Anda di halaman 1dari 12

AKTUALISASI NILAI-NILAI KESADARAN SEJARAH DAN NASIONALISME DALAM

PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA

Aman
FIS Universitas Negeri Yogyakarta
e-mail: aman@uny.ac.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktualisasi nilai-nilai kesadaran sejarah dan
nasionalisme dalam pembelajaran sejarah di SMA. Hal ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa
ancaman terhadap integrasi bangsa telah mencapai tingkat yang memrihatinkan mengingat semakin
lunturnya nilai-nilai kebangsaan dan moral di kalangan generasi muda. Penelitian dilakukan di
SMAN 1 Yogyakarta dengan pendekatan naturalistik dan strategi embedded research. Hasil penelitian
menunjukkan hal-hal sebagai berikut. (1) Aktualisasi nilai-nilai kesadaran sejarah dalam pembelajaran
sejarah ditunjukkan melalui upaya: (a) penananam penghayatan arti penting sejarah untuk masa kini
dan mendatang; (b) mengenal diri sendiri dan bangsanya; (c) pembudayaan sejarah bagi pembinaan
budaya bangsa; dan (d) menjaga peninggalan sejarah bangsa. (2) Aktualisasi nilai-nilai nasionalisme
ditunjukkan melalui upaya penanaman: (a) rasa bangga sebagai bangsa Indonesia; (b) rasa cinta tanah
air dan bangsa; (c) rela berkorban demi bangsa; (d) menerima kemajemukan; (e) rasa bangga pada bu-
daya yang beraneka ragam; (f) menghargai jasa para pahlawan; dan (g) mengutamakan kepentingan
umum di atas kepentingan pribadi.

Kata Kunci: aktualisasi, nilai-nilai, kesadaran sejarah, dan nasionalisme

ACTUALIZATION OF VALUES OF HISTORY AWARENESS AND NATIONALISM


IN HISTORY TEACHING AND LEARNING AT SMA (SENIOR HIGH SCHOOL)

Abstract: This research aims at describing the actualization of the values of history awareness and
nationalism in the teaching and learning of history at SMA. The study has come out of concern on the
fact that the threat towards the nation integration has reached the worrisome level, as the nationalism
and moral values of the young generation are getting more and more degrading. This research was
conducted at SMAN 1 Yogyakarta using a naturalistic approach and embedded research strategy. The
results show that: (1) Actualization of history awareness values in the teaching and learning of history
is shown through the efforts of: (a) implanting the internalization of the important meaning of history
for the present and the future; (b) recognizing oneself and one’s nation; (c) cultivation of history for
nurturing the nation’s culture; and (d) preserving the nation’s historical heritage. (2) Actualization of
nationalism values is shown through efforts of implanting: (a) pride as an Indonesian; (b) love for the
country and the nation; (c) willingness to sacrifice for the nation; (d) accepting plurality; (e) pride on
cultural diversity; (f) praising the heroes’ merits; and (g) prioritizing the public interest over the per-
sonal one.

Keywords: actualization, values, history awareness, nationalism

PENDAHULUAN sitas masyarakat yang tinggi. Namun, da-


Secara geografiis-sosial, bangsa Indo- lam perjalanan sejarah panjangnya, dina-
nesia adalah bangsa yang besar, heterogen, mika bangsa ini belum mencapai tingkat tu-
plural, dan memiliki karakteristik masyara- juan yang diharapkan jika dibandingkan de-
kat yang berbeda-beda. Hal ini merupakan ngan negara-negara Asia sekalipun, seperti
ciri khas bangsa Indonesia sebagai bangsa Malaysia, Singapura, Jepang, dan lain-lain.
yang majemuk dengan tingkat komplek- Sebenarnya, kemajemukkan bangsa ini

23
24

merupakan modal yang potensial untuk negara dirugikan atau tidak, yang penting
memupuk persatuan dan kesatuan dalam dirinya untung dan kelompknya menang.
rangka memperkokoh integritas dan kepri- Kondisi bangsa yang dilanda ahistoris
badian bangsa, yang dilandasi oleh nilai- ini juga terlihat pada perilaku sosial ka-
nilai kebangsaan dan moral religius yang langan pelajar. Lunturnya nilai-nilai ke-
kokoh. Tetapi, jika modal yang besar itu ti- bangsaan, kepribadian, kecakapan religius,
dak disikapi secara positif, potensi tersebut kesadaran sejarah, nasionalisme, tawuran
justru akan mengakibatkan dampak yang antar pelajar, kurangnya kedisiplinan, si-
destruktif, akan menjadi bom waktu yang kap individualistik, kecenderungan ”mem-
mengerikan, di mana setiap saat dapat berhalalkan” segala cara untuk mencapai
muncul ledakan yang mengakibatkan ter- kemenangan, dan perilaku asosial lain su-
cerabutnya integrasi bangsa. dah menjadi permasalahan bangsa yang
Fenomena sosial yang tidak dapat di- sangat serius. Primordialisme, individualis-
pungkiri pada masa sekarang ini adalah me, dan bahkan sparatisme, benar-benar
lunturnya nilai-nilai kebangsaan dan moral telah mengancam integritas bangsa. Keba-
di kalangan generasi muda. Fenomena ini nyakan dari anak bangsa tidak mau tahu
dapat dimafhumi mengingat kompleksnya bahwa bangsa ini terlahir melalui perjalan-
variabel yang berpengaruh terhadap eksis- an sejarah yang panjang, berkat kerja keras
tensi integritas nasional seperti pengaruh para pejuang bangsa, pengorbanan tanpa
negatif globalisasi dan westernisasi yang batas para faunding father, dan tumpahan
merasuk ke sendi-sendi kehidupan bangsa darah para pahlawan untuk sebuah kemer-
yang masih sangat rapuh. Pada saat gon- dekaan. Nilai-nilai kebangsaan dan moral
cangan terhadap integritas bangsa sedang di kalangan peserta didik benar-benar telah
mendera, komponen bangsa termasuk ge- mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.
nerasi muda lebih disibukkan oleh hal-hal Dalam pada itu, pembelajaran ilmu
yang praktis dan bersifat sesaat. Nilai-nilai sosial yang sejatinya dapat dipakai sebagai
luhur budaya bangsa yang diwariskan oleh wahana pemupukan nilai-nilai kebangsaan
para founding father telah tercerabut dari dan moral sering dianggap sebagai pelajar-
akarnya. Generasi muda lupa akan jati diri an ”penggembira”. Mereka lebih terobsesi
dan eksistensinya sebagai penerus cita-cita pada ilmu-ilmu keras dan menganggap ku-
kemerdekaan. Padahal, indikator kemerde- rang penting ilmu sosial. Dampaknya, mo-
kaan perlu dibangun dengan nilai-nilai ke- ral kalangan remaja mengalami degradasi
bangsaan yang kokoh, semangat nasiona- yang cukup hebat dan merusak nilai-nilai
lisme, patriotisme, kecakapan religius, ko- sosial yang sejatinya dibangun. Loyalitas
lektivisme, dan fondasi nilai budaya yang terhadap jati diri dan eksistensi bangsa ter-
luhur. Namun, fenomena mengatakan lain, cerabut sehingga diperlukan kembali retin-
yaitu bahwa bangsa kita lebih didominasi king them berupa pemupukan terhadap ni-
paham individualisme yang mengabaikan lai-nilai kebangsaan seperti sikap nasiona-
prinsip-prinsip kolektivisme. Akibatnya, lisme, wawasan kebangsaan, wawasan hu-
permasalahan sosial dan kultur banyak maniora, dan kesadaran nasional dengan
bermunculan di sana-sini. Identitas bangsa fondasi nilai budaya yang kokoh.
”diperjualbelikan” untuk kepentingan indi- Pembelajaran sosial memerlukan pa-
vidu atau golongan. Tidak peduli apakah radigma baru dalam rangka character and
nation building sehingga ditemukan

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 1, Februari 2014


25

kembali identitas bangsa yang memiliki fungsi untuk mengembangkan kemampu-


nilai-nilai luhur dan bermartabat. Perubah- an dan membentuk watak serta peradaban
an mind set dalam pembelajaran ilmu sosial bangsa yang bermartabat dalam rangka
mutlak diperlukan mengingat pentingnya mencerdaskan kehidupan bangsa, bertu-
masalah sosial kultur tersebut. Tampaknya, juan untuk berkembangnya potensi peserta
perlu dibangun paradigma moral-saintifik didik agar menjadi manusia yang beriman
secara koheren-integratif sehingga meaning- dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
ful learning dalam pembelajaran ilmu sosial Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
dapat berlangsung dalam sistem pendidik- kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
an kita. yang demokratis serta bertanggungjawab.
Pada saat bangsa Indonesia mengha- Dengan demikian, pendidikan nasional me-
dapi setumpuk permasalahan yang dise- miliki tujuan yang sangat luas tidak saja
babkan oleh berbagai krisis yang melanda, terkait dengan kecakapan akademik, me-
maka tantangan dalam menghadapi suatu lainkan pula kecakapan-kecakapan yang
era globalisasi yang bercirikan keterbukaan lain seperti religius, kepribadian, dan so-
dan persaingan bebas kian mendesak. Mau sial. Dalam konsepsi pembelajaran sejarah
tidak mau bangsa Indonesia harus berupa- tujuan-tujuan itu lebih terwujud secara spe-
ya keras untuk meningkatkan kemampuan sifik seperti kesadaran sejarah, nasionalis-
dan daya saing sumber daya manusianya me, patriotisme, wawasan humaniora, di
dalam percaturan internasional. Dalam samping kecakapan akademik.
jangka waktu yang relatif mendesak Indo- Peningkatan kualitas pendidikan me-
nesia harus mampu mempersiapkan sum- rupakan suatu proses yang dilaksanakan
ber daya manusia yang profesional, tang- secara dinamis dan berkesinambungan da-
guh, dan siap pakai. Untuk mewujudkan lam rangka meningkatkan kualitas pendi-
kondisi tersebut, sumber daya manusia dikan dan berbagai faktor yang berkaitan
Indonesia perlu memiliki bekal kemam- dengannya, dalam upaya pencapaian tuju-
puan intelektual dan daya pikir serta daya an pendidikan secara efektif dan efisien.
inovasi yang tinggi, juga memiliki penge- Untuk memperoleh gambaran yang jelas
tahuan, dan kebiasaan menerapkan sikap tentang aktualisasi nilai-nilai kesadaran
moral yang baik. Cara-cara berpikir baru sejarah dan nasionalisme yang terkandung
dan terobosan-terobosan baru harus diper- dalam pembelajaran sejarah, serta bagai-
kenalkan dan diciptakan untuk mengatasi mana eksistensi kesadaran sejarah, dilaku-
permasalahan pendidikan pada masa se- kan penelitian ini. Adapun permasalahan
karang dan masa yang akan datang. Untuk yang digali mencakup (1) bagaimanakah
mendukung itu semua, kualitas pendidi- aktualisasi nilai-nilai kesadaran sejarah dan
kan nasional perlu segera ditingkatkan se- nasionalisme; dan (2) bagaimanakah usaha
hingga tujuan pendidikan nasional secara guru sejarah dalam menanamkan nilai-
keseluruhan dapat tercapai. Reformasi pen- nilai kesadaran sejarah dan nasionalisme.
didikan dengan berbagai segmennya meru- Suatu bangsa sebagai kolektivitas se-
pakan suatu imperative action (Zamroni, perti halnya individu memiliki kepribadian
2001:158). yang terdiri atas serumpun ciri-ciri menjadi
Dalam Undang-Undang Republik In- suatu watak. Kepribadian nasional lazim-
donesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3, di- nya bersumber pada pengalaman bersama
jelaskan bahwa pendidikan nasional ber- bangsa itu atau sejarahnya. Identitas

Aktualisasi Nilai-nilai Kesadaran Sejarah dan Nasionalisme dalam Pembelajaran Sejarah di SMA
26

seseorang peribadi dikembalikan kepada aspirasi mengambil peranan yang penting,


riwayatnya, maka identitas suatu bangsa di satu pihak untuk system-maintenance ne-
berakar pada sejarah bangsa itu. Dalam hal gara nasion, dan di pihak lain memperkuat
ini, sejarah nasional fungsinya sangat fun- orientasi atau tujuan negara tersebut. Tan-
damental untuk menciptakan kesadaran pa kesdaran sejarah, kedua fungsi tersebut
nasional yang pada gilirannya memperko- sulit kiranya untuk dipacu, dengan per-
koh solidaritas nasional. Sehubungan de- kataan lain semangat nasionalisme tidak
ngan itu, pelajaran sejarah nasional amat dapat ditumbuhkan tanpa kesadaran seja-
strategis fungsinya bagi pendidikan nasio- rah (Kartodirdjo, 1992:53).
nal (Kartodirdjo, 1992:48). Nasionalisme dalam dimensi histori-
Allan Nevin (Maarif, 2006:121) men- sitas dan normativitas merupakan sebuah
gemukakan bahwa sejarah adalah jembat- penemuan sosial yang paling menakjubkan
an penghubung masa silam dan masa kini, dalam perjalanan sejarah manusia, paling
dan sebagai petunjuk ke arah masa depan. kurang dalam dasa warsa seratus tahun
Di pihak lain, Kuntowijoyo (1994:18) me- terakhir. Nasionalisme menjadi payung so-
negaskan bahwa sejarah dimaksudkan se- sial-kultur negara-negara manapun untuk
bagai rekonstruksi masa lalu dan yang di- mengukuhkan integritasnya. Nasionalisme
rekonstruksi sejarah adalah apa saja yang merupakan “ruh” sosial-kultur untuk mem-
sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, bentuk dan memperkokoh identitas nasio-
dirasakan, dan dialami oleh manusia. Seja- nal sebagai jati diri bangsa yang telah me-
rah nasional mengungkapkan perkembang- miliki martabat kemerdekaan.
an multietnisnya, sistem hukum adatnya, Anderson (1991) memandang nasio-
bahasa, sistem kekerabatan, kepercayaan, nalisme sebagai sebuah ide atas komunitas
dan sebagainya. yang dibayangkan karena setiap anggota
Dalam pelajaran sejarah perlu dima- dari suatu bangsa, bahkan bangsa yang
sukan biografi pahlawan mencakup soal terkecil sekalipun, tidak mengenal seluruh
kepribadian, perwatakan semangat berkor- anggota dari bangsa tersebut. Nasionalis-
ban, perlu ditanam historical-mindedness, me hidup dari bayangan tentang komuni-
perbedaan antara sejarah dan mitos, legen- tas yang senantiasa hadir di pikiran setiap
da, dan novel histories. Apabila suatu ke- anggota bangsa yang menjadi referensi
pribadian turut membentuk identitas se- identitas sosial. Pandangan konstruktivis
orang individu atau suatu komunitas, tidak tersebut menarik karena meletakkan nasio-
sulit dipahami bahwa kepribadian berakar nalisme sebagai sebuah hasil imajinasi ko-
pada sejarah pertumbuhannya. Di sini, ke- lektif dalam membangun batas antara kita
sadaran sejarah amat esensial bagi pem- dan mereka, sebuah batas yang dikon-
bentukan kepribadian. Analog dengan so- struksi secara budaya melalui kapitalisme
siogenesis individu, kepribadian bangsa percetakan, bukan semata-mata fabrikasi
juga secara inhern memuat kesadaran se- ideologis dari kelompok dominan (Amir,
jarah itu. Implikasi hal tersebut di atas bagi 2007).
national building ialah tak lain bahwa seja- Nasionalisme merupakan sikap dan
rah dan pendidikan memiliki hubungan tingkah laku individu atau masyarakat
yang erat dalam proses pembentukan ke- yang merujuk pada loyalitas dan peng-
sadaran sejarah. Dalam rangka nation build- abdian terhadap bangsa dan negaranya
ing pembentukan solidaritas, inspirasi, dan (Dwi Putra, 2003). Tetapi, secara empiris

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 1, Februari 2014


27

nasionalisme tidak sesederhana definisi itu, buka sepanjang waktu. Ada beberapa un-
melainkan selalu dialektis dan interpretatif, sur yang dijadikan perhatian pada saat me-
karena nasionalisme bukan pembawaan rumuskan desain adalah: (1) penentuan fo-
manusia sejak lahir, melainkan sebagai ha- kus studi; (2) penentuan ketepatan para-
sil peradaban manusia dalam menjawab digma pada fokusnya; (3) penentuan pene-
tantangan hidupnya. Dalam sejarah Indo- rapan paradigma studi pada teori substan-
nesia dibuktikan bahwa kebangkitan rasa tif yang dipilih; (4) penentuan tentang di
nasionalisme didaur ulang kembali oleh mana dan dari siapa data akan dikumpul-
para generasi muda, karena mereka merasa kan; (5) penentuan fase-fase suksesif pene-
ada yang menyimpang dari perjalanan na- litian; (6) penggunaan ”human instrumenta-
sionalisme bangsanya. tion”; (7) pengumpulan dan pencatatan
Republik Indonesia didirikan bersa- data; (8) penggarapan analisis, (9) perenca-
ma dalam bentuk bangunan negara ke- naan logistik; dan (10) perencanaan derajat
bangsaan menurut teori dan prinsip nasio- kepercayaan.
nalisme modern mirip dengan yang dianut Penelitian ini diharapkan dapat meng-
Amerika Serikat. Konstruksi kesatuan bang- ungkap berbagai informasi kualitatif dan
sa yang dibangun berdasarkan konsep bhi- kauantitatif dengan deskripsi-analisis yang
neka tunggal ika (pluralisme) merupakan teliti dan penuh makna. Pada tiap-tiap ob-
produk sejarah. Demikian pula untuk mem- jek akan dilihat kecenderungan, pola pikir,
bangun tekad kesatuan. Unit kesatuan teri- ketidakteraturan, serta tampilan perilaku
torian dan unit kesatuan bangsa yang di- dan integrasinya sebagaimana dalam studi
nyatakan sebagai negara kebangsaan yang kasus genetik (Muhadjir, 2006:243). Karena
telah merdeka (independent) mencakup wi- permasalahan dan fokus penelitian sudah
layah seluruh daerah Hindia Belanda. Ke- ditentukan dalam proposal sebelum terjun
banggaan sebagai bangsa dinyatakan da- ke lapangan, maka jenis strategi penelitian
lam lagu kebangsaan ”Indonesia Raya”, ini secara lebih spesifik dapat disebut se-
dan kesatuan kita sebagai bangsa dikat de- bagai studi terpancang (embedded study re-
ngan kuat oleh bahasa negara ”bahasa In- search) (Yin, 1987:136). Sumber data peneli-
donesia” dan bendera negara ”Sang Merah tian adalah nara sumber yang terdiri atas
Putih”(Daliman, 2006:62). kepala sekolah dan pimpinan sekolah lain,
guru, dan siswa; tempat dan aktivitas ke-
METODE giatan proses belajar mengajar; dan teks
Penelitian ini dilaksanakan di SMA yang berupa arsip dan dokumen resmi me-
Negeri I Yogyakarta dan difokuskan pada ngenai program pengajaran, kurikulum,
identifikasi nilai-nilai kesadaran sejarah dan catatan-catatan lain yang relevan. Pe-
dan nasionalisme serta bagaimana aktuali- ngumpulan data dilakukan melalui teknik
sasi nilai-nilai kesadaran sejarah dan nasio- wawancara mendalam, observasi, dan men-
nalisme dalam pembelajaran sejarah. Pene- catat dokumen.
litian menggunakan desain naturalistik kua- Teknik penyampelan menggunakan
litatif yang longgar untuk menghadapi ke- purposive sampling. Untuk menjamin vali-
mungkinan-kemungkinan yang muncul ditas data yang dikumpulkan, digunakan
yang tidak diramalkan sebelumnya. Pe- teknik informant review atau umpan balik
nampilan studi selanjutnya dibentuk oleh dari informan. Teknik analisis data meng-
sejumlah interaksi yang selalu tetap ter- gunakan analisis interaktif yang meliputi

Aktualisasi Nilai-nilai Kesadaran Sejarah dan Nasionalisme dalam Pembelajaran Sejarah di SMA
28

kegiatan reduksi data, sajian data, verifika- Bertaraf Internasional yang kemudian di-
si, dan penarikan kesimpulan. Dalam pro- akui sebagai Cambridge Center mulai bulan
sesnya kerja dilakukan dalam bentuk inter- Juli 2005 dengan Center Number ID 071.
aktif sebagai suatu proses yang berlanjut, Pengakuan ini merupakan yang pertama
berulang, dan terus-menerus hingga mem- kali bagi sekolah negeri di Indonesia. De-
bentuk sebuah siklus. Peneliti bolak-balik ngan diakuinya sebagai Cambridge Center,
antara analisis data dan pengumpulan data SMAN 1 Yogyakarta dapat melaksanakan
selama berlangsungnya proses penelitian ujian internasional di sekolah yang dapat
(Miles & Huberman, 1991). pula diikuti oleh sekolah lain di sekitarnya
(SMAN 1 Yogyakarta, 2010: 1).
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Tahun 2008/2009 seluruh kelas X
Hasil merupakan Rintisan SMA Bertaraf Interna-
Pada mulanya, SMA Negeri 1 Yog- sional, di mana Pada Tahun 2008/2009 itu
yakarta bernama ‘Algemere Midlebaar juga Terakreditasi A dengan nilai 97.11 oleh
School” (AMS) Afdelling Yogyakarta yang BAN-S/M Tahun 2009/2010 Kelas X dan XI
kemudian menjadi SMA A. Pada Tahun merupakan kelas RSBI Tahun 2009/2010
1957 SMA 1A dan SMA 2A dilikuidasi mendapat pengakuan dari Lembaga Sertifi-
menjadi SMA Teladan oleh Pemerintah kasi Internasional BERAU VERITAS dengan
RI berdasarkan SK Nomor: 12607/a/c Sertifikat ISO 9001 : 2008, yaitu standar in-
tanggal 16 Desember 1957 dengan menem- ternasional manajemen mutu.
pati gedung di Jalan Pakuncen atau Motto SMAN 1 Yogyakarta adalah
Jalan HOS Cokroaminoto 10 Yogya- ”Global Oriented and National Culture Based
karta. Berdasarkan SK Kepala Kantor Wi- School”, dengan visinya adalah terwujud-
layah Departemen Pendidikan dan Kebu- nya sekolah yang mampu menghasilkan
dayaan Propinsi Daerah Istimewa Yogya- keluaran yang berakar budaya bangsa,
karta Nomor 097a/I.13/O/Kpts/1995 tang- berwawasan kebangsaan, dan bercakrawa-
gal 24 Mei 1995 SMA Negeri 1 Yogyakarta la global. Misi sekolah adalah sebagai beri-
ditunjuk sebagai Sekolah Unggulan, yang kut.
kemudian tahun 1998 disempurnakan de-  Mengembangkan kemampuan akade-
ngan sebutan SMA Berwawasan Keung- mik berstandar internasional dengan me-
gulan. Mulai tahun 2001/2002 SMAN 1 nerapkan dan mengembangkan kuri-
Yogyakarta melaksanakan program perce- kulum lokal, nasional, maupun inter-
patan atau akselerasi pendidikan berdasar- nasional.
kan SK Dirjen Dikdasmen Depdiknas RI  Mengembangkan kedisiplinan, kepemim-
Nomor 511/C/Kp/ MN/2002. Dengan SK pinan, serta ketakwaan melalui berbagai
Nomor 4180/ SMAN 1 Yogyakarta juga di- kegiatan kesiswaan baik dalam organi-
tunjuk sebagai Sekolah Model Budi Pe- sasi siswa intra sekolah, ekstrakurikuler,
kerti. Berdasarkan SK Kepala Kantor De- kegiatan keagamaan, maupun kegiatan
partemen Agama Kota Yogyakarta juga di- lain yang berakar budaya bangsa.
tunjuk sebagai Sekolah Model Pendididkan  Mengembangkan sikap berkompetisi
Agama Islam (SMAN 1 Yogyakarta, 2010: yang sportif malalui berbagai bidang
1). dan kesempatan dengan mengedepan-
Mulai tahun pelajaran 2004/2005 kan semangat kebangsaan.
SMA Negeri 1 membuka program Kelas  Menanamkan nilai keteladanan dan bu-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 1, Februari 2014


29

di pekerti luhur melalui pengembangan berjumlah 19 siswa, dan kelas internasio-


kultur sekolah yang sesuai dengan nor- nal berjumlah 283 siswa. Kelas X IPA ber-
ma keagamaan, sosial kemasyarakatan, jumlah 281 dan XI IPS berjumlah 25 sis-
dan kebangsaan serta berwawasan ling- wa. Kelas XII Reguler IPA 198 siswa, XII
kungan. Reguler IPS 25 siswa, XII akselerasi IPA
Adapun tujuan dari SMAN 1 Yogya- 14 siswa, dan kelas internasional IPA 50
karta adalah sebagai berikut. siswa.
 Menempatkan SMAN 1 Yogyakarta se- Beberapa fasilitas untuk menunjang
bagai pusat keunggulan sehingga ter- kegiatan sekolah yang tersedia adalah se-
capai persaingan yang sehat dan man- bagai berikut.
diri.  Ruang Kelas yang berbasis Teknologi
 Menghimpun peserta didik yang me- Informasi dengan sarana TV, DVD Play-
miliki bakat khusus dan kemampuan er, OHP dan juga LCD Proyektor.
luar biasa untuk dikembangkan secara  Ruang Laboratoriun IPA (Biologi, Fisi-
optimal. ka, Kimia) dan Laboratorium Bahasa
 Terwujudnya peserta didik mempunyai dengan fasilitas yang cukup lengkap.
tingkat keberhasilan ilmiah yang tinggi  Ruang Guru yang dilengkapi dengan fa-
baik tingkat nasional maupun tingkat silitas komputer dan sambungan inter-
internasional. net sebagai sarana untuk meningkatkan
 Teruwujudnya peserta didik yang kemampuan dan keterampilan meng-
memiliki kemampuan dan keteram- ajar.
pilan berbahasa Inggris dengan mema-  Ruang Lobby yang digunakan untuk
dai. para tamu yang melakukan kunjungan
 Mampu menciptakan 6 K secara sadar ke SMAN 1 Yogyakarta dilengkapi de-
dan bertanggung jawab. ngan LCD TV berukuran 42 Inch.
SMAN 1 Yogyakarta saat ini dipim-  Ruang TRRC, yaitu ruang yang diguna-
pin oleh Drs. Zamroni, M.Pd.I. Keberadaan kan untuk penelitian pengembangan
guru cukup mendukung, yakni terdiri atas: pembelajaran bagi guru yang dileng-
guru berpendidikan S-2: 15 orang, S-1: 45 kapi dengan fasilitas buku dan kom-
orang, D-3: 2 orang. Status kepegawaian puter yang terhubung dengan Internet.
dari data tersebut di atas adalah 50 orang  Ruang UKS yang nyaman, bersih serta
PNS, 2 orang PTT Pemkot, dan 10 orang dilengkapi dengan seorang dokter dan
PTT sekolah. Di samping itu, proses belajar perawat yang bertugas untuk mengon-
mengajar di kelas internasional juga dibantu trol secara rutin kesehatan guru, karya-
oleh guru tamu dari alumni yang berprofesi wan dan siswa.
sebagai dosen dengan jumlah 7 orang, di-  Ruang kantin yang nyaman dengan me-
tambah dengan 5 orang konsultan kelas in- nu yang bervariasi dan terjaga kebersih-
ternasional. Adapun guru sejarah ada dua annya.
orang yang keduanya berpendidikan Stra-  Sarana Olahraga berupa Lapangan Bad-
ta-1. minton, Bola Voli, Basket, Futsal serta
Secara keseluruhan, jumlah siswa olahraga atletik.
pada tahun ajaran 2010/2013 adalah 880  Sarana Ibadah berupa Masjid yang di-
anak terbagi atas beberapa program dan bangun 2 lantai dengan kapasitas 500
jenjang kelas yaitu: kelas X Akselerasi orang sehingga memungkinkan untuk

Aktualisasi Nilai-nilai Kesadaran Sejarah dan Nasionalisme dalam Pembelajaran Sejarah di SMA
30

kegiatan shalat jama'ah dan pengajian. Jam pembelajaran untuk setiap mata pe-
 Area parkir yang luas dilengkapi de- lajaran dialokasikan sebagaimana tertera
ngan CCTV untuk keamanan. dalam struktur kurikulum. Satuan pendi-
 Ruang rapat yang nyaman dengan fa- dikan dimungkinkan menambah maksi-
silitas AC, multimedia sehingga bisa di- mum empat jam pembelajaran per minggu
gunakan untuk kegiatan rapat, seminar, secara keseluruhan. Alokasi waktu satu jam
diskusi pengembangan belajar seperti pembelajaran adalah 45 menit. Minggu
MGMP, Musyawarah kepala sekolah, efektif dalam satu tahun pelajaran (dua
rapat dinas dan lain-lain. semester) adalah 34-3 8 minggu (SMAN 1
 Laboratorium komputer 2 ruang dengan Yogyakarta, 2010: 9).
masing-masing ruang berjumlah 40 unit
komputer dan semuanya terhubung de- Pembahasan
ngan jaringan internet. Pelaksanaan penelitian ini melibat-
 Ruang perpustakaan yang dibangun 2 kan responden kepala sekolah, 2 guru seja-
lantai dengan luas 350m2 lengkap de- rah, dan 6 siswa sehingga jumlah seluruh
ngan AC, koleksi buku, majalah, koran, responden dalam penelitian di sekolah ini
referensi, maupun koleksi digital de- adalah 9 orang. Responden diminta untuk
ngan pelayanan berbasis komputer. memberikan penilaian dan penjelasan me-
Kurikulum terdiri atas 16 mata pe- lalui proses korespondensi. Responden ke-
lajaran, muatan lokal, dan pengembangan pala sekolah dan guru diminta pendapat-
diri. Muatan lokal merupakan kegiatan ku- nya untuk menjelaskan tentang seputar
rikuler untuk mengembangkan kompetensi pembelajaran sejarah sebagai upaya pena-
yang disesuaikan dengan ciri khas dan po- naman kesadaran sejarah dan nasionalis-
tensi daerah, termasuk keunggulan daerah, me. Beberapa responden siswa juga dimin-
yang materinya tidak dapat dikelompok- ta untuk menilai tentang proses pembelaja-
kan ke dalam mata pelajaran yang ada. Sub- ran sejarah terutama metodologi pembela-
stansi muatan lokal ditentukan oleh satuan jaran yang dilaksanakan oleh guru, dan
pendidikan. Pengembangan diri bukan me- mengidentifikasi upaya-upaya aktualisasi
rupakan mata pelajaran yang harus diasuh nilai-nilai kesadaran sejarah dan nasiona-
oleh guru. Pengembangan diri bertujuan lisme melalui pembelajaran sejarah, baik
memberikan kesempatan kepada peserta secara akademik dalam pembelajaran, mau-
didik untuk mengembangkan dan meng- pun pembentukan perilaku.
ekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, Berdasarkan hasil wawancara dengan
bakat, dan minat setiap peserta didik se- siswa terhadap implementasi aktualisasi
suai dengan kondisi sekolah. nilai-nilai kesadaran sejarah dan nasiona-
Kegiatan pengembangan diri difasi- lisme dalam pembelajaran sejarah menun-
litasi dan atau dibimbing oleh konselor, jukkan bahwa sekolah dan guru sudah ber-
guru, atau tenaga kependidikan yang da- usaha untuk menanamkan nilai-nilai ke-
pat dilakukan dalam bentuk kegiatan sadaran sejarah dan nasionalisme. Berda-
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan sarkan hasil observasi dan wawancara, sis-
diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan wa menilai baik usaha guru sejarah, materi
konseling yang berkenaan dengan masalah pelajaran sejarah yang ada dan dikembang-
diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar kan oleh guru, metode yang diterapkan,
dan pengembangan karir peserta didik. sarana yang tersedia, dan iklim kelas

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 1, Februari 2014


31

mengarah pada upaya tersebut. Materi pe- semuanya kembali pada diri saya, bahwa
lajaran sejarah menggunakan buku-buku sampai saat ini saya tidak menganggap
yang telah dinilai standar oleh BSNP, se- penting pelajaran sejarah, karena tidak ber-
perti terbitan Erlangga Jakarta, Grasindo, guna bagi kehidupan saya”. Fakta ini be-
Yudistira, dan penerbit lain yang juga sama tul-betul mengkhawatirkan bagi generasi
telah dinilai standar oleh BSNP. muda yang sudah tidak lagi menganggap
Demikian juga dengan metode yang penting pelajaran IPS termasuk sejarah,
dikembangkan sudah baik, bahkan dalam mengingat karakter bangsa dibangun oleh
beberapa tema guru sejarah melakukan kekuatan pembelajaran sosial tersebut.
team teaching sehingga pembelajaran seja- Berbeda dengan penilaian siswa ter-
rah berlangsung secara maksimal. Adapun hadap komponen kualitas pembelajaran se-
untuk sarana pembelajaran, sekolah mene- jarah, guru sejarah menilai kinerjanya, ma-
rapkan sistem moving class, sehingga ada teri pembelajaran sejarah, metode pembe-
kelas sejarah yang secara khusus diske- lajaran, dan sarana pembelajaran dengan
nario untuk pembelajaran sejarah. Media klasifikasi sangat baik. Guru sejarah ada
yang digunakan untuk pembelajaran seja- dua orang yang pada tema-tema tertentu
rah juga dapat dikatakan memadai, karena melakukan team teaching. Guru merasa su-
di samping media-media yang dipersiap- dah melaksanakan pembelajaran secara
kan di kelas sejarah history room, juga di- maksimal, meskipun sering terkendala
sediakan akses internet yang sangat me- oleh sikap dan motivasi siswa termasuk
madai. Namun demikian, suatu hal yang terbatasnya jam mengajar sejarah. Keterba-
agak ganjil adalah bahwa sekolah teladan tasan-keterbatasan itu berdampak pada
ini belum memiliki laboratorium IPS ter- usaha-usaha untuk menransfer nilai, ter-
masuk laboratorium sejarah, baru meren- masuk nilai kesadaran sejarah dan nasio-
canakan untuk mengadakan laboratorium nalisme karena lagi-lagi terbentur oleh jam
IPS. mengajar yang terbatas, sementara materi
Dalam pembelajaran sejarah, siswa pelajaran sejarah cukup padat. Salah satu
merasa belum memiliki sikap dan motivasi guru mengatakan bahwa: “bagaimana bisa
yang maksimal seperti pada mata pelajaran menanamkan kesadaran sejarah dan nasio-
lainnya, terutama yang diujikan secara na- nalisme secara maksimal dengan pertemu-
sional. Namun demikian, iklim kelas seja- an 45 menit perminggu sementara materi
rah sudah kondusif dan berlangsung de- yang harus disampaikan cukup banyak”.
ngan baik serta impresif. Ada hubungan Demikian juga dengan materi yang ada,
yang baik antara siswa dengan siswa, atau metode yang diterapkan, dan ketersediaan
pun antara guru dengan siswa. Dalam hal sarana guru sudah menganggap sangat
persepsi terhadap pelajaran sejarah, ada baik jika dibandingkan dengan sekolah-se-
suatu masalah yang cukup besar tampak- kolah lain di Daerah Istimewa Yogyakarta.
nya dengan pembelajaran sejarah. Pelajar- Terhadap kinerja guru sejarah, kepa-
an sejarah dianggap sebagai pelajaran yang la sekolah menilai kinerja mereka sudah
membosankan, apalagi mata pelajaran ter- baik, sudah tampak adanya usaha-usaha
sebut tidak di ujikan secara nasional. Bah- untuk menanamkan nilai-nilai kesadaran
kan, ada catatan siswa yang cukup men- sejarah dan nasionalisme. Kepala sekolah
cengangkan, yakni bahwa “sebenarnya ki- menilai guru sejarah sudah melaksanakan
nerja guru sejarah sudah sangat baik, tetapi tugas dalam kegiatan pembelajaran sejarah

Aktualisasi Nilai-nilai Kesadaran Sejarah dan Nasionalisme dalam Pembelajaran Sejarah di SMA
32

dengan baik. Penilaian kepala sekolah di- Pengertian kesadaran sejarah dalam
lakukan melalui kegiatan supervisi yang sebagai hasil pembelajaran sejarah merupa-
dilaksanakan setiap semester. Untuk me- kan sebuah kesadaran yang diperlukan
nunjang kegiatan pembelajaran sejarah agar siswa dapat menemukan makna pen-
yang lebih baik, kepala sekolah merencana- tingnya sejarah bangsanya, bagi pengem-
kan untuk membangun laboratorium IPS. bangan kehidupannya di masa mendatang.
Saat ini, sekolah baru melakukan studi per- Dengan demikian, kesadaran sejarah tidak
mulaan ke laboratorium-laboratorium baik lain daripada kondisi kejiwaan yang me-
di tingkat sekolah menengah maupun di nunjukkan tingkat penghayatan pada mak-
perguruan tinggi. Salah satu upaya strate- na dan hakekat sejarah bagi masa kini dan
gis dalam pembelajaran sejarah untuk me- bagi masa yang akan datang, menyadari
nanamkan nilai-nilai kesadaran sejarah dasar pokok bagi berfungsinya makna se-
adalah dengan mengadakan laboratorium jarah dalam proses pendidikan.
sejarah atau IPS yang berorientasi pada Mengingat pentingnya aktualisasi ni-
pengembangan proses pembelajaran yang lai-nilai kesadaran sejarah dalam dalam
berkualitas. pembelajaran sejarah, guru berusaha men-
Aktualisasi nilai-nilai kesadaran seja- gaktualisasikannya dalam proses pembe-
rah dan nasionalisme bagi siswa menun- lajaran. (1) Usaha penanaman pada siswa
jukkan sebuah usaha baik. Kesadaran se- untuk menghayati arti penting atau makna
jarah dan nasionalisme ditunjukkan dalam dan hakikat sejarah bagi masa kini dan
pembelajaran sejarah. Siswa menilai bahwa masa yang akan datang, melalui pengha-
kesadaran sejarah penting bagi pembinaan yatan cerita-cerita sejarah dengan refleksi
budaya bangsa. Begitu pula dengan sikap arti penting sejarah. (2) Menanamkan
nasionalisme sangat diperlukan untuk me- kepada siswa bahwa mengenal diri sendiri
mupuk persatuan dan kesatuan. Saat ini, dan bangsanya adalah penting sehingga
sekolah sedang mengembangkan pendi- dapat meningkatkan kesadaran sejarah. (3)
dikan karakter termasuk bagaimana mena- Membudayakan sejarah bagi pembinaan
namkan kesadaran sejarah dan sikap nasio- budaya bangsa penting dilakukan oleh sis-
nalisme. Tiap senin secara rutin dilaksana- wa sebagai upaya pelestarian budaya
kan upacara bendera, di samping kegiatan- bangsa yang menyejarah. (4) menanamkan
kegiatan lain yang sipatnya memupuk si- pada siswa untuk sendiri maupun bersa-
kap sosial siswa. Selain kesadaran sejarah ma-sama menjaga peninggalan sejarah
dan nasionalisme, sebagai komponen hasil bangsa baik yang ada di lingkungan sekitar
pembelajaran sejarah juga mencakup keca- maupun di lingkungan yang lebih luas.
kapan akademik. Kriteria Ketuntasan Mini- Konsepsi sikap nasionalisme pada
mal (KKM) untuk mata pelajaran sejarah penelitian ini merupakan sikap dan ting-
adalah 7,6. Berdasarkan hasil ulangan akhir kah laku siswa yang merujuk pada loya-
semester genap 2009/2010, diketahui rerata litas dan pengabdian terhadap bangsa dan
nilai ulangan siswa kelas XI baik IPA mau- negaranya. Sikap-sikap ini ditunjukkan da-
pun IPS adalah 83,67. Hal itu menunjukkan lam proses pembelajaran sejarah maupun
bahwa rerata nilai kecakapan akademik kegiatan sehari-hari siswa di sekolah mau-
siswa sangat baik jauh di atas KKM yang pun di masyarakat, yang menunjukkan
telah ditetapkan. adanya sikap loyal terhadap bangsa dan
negara. Aktualisasi dan usaha-usaha

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 1, Februari 2014


33

penanaman nilai-nilai nasionalisme ini me- untuk menghayati arti penting atau mak-
nyangkut penanaman perasaan dan sikap na dan hakikat sejarah bagi masa kini
siswa terhadap arti penting eksistensi dan dan masa yang akan datang, melalui
dinamika bangsanya. penghayatan cerita-cerita sejarah dengan
Penanaman nilai-nilai nasionalisme refleksi arti penting sejarah; (2) mena-
siswa dilakukan melalui penanaman dan namkan bahwa mengenal diri sendiri
penghayata terhadap perasaan, sikap, dan dan bangsanya adalah penting sehingga
tindakan melalui usaha-usaha sebagai beri- dapat meningkatkan kesadaran sejarah;
kut. (1) Upaya penanaman merasa bangga (3) membudayakan sejarah bagi pembi-
sebagai bangsa Indonesia, dapat dijelaskan naan budaya bangsa penting dilakukan
dengan menggambarkan bagaimana besar- oleh siswa sebagai upaya pelestarian
nya bangsa Indonesia, latar belakang seja- budaya bangsa yang menyejarah; dan
rah yang kompleks, dan kekayaan alam (4) menanamkan pada siswa untuk sen-
yang sangat besar yang dimiliki dan harus diri maupun bersama-sama menjaga pe-
dibanggakan. Siswa juga diminta untuk ninggalan sejarah bangsa baik yang ada
mencari sendiri apa-apa yang menjadi ciri di lingkungan sekitar maupun di ling-
khas bangsa Indonesia yang unik, dan ti- kungan yang lebih luas.
dak dimiliki oleh bangsa lain di dunia. (2)  Aktualisasi dan usaha-usaha penanam-
Usaha-usaha penanaman rasa cinta tanah an nilai-nilai nasionalisme ini menyang-
air dan bangsa, melalui pembelajaran yang kut penanaman perasaan dan sikap sis-
mendidik dan menekankan pentingnya lo- wa terhadap arti penting eksistensi dan
yalitas pada negara bangsa. (3) Penanaman dinamika bangsanya. Penanaman nilai-
rasa rela berkorban demi bangsa, melalui nilai nasionalisme siswa dilakukan me-
usaha-usaha mengutamakan kepentingan lalui penanaman dan penghayata terha-
umum ketimbang kepentingan pribadi. (4) dap perasaan, sikap, dan tindakan me-
Penanaman bagaimana di negara yang sa- lalui usaha-usaha sebagai berikut, yakni:
ngat heterogen siswa menerima kemaje- (1) upaya penanaman merasa bangga
mukan melalui penanaman rasa tenggang sebagai bangsa Indonesia, dapat dijelas-
rasa terhadap kawan dan latar belakang sis- kan dengan menggambarkan bagaima-
wa lain. (5) Penanaman rasa bangga pada na besarnya bangsa Indonesia, latar be-
budaya yang beraneka ragam. (6) Upaya- lakang sejarah yang kompleks, dan ke-
upaya menghargai jasa para pahlawan. (7) kayaan alam yang sangat besar yang di-
Mengutamakan kepentingan umum di atas miliki dan harus dibanggakan. Siswa
kepentingan pribadi. juga diminta untuk mencari sendiri apa-
apa yang menjadi ciri khas bangsa In-
PENUTUP donesia yang unik, dan tidak dimiliki
Pada bagian akhir tulisan ini dapat oleh bangsa lain di dunia; (2) usaha-usa-
dikemukakan beberapa simpulan hasil pe- ha penanaman rasa cinta tanah air dan
nelitian sebagai berikut. bangsa, melalui pembelajaran yang men-
 Aktualisasi nilai-nilai kesadaran sejarah didik dan menekankan pentingnya lo-
dalam pembelajaran sejarah penting, yalitas pada negara bangsa; (3) penana-
maka guru berusaha mengaktualisasi- man rasa rela berkorban demi bangsa,
kannya dalam proses pembelajaran, yak- melalui usaha-usaha mengutamakan ke-
ni: (1) usaha penanaman pada siswa pentingan umum ketimbang kepenting-

Aktualisasi Nilai-nilai Kesadaran Sejarah dan Nasionalisme dalam Pembelajaran Sejarah di SMA
34

an pribadi; (4) penanaman bagaimana Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah. Yog-


dinegara yang sangat heterogen siswa yakarta: Tiara Wacana.
menerima kemajemukan melalui pena-
naman rasa tenggang rasa terhadap ka- Maarif, Ahmad Syafii. 2006. “Keterkaitan
wan dan latar belakang siswa lain; (5) antara Sejarah, Filsafat, dan Agama”
penanaman rasa bangga pada budaya Kearifan Sang Profesor. Yogyakarta:
yang beraneka ragam; (6) upaya-upaya Universitas Negeri Yogyakarta.
menghargai jasa para pahlawan; dan (7)
mengutamakan kepentingan umum di Miles, M.B. and Huberman, A.M. 1991.
atas kepentingan pribadi. Qualitative Data Analysis: A Sourcebook
of New Methods. Beverly Hills CA:
UCAPAN TERIMA KASIH Sage Publications.
Terima kasih peneliti sampaikan ke-
pada Bapak Drs. Zamroni sebagai Kepala Muhadjir, Noeng. 2006. Metodologi Peneli-
SMAN 1 Teladan waktu penelitian dilak- tian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sara-
sanakan yang telah memberikan izin dan sin.
dukungan, Bapak Drs. Didik Paranto dan
Bapak Drs. Marmayadi yang telah mendu- SMAN 1 Yogyakarta. 2010. Profil SMAN 1
kung seluruh kegiatan penelitian sehingga Yogyakarta. Yogyakarta: SMAN 1
penelitian dapat diselesaikan dengan lan- Yogyakarta.
car. Terima kasih juga disampaikan kepada
Tim Editor Jurnal Pendidikan Karakter yang Undang-Undang Republik Indonesia No-
telah memberikan masukan demi perbaik- mor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
an draf tulisan yang akhirnya menjadi arti- Pendidikan Nasional.
kel yang siap dipublikasikan.
Yin, R.K. 1987. Case Study Research: Design
DAFTAR PUSTAKA and Methods. Beverly Hills, CA: Sage
Amir, Sulfikar. 2007. Konsepsi Nasionalisme Publication.
Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. Zamroni. 2001. Paradigma Pendidikan Masa
Depan. Yogyakarta: Bigraf.
Daliman, A. 2006. “Harmonisasi antara Na-
sionalisme dalam Kehidupan Berne- Zamroni. 2005. “Mengembangkan Kultur
gara dan Beragama”, dalam Kearifan Sekolah menuju Pendidikan yang
Sang Profesor. Yogyakarta: Universi- Bermutu”. Makalah disampaikan pada
tas Negeri Yogyakarta. Seminar Nasional Mengembangkan
Kultur Sekolah di Yogyakarta pada
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu tanggal 23 November 2005.
Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakar-
ta: Gramedia Pustaka Utama.

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 1, Februari 2014

Anda mungkin juga menyukai