Anda di halaman 1dari 2

Api Yang Membakar Kayu Yang Kering

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamualaikum wa rahmatullahi wabarakatuh

Pertama - tama, marilah kita bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah karuniakan pada
kita, entah itu nikmat yang sangat kecil hingga nikmat yang luar biasa besar. Dari nikmat
berupa kemampuan melihat,hingga nikmat berupa alam luas yang tidak akan pernah bisa
dihitung luasnya, Alhamdulilllah.

Tidak lupa, shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada baginda besar, Nabi
Muhammad SAW, yang dengan perjuangan dan pengorbanan-Nya kita bisa merasakan
nikmatnya keimanan pada Allah dan indahnya agama islam, juga kepada keluarga, para
sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman nanti.

Hadirin yang Allah rahmati dan muliakan,

Salah satu sifat tercela yang hampir-hampir menghinggapi setiap orang adalah sifat
hasad.Menurut Imam al-Ghazali hasad memiliki dua tingkatan: pertama, Anda tidak suka
orang lain mendapatkan nikmat dan Anda ingin menghilangkannya; kedua, keinginan
memperoleh nikmat serupa yang dimiliki orang lain, tanpa bermaksud atau berharap
hilangnya nikmat itu pada orang lain, ini yang biasa disebut dengan istilah ghibhah. Orang
hasad adalah orang yang - tanpa alasan yang rasional - tidak senang kepada segala kelebihan
dan keutamaan yang dimiliki orang lain, baik kelebihan itu berupa harta benda, kekayaan,
kedudukan, kehormatan, dan lain-lain. Bisa jadi, orang hasad akan membenci orang lain yang
sebetulnya tidak memiliki nikmat atau kelebihan apa-apa, tetapi oleh yang hasad diduga
memilikinya. Dan bisa jadi pula orang hasad akan merasa senang kalau orang lain terus-
menerus dalam kesusahan dan kekurangan, meskipun ia tahu bahwa yang bersangkutan sudah
tidak memiliki kelebihan apa-apa. Jadi, hasad itu kecenderungan untuk membenci semua
orang tanpa alasan yang jelas, rasional dan dibenarkan oleh ajaran agama.

Karena kebencian dan kedengkiannya, orang hasad secara diam-diam biasanya menginginkan
orang yang dibencinya itu celaka. Dan kalau sudah begitu, besar kemungkinan baik secara
langsung maupun tidak langsung kita akan ikut terlibat dalam usaha mencelakakannya.
Maka, timbullah ghibah dan fitnah, yaitu menyebar berita buruk mengenai orang yang
dibencinya itu, baik berita itu benar adanya, atau apa lagi tidak benar.Orang yang hasad,
hatinya selalu gelisah. Kegelisahannya bukan disebabkan oleh kekurangan yang ada pada
dirinya semata, tetapi lebih dari itu karena kelebihan yang ada pada orang lain. Ia lebih fokus
memperhatikan kelebihan orang lain daripada introspeksi atas kekurangan pada dirinya.
Jika berusaha, maka usahanya itu dikerahkan untuk menghilangkan kelebihan pada orang
lain, daripada usaha untuk memperbaiki nasib dirinya sendiri. Nabi pernah mengingatkan kita
semua:

Dari Abu Hurairah r.a, Nabi S.A.W,bersabda: Jauhilah olehmu sifat hasad, karena
sesungguhnya hasad itu dapat menghilankan segala kebaikan sebagaimana api yang
membakar kayu yang kering. (HR. Abu Dawud).
Orang yang dengki atau hasad, di dalam hatinya tersembunyi keinginan agar orang lain
celaka. Maka kedengkian itu merupakan bukti yang nyata sekali bahwa sesungguhnya di
dalam hatinya tidak punya i’tikad baik kepada orang lain secara tulus. Maka, andaikata
terdapat kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh seorang pendengki dapat dipastikan bahwa
sesungguhnya kebaikan-kebaikan yang diperbuatnya itu palsu.
Suatu perbuatan baik tanpa disertai dengan niat atau i’tikad baik, maka mustahil akan
melahirkan perbuatan yang tulus. Dengan kata lain, perbuatan baiknya kepada orang lain
hanyalah untuk menutupi kebusukan niatnya yang tersembunyi di dalam hatinya.Oleh karena
itu, karena sifatnya tersembunyi dan sulit diketahui secara lahiriah, Al-Qur’an dalam surat al-
Falaq menganjurkan kepada kita agar senantiasa berlindung kepada Allah dari kejahatan
pendengki, karena hanya Allah-lah yang mengetahui apa yang tersembunyi.

Surat al-Falaq ini, mengingat kandungan makna dan sabab nuzūl-nya, maka kita juga
dianjurkan untuk membacanya jika melihat suatu kenikmatan yang ada pada orang lain.
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai Subuh, dari kejahatan
makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan
peniup-peniup pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki. (Q, s. al-Falaq
/ 113:1-5)
Islam sangat mencela perbuatan hasad, karena hasad merupakan pangkal permusuhan. Dalam
ajaran Islam, hasad hanya dibolehkan dalam dua hal: terhadap yang orang dianugerahi harta
oleh Allah kemudian ia menafkahkannya dengan benar, dan terhadap orang yang dianugerahi
ilmu kemudian ia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain. Rasulullah S.A.W
bersabda:
Dari Ibnu Mas’ud r.a, Rasulullah S.a.w bersabda: Tidak dibenarkan hasad kecuali dalam
dua hal; terhadap seseorang yang diberi anugerah oleh Allah berupa harta lalu dia
menafkahkannya di jalan yang benar, dan terhadap seseorang yang diberi anugerah ilmu
oleh Allah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain. (HR. Bukhari dan
Muslim)
Artinya, Nabi memberi arah kepada kita bahwa yang boleh diirikan oleh kita dari orang lain
adalah amal shalehnya, bukan kebendaannya. Kita boleh iri kepada orang kaya, tetapi bukan
kekayaannya melainkan perbuatannya menafkahkan kekayaannya itu di jalan yang benar.
Demikian pula dengan ilmu, kita diperbolehkan iri kepada orang yang berilmu, bukan karena
ilmunya, melainkan karena perbuatannya dalam mengamalkan dan mengajarkan ilmunya itu.

Demikian materi yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, semoga dapat bermanfaat
bagi kita semua dan dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dan kurangnya
mohon maaf.

Wassalaamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuuh.

Anda mungkin juga menyukai