleh energi kimia yang
digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan, dan lain-lain. Isolasi enzim
adalah upaya memperoleh enzim dengan berbagai metode yaitu ; ekstraksi, separasi, dan
presipitasi.
Struktur Enzim yang tersusun menjadi dua bagian yang saling berpasangan yaitu
apoenzim dan gugus prostetik Apoenzim adalah bagian protein enzim yang sifatnya tak
tahan panas, dan berfungsi sebagai menentukan kekhususan dari enzim. Koensim adalah
ko-faktor molekul organik kecil yang tahan panas dan mengandung ribosa dan fosfat serta
larut dalam air. Koensim dapat disebut dengan gugus prostetik apabila terikat oleh
apoenzim, tetapi koenzim mudah terpisah dari apoenzim. Fungsi koenzim adalah sebagai
penentu sifat dan reaksinya.
1
produk baik makanan maupun medis yang memanfaatkan enzim dengan menghemat biaya
produksi dan mempermudah proses.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim dapat diproduksi oleh semua sel hidup seperti manusia, hewan, tumbuhan,
dan mikroba. Namun, enzim yang dihasilkan dari mikroba jauh lebih besar karena sifat dari
mikroba yang terus membelah diri dalam waktu singkat. Aktivitas katalitik enzim hanya
diperlihatkan jika dalam suatu sel yang utuh tetapi dapat diekstraksi tanpa kehilangan sifat
metabolitiknya. Oleh karena itu enzim dapat diselidiki di luar sel hidup. (Mutiara, 2004)
Holoenzim adalah enzim yang lengkap, terdiri dari apoenzim dan gugus prostetik.
Namun, tidak semua apoenzim dan gugus prostetik menyatu. Ketika bagian gugus prostetik
lepas disebut dengan koenzim. Contoh koenzim adalah beberapa jenis vitamin.
b. Termolabil. Kerja enzim sangat dipengaruhi suhu. Ketika suhu meningkat maka kerja
enzim akan meningkat. Namun apabila suhu reaksi melebihi suhu kerja enzim maka
2
akan terdenturasi atau enzim akan rusak dan suhu rendah menyebabkan enzin non-
aktif.
c. Enzim aktif dalam jumlah sedikit. Dalam reaksi biokimia hanya sejumlah kecil enzim
yang dibutuhkan untuk mengubah sejumlah besar substat.
d. Bekerja secara bolak-balik. Enzim tidak menentuka arah reaksi tetapi hanya
mempercepat reaksi sehingga tercapai kesetimbangan. Hal ini dikarenakan enzim
dapat menguraikan senyawa atau memebentuk senyawa tertentu.
a. Endoenzim
Adalah enzim yang bekerja di di dalam sel atau intraseluler. Enzim ini banyak bekerja
dalam pembentukan energi berupa ATP dan sintesis sel.
b. Eksoenzim
Adalah enzim yang bekerja di luar sel atau interseluler. Umumnya berfungsi untuk
menghidrolisis senyawa besar menjadi lebih kecil sehingga dapat masuk melewati
membran sel. Enzim ini tidak digunakan dalam proses kehidupan sel.
a. Oksidareduktase
Enzim yang bekerja dengan bereaksi secara oksidasi dan reduksi sehingga terjadi
transfer elektron.
b. Transferase
c. Liase
d. Isomerase
3
2.4 Metode Isolasi Enzim
Isolasi enzim adalah suatu upaya untuk mendapatkan enzim dari sumbernya dengan
berbagai metode. Sebelum melakukan isolasi enzim, perlu mengetahui lokasi terdapatnya
enzim pada sumbernya. Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah enzim serupa yang
berasal dari sumber berbeda maka berbeda pula jumlah,karakteristik dan aktivitas katalitik
enzim walaupun katalisasi reaksinya sama. Pada isolasi enzim, waktu uji aktivitas dengan
ukuran / porsi yang berbeda-beda. Agar isolasi enzim membuahkan hasil yang lebih akurat,
uji aktivitas harus dilakukan dalam waktu yang relatinf singkat. (Paul, et. al., 1985). Enzim
dapat diperoleh dengan mengisolasi dari sumbernya. Enzim yang telah diisolasi ini dapat
dimanfaatkan lebih lanjut dalam bidang industri maupun kesehatan Untuk mengeluarkan
enzim dari sumbernya perlu dilakukan isolasi yang dapat dilakukan cara.
a. Ekstraksi
b. Separasi
1) berdasarkan ukuran atau massa : centrifugasi, gel filtrasi, dan dialysis dengan atau
ultrafiltration skala pada umumnya kecil.
2) Berdasarkan kepolarannya : metode ion-exchange chromatography,
chromatofocusing, ekeltroforesis, isoelektric focusing, dan hydrophobic
chromatography dengan skala yang ditargetkan biasanya skala kecil.
3) Baerdasarkan kelarutannya : change in pH, change in ionic strength, dan penurunan
dielektrik konstan dengan skalanya biasanya besar.
4
4) Berdasarkan struktur enzimnya : afnitas kromatografi, afnitas elution, dye-ligand
chromatography, immunoadsorption, dan covalent chromatography dengan target
skala biasanya kecil. (Wardayani Ari, Ahsanatun Syahidawati, 2012)
c. Presipitasi
Presipitasi atau proses pengendapan ekstrak enzim yang dikenal untuk memurnikan
enzim antara lain ;
Bekatul adalah lapisan terluar dari bulir beras yang terbungkus oleh sekamnya dan
merupakan produk sampingan. Bekatul memilki nutrisi yang cukup baik dan memiliki
harga jual yang ekonomis. Pada dasarnya, bekatul dihasilkan melalui proses penggilingan
atau penumbukan padi untuk dijadikan beras. Pada tahap inilah bekatul yang merupakan
lapisan terluar yang menyelimuti endospermas (isi) dipisahkan dengan endosperma beras
agar dapat diolah menjadi nasi. Ketika padi kehilangan bagian sekam pada proses
penggilingan (pengelupasan kulit), maka akan diperoleh brown rice (beras pecah kulit)
yang terdiri atas bran, endosperma, dan embrio. Dalam hal ini, ada dua lapisan yaitu dedak
yang merupakan bagian bran yang kasar sedangkan bekatul merupakan bagian bran yang
halus. Selama proses penggilingan padi dengan basis satu kilogram menjadi beras akan
diperoleh 16-28% sekam padi, 2-4% bekatul, 6-10% dedak, dan sekitar 60% endosperma
(beras nasi).
Tabel 2.1 Komponen dalam bekatul (Widyastuti Laras Ayni, dkk ,2010)
Komponen Banyaknya
Protein 13,11 % -17,19 %
Lemak 2,52 % - 5,05 %
Karbohidrat 67,58 % - 72,74 %
Serat Kasar 370,91 - 387,3
5
Selain kandungan diatas, bekatul juga kaya akan vitamin B1 (Thiamin) yang
bermanfaat untuk mencegah dan mengobati penyakit beri-beri. dikarenakan memiliki
kandungan gizi yang cukup tinggi, maka bekatul aman untuk dikonsumsi. (Wulandari Mita
dan Erma Handarsari, 2010)
b. pH
Enzim pada umumnya bersifat amfolitik, yang berarti enzim mempunyai konstanta
disosiasi pada gugus asam maupun gugus basanya, terutama gugus terminal karboksil dan
gugus terminal amino. Perubahan kereaktifan enzim diperkirakan merupakan akibat dari
perubahan pH lingkungan (Winarno, 1989). Hubungan kecepatan reaksi dengan pH
ditunjukkan pada Gambar 2.
6
Gambar 2.2 Hubungan kecepatan reaksi dengan pH (Winarno, 1989)
c. Konsentrasi enzim
Semakin tinggi konsentrasi enzim maka kecepatan reaksi akan meningkat hingga
batas konsentrasi tertentu. Namun, hasil hidrolisis substrat akan konstan dengan naiknya
konsentrasi enzim. Hal ini disebabkan penambahan enzim sudah tidak efektif lagi (Reed,
1975). Hubungan antara laju reaksi enzim dengan konsentrasi enzim ditunjukkan dalam
Gambar 3.
d. Konsentrasi substrat
7
Menurut Wirahadikusumah (1989), inhibitor merupakan suatu zat kimia tertentu
yang dapat menghambat aktivitas enzim. Pada umumnya cara kerja inhibitor adalah
dengan menyerang sisi aktif enzim sehingga enzim tidak dapat berikatan dengan substrat
Gambar 2.4 Teori kunci-gembok dan teori kecocokan induksi (Page, 1997)
kompleks, seperti kunci yang masuk dalam gembok. Hal ini dikarenakan adanya
kesesuaian bentuk ruang antara substrat dengan sisi aktif enzim, sehingga sisi aktif enzim
cenderung kaku. Di dalam kompleks, substrat dapat bereaksi dengan energi aktivasi yang
rendah. Setelah bereaksi, kompleks lepas dan melepaskan produk serta membebaskan
enzim. Sedangkan menurut teori kecocokan yang terinduksi, sisi aktif enzim merupakan
bentuk yang fleksibel. Ketika substrat memasuki sisi aktif enzim, bentuk sisi aktif
maka enzim akan dilepaskan dalam bentuk bebas dan dapat bereaksi kembali dengan
8
BAB III
METODE PENELITIAN
d. Glukosa j. Aquadest
f. KH2PO4
pH Meter Pengaduk
Centrifuge Cuvet
9
Penghisap
Termometer
a. Haluskan bekatul yang diperoleh dengan mortar, setelah halus timbang 6,3 gram (variabel
1,2,3) dan 3,6 gram, masukkan dalam beaker glass
b. Bahan direndam kedalam larutan NaOH 0,5 M (variabel 1,2,3) dan 1 M (variabel 4),
kemudian dipanaskan pada suhu 90 ℃ selama 1 jam
c. Setelah itu keringkan menggunakan oven pada suhu 110 ℃ dan didiamkan selama 1 malam.
Pembuatan Starter
a. Media inokulum dibuat dengan cara menyiapkan 200 ml larutan media dalam erlenmeyer.
Media terdiri dari 10 gr/L glukosa, 1 gr/L NaCl, 2 gr/L KH2PO4, 0,2 gr/L CaCl2, 1,7 gr/L
MgSO4 dan Aspergillus Niger ditambahkan kedalam campuran.
b. Starter diinkubasi menggunakan shaker pada temperaturnya ruangan selama 1 malam.
Fermentasi
a. Sampel dicampur menggunakan air dengan rasio bekatul-air 6 gram (variabel 1,2,4) dan 9
gram (variabel 3) kemudian diaduk.
b. Atur pH larutan 4
c. Tambahkan kedalam larutan starter sebanyk 15 ml (variabel 1,3,4) dan 20 ml (variabel 2)
serta urea sebanyak 0,6 gr
d. Fermentasi dilakukan secara aerob selama 1 malam pada shaker.
Analisa Hasil
a. Hasil dari fermentasi di sentrifugasi pada kecepatan 2500 rpm selama 20 menit.
b. Kemudian disaring menggunakan pompa vakum dan diperoleh filtratnya (Crude enzim)
c. Filtrat yang diperoleh sebaanyak 15 ml dicampur dengan CMC sebanyak 15 ml
d. Kemudian campuran tersebut diinkubasi selama 10, 20, 30, 40, dan 50 menit
e. Sebelum dan setelah inkubasi lakukan uji kadar glukosa pada sampel bekatul
10
Uji Kadar Glukosa
a. Membuat larutan glukosa standar dengan melarutkan 2,5 gram glukosa dalam 1 liter
aquadest. Standardisasi glukosa standar dengan mencampur 5 ml glukosa standar dengan
5 ml fehling A dan 5 ml fehling B. Campuran ini kemudian dipanaskan sampai 70 oC dan
dititrasi dengan larutan glukosa standar sampai warna biru hampir hilang. Kemudian
ditambah 2 tetes MB (methylen blue) dan dilanjutkan titrasinya sampai warna merah bata.
Mencatat kebutuhan titran (F).
b. Kemudian sebanyak 15 ml sampel diambil, ditambahkan 5 ml fehling A, 5 ml fehling B,
dan 5 ml glukosa standar. Campuran ini kemudian dipanaskan sampai 70oC dan dititrasi
dengan larutan glukosa standar sampai warna biru hampir hilang. Kemudian ditambah 2
tetes MB dan dilanjutkan titrasinya sampai warna merah bata. Mencatat kebutuhan titran
(M) dan kadar glukosa dapat dihitung dengan persamaan:
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
(𝐹−𝑀) 𝑥 𝑥
𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑉𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙
C= 𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
x 2,5
𝐶
Aktivitas Enzim = 𝑇 x BM x 1000 x 1 unit/1μmol
Dimana:
C = konsentrasi glukosa per Ml ekstrak enzim
T = Waktu Inkubasi (menit)
1 unit enzim = besarnya aktivitas enzim yang dibutuhkan untuk membebaskan 1μmol
glukosa per menit per mL enzim
DAFTAR PUSTAKA
Wahono, S.K., V.T., Darsih C., D., Ferdiansyah A., dan Hermawan. Journal Of Energy Procedia,
vol 65 pp. 331-336
11
Wenserly M.C.A., Martin, C., G.J.M., dah Gouveia, E.R. 2013. Increase In Etanhol Production
from Sugarcane Bagasse Based On Combined Pretreatments and Fed-Batch Enzymatic Hydrolisis.
Journal Of Bioresource Technology, vol. 128, pp. 448-453
12
13