PEGAWAI DAN PELANGGAN (PAP2) MENGUCAPKAN 1. Selamat datang di taman surga. 2. Mari kita luruskan niat ikhlas karena Allah Ta’ala dalam mencari ilmu syar’i, sehingga Allah mudahkan untuk kita jalan menuju surga PEKAN KE-5 OKTOBER
2019
UNIT PEMBINAAN AKHLAK Disampaikan oleh:
Disusun Oleh: USTADZ FAJAR BASUKI PEGAWAI & PELANGGAN SELURUH KONSULTAN KK CNR-PPC PAP2 DIVISI AKADEMIK KEISLAMAN BINTANG PELAJAR konsulislam@bintangpelajar.com 0838 5752 4591 INDIKATOR KESUKSESAN PENYAMPAIAN MATERI Peserta kajian mampu: 1) Memahami hakikat persaudaraan sesama muslim. 2) Mengetahui dan memahami definisi itsar. 3) Memahami macam-macam itsar dan hukumnya. 4) Mengetahui derajat-derajar itsar. 5) Mengetahui keutamaan itsar. 6) Mengetahui kiat untuk itsar. HAKIKAT SESAMA MUSLIM ITU BERSAUDARA Dalilnya, Allah Ta’ala berfirman, َْ اص فِي ا ْل َقَتْلَى ا ْل ُح َُّر ِبا ْل ُح َِر َوا ْلعَ ْب َُد ِبا ْلعََ ْب َِد َو ْاْل ُ ْنثَى ِب ْاْل ُ ْنثَى فَ َم ن َُ ص َ علَ ْي ُك َُم ا ْل ِق َ بََ ِين آ َمنُوا ُكت ََ يَا أَيُّ َها الَّ ِذ َِ ن َر ِب ُك َْم َو َر ْح َمةَ فَ َم ن َْ ك ت َ ْخ ِفيفَ ِم ََ سانَ ذَ ِل َ وفَ َوأَدَاءَ إِلَ ْي َِه ِب ِإ ْح ِ ن أ َ ِخي َِه ش َْيءَ فَاتِبَاعَ ِبا ْل َم ْع ُر َْ ي لَ َهُ ِم ََ ع ِف ُ َعذَابَ أ َ ِليمَ ُك فَلَ َه ََ ا ْعتَدَى بَ ْع ََد ذَ ِل “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang- orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari SAUDARANYA, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.” (QS. Al-Baqarah: 178). HAKIKAT SESAMA MUSLIM ITU BERSAUDARA Allah Ta’ala berfirman, خ َرى فَقَاتِلُوا الَّتِي َْ ُ علَى ْاْل َ ن بَغَتَْ إِ ْحدَا ُه َما َْ ص ِل ُحوا بََ ْينَ ُه َما فَ ِإْ َ ين ا ْقتَتَلُوا فَأ ََ ِن ا ْل ُم ْؤ ِمن َِ َ ن َطائِفَت ََ ان ِم َْ َِوإ ََ س ِط . ين ِ ب ا ْل ُم ْق َُّ ّللاَ يُ ِح ََّ ن ُ س ََّ ِطوا إ ِ ص ِل ُحوا بَ ْينَ ُه َما ِبا ْلعَ ْد َِل َوأ َ ْق َْ َ ن فَا َءتَْ فَأ ََّ ت َ ْب ِغي َحتَّى ت َ ِفي ََء إِلَى أ َ ْم َِر َْ ّللاِ فَ ِإ ََّ ن أ َ َخ َو ْي ُك َْم ََواتَّقُوا ََ ّللاَ لَعَلَّ ُك َْم ت ُ ْر َح ُم ون ََ ص ِل ُحوا بَ ْي ْ َ ون إِ ْخ َوةَ فَأََ ُإِنَّ َما ا ْل ُم ْؤ ِمن “Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min BERPERANG maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan berbuat ANIAYA terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah BERSAUDARA, maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (QS. Al-Hujuraat: 9-10). HAKIKAT SESAMA MUSLIM ITU BERSAUDARA Hadis Rasulullah ﷺ, َْ َو َم،حا َج ِت ِه ن ََ ّللاُ ِفي ََّ ان ََ ان ِفي َحا َج َِة أ َ ِخ ْي َِه َك ََ ن َك ْ ُ َو ََل ي،ُ ََل يَ ْظ ِل ُمه،س ِل ِم َْ َم،ُس ِل ُمه ْ س ِل َُم أ َ ُخو ا ْل ُم ْ ا ْل ُم ََّ َُست َ َره ُّللا َ َس ِلما ْ سَت َ ََر ُم َ ن َْ َو َم،ب يَ ْو ََم ا ْل ِقيَا َم ِة َْ ع ْن َهُ ِب َها ك ُْرَبَةَ ِم َِ ن ك َُر َ ُّللا ََّ ج ََ س ِلمَ ك ُْربةَ فَ َّر ْ َن ُم َْ ج ع ََ فَ َّر . يَ ْو ََم ا ْل ِقيَا َم َِة Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain. Ia tidak menzaliminya, dan tidak menyerahkannya kepada musuhnya. Barangsiapa memberi pertolongan akan hajat saudaranya, maka Allah selalu menolongnya dalam hajatnya. Dan barangsiapa memberi kelapangan kepada seseorang Muslim dari suatu kesusahan, maka Allah akan melapangkan orang itu dari suatu kesusahan dari sekian banyak kesusahan pada hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aib orang itu pada hari kiamat. (HR. Bukhari-Muslim) Definisi Itsar ()اإليثار ❖Secara Bahasa bermakna mendahulukan dan mengutamakan atau istilah KBBI “Altruisme” yaitu sifat yang lebih memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain (kebalikan dari egoisme) ❖Secara istilah syar’i adalah mendahulukan orang lain daripada diri sendiri dalam urusan keduniaan dengan berharap pahala akhirat. ❖Itsar dilakukan atas dasar yakin, kuatnya mahabbah (cinta) dan sabar dalam kesulitan. ❖Maka yang dimaksud dengan Itsar adalah seorang mengedepankan orang lain atas dirinya sendiri, sedangkanyang dimaksud dengan muwaasah adalah menolong orang lain dengan memberikan bantuan. Definisi Itsar ()اإليثار Dalam masalah dunia, bila kita bisa mendahulukan orang lain maka itu yang lebih utama. Kita harus memperhatikan orang di bawah kita agar kita senantiasa mensyukuri nikmat Allah ﷻ. Rasulullah ﷺbersabda, َُم ْن َه ْ َ ظ ْرَ ِإلَىَ َم ْنَ ُه َوَأ ِ سفَ َل ُ َفَ ْليَ ْن، ق َِ َوا ْل َخ ْل َ َإذَاَنَ َظ َرَأ َ َح ُد ُك ْمَ ِإلَىَ َم ْنَفُ ِض َل َ علَ ْي ِهَفِىَا ْل َما ِل “Jika salah seorang di antara kalian melihat orang yang memiliki kelebihan harta dan penampilan, maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.” (HR. Bukhari, no. 6490 dan Muslim, no. 2963) Dari Abu Hurairah dan ‘Abdullah bin Hubsyi Al-Khats’ami, bahwa Nabi ﷺpernah ditanya sedekah mana yang paling afdal. Jawab beliau, َج ْهدَُا ْل ُم ِق َِل “Sedekah dari orang yang serba kekurangan.” (HR. An-Nasa’i, no. 2526. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Definisi Itsar ()اإليثار Allah Ta’ala berfirman, َُور ِه َْم َحا َجة ِ صد ُ ُون فَِي ََ ن َها َج ََر إِلَ ْي ِه َْم َو َلَ يَ ِجد ََ ُّن قَ ْب ِل ِه َْم يُ ِحَب َْ ون َم َْ ان ِم ِ ْ َّار َو ََ اإلي َم ََ َوالَّ ِذ ََ ين تَبَ َّو ُءوا الد ََ ِس َِه َفَأُولَئ ك ُه َُم ِ ح نَ ْف ََّ شُ وق ََ ُن ي َْ صةَ َو َم َ صا ََ س ِه َْم َولَ َْو َك َ ان ِب ِه َْم َخ ِ ُعلَى أ َ ْنف َ ونََ ِم َّما أُوتُوا َويُ ْؤثِ ُر ََ ا ْل ُم ْف ِل ُح ون “Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada memiliki keinginan di dalam hati mereka terhadap apa- apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang- orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)* MACAM-MACAM ITSAR Mengutamakan orang lain (itsar) itu terbagi menjadi tiga macam:* Pertama: Terlarang, yaitu engkau mengutamakan selainmu dalam perkara wajib. Misalnya: Jika kamu mempunyai air yang cukup untuk wudhu seorang saja, dan engkau tidak dalam keadaan telah berwudhu. Dan di sana ada temanmu yang juga belum berwudhu, sedangkan air itu adalah milikmu. Entah temanmu yang berwudhu dengan air sedangkan engkau bertayammum, atau engkau berwudhu sedangkan temanmu bertayammum. Dalam keadaan ini engkau tidak boleh memberikan air kepadanya sedangkan engkau bertayammum, karena engkau yang memperoleh dan memiliki air itu. Dan tidak boleh berpindah dari wudhu dengan air kepada tayammum kecuali bagi orang yang tidak punya air. MACAM-MACAM ITSAR Kedua, Makruh, yaitu perbuatan itsar pada perkara yang mustahab (dianjurkan). Sebagian ahli ilmu memakruhkannya dan sebagian yang lain membolehkannya, akan tetapi yang lebih utama adalah meninggalkannya, kecuali jika ada maslahat. Contohnya : engkau mempersilahkan orang lain masuk ke shaf awal yang engkau tempati, yaitu engkau berada di shaf awal ketika hendak shalat kemudian masuk seseorang, lalu engkau beranjak dari tempatmu dan mempersilakannya untuk menempati tempatmu. MACAM-MACAM ITSAR Ketiga. Dianjurkan, yaitu ketika engkau mendahulukan yang selainmu pada perkara yang bukan ibadah (perkara-perkara duniawi) Contohnya: jika engkau mempunyai makanan, sedang engkau dalam keadaan lapar, dan temanmu juga merasa lapar seperti kamu. Maka dalam kondisi yang demikian, jika engkau berbuat itsar, sungguh ini merupakan perbuatan yang sangat terpuji. DERAJAT-DERAJAT ITSAR Ketahuilah bahwa Itsar memiliki beberapa derajat, Derajat Pertama: Mengedepankan orang lain atas dirimu sendiri. Yaitu engkau mengedepankan orang lain atas dirimu sendiri pada hal-hal yang tidak mengurangi agamamu, tidak memutus jalanmu menuju Allah dan tidak merusak waktumu. Engkau memberi makan kepada saudaramu walau engkau sendiri kelaparan, engkau berikan kepadanya minum sedang engkau kehausan. Engkau boleh memberikan harta kepada orang lain, dengan syarat hal itu tidak membuat engkau terlunta-lunta. Engkau tidak boleh menghabiskan banyak waktu dengan alasan memikirkan umat sedang engkau teledor dari berdzikir dan membaca Alquran. DERAJAT-DERAJAT ITSAR Derajat Kedua: mengedepankan ridha Allah atas ridha makhluk-Nya. Yaitu engkau mengedepankan ridha Allah atas ridha makhluk-Nya, walaupun besarnya ujian, demikian beratnya beban dan lemahnya kekuatan dan badan. Tindak tandukmu demi keridhaan-Nya, walaupun manusia mencibirmu. Ini adalah derajat Anbiya’ dan Para Rasul alaihimus salaam. Barangsiapa yang mengedepankan ridha Allah atas ridha makhluk-Nya, bersabar memikul beban dan ujian yang ada di dalamnya, maka Allah akan ganti ujian dengan kenikmatan, beban dengan pertolongan dan bantuan. Ketakutan berubah menjadi keamanaan, kekhawatiran berubah keselamatan, keletihan berubah ketenangan, dan kemurkaan berbuah keridhaan. DERAJAT-DERAJAT ITSAR Derajat Ketiga yaitu engkau nisbatkan itsar tersebut kepada Allah. Sesungguhnya Allah-lah yang memberikan taufik kepada seseorang untuk berbuat itsar. Bila engkau mampu berbuat itsar, maka Allah-lah yang memberikan kemudahan. Ibnul Qayyim mengistilahkan hal ini dengan itsar itsarillah. Di antara derajat pertama hingga ketiga maka didapatkan bahwa derajat tertinggi adalah ketiga dan terendah adalah pertama KEUTAMAAN ITSAR Di antaranya: 1. Menunjukkan iman yang sempurna dan kebagusan Islam seseorang. 2. Ini adalah jalan mudah untuk menggapai ridha dan cinta Allah. 3. Akan timbul rasa cinta dan sayang antar sesama manusia. 4. Menunjukkan begitu dermawannya seseorang. 5. Memiliki sifat husnuzhan dan keyakinan yang tinggi kepada Allah. 6. Menunjukkan seseorang memiliki semangat yang tinggi dan terjauhkan dari sifat tercela. 7. Itsar membuahkan keberkahan. 8. Itsar memudahkan seseorang masuk surga dan terbebas dari neraka. 9. Itsar mengantarkan kepada keberuntungan (falah) karena telah mengalahkan sifat pelit (syuhh). KETELADANAN SALAF DALAM ITSAR 1. Abu Bakar Bersedekah dengan Seluruh Harta Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu pernah bersedekah dengan seluruh hartanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamَ lantas bertanya kepadanya, ًك إ َلى َش ْىءَ أ َبدا ََ ّ َال َأ ْب َق ْيتَ َلهم ََ ق ْلتَ ََل أَ َسابق.ََللا َو َرس َوله ََ ت َأل ْهل ََ َق.ك ََ َما َأ ْب َق ْي ِ ِ ِ “Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?” Abu Bakar menjawab, “Aku titipkan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya.” Umar bin Khattab lantas mengatakan, “Itulah mengapa aku tidak bisa mengalahkanmu selamanya.” Sebelumnya Umar bersedekah dengan separuh hartanya dan menyisakan separuhnya untuk keluarganya. (HR. Abu Daud, no. 1678 dan Tirmidzi, no. 3675. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan). KETELADANAN SALAF DALAM ITSAR 2. Sahabat Anshar yang Menyambut Tamu. Orang Anshar itu berkata, “Siapkanlah makananmu itu! Nyalakanlah lampu, dan tidurkanlah anak-anak kalau mereka minta makan malam!” . Kemudian, wanita itu pun menyiapkan makanan, menyalakan lampu, dan menidurkan anak-anaknya. Lalu dia bangkit, seakan hendak memperbaiki lampu dan memadamkannya. Kedua suami-istri ini memperlihatkan seakan mereka sedang makan. Setelah itu mereka tidur dalam keadaan lapar. Keesokan harinya, sang suami datang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Malam ini Allah tertawa atau takjub dengan perilaku kalian berdua. Lalu Allah menurunkan ayat (yang artinya), “Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9). (HR Bukhari, no. 3798). Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan nama orang Anshar yang melayani tamu tersebut adalah Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu. Istri Abu Thalhah adalah Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha (Rumaysho atau Rumaisha). KETELADANAN SALAF DALAM ITSAR 3. Abu Thalhah Bersedekah dengan Kebun Kurma Terbaik Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu adalah orang Anshar yang memiliki banyak harta di kota Madinah berupa kebun kurma. Ada kebun kurma yang paling ia sukai yang bernama Bairaha’. Kebun tersebut berada di depan masjid. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memasukinya dan minum dari air yang begitu enak di dalamnya.” Anas berkata, “Ketika turun ayat, َّ ُّ ن ْ ّ َ ّ ْ َ َ َ لن تنالوا ال ِب َر حتى تن ِفقوا ِمما ت ِحبو “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92) KETELADANAN SALAF DALAM ITSAR Lalu Abu Thalhah berdiri menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia menyatakan, “Wahai, Rasulullah, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92) Sungguh harta yang paling aku cintai adalah kebun Bairaha’. Sungguh aku wakafkan kebun tersebut karena mengharap pahala dari Allah dan mengharap simpanan di akhirat. Aturlah tanah ini sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi petunjuk kepadamu. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bakh! Itulah harta yang benar-benar beruntung. Itulah harta yang benar-benar beruntung. Aku memang telah mendengar perkataanmu ini. Aku berpendapat, hendaknya engkau sedekahkan tanahmu ini untuk kerabat. Lalu Abu Thalhah membaginya untuk kerabatnya dan anak pamannya.” (HR. Bukhari, no. 1461 dan Muslim, no. 998). Bakh maknanya untuk menyatakan besarnya suatu perkara. KETELADANAN SALAF DALAM ITSAR 4. Hadiah Kepala Kambing Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Salah seorang dari sahabat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam diberi hadiah kepala kambing, dia lalu berkata, “Sesungguhnya fulan dan keluarganya lebih membutuhkan ini daripada kita.” Ibnu Umar mengatakan, “Maka ia kirimkan hadiah tersebut kepada yang lain, dan secara terus menerus hadiah itu dikirimkan dari satu orang kepada yang lain hingga berputar sampai tujuh rumah, dan akhirnya kembali kepada orang yang pertama kali memberikan.” (Riwayat al Baihaqi dalam asy Syu’ab 3/259) KIAT BERBUAT ITSAR Bagaimana cara kita bisa berbuat itsar? 1. Memahami ukhuwwah islamiyyah. 2. Memperhatikan keutamaan-keutamaan itsar. 3. Memperhatikan kewajiban-kewajiban yang harus kita lakukan terhadap orang lain. 4. Meredam sifat pelit, karena lawan itsar adalah kikir. 5. Bersemangat dalam menggapai akhlak mulia karena itsar adalah tingkatan akhlak yang paling mulia. Bahkan Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulum Ad- Diin menyatakan bahwa itsar adalah tingkatan dermawan (as-sakha’) yang paling tinggi. (Nudhrah An-Na’im fii Makarim Akhlaq Ar-Rasul Al-Karim, 3:630, 639) شكرا وجزاكم هللا خريا SEMOGA ALLAH MEMBALAS ANDA SEKALIAN DENGAN KEBAIKAN