Oleh:
Pembimbing:
Muhammad Yusuf, dr., SpOG (K)
i
DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................3
BAB III............................................................................................................................22
STUDI KASUS...............................................................................................................22
3.1 Identitas.................................................................................................................22
3.2 Anamnesa..............................................................................................................22
3.5 Diagnosis...............................................................................................................25
3.6 Planning.................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
demikian, semua jenis kehamilan memiliki resiko terjadinya komplikasi pada masa
persalinan atau bahkan masa kehamilan itu sendiri. Salah satu contoh wanita yang
beresiko selama kehamilan adalah wanita yang hamil kembar. Kehamilan kembar ialah
suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih yang ada didalam kandungan selama
proses kehamilan. Bahaya bagi ibu tidak begitu besar, tetapi wanita dengan kehamilan
kembar memerlukan perhatian dan pengawasan khusus bila diinginkan hasil yang
Rustam (2012:259) kehamilan ganda atau kembar adalah kehamilan dengan dua jenis
janin atau lebih. Jadi, kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dengan dua jenis janin
Angka kejadian kehamilan ganda di Amerika adalah lebih dari 2%. Pada
kehamilan tunggal. Makin banyak jumlah janinnya, makin tinggi terjadinya abortus.
Angka kehamilan kembar di Indonesia adalah 33% Jumlah kelahiran triplet serta
1
kelahiran dengan janin yang jumlahnya lebih besar lagi melonjak hingga 40,4
persen. Secara umum, hal ini terjadi semakin luasnya penggunaan teknologi
dapat terjadi karena sebab lainnya, seperti usia ibu saat kehamilan, wanita dengan
riwayat persalinan yang sering, wanita yang hamil segera setelah berhenti minum pil
KB dan juga lebih tinggi pada orang yang memiliki keturunan atau genetik kembar.
1.2 Tujuan
diagnosis, tatalaksana dan komplikasi pada kasus kehamilan ganda terutama twin-to-
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kehamilan ganda ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih yang ada
memerlukan perhatian dan pengawasan khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan
bagi ibu janin (Prawiroharjo, 2009). Sedangkan menurut Rustam tahun 2012 kehamilan
ganda atau kembar adalah kehamilan dengan dua jenis janin atau lebih. Jadi, kehamilan
kembar adalah suatu kehamilan dengan dua jenis janin atau lebih yang ada didalam
A. Keturunan.
Riwayat keluarga dengan kehamilan ganda meningkatkan kemungkinan
yang lebih besar. Banyak wanita saat ini menunggu untuk memiliki anak
sebagai hasilnya.
C. Paritas tinggi.
Memiliki 1 atau lebih kehamilan sebelumnya, terutama kehamilan ganda,
3
Wanita Afrika-Amerika lebih cenderung memiliki anak kembar daripada ras
lain. Orang Amerika Asia dan Pribumi memiliki tingkat kelahiran kembar
terendah. Wanita kulit putih, terutama mereka yang berusia lebih dari 35
tahun, memiliki tingkat tertinggi kelahiran ganda tingkat tinggi (kembar tiga
atau lebih).
Faktor lain yang sangat meningkatkan angka kelahiran ganda dalam beberapa
Kehamilan kembar bisa berasal dari 2 buah ovum yang dibuahi, disebut kembar
dizigotik (DZ) atau tidak-identik; atau dari sebuah ovum yang dibuahi dan kemudian
disebut kembar monozigotik (MZ) atau identik. Sekitar 70% kehamilan kembar
merupakan kembar DZ, sedangkan 30% lainnya merupakan kembar MZ. Berdasarkan
4
amnionisitas kehamilan kembar akan sangat berpengaruh terhadap morbiditas dan
Gambar A terlihat masing-masing kantung gestasi berisi mudigah, hal ini adalah
Pada USG Trimester II, korionisitas kehamilan kembar dapat diketahui dengan
memeriksa jenis kelamin kedua janin, jumlah plasenta, dan sekat pemisah kedua janin.
Bila jenis kelamin berbeda atau terdapat 2 plasenta yang letaknya terpisah,
menunjukkan kehamilan kembar DK-DA; akan tetapi bila dijumpai keadaan yang
sebaliknya belum berarti kehamilan kembar MK. Pada kembar DK, sekat pemisah
terlihat tebal (terdiri atas 2 lapisan amnion dan 2 lapisan korion); sedangkan pada
kembar MK-DA, sekat pemisah terlihat tipis (hanya terdiri atas 2 lapisan amnion). Sekat
pemisah pada kembar MK-DA seringkali sangat tipis sehingga sulit diidentifikasi
(Prawiroharjo, 2009).
5
Diagnosa kehamilan ganda secara definitif dilakukan dengan pemeriksaan
ultrasonography (USG) , namun anamnesa dan pemeriksaan fisik juga dapat membantu
kehamilan ganda perlu kita pikirkan pada pasien dengan riwayat kehamilan ganda di
keluarganya dan pada pasien yang melakukan IVF (In Vitro Fertilization) ataupun
induksi ovulasi. Sedangkan dari pemeriksaan fisik, terdapat beberapa tanda yang
satunya adalah denyut jantung janin yang terdengar secara maksimal di dua tempat yang
berbeda dan memiliki irama yang berbeda antara satu dengan yang lain. Selain itu juga
didapatkan keluhan mual muntah yang lebih berat dibandingkan dengan kehamilan
tunggal dan tinggi fundus uteri yang lebih besar dibandingkan usia kehamilan pada
USG penting dilakukan untuk menentukan korionitas dari kehamilan ganda tersebut.
Korionitas dari kehamilan ganda adalah hal yang harus diketahui sejak awal kehamilan,
karena hal ini akan menentukan langkah tatalaksana selanjutnya. Korionitas ditentukan
dengan memeriksa ketebalan membran pada tempat insersi menuju plasenta, T sign
6
Gambar 2.3 . Lambda sign dan T sign untuk menentukan korionitas
Waktu yang paling ideal untuk melihat korionitas adalah pada usia kehamilan 11-14
minggu (National Institute for Health and Care Excellence, 2013). Semakin tua usia
kehamilan, maka akan semakin sulit untuk menentukan korionitas dari kehamilan
ganda. Pada keadaan dimana korionitas sulit ditentukan maka diperlukan second
beberapa cara. Pada kehamilan ganda yang didapat melalui IVF, usia kehamilan
dihitung dari tanggal terjadinya fertilisasi. Sedangkan pada kasus-kasus lainnya, usia
kehamilan ditentukan berdasarkan crown-rump length dari janin yang lebih besar.
diantara 45mm-84m (sekitar usia kehamilan 11-13 minggu). Sedangkan pada ibu yang
baru memeriksakan diri setelah usia kehamilan lebih dari 14 minggu, penentuan usia
kehamilan sebaiknya dilakukan berdasarkan head circumference dari janin yang lebih
Pelabelan dari janin pada kehamilan ganda juga penting dilakukan untuk
memonitor pertumbuhannya secara tepat. Pada pemeriksaan USG prenatal, setiap janin
7
harus diberi label dan dideskripsikan dengan sebanyak mungkin ciri untuk dapat
membedakan dengan janin lainnya, seperti “Janin A (laki-laki) berada pada sisi kiri
maternal dan berada lebih dekat dengan cervix dengan plasenta posterior” (FIGO,
2017).
rumah sakit, dan apabila ditemukan adanya kehamilan ganda monokorionik maka
Komite FIGO pada tahun 2017 telah memberikan panduan perawatan antenatal
bagi ibu dengan kehamilan ganda, dan terdapat perbedaan perlakuan terhadap
kehamilan ganda monokorionik dan dikorionik. Hal ini dikarenakan risiko terjadinya
komplikasi yang lebih tinggi pada kehamilan ganda monokorionik, salah satunya adalah
8
Gambar 2.4.1. Pedoman perawatan antenatal untuk kehamilan ganda dikorionik tanpa
komplikasi
9
Gambar 2.4.2. Pedoman perawatan antenatal untuk kehamilan ganda monokorionik
tanpa komplikasi
antenatal pada usia kehamilan 11-13 minggu untuk pemeriksaan USG pertama yang
akan digunakan untuk konfirmasi usia kehamilan dan menentukan korionitas dari
kehamilan ganda tersebut. Setelah itu, pada kehamilan monokorionik perlu dilakukan
pemeriksaan USG kembali sekaligus untuk memeriksa apakah ada TTTS pada usia
kembali pada 20 minggu. Bersamaan dengan kontrol kehamilan pada usia 20 minggu,
dilakukan pemeriksaan darah lengkap, dalam hal ini terutama untuk mendeteksi anemia
dalam kehamilan. Pedoman lain yang dibuat oleh NICE merekomendasikan bahwa pada
usia kehamilan 24 minggu dilakukan pemeriksaan tekanan darah, protein urin, serta
10
darah lengkap, dan disarankan untuk dilakukan pemberian suplementasi Fe. Pada usia
28 minggu, diberikan anti-D untuk ibu dengan rhesus negatif (NICE, 2008). Menurut
pedoman baik dari FIGO maupun NICE, ibu ditawarkan untuk menterminasi
monokorionik. Pada kehamilan ganda dikorionik diamniotik tanpa komplikasi dan janin
I berada dalam posisi letak kepala, maka persalinan pervaginam dapat dilakukan.
Menurut pedoman yang ada, apabila janin I tidak berada dalam letak kepala, operasi
sectio caesaria dapat menjadi pilihan yang lebih aman (FIGO, 2017).
penyakit hipertensi dalam kehamilan, diabetes gestasional, perdarahan pasca salin, dan
infeksi postpartum. Selain itu, ibu dengan kehamilan ganda akan mengalami gejala
kehamilan seperti mual muntah yang lebih berat dibandingkan dengan ibu dengan
kehamilan tunggal. Risiko pre-eklampsia pada ibu dengan kehamilan ganda meningkat
3x dari ibu dengan kehamilan tunggal. Selain itu, mortalitas maternal pada ibu dengan
kehamilan ganda meningkat 2.5x dari ibu dengan kehamilan tunggal (Royal College of
Risiko terjadinya komplikasi pada janin dalam kehamilan ganda tergantung pada
dimana kedua janin memiliki satu plasenta yang sama dan sirkulasi yang saling
berhubungan, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami komplikasi selama
11
kehamilan. Salah satu kondisi yang paling sering terjadi pada kehamilan ganda
Physicians of Ireland, 2014). Terjadinya intra uterine growth restriction, kembar siam,
polihidramnion juga meningkat pada kehamilan ganda. Selain itu, risiko bayi lahir
preterm juga meningkat pada kehamilan ganda. Sebanyak 60 dari 100 kehamilan ganda
lahir sebelum usia 37 minggu, dan sebanyak 75% kehamilan triplet dilahirkan pada usia
ditemukan pada semua trimester kehamilan, tetapi banyak yang terdiagnosis pada
trimester ke-2. Kebanyakan kasus TTTS adalah stage III skala Quintero.
12
2.6.1 Patogenesis TTTS
vascular antar janin pada plasenta. Anastomosis ini terjadi pada semua kehamilan
monokorionik, tetapi tidak semua terjadi TTTS. Jenis-jenis anastomosis yang dapat
terjadi antara lain: A-A (Arterio-arterial), V-V (Veno-Venous), dan A-V (Arterio-
Venous). Dengan adanya anastomosis ini, aliran darah dalam plasenta dapat bersifat
Akibatnya, salah satu janin akan mengalami hipovolemi yang disebut sebagai
donor, dan janin yang lain akan mengalami hipervolemi yang disebut sebagai resipien.
Janin donor akan mengalami hipotonia, hipotrofi, anemia, oliguria, dan terjadi
13
oligohidramnion, sedangkan janin resipien akan mengalami hipertoni, hipertensi,
Diagnosis dari TTTS dapat dilakukan dengan pemeriksaan USG. Diagnosis dari
2. Didapatkan polihidramnion (Maximal Vertical Pocket > 8 cm) pada salah satu
14
2.6.3 Staging dari TTTS
15
Gambar 2.6.3.2 Absent end-
diastolic flow
d. Stadium IV dengan parameter
satu atau kedua janin mengalami hydrops fetalis (ditandai dengan adanya 2
atau lebih cairan abnormal pada janin: asites, efusi pleura, efusi pericard,
16
Perawatan pada TTTS dimulai dengan dilakukannya skrining TTTS pada
Semua kehamilan kembar, disarankan untuk dilakukan USG pada usia gestasi
10-13 minggu untuk mengevaluasi viabilitas, korion, Crown Rump Length, dan Nuchal
17
dilakukan surveillance USG (MVP, fetal bladder) setiap 2 minggu. Surveilance ini
dimulai pada usia kehamilan sekitar 16 minggu hingga melahirkan. Bila didapatkan
dalam surveillance tersebut MVP < 2 cm pada janin donor, dan MVP > 8 cm pada janin
1. Amnioreduksi,
Amnioreduksi adalah prosedur mengeluarkan cairan ketuban dengan cara
terutama pada TTTS I dan TTTS II, atau secara serial ketika MVP lebih besar
8cm. Prosedur ini dapat dilakukan mulai dari minggu ke-14 hingga minggu ke-
26 kehamilan, terutama jika ibu memiliki gangguan pernapasan atau ada fungsi
18
Gambar 2.6.5.1 Amnioreduksi
2. Septostomy
Septostomy adalah perusakan membran amnion yang memisahkan kedua
volume sirkulasi yang dapat meningkatkan perfusi ginjal dan dengan demikian
menyebabkan komplikasi antara lain, amniotic band syndrome dan lilitan tali
pusat.
19
- 3. Fetoscopic laser coagulation
Koagulasi dengan laser dengan bantuan fetoskop dapat dilakukan
diantara 15-26 minggu kehamilan dan dalam semua Quintero stage. Dalam
prosedur ini serat laser dimasukkan melalui fetoskop ke dalam rongga rahim dan
Tujuan dari terapi ini adalah untuk membagi dua plasenta monokorionik
sehingga tidak terjadi aliran darah unidireksional pada salah satu janin.
Gambar 2.6.5.3 Fotoscopic laser coagulation
4. Manajemen ekspektatif.
Pemilihan Terapi yang tepat dari modalitas terapi yang ada dapat ditentukan dari
staging TTTS. Pada TTTS stage I dilakukan manajemen ekspektatif dengan surveillance
ketat USG tiap 1 minggu. Pada TTTS stage II-IV dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan Fetoscopic Laser Coagulation, dan bila tidak dimungkinkan, dapat dilakukan
20
kemungkinan janin lainnya yang tidak mati memiliki resiko 10% mati, dan 10-30%
lahir dengan komplikasi neurologis. Alur dari pemilihan terapi TTTS dapat dilihat pada
21
22
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Identitas
Usia : 29 tahun
Alamat : Sidotopo
Pendidikan : SMP
Suku : Jawa
Agama : Islam
3.2 Anamnesa
Pasien datang diantar oleh tim gerak cepat dengan keluhan kenceng-kenceng.
Kenceng-kenceng terjadi sejak pukul 16.00. Pukul 17.00 ketuban merembes dari
23
11 Juni 2019
Pasien terlambat haid dan tes kehamilan sendiri, saat itu hasil positif. Akhirnya
pasien periksa ke PKM Sidotopo Wetan dikatakan bahwa sedang hamil 6/7 minggu.
Hasil pemeriksaan didapatkan tekanan darah 110/70. Pasien diberi vitamin dan
Pasien rutin kontrol ke PKM Sidotopo Wetan sebanyak 2x. Hasil TD tanggal 9
Juli 110/70 dan 4 September 120/80mmHg. Hasil lab tanggal 9 Juli 2019 dalam batas
normal dan pasien disarankan ke SpOG untuk USG karena tinggi fundus uteri tidak
120/80mmHg. Hasil USG disana dikatakan bayi kembar, dengan bayi pertama air
ketubannya berlebihan. Akhirnya pasien dirujuk ke poli hamil RSUD Dr. Soetomo.
16 Oktober 2019
Pasien pertama kalinya ke poli hamil RSUD Dr. Soetomo. Di sana kembali
dikatakan bahwa bayinya kembar, keduanya hidup namun bayi pertama dikatakan
ketubannya berlebih dan bayi kedua ketubannya sangat kurang. Di sana pasien
didiagnosis GII P1001 24/25 mgg G/H/H/IU + Letak Kepala/ Letak Sungsang +
24
Polihidramnion Bayi I + TTTS Quintero III + TBJ 800/800 g. Pasien akhirnya di
MRS kan ke VK bersalin untuk dilakukan tindakan amnioreduksi dan pematangan paru.
17 Oktober 2019
Dilakukan tindakan amnireduksi sebanyak 1100cc. AFI awal 35, AFI post
amnioreduksi 20
20 Oktober 2019
Pasien KRS
24 Oktober 2019
Pasien kontrol lagi ke poli hamil RSDS. Diperiksa DJJ kedua bayinya baik
dengan TD saat itu 107/66mmHg. Hasil USG FM menunjukkan EFW bayi pertama 668
gram, bayi kedua 748 gram. Bayi kedua terdapat scalp edema dan asites. Diagnosanya
saat itu GII P1001 24/25 mgg G/H/H/IU + Letak Kepala/ Letak Sungsang + TTTS
Quintero III + Post Amnioreduksi + TBJ 600/700 gram. Pasien diberi Kalk
Saat itu pasien juga di cek OGCT 50 gram. Hasilnya GD 157mg/dL. Pasien
31 Oktober 2019
Pasien kontrol lagi ke poli Hamil RSDS. Kenceng- kenceng saat itu disangkal.
Hasil TTGO 100gram normal. Dilakukan USG FM, ternyata DJJ bayi pertama tidak
ada.Bayi kedua CPR <1, SDP 13, tidak didapatkan asites, efusi pleura dan efusi
25
pericard. Pasien didiagnosa GII P1001 25/26 mgg G/IUFD/H/IU + Letak Kepala/
AEDV (+) + TBJ 600/700 gram. Direncanakan untuk dilakukan tindakan amnioreduksi
05 November 2019
Pasien mengeluh kenceng-kenceng dan keluar air dan jalan lahirnya. Segera
Riwayat Pernikahan :
Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
26
Riwayat Persalinan
2. Hamil ini
Riwayat Kontrasepsi
Riwayat Sosial
Pasien tidak mengonsumsi jamu, alkohol, maupun rokok selama kehamilan. Tidak ada
perokok aktif yang tinggal serumah. Pasien menikah sebanyak 1 kali. Pasien
mempunyai riwayat kehamilan kembar dalam keluarga, yaitu dari ibu pasien. Pasien
Status Generalis
GCS : E4V5M6
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36,5
27
Skala nyeri :3
Pulmo : vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada rhonki, tidak ada
wheezing
Status Obstetri
TFU : 32 cm
Pemeriksaan Leopold:
Leopold II : Teraba bagian punggung bayi di kanan ibu, teraba bagian punggung
28
3.4. Pemeriksaan penunjang
Hb 11,2 HIV NR
Gol. Darah A (+) HbsAg NR
Red urine (-) Sifilis NR
Alb urine (-)
21/22 mg
FL 4,19 ~ 23/24
mg
TBJ 1041 g
Tgl. 16-10-2019
Janin I Janin II
29
K/DJJ (+) K/DJJ (+)
Tgl. 24-10-2019
Janin I Janin II
30
Placenta Fundus / gr. II / SDP 8,5 S/D 4,38 2,68
AEDV (+)
Tgl. 31-10-2019
Janin I Janin II
31
tidak didapatkan ascites, efusi pleura dan
efusi pericard
bila setuju
Puasa : 78 mg/dL
3.5 Diagnosis
GII P1001 27/28 mgg G/IUFD/H/IU + Letak Kepala/ Letak Sungsang + Inpartu kala II
600/700 gram
3.6 Planning
Planning diagnostik :-
32
Planning monitoring : His/DJJ/VS/Bandl ring
Perineum intak
S : keluhan (-)
O : Status umum
Status Obstetri
TFU ~ 2 jbpst
33
Kont. Uterus (+) baik
Bayi meninggal
34
DAFTAR PUSTAKA
Balis, M. and Bodzek, P.2018. “Twin-to-twin transfusion syndrome ( TTTS )
pathogenesis , diagnostics , classification”.
FIGO Working Group on Good Clinical Practice in Maternal–Fetal Medicine. 2017.
“Good clinical practice advice: Management of twin pregnancy”. Int J Gynecol
Obstet 2019; 144: 330–337
National Institute for Health adn Care Excellence. 2013. “Multiple pregnancy: twin and
triplet Multiple pregnancy: twin and triplet pregnancies pregnancies”. NICE
quality standard. Available online at : www.nice.org.uk/guidance/qs46
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka. Hal 255,
260.
Quintero RA, Morales WJ, Allen MH, Bornick PW, John- son PK, Kruger M: Staging
of twin-to-twin transfusion syndrome. J Perinatol 1999;19:550–555.
Royal College of Physicians of Ireland. 2014. “Clinical Practice Guideline:
Management of Multiple Pregnancy”. Royal College of Physicians Ireland
Guideline 14 ver. 01.
Rustam, Mochtar. 2012. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta:
EGC
Simpson, L. L. 2013. “SMFM Clinical Guideline Twin-twin transfusion syndrome”.
Elsevier Inc., 208(1), pp. 3–18.
35
Rahim manusia --> singleton
dengan kehamilan tunggal saja, maka kemungkinan kelainan kongenital sudah cukup
tinggi
Angka kejadian kehamilan --> gemelli 1/1000, triplet 1/10.000, quadriplet 1/100.000
dikorionik diamniotik --> bisa jadi yang 1 ovum dua sperma yang membelah dini
ataupun dari 2 ovum dan 2 sperma
pada dikorionik diamniotik dapat terjadi TTTS dengan insidensi kurang dari 5%
RI : Resistance index
apabila tinggi pada 20 mgg okay,
saat akan lahir, angka dibawah 0,5
36