Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

Indonesia mulai mengungguli negara-negara seperti India dan Filipina sebagai negara dengan
perekonomian paling menarik di kawasan Asia. Hal ini dikarenakan oleh adanya peningkatan
kepercayaan ekonomi non-komoditas Indonesia yang kembali membaik.

Dalam sebuah laporan berjudul Indonesia Economic Insight 2017, sebuah perusahaan perbankan
besar di wilayah Timur Tengah dan Afrika, memberikan gambaran kajian perkembangan terakhir
dan prospek perekonomian Indonesia seiring dengan langkah Pemerintah dalam melakukan
reformasi guna mendorong investasi dan pemulihan harga komoditas agar dapat meningkatkan
pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Untuk tahun 2017-2018, diproyeksikan pertumbuhan akan mencapai 5,5% pada kedua tahun
tersebut karena berlanjutnya reformasi untuk mendorong investasi, harga-harga komoditas yang
lebih tinggi serta sebagai penurunan suku bunga pada tahun 2016 yang memungkinkan Indonesia
dapat mendorong pertumbuhan. Defisit transaksi berjalan akan sedikit membengkak pada tahun
2017-2018 karena harga minyak yang lebih tinggi, sementara harga ekspor komoditas Indonesia
lainnya diperkirakan tidak akan meningkat secara signifikan untuk mengimbangi hal tersebut.

Diperkirakan arus modal yang masuk akan menutup defisit transaksi berjalan selama periode
2016-2018 seiring dengan peningkatan pertumbuhan dan kemajuan dalam program-program
investasi infrastruktur akan dapat mempertahankan kepercayaan investor kepada Indonesia. Pada
periode tahun 2017-2018, pendapatan akan mengalami pemulihan karena amnesti pajak pada
tahun 2017 dan kenaikan secara bertahap harga-harga komoditas di kedua tahun tersebut.

Kementerian Keuangan Indonesia menunjukkan kehati-hatian pada fiskal dan mengejar agenda
reformasi makro-struktural yang mengesankan. Ada optimisme terkait potensi untuk
meningkatkan efisiensi pengumpulan pajak dengan kebijakan administrasi pajak, sementara
repatriasi dana dalam program amnesti pajak akan melebihi ekspektasi untuk mengisi
kesenjangan anggaran.

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI (PKE)


Paket kebijakan ekonomi bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik
Namun, belum semua kebijakan dalam paket ekonomi berhasil diimplementasikan, masih
memerlukan sinergi agar pelaksanaannya lebih efektif.

Sejak September 2015 sampai saat ini, pemerintah sudah menerbitkan 13 paket kebijakan
ekonomi. Pemerintah berusaha menggenjot deregulasi sektor riil melalui Paket Kebijakan
Ekonomi I-XIII. Paket kebijakan ekonomi mencakup upaya menjaga daya beli masyarakat,
meningkatkan iklim investasi dan dunia usaha, serta menumbuhkan daya saing. Secara garis
besar, paket kebijakan bertujuan memperkuat struktur ekonomi nasional. Direncanakan Paket
XIV akan terkait perdagangan elektronik dan peta jalan transaksi elektronik. Namun demikian,
paket mengenai gas dan listrik yang diterbitkan pada bulan Oktober 2015, ditengarai masih
belum dapat diimplementasikan.

Hingga September 2016 ada penyelesaian 202 regulasi dan 24 regulasi turunan. Namun, pada
saat yang sama, daya saing Indonesia turun. Daya saing rendah itu antara lain pada pilar pasar
tenaga kerja, kesehatan, dan pendidikan dasar. Paket yang berorientasi jangka menengah dan
panjang akan diarahkan ke wilayah yang memiliki peringkat buruk dalam daya saing. Berbagai
perubahan ekonomi, mulai dari inflasi global hingga kemampuan masyarakat di bidang informasi
dan teknologi, memunculkan sikap pro dan kontra terhadap perkembangan ekonomi global.

PAKET
KEBIJA
KAN ESENSI
EKONO
MI
· Mendorong Daya Saing Industri Nasional, melalui deregulasi,
penyederhanaan birokrasi, penegakan hukum dan kepastian usaha.

· Mempercepat Proyek Strategis Nasional dengan menghapus berbagai kend


ala, yakni: penyederhanaan perizinan, penyelesaian masalah tata ruang dan
penyediaan lahan, mempercepat pengadaan barang dan jasa pemerintah,
I
kebijaksanaan dalam penyelesaian hambatan dan perlindungan hukum, mendukung
kepala daerah untuk melakukan percepatan proyek-proyek strategis nasional.

· Meningkatkan Investasi di Sektor Properti dengan mengeluarkan kebijakan


untuk merangsang pembangunan perumahan bagi yang berpenghasilan rendah,
sementara menawarkan kesempatan untuk investasi yang lebih besar di properti.
· Layanan perizinan investasi 3 jam untuk investasi di Kawasan Industri
II
dengan minimum investasi Rp. 100-milyar dan/atau 1.000 tenaga kerja lokal.
· Menghilangkan izin Sektor Kehutanan dari 14 menjadi 6 lisensi.

· Percepatan SOP untuk penerbitan Tax Allowance: 25 hari (dari 28 hari)


untuk Tax Allowance dan 45 hari (dari 125 hari) untuk Tax Holiday.

· Pembebasan PPN untuk pembuatan kapal, kereta api, pesawat, yang termasuk
suku cadang.

· Insentif pengurangan pajak deposito untuk eksportir.

· Pengembangan Logistik Pusat di Kawasan Berikat di Cikarang, Jawa Barat,


untuk industri manufaktur dan untuk bahan bakar minyak logistik di Merak, Banten.
· BBM

– Penurunan harga Avtur, Pertamax, and Pertalite dimulai 1 Oktober 2015.

– Penurunan harga untuk solar sebanyak Rp. 200/L dimulai pada hari ketiga
setelah pengumuman.

· Gas

– Harga gas ditentukan berdasarkan daya beli industri.

– Untuk industri pupuk, harga gas akan diturunkan menjadi US$ 7 MMBTU.
III
– Dimulai pada 1 Januari 2016.

· Listrik

– Penyesuaian tarif secara otomatis untuk industri yang masuk dalam golongan I3
dan I4.

– Diskon listrik hingga 30% untuk konsumsi dari pukul 23:00 hingga 08:00 untuk
industri padat karya.

– Penundaan pembayaran hingga 40% tagihan listrik pada 6-10 bulan pertama dan
dibayarkan secara bertahap bagi industri padat karya.
· Kebijakan Upah Minimum.

Rumus tetap akan diterapkan oleh Pemerintah untuk menentukan kenaikan upah
tenaga kerja di seluruh 34 Provinsi Nusantara. Formula baru juga dirancang untuk
IV
memberikan kepastian bagi pemilik usaha tentang pertumbuhan upah minimum.

Upah Minimum = upah saat ini + [upah saat ini x (% inflasi + % Δ GDP)
· SME’s Loan

– Perluasan penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan perluasan kredit oleh LPEI
pada usaha kecil sehingga mereka dapat didorong melakukan ekspor.

– Penerima KUR dapat perorangan maupun badan hukum.

– Subsidi bunga dari Pemerintah untuk UMK berkisar 22% hingga 12%

· Pengurangan Pajak Penghasilan (PPh) untuk revaluasi asset badan hukum


atau perorangan yang melakukan pembukuan.

Sebelumnya, hanya dibatasi pada perusahaan yang menggunakan pembukuan USD


saja yang dapat mengajukan revaluasi aset. Dari sebelumnya 10%, pajak yang
dikenakan adalah sebagai berikut:

V – bagi yang mengajukan revaluasi asset hingga 31 Desember 2015;

– bagi yang mengajukan revaluasi asset pada semester I 2016;

– bagi yang mengajukan revaluasi asset pada semester II 2016.

· Penghapusan pajak ganda untuk infrastruktur dan Real Estate Investment


Trust (REITs).
· Upaya Menggerakkan Perekonomian di Wilayah Pinggiran Melalui
Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
VI
· Penyediaan Air untuk Masyarakat secara Berkelanjutan dan Berkeadilan

· Proses Cepat (paperless) Perizinan Impor Bahan Baku Obat.


· Percepatan Proses Sertifikasi Lahan

– Peningkatan petugas survei lapangan yang bersertifikat terutama dari tenaga non-
PNS.

– Percepatan pengumuman pendaftaran lahan dari 30-60 hari menjadi 14 hari.


VII
– Menggunakan sistem elektronik untuk pendaftaran lahan.

– Memberikan hak komersial pada penduduk lokal yang hidup di daerah


perkebunan/hutan.
· Insentif pajak untuk industri padat karya,

– Tax allowance sebesar 5% untuk 6 tahun untuk industri tekstil dan sepatu dengan
kriterian minimal investasi Rp. 50 miliar atau US$ 3,7 juta.

– Insentif PPh, diskon hingga 50% untuk industri padat karya yang berorientasi
ekspor dan minimal 5000 pekerja.
· One Map Policy

Pada peta skala 1:50.000, untuk memecahkan masalah tumpang tindih lahan dan
batas wilayah antar Provinsi dan Kabupaten/Kota.

· Membangun Ketahanan Energi

– Percepatan pembangunan dan pengembangan kilang minyak.

– Untuk mengurangi ketergantungan impor BBM, perlu dibangun kilang minyak


dengan kapasitas 300.000 barrel per hari.

VIII – Pembangunan kilang baru di Bontang dan Tuban, meningkatkan kapasitas


produksi dari 900 ribu ke 1,2 juta BPH.

– Asing boleh membangun kilang.

– Pengaturan insentif dalan Peraturan Presiden.

· Insentif untuk perusahaan perawatan pesawat terbang

– Maintenance, repair and overhaul / MRO

– Untuk mendukung industri dirgantara Indonesia dan menarik investasi di industri


pesawat terbang.
· Percepatan pembangunan infrastuktur ketenagalistrikan

– Perpres No. 4 Tahun 2016 tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur


Ketenagalistrikan

– Percepatan perizinan, pengadaan lahan, pendaftaran perusahaan, dll.


IX
· Stabilisasi suplai dan harga daging sapi

– Peningkatan populasi ternak.

– Perbaikan logistik dan distribusi.


– Perbaikan manajemen bisnis ternak dan daging sapi.

– Penguatan kelembagaan melalui Sentra Peternakan Rakyat.

· Pengembangan akses desa pada logistik global

– Pengembangan layanan pasca penjualan.

– Single billing (elektronik) untuk pembayaran di pelabuhan.

– Sinergi dengan BUMN untuk ekspor produk UKM.

– Indonesia National Singe Windows untuk layanan kepelabuhanan.


Revisi DNI, Perpres 44/2016 Menjadi lebih terbuka untuk investasi

– Kepemilikan asing dalam bidang usaha distribusi dapat mencapai 100 % bila
terafiliasi dengan produksi; 67 % bila tidak terafiliasi dengan produksi.

– Kepemilikan asing dapat mencapai 100% untuk industri bahan baku obat-obatan.

– Kepemilikan asing untuk e-commerce dapat mencapai 100% FDI e-commerce


bila bermitra dengan UKMK
X
– Kepemilikan asing bisa mencapai 100% untuk bidang usaha market place dengan
nilai minimum investasi Rp. 100 Miliar, dibawah Rp. 100 Miliar maksimal 49%.

– 100% PMA untuk industri film.

– 67% PMA untuk transportasi dan jasa pendukungnya.

– 100% PMA untuk pariwisata.


Peningkatan daya saing UMKM

– Kredit ekspor untuk UMKM adalah 9%.


XI
– Diskon PPh 0.5%.

– Pengurangan BPHTB dari 5% menjadi 1%.


Peningkatan kemudahan berusaha terkait 10 indikator untuk mencapai pering
XII
kat 40 pada surveiEase of Doing Business 2017.
Penyederhanaan Perizinan Pembangunan Rumah untuk Masyarakat
XIII
Berpenghasilan Rendah (MBR).
PENANAMAN MODAL ASING (PMA) DAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI
(PMDN) TAHUN 2017

Melalui Kerjasama yang dijalin Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) dengan
Kepolisian Republik Indonesia (POLRI), BKPM berharap investasi mencapai target Rp. 631,5
Triliun, yaitu target realisasi investasi PMDN dan PMA tahun 2016 sebesar Rp. 594,8 triliun dan
tahun 2017 sebesar Rp. 631,5 Triliun.

Mengacu pada data debottlenecking (data terkait permasalahan uang difasilitasi), terdapat 95
proyek yang mengalami kendala dalam merealisasikan investasinya, dengan nilai mencapai Rp.
487 triliun. Namun yang masih difasilitasi BKPM hanya 34 proyek dengan nilai mencapai Rp.
145 triliun dan tersebar di seluruh Indonesia.

BKPM akan terus memantau dan memfasilitasi nilai komitment investasi yang sudah
mendapatkan izin prinsip penanaman modal dengan rencana investasi sebesar Rp. 1.360,7 triliun
untuk periode Januari sampai Juli 2016. Dengan kerjasama yang dilakukan dengan Polri
diharapkan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dalam merealisasikan investasinya
khususnya masalah gangguan keamanan bisa ditemukan solusi terhadap permasalahan tersebut.

Realisasi investasi di Indonesia dalam 9 bulan (Januari-September) 2016 sebesar Rp. 453,4
triliun. Raihan tersebut naik 13,4% jika dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp
400 triliun. Realisasi investasi itu di antaranya ditopang oleh Penanaman Modal Asing (PMA).
Negara yang menempatkan investasinya di Indonesia adalah: Singapura berada di posisi pertama
dengan realisasi sebesar US$ 7,1 miliar; Disusul Jepang, dengan US$ 4,4 miliar; Peringkat
Ketiga diisi China dengan nilai investasi US$ 1,5 miliar; Berlanjut ke posisi empat berasal dari
Hong Kong dengan realisasi investasi US$ 1,5 miliar; dan Kemudian di rangking lima adalah
Belanda dengan US$ 1,0 miliar.

Sementara, dalam kuartal III 2016 saja, peringkat investasi PMA urutan pertama diisi Singapura
dengan realisasi US$ 2,2 miliar. Kemudian disusul oleh Jepang US$ 1,6 miliar; China US$ 575
juta; British Virgin Island US$ 515 juta; dan Belanda US$ 465 juta.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menjalin kerjasama dengan Citi Indonesia dalam
rangka meningkatkan investasi di Indonesia. Melalui kerja sama ini, diharapkan Citi bisa
menjembatani investor asing yang ingin mencari informasi mengenai kegiatan penanaman modal
di Indonesia.
Pertumbuhan iklim investasi telah menjadi prioritas pemerintah saat ini. Termasuk investasi
asing langsung yang dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan ekonomi dan
infrastruktur dalam negeri.

Kerjasama dengan Citi Indonesia ini dapat memberikan manfaat serta memperkuat relasi antara
pemerintah, regulator dan investor, sehingga dapat semakin mendorong pertumbuhan arus
penanaman modal ke Indonesia.

Citi Indonesia memiliki kemampuan untuk meningkatkan konektivitas positif antara pemerintah,
regulator, dan perusahaan multinasional melalui pemanfaatan jaringan global. Serta dengan
kapabilitas Citi yang mengedepankan konsistensi, skalabilitas, dan keandalan.

PELUANG INVESTASI DI INDONESIA

Sebagai Negara dengan bisnis global yang unik di jantung Asia, Indonesia berperan sebagi tuan
rumah bagi berbagai jenis sektor-sektor bisnis.

PERTANIAN

Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung dalam pembangunan perekonomian
nasional. Selain mampu menyerap tenaga kerja, sektor pertanian juga berperan penting dalam
pembentukan PDB, penerimaan devisa, penyediaan pangan, pengentasan kemiskinan, perbaikan
pendapatan masyarakat, bahkan pembentuk budaya bangsa dan penyeimbang ekosistem.

Realisasi investasi di Sektor Pangan mengalami tren yang positif. Hal ini akan terus didukung
oleh pemerintah untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian melalui investasi pada rantai
pasok dan modernisasi alat-alat pertanian. Diharapkan dengan menguatkan investasi Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN), pertumbuhan Penanaman Modal Asing (PMA) akan meningkat.
Di Sub-sektor Tanaman Pangan, komoditas jagung sedang menjadi salah satu primadona dalam
agribisnis di Indonesia. Jagung merupakan salah satu tanaman pangan utama selain padi dan
kedelai serta termasuk komoditas strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian
Indonesia, mengingat komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk pangan maupun
pakan. Jagung digunakan sebagai makanan hewan ternak dan juga digiling menjadi tepung
jagung (cornstarch) untuk produk-produk makanan, minuman, pelapis kertas, dan farmasi. Di
beberapa Negara, jagung dibuat menjadi alkohol sebagai campuran bahan bakar kendaraan untuk
mengurangi polusi. Kondisi ini memberi isyarat kepada investor bahwa jagung mempunyai
prospek pemasaran yang lebih baik.

Di Sub-sektor Peternakan, kebutuhan daging sapi di Indonesia saat ini dipenuhi dari tiga sumber
yaitu ternak sapi lokal, hasil peggemukan sapi impor dan impor daging dari luar negeri.
Peternakan (Cattle) khususnya sapi adalah peluang investasi yang menjadi sub sektor prioritas di
bidang Agrikultur. Investasi ini cukup layak untuk dilakukan dengan ketersediaan area lahan di
beberapa Provinsi yang berpotensi untuk dibangunnya Peternakan Sapi. Peternakan sapi
merupakan salah satu jenis dari kegiatan peternakan ruminansia selain peternakan kambing,
domba, kerbau dan kuda yang pada umumnya dikembangkan masyarakat Indonesia.
Dibandingkan dengan peternakan ruminansia lainnya, peternakan sapi lebih menonjol dan
dominan. Hal ini bisa dilihat dari produksi, populasi dan permintaan kebutuhan daging sapi yang
relatif tinggi dan terus meningkat. Produk olahan daging sapi yang dapat diusahakan sehingga
bernilai ekonomis antara lain bakso, kornet, abon, dendeng, sosis dan daging asap.

INFRASTRUKTUR

Dengan tingkat dan jumlah pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia saat ini, pengadaan dan
pembangunan Sektor Infrastruktur yang memadai merupakan hal yang penting. Selain untuk
memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan bagi masyarakat, sektor ini juga
menjadi salah satu sektor yang menentukan dalam pembangunan ekonomi negara, karena
infrastruktur meliputi berbagai kebutuhan dasar bagi masyarakat baik secara sosial maupun
ekonomi. Infrastruktur sendiri meliputi ketersediaan pelabuhan udara/laut, akses jalan,
transportasi, telekomunikasi, sanitasi dan energi.

Dalam mendukung proses pembangunan infrastruktur yang merata di Indonesia dibutuhkan


investasi yang memadai. Pemerintah telah mencanangkan berbagai proyek pembangunan di
sektor utama infrastruktur dan mengalokasikan pembiayaan untuk 5 (lima) tahun ke depan
sebesar Rp5.519 triliun. Sektor utama tersebut meliputi perhubungan, ESDM, pekerjaan umum
dan perumahan rakyat, serta komunikasi dan informatika. Proyek-proyek tersebut telah dibawa
oleh pemerintah ke dalam buku kedua Masterplan for ASEAN Connectivity (MPAC) 2025,
khususnya untuk proyek pelabuhan, jalan dan listrik. Proses realisasi investasi dalam sektor
infrastruktur sendiri. Pemerintah Indonesia menyadari pentingnya partisipasi swasta dalam
mempercepat pembangunan infrastruktur di Indonesia, terutama mengingat keterbatasan
pemerintah dalam mendanai kebutuhan infrastruktur.

Berdasarkan estimasi kebutuhan dana infrastruktur di 2015-2019, pemerintah hanya mampu


memenuhi 30% dari total kebutuhan dana infrastruktur, yaitu sekitar Rp 1.433 triliun dari Rp
4.796 triliun total. Sekitar 36% dari kesenjangan pendanaan diharapkan dapat dipenuhi melalui
kerjasama dengan swasta menggunakan skema PPP (Public Private Partnership). Partisipasi
swasta, bagaimanapun, diharapkan tidak hanya untuk mengisi kesenjangan pendanaan tetapi juga
untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam pengembangan, pengoperasian, dan
pengelolaan layanan infrastruktur yang berkualitas.

35 GW Tenaga Kelistrikan

Pada tahun 2015, dengan jumlah populasi yang diperkirakan sudah mencapai 257,9 juta jiwa,
jumlah pelanggan listrik PLN baru mencapai 60,3 juta jiwa atau rasio elektrifikasi sebesar 84%.
Kebutuhan listrik saat ini sudah mencapai 219,1 TWH. Tahun 2024 jumlah penduduk
Indonesia diperkirakan mencapai 284,8 juta jiwa dengan jumlah pelanggan listrik mencapai 78,4
juta jiwa, bila pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 6,1 hingga 7,1% maka pada tahun
2024 tambahan kapasitas listrik nasional mencapai 70.400 MW dengan asumsi pertumbuhan
kebutuhan listrik sebesar 8,7% per tahun, rasio elektrifikasi mencapai 99,4% maka kebutuhan
listrik nasional akan mencapai 464,2 TWH.

Dalam rangka mencapai target pembangunan 35 ribu GW selama lima tahun ke depan, PLN
melalui RUPTL 2015-2024 telah menetapkan proyek-proyek infrastruktur ketenagalistrikan.
Selama tahun 2015-2019 akan dibangun 42 GW pembangkit listrik dimana 7 GW merupakan
bagian dari Fast Track Program II dan 35 GW adalah tambahan program pemerintahan baru.

Dari jumlah tersebut PLN akan membangun pembangkit sebesar 17,4 GW, transmisi sepanjang
50 ribu kms dan gardu induk di 743 lokasi dengan kebutuhan capital expenditure sebesar Rp545
trilliun. Sedangkan sisanya akan ditawarkan kepada swasta untuk membangun pembangkit
sebesar 24,9 GW dan transmisi sepanjang 360 kms dengan kebutuhan capital expenditure
sebesar Rp 435 trilliun. Proyek-proyek ketenagalistrikan ini masih akan ditambahkan dengan
proyek-proyek listrik di luar rencana PLN.

24 Pelabuhan
Selama tahun 2014-2019, Indonesia berencana untuk mengembangkan 24 pelabuhan laut.
Rencana ini mencakup peningkatan dan penambahan kapasitas kapal kontainer dan
jumlah feeder untuk memindahkan kontainer dari pelabuhan ke terminal dan selanjutnya ke
kapal besar untuk diangkut. Saat ini, Indonesia tengah memodernisasi 11 pelabuhan utama dan
feeder untuk mempermudah lalu lintas penumpang dari Indonesia Barat ke Timur dan
sebaliknya. Selain terminal penumpang, sebanyak 13 pelabuhan juga akan dirancang khusus
untuk memudahkan penanganan kargo. Pelabuhan-pelabuhan ini merupakan wilayah kerja
perusahaan manajemen pelabuhan yang dikelola oleh negara, PT Pelabuhan Indonesia (PT
Pelindo).

Ke-11 pelabuhan laut yang dirancang untuk memudahkan lalu lintas penumpang di wilayah
Timur Indonesia yaitu Tanjung Perak (Surabaya), Benoa (Bali), Makassar, Bitung, Manado,
Tarakan, Pare-Pare, Sorong, Ambon, Biak dan Ternate.

Ke-13 pelabuhan laut yang dirancang untuk memperlancar pengangkutan di wilayah Timur
Indonesia antara lain Tanjung Perak (Surabaya), Tenau (Kupang), Batulicin (Kotabaru) di
Kalimantan Selatan, Bagendang (Sampit) dan Bumiharjo (Kumai) di Kalimantan Tengah serta
Lembar (Mataram), selain tujuh pelabuhan di Bitung, Sorong, Makassar, Pare-Pare, Kendari,
Pantoloan dan Dede Tolitoli. Semua pelabuhan ini berada di wilayah yurisdiksi PT Pelindo IV
Makassar. Selain pengembangan pelabuhan laut, Indonesia Bagian Timur juga tengah disiapkan
untuk percepatan program maritim “Jalan Tol Laut”.

Rencana Pembangunan 24 Pelabuhan Laut, 2014-2019.

Arus Kargo di Indonesia:

8,8 juta TEU pada tahun 2009 → 30 juta TEU pada tahun 2020 (est.) → 48 juta TEU pada
tahun 2030 (est.)

TEU: Twenty-feet Equivalent Unit, merupakan perkiraan unit kapasitas kargo untuk
menggambarkan kapasitas kapal kontainer dan terminal kontainer.

14 pelabuhan yang dirancang untuk menghubungkan ASEAN:

Belawan, Dumai, Pangkal Pinang, Panjang, Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak,
Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan, Bitung, Makassar, Sorong, dan Jayapura.
INDUSTRI

Sektor Industri merupakan salah satu motor penggerak utama pertumbuhan perekonomian suatu
negara. Pembangunan industri akan memberikan dampak besar berupa meningkatnya
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mendorong
terciptanya teknologi yang tepat guna, memperkuat daya guna masyarakat dalam proses
pertumbuhan ekonomi nasional, memperluas pembukaan lahan kerja dan kesempatan berusaha
serta dapat memperkuat stabilitas nasional.

Dalam pertumbuhan realisasi investasi triwulan pertama 2016, Sektor Industri menjadi salah satu
motor utama dengan 5 (lima) sektor yang memberikan kontribusi besar dalam realisasi investasi.
Sebagian besar sektor industri yang memberikan sumbangan terbesar berasal dari industri padat
karya yang menjadi prioritas pemerintah bersama industri berorientasi ekspor, industri substitusi
impor dan industri hilirisasi mineral.

Tekstil

Industri tekstil merupakan salah satu industri tertua dan paling strateis di Indonesia. Selain
kebutuhan ragam fashion yang terus berkembang, jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar
menjadi beberapa faktor bagi tumbuh-kembangnya industri ini. Industri tekstil Indonesia mampu
berkembang baik di sektor hulu maupun hilir. Dari baku bahan hingga tahapan finishing,
menciptakan rantai pasokan yang sangat efisien, serta mampu menyediakan solusi satu pintu
baik untuk pasar lokal maupun internasional. Beberapa produsen garmen lokal besar bahkan
mengupayakan meningkatkan modal untuk memperoleh aset yang akan membantu mereka terus
mengefisienkan rantai pasokan. Dengan kekuatan tersebut, Indonesia telah berhasil memosisikan
dirinya sebagai pasar produksi alternatif untuk merek fashion dunia dan termasuk dalam 10 besar
negara eksportir tekstil dan garmen. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mengklaim 80%
mereka pakaian global diproduksi di dalam negeri. Pabrik tekstil yang terutama berlokasi di
Bandung, Bekasi dan Bogor, menjadi pemasok merek mahal seperti Hugo Boss, Giorgio Armani,
Guess, Mark and Spencer, Mango dan banyak merek-merek terkenal lainnya. Produk ekspor
pabrik-pabrik ini telah mencapai pasar negara maju seperti Jepang, Inggris, Amerika Serikat, dan
pasar high-end lainnya.

POTENSI INVESTASI :

 Biaya tenaga kerja rendah, stabilitas politik, ketersediaan bahan baku dan lahan industri
murah. Dibandingkan Tiongkok, upah rata-rata pekerja tekstil telah meningkat menjadi
US$247 per bulan, jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia yang berada di angkat
US$140.
 Indonesia telah menjadi basis industri bagi perusahaan asing yang memproduksi produk
tekstil khusus seperti geotextile; seragam militer, yang telah diekspor ke sekitar 30
negara. Salah satunya untuk tentara North Atlantic Treaty Organization (NATO); dan
seragam Anti-Nuklir yang telah diekspor ke Arab Saudi dan Malaysia.
 Industri pakaian dan tekstil lainnya merupakan salah satu penyerap tenaga kerja terbesar
di Indonesia. Di tahun 2013, jumlah pekerja yang berkarya di bidang ini mencapai
hampir 850 ribu orang, meningkat dari tahun 2009 yang sekitar 690 ribu.

CPO dan Turunannya

Crude Palm Oil, atau minyak kelapa sawit adalah salah satu minyak yang paling banyak
diproduksi dan dikonsumsi di dunia. Produk yang kompetitif dan selalu menunjukkan stabilitas
harga ini digunakan dalam berbagai macam makanan/kosmetik dan produk kesehatan, serta
dapat pula digunakan sebagai sumber untuk biofuel atau biodiesel. Kebanyakan minyak sawit
diproduksi di Asia, Afrika dan Amerika Selatan, dimana pohon sawit membutuhkan suhu hangat,
sinar matahari dan banyak hujan untuk memaksimalkan produksi.

Produksi minyak kelapa sawit dunia didominasi oleh Indonesia dan Malaysia. Indonesia saat ini
merupakan terbesar produsen dan eksportir minyak sawit di seluruh dunia. Produksi dari kedua
negara ini mencapai sekitar 85% hingga 90% dari total produksi minyak sawit global. Selama 15
tahun terakhir, industri kelapa sawit di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa
yang terlihat dari angka produksi, ekspor serta perluasan areal perkebunan kelapa sawit.
Didorong oleh meningkatnya permintaan global dan hasil yang lebih tinggi, budidaya kelapa
sawit telah diperluas secara signifikan oleh petani dan konglomerat Indonesia.

POTENSI INVESTASI :

 Luasan perkebunan kelapa sawit di Indonesia meningkat dua kali lipat selama kurun
waktu 15 tahun terakhir, menjadi 8 juta hektar saat ini. Diperkirakan, jumlah ini akan
meningkat hingga 13 juta hektar pada 2020.
 Pada tahun 2020 , diperkirakan produksi minyak sawit akan mencapai 40 juta ton;
sementara konsumsi dunia per tahun diperkirakan akan mencapai 60 juta ton. Pada
tingkat ini, Indonesia akan dapat memenuhi tanggung 80% dari permintaan dunia.
 Permintaan minyak sayur mampu mencapai 6 juta ton setiap tahunnya; 2 juta ton untuk
pasar Indonesia dan 1,5 juta ton untuk pasar Malaysia. Ini berarti terdapat 3,5 juta ton
peluang pasar untuk memenuhi kebutuhan industri minyak sawit.
 Lebih dari 21 juta pekerja terampil bekerja di perkebunan Indonesia. Hal ini menjadikan
Indonesia sebagai negara dengan angkatan kerja pertanian yang tak tertandingi di
kawasan ASEAN.
Produk Karet

Sejalan dengan pertumbuhan ekonominya, Indonesia telah menjadi salah satu destinasi investasi
untuk berbagai industri, termasuk industri karet. Sebagai produsen karet kedua terbesar dunia,
Indonesia memasok sejumlah produk karet ke pasar internasional. Industri karet juga secara
signifikan memberikan kontribusi untuk pendapatan negara dari perdagangan luar negeri bukan
migas, dan memainkan peran penting untuk memicu pertumbuhan pusat-pusat ekonomi baru di
daerah pengembangan karet.

Sekitar 70 % dari karet alam dunia diproduksi di Thailand, Indonesia dan Malaysia. Indonesia
adalah produsen dunia kedua terbesar untuk pemasok karet. Sebanyak 15 % dari produksi karet
di Indonesia digunakan untuk industri bahan domestik, sementara sisanya 85 % diekspor.
Hampir setengah dari produksi karet Indonesia diekspor dan dikirim ke negara-negara Asia
lainnya, juga Amerika Utara dan Eropa. Negara utama importir karet Indonesia adalah Amerika
Serikat, Cina, Jepang, Singapura dan Brazil. Sementara konsumsi karet domestik menyumbang
pasokan ke industri manufaktur Indonesia melalui sektor otomotif dan produk karet teknis.
Industri karet di Indonesia saat ini lebih memfokuskan pada produksi barang setengah jadi
dibandingkan produk barang jadi. Namun, untuk konsumsi domestik, sebagian besar karet alam
Indonesia dikonsumsi oleh industri ulang yang menyumbang 61%, sedangkan konsumsi untuk
produksi sarung tangan, sepatu dan produk lainnya masing-masing sebesar 14% , 12% dan 13%.

POTENSI INVESTASI :

 International Rubber Study Group (IRSG) memerkirakan konsumsi karet dunia tahun
2020 akan meningkat pada tingkat pertumbuhan rata-rata 6,7%.
 Sejak tahun 2000-an, industri karet Indonesia telah menunjukkan peningkatan yang stabil
dalam produksinya. Produksi karet kering Indonesia telah meningkat sebesar 54 %.
 Terdapat 385 perusahaan pada industri hilir karet yang mempekerjakan 107.927 orang.
 Biaya tenaga kerja rata-rata per kepala di Indonesia lebih efisien dibandingkan empat
negara ASEAN utama lainnya (Financial Times).

Ikan dan Produk Olahannya

Industri sektor kelautan dan perikanan telah menjadi harapan sebagai sektor yang dominan dalam
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain karena kecenderungan kebutuhan bahan makanan yang
inovatif dari kelas menengah, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan lebih dari
17.500 pulaunya yang turut mendorong peningkatan industri ini. Potensi ini dapat dilihat dari
areal kemaritiman Indonesia yang mencapai 5,8 juta km2, setara dengan 0,3 juta km2 perairan,
2,8 juta km2 perairan dalam dan kepulauan, dan 2,7 juta km2 Zona Ekonomi Eksklusif. Sumber
daya alam melalui kelautan juga memiliki potensi yang besar, dengan kapasitas tahunan
mencapai 6,,4 juta ton per tahun; sementara peternakan ikan mencapai 47 juta ton.

Potensi besar sektor industri ini merambah kepada pengolahan produk ikan dan industri
pengalengan yang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan lebih lanjut di Indonesia.
Unit pengolahan modern umumnya berorientasi pada pasar ekspor, dengan komoditas termasuk
udang, tuna dan cakalang, ikan fillet, tuna loin dan tuna steak. Beberapa operasi pengolahan yang
memiliki potensi yang kuat: (1) pembekuan, ruang penyimpanan dingin dan produksi es; (2)
pengolahan produk dengan nilai tambah, untuk memenuhi meningkatnya permintaan pasar atas
produk perikanan yang siap untuk memasak, seperti produk IQF, udang, ikan dilapisi tepung roti,
dan ikan bola.

POTENSI INVESTASI :

 Indonesia merupakan salah satu produsen makanan laut terbesar dan salah satu negara
pengekspor utama di dunia industri makanan laut.
 Penguasaan pasar domestik dan kemampuan untuk memperluas pasar ekspor.
 Industri yang relatif baru dengan produktivitas masih rendah.
 Potensi pengembangan sentra produksi, termasuk investasi di industri pengolahan ikan
kalengan dan beku.
 Permintaan domestik untuk produk perikanan kemungkinan akan terus meningkat karena
konsumsi per kapita masih relatif rendah.
 Hanya ada 38 pabrik pengalengan ikan dalam negeri yang terletak dari Sumatera ke Bali,
dimana 20% adalah investasi asing.

Udang

Prospek untuk budidaya udang masih sangat menguntungkan. Seperti produk industri perikanan
lainnya yang sebagian besar masih dilakukan secara tradisional, industri udang memiliki potensi
keuntungan yang besar melalui investasi dan penerapan pengetahuan serta teknologi modern
untuk dapat mengoptimalkan proses dan hasil produksi.

Pariwisata

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan budaya yang besar
yang memberikan modal besar bagi dalam sektor pariwisata. Pariwisata sendiri merupakan salah
satu sektor yang menjadi motor penggerak dalam pertumbuhan ekonomi negara. Dengan potensi
wisata alam dan budaya yang begitu besar, pariwisata Indonesia menjadi salah satu penyumbang
devisa yang besar bagi perekonomian Indonesia.

Pariwisata merupakan sektor yang prospektif dengan kenaikan realisasi investasi relatif cukup
besar. Kenaikan ini didukung dengan rencana pemerintah merevisi Perpres 39 tahun 2014
mengenai bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka untuk penanaman modal.

Terdapat 10 destinasi prioritas yang sudah diluncurkan pemerintah sejak awal tahun ini, yaitu
Danau Toba (Sumut), Tanjung Kelayang (Babel), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu
(Jakarta), Borobudur (Jateng), Bromo Tengger Semeru (Jatim), Mandalika (NTB), Labuan Bajo
(NTT), Wakatobi (Sultra), dan Morotai (Maltara) yang memiliki potensi investasi sebesar Rp300
triliun dalam mengembangkan 10 destinasi prioritas tersebut.

KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA

Pembangunan Sektor Pariwisata Fokus Pada 16 Tujuan Wisata

Maritim

Indonesia merupakan negara kelautan terbesar di dunia dengan ⅔ wilayahnya yang merupakan
lautan yang terdiri dari kurang lebih dari 17.500 pulau. Melalui susunan geografis tersebut,
Indonesia telah diakui secara internasional sebagai negara maritim pada UNCLOS 1982.
Cakupan laut yang begitu luas memberikan Indonesia potensi kekayaan laut yang sangat besar,
dan tentu memberikan modal besar bagi Indonesia dalam mendukung pertumbuhan ekonomi
negara.

Potensi ekonomi dari laut Indonesia sangat luas dan besar. Data dari Food and Agriculture
Organization pada 2012 menyebutkan bahwa Indonesia berada di peringkat ketiga terbesar di
dunia dalam produksi perikanan dan perairan Indonesia menyimpan sekitar 70% potensi minyak
karena sekitar 40 cekungan minyak berada di perairan Indonesia ditambah lagi dengan berbagai
kekayaan hayati dan non-hayati lainnya yang dimiliki laut Indonesia yang dapat memberi
kontribusi besar dalam perekonomian negara.

GALANGAN KAPAL

Struktur Komponen Galangan Kapal


Mayoritas 70% dari konsumsi bahan untuk industri galangan kapal di Indonesia masih diimpor.

Anda mungkin juga menyukai