Anda di halaman 1dari 12

GAYA BERKOMUNIKASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Antar Budaya Yang Di Asuh Oleh
Dosen Tenerman S.Sos., M.I.Kom.

Oleh Kelompok 3 :

1. Tri Alvina ( 1703110108 )


2. Indah Kurniati ( 1703110013 )
3. Hafiz Fazrullah Ahsani ( 1703110023 )
4. M. Reza Sahyuda ( 1703110064 )

5D Broadcasting - Sore

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan ridho-
Nya makalah ini dapat diselesaikan. Penulisan makalah yang berjudul “Gaya Berkomunikasi” ini
adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komunikasi Antar Budaya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah kami ini masih terdapat kekurangan-
kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Untuk itu dengan segala kerendahan hati kami
mengharapkan berbagai saran dan kritik yang bersifat membangun dan bermanfaat khususnya
bagi kami sendiri, maupun bagi para pembaca pada umumnya. Namun demikian, kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Atas terselesaikannya makalah ini kami mengucapkan syukur Alhamdulillah.

2
Daftar Isi

Kata Pengantar ……………………………………………………………………………... 2


Daftar Isi .…………………………........................................................................................ 3
Bab I
Pendahuluan ….….………………………………………………………………………….. 4
Latar Belakang ….…………………………………………………………………………... 4
Bab II
Pembahasan …………………………………………….…………………………………... 5
A. Komunikasi Konteks Tinggi (High Culture Context / HCC) dan Komunikasi
Konteks Rendah (Low Culture Context / LCC) ……......……………………………… 5
B. Gaya Bicara Linier dan Gaya Bicara Nonlinier ………………………………………… 8
C. Komunikasi ala Jepang ……………..…………………………………………………... 8
D. Komunikasi ala Jerman ……….………………………………........................................ 8
E. Gaya Komunikasi Gus Dur, Amien Rais, dan Nurcholish Madjid ……………………... 8
F. Gaya Spesifik Beberapa Kelompok Budaya ……………………………………………. 8
G. Paralinguistik ……………………………………………………………………………. 9
H. Ketika Tubuh Bicara …………………………………………………………………….. 9
BAB III
Penutup ……………………………………………………………....................................... 12
Kesimpulan …………………………………………………………………………………. 12

3
BAB I
Pendahuluan

Latar Belakang
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa terdapat banyak ragam gaya komunikasi di
Indonesia maupun diluar indonesia. Setiap penjuru nusantara memiliki gaya komunikasi dengan
ciri khas tersendiri. Hal ini terjadi karena bahasa daerah turut mempengaruhi perkembangan gaya
komunikasi Indonesia. Keberagaman gaya komunikasi ini tidak hanya terjadi di Indonesia akan
tetapi terjadi secara global.
Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku
antarpribadi yang terspesialisasi digunakan dalam suatu situasi tertentu. Gaya komunikasi
merupakan cara penyampaian dan gaya bahasa yang baik. Gaya yang dimaksud sendiri dapat
bertipe verbal yang berupa kata-kata atau nonverbal berupa vokalik, bahasa badan, penggunaan
waktu, dan penggunaan ruang dan jarak.
Gaya komunikasi dipengaruhi oleh gaya bahasa yang dihasilkan oleh banyaknya budaya,
setiap budaya punya gaya bahasanya tersendiri hal ini yang menimbulkan adanya perbedaan
dalam gaya komunikasi. Selain itu Gaya komunikasi juga dipengaruhi oleh situasi, bukan kepada
tipe seseorang, gaya komunikasi bukan tergantung pada tipe seseorang melainkan kepada situasi
yang dihadapi.
Setiap orang akan menggunakan gaya komunikasi yang berbeda-beda ketika mereka sedang
gembira, sedih, marah, tertarik, atau bosan. Begitu juga dengan seseorang yang berbicara dengan
sahabat baiknya, orang yang baru dikenal dan dengan anak-anak akan berbicara dengan gaya
yang berbeda. Selain itu gaya yang digunakan dipengaruhi oleh banyak faktor, gaya komunikasi
adalah sesuatu yang dinamis dan sangat sulit untuk ditebak. Sebagaimana budaya, gaya
komunikasi adalah sesuatu yang relatif.

4
BAB II
Pembahasan

Gaya Berkomunikasi
Identitas dan citra diri kita di mata orang lain dipengaruhi oleh cara kita berkomunikasi.
Penampilan kita (termasuk busana dan gaya rambut) serta perlengkapan lainnya seperti arloji,
kacamata, sepatu dan tas, akan memberi kesan kuat tentang siapa kita. Begitu juga cara kita
berbicara, termasuk kata-kata yang kita pilih, kelancaran, kecepatan dan intonasi suara kita. Gaya
berkomunikasi akan mempengaruhi simbol-simbol yang kita gunakan yaitu simbol verbal
ataukah non verbal, bergantung konteks komunikasi yang sedang berlangsung. Masing-masing
daerah, apalagi negara mempunyai ciri khas tersendiri yang menunjukan identitas budayannya.
Hal inilah yang membuat dunia semakin indah dengan keragaman simbol-simbol yang melekat
pada suatu daerah dan negara dengan kebudayaan yang melatarbelakanginya.
Kelompok kami sependapat dengan para pakar komunikasi antarbudaya yang menyatakan,
bahwa gaya berkomunikasi yang sesuai dengan selera masyarakat tampaknya berubah dari waktu
ke waktu. Contohnya seperti pemakaian kata “Bung!”, tentu tidak sesuai lagi. Karena kata
“Bung” sendiri mengacu pada zaman merebut kemerdekaan dulu, sebagai kata ganti
penyemangat “Ayo Bung rebut kembali!”.

A. Komunikasi Konteks Tinggi (High Culture Context/HCC) dan Komunikasi Konteks Rendah
(Low Culture Context/LCC)

Sebuah kebudayaan yang mana prosedur pengalihan informasi menjadi lebih sukar
dikomunikasikan disebut dengan Komunikasi Konteks Tinggi (High Culture Context=HCC).
Sebaliknya suatu kebudayaan yang mana prosedur pengalihan informasinya menjadi lebih
mudah atau gampang dikomunikasikan disebut dengan komunikasi konteks rendah (Low Culture
Context=LCC). Para anggota kebudayaan HCC umumnya bersifat implisit (tersirat –red),
sedangkan LCC umumnya bersifat eksplisit (tersurat –red) (Liliweri, 2003: 154-155).
Salah satu analis populer mengenai perbedaan gaya berkomunikasi dikemukankan oleh
seorang antropolog Edward T. Hall (dalam Mulyana, 2004: 130-131). Hall berpendapat bahwa
komunikasi konteks-tinggi merupakan kekuatan kohesif bersama yang memiliki sejarah yang

5
panjang, lamban berubah dan berfungsi untuk menyatukan kelompok. Sebaliknya, komunikasi
konteks-rendah cepat dan mudah berubah, karenanya tidak mengikat kelompok.
Misalnya: Suku Batak memang dapat digolongkan kedalam gaya komunikasi berkonteks
rendah. Sebab gaya berbicara orang Batak yang langsung, lugas dan tanpa ba-bi-bu (basa-basi –
red). Tapi perlu digarisbawahi, bahwa dalam komunikasi konteks rendah meniscayakan sifat
pertalian antarpribadi sangat lemah. Padahal kenyataannya, pertalian antarpribadi sangat kuat
satu sama lain antarsesama Batak. Jadi menurut kelompok kami, tidak ada gaya komunikasi yang
100% berkonteks tinggi ataupun rendah, walaupun tetap ada yang mendominasi.
Dibawah ini dapat dilihat perbandingan persepsi budaya komunikasi konteks tinggi –
komunikasi konteks rendah.

High Culture Context (HCC) Low Culture Context (LCC)


 Prosedur pengalihan informasi sukar  Prosedur pengalihan informasi
menjadi lebih gampang.
Persepsi terhadap isu dan orang yang menyebarkan isu
 Tidak memisahkan isu dan orang  Memisahkan isu dan orang yang
yang mengkonsumsikan isu mengkonsumsikan isu.
Persepsi terhadap tugas dan relasi
 Mengutamakan relasi sosial dalam  Relasi antarmanusia dalam tugas
melaksanakan tugas berdasarkan relasi tugas
 Sosial oriented  Task oriented
 Personal relations  Impersonal relations
Persepsi terhadap kelogisan informasi
 Tidak menyukai informasi yang  Menyukai informasi yang rasional
rasional  Menjauhi sikap emosi
 Mengutamakan emosi  Tidak mengutamakan basa-basi
 Mengutamakan basa-basi
Persepsi terhadap gaya komunikasi
 Memakai gaya komunikasi tidak  Memakasi gaya komunikasi langsung
langsung  Mengutamakan pertukaran informasi

6
 Mengutamakan pertukaran informasi secara verbal
secara non-verbal  Mengutamakan suasana komunikasi
 Mengutamakan suasana komunikasi yang formal
yang informal
Persepsi terhadap pola negoisasi
 Mengutamakan perundingan melalui  Mengutamakan perundingan melalui
human relations bargaining (tawar-menawar).
 Pilihan komunikasi meliputi perasaan  Pilihan komunikasi meliputi
dan intuisi pertimbangan rasional
 Mengutamakan hati daripada otak  Mengutamakan otak daripada hati.
Persepsi terhadap informasi tentang individu
 Mengutamakan individu dengan  Mengutamakan kapasitas individu
mempertimbangkan dukungan faktor tanpa memperhatikan faktor sosial
sosial  Tidak mengutamakan pertimbangan
 Mempetimbangkan loyalitas individu loyalitas individu kepada kelompok.
kepada kelompok
Bentuk pesan/informasi
 Sebagian besar pesan tersembunyi  Sebagian besar pesan jelas, tampak
dan implicit dan eksplisit
Reaksi terhadap sesuatu
 Reaksi terhadap sesuatu tidak selalu  Reaksi terhadap sesuatu selalu
Nampak Nampak
Memandang in grup dan out group
 Selalu luwes dalam melihat  Selalu memisahkan kepentingan in
perbedaan in group dengan out group group dengan out group
Sifat pertalian antarpribadi
 Pertalian antarpribadi sangat kuat  Pertalian antarpribadi sangat lemah
Konsep waktu
 Konsep terhadap waktu sangat  Konsep terhadap waktu yang sangat
terbuka dan luwes terorganisir

7
B. Gaya Bicara Linier Dan Gaya Bicara Nonlinier
Dalam budaya konteks-rendah, misalnya Amerika, orang menggunakan pola pikir linier,
sehingga berbicara secara linier pula. Gaya bicara linier ini ditandai dengan sifat langsung, lugas
dan eksplisit. Sedangkan dalam budaya konteks-tinggi, misalnya Jepang orang berbicara secara
nonlinier, tidak langsung dan lebih banyak berbasa-basi. Tujuannya antara lain untuk
memelihara keselarasan kelompok.

C. Komunikasi Ala Jepang


Jepang yang menganut budaya konteks-tinggi berkomunikasi nonlinier untuk menjaga
keselarasan dalam komunikasi mereka dengan orang lain, terutama dengan orang non-Jepang.
Orang Jepang terikat dengan status orang-orang dan selalu menghormati orang di atas mereka.
Mereka juga secara konstan memohon maaf. Mereka tenang cara mereka duduk, berdiri dan
berbicara.

D. Komunikasi Ala Jerman


Budaya Jerman, seperti budaya Barat umumnya yang konteks-rendah ditandai dengan kehati-
hatian, rincian, ketepatan, kelugasan, kejujuran, pembicaraan langsung, tanpa basa-basi. Bahasa
Jerman bersifat teknis dan factual. Orang Jerman tidak suka dengan wacana, yang berbunga-
bunga atau artistik, apalagi yang memanipulasi.

E. Gaya Komunikasi Gus Dur, Amien Rais, dan Nurcholish Madjid


Gaya komunikasi Gus Dur mengandung kiasan, tidak terjabarkan, menekankan aspek
nonverbal, berorientasi kelompok, dan tanpa perencanaan. Gaya komunikasi Gus Dur
bertentangan dengan gaya komunikasi Amien Rais yang berbicara lugas dan langsung, juga
berbeda dengan gaya komunikasi Nurcholish Madjid yang juga terbuka, meskipun ia lebih
santun.

F. Gaya Spesifik Beberapa Kelompok Budaya


Di Arab Saudi, gaya komunikasi antarpribadi ditandai dengan bahasa yang berbunga-bunga,
banyak pujian, dan ucapan terima kasih yang dalam. Jarang orang mengkritik orang lain didepan
public karena hal itu akan mengakibatkan ketidaksetiaan dan keterhinaan. Orang Afrika

8
cenderung menunjukkan gaya komunikasi antarpribadi yang sangat bersahabat dan hangat.
Orang Inggris tampak pelik dan pendiam, lebih suka merendah dan kontrol dalam interaksi
antarpribadi.

G. Paralinguistik
Gaya komunikasi dapat ditinjau dari segi paralinguistik, yakni karakteristik verbal yang
menyertai pesan verbalnya, kecepatan bicara, intonasi, nada suara, kelancaran, dan sebagainya.
Ditinjau dari paralinguistik, tiap individu sebenarnya mempunyai gayanya sendiri-sendiri. Setiap
komunitas memiliki gaya khas yang membedakannya dari komunitas lain dalam budaya yang
sama. Paralinguistik seseorang jelas akan memberikan kesan tertentu kepada pendengarnya.
Suara member kesan tentang kepribadian yang boleh jadi benar.

H. Ketika Tubuh Bicara


Bahasa tubuh adalah salah satu aspek komunikasi nonverbal di samping aspek-aspek
komunikasi nonverbal lainnya yang berkenaan dengan benda, seni, ruang, dan waktu. Isyarat
(gesture), gerakan tubuh, postur tubuh, gerakan kepala, ekspresi wajah, dan kontak mata adalah
perilaku-perilakuyang kesemuanya disebut bahasa tubuh yang mengandung makna pesan yang
potensial.

1. Bahasa Tubuh Ala Jerman


Berjabat tangan, baik pria ataupun wanita, tidak memegang atau meyentuh sesame jenis,
kecuali bila mereka mau dianggap gay atau lesbian. Ini tentu kontas dengan umumnya
bangsa kita dan banyak bangsa Asia lainnya yang merasa nyaman saja ketika merangkul atau
dirangkul teman sejenis. Bahkan perilaku tersebut dapat menandakan keakraban.

2. Isyarat Oke
Ancungan jempol berarti bagus di Indonesia, tetapi acungan jempol ini dapat berarti
“laki-laki” atau nomor lima di Jepang. Di Amerika isyarat “Oke’ ditunjukkan dengan
membentuk lingkaran dengan jempol dan telunjuk, sementara tiga jari lainnya berdiri.

9
3. Isyarat Tangan Atau Jari Lainnya
Penggunaan tangan dan lengan untuk tujuan komunikasi juga bervariasi. Isyarat tangan di
antara orang Amerika terutama diarahkan pada aktivitas; di antara orang Italia berfungsi
sebagai ilustrasi dan untuk menunjukkan (display); di antara orang Yahudi merupakan
penekanan; dan di antara orang Jerman hal itu melukiskan sikap dan komitmen.

4. Isyarat Menyapa
Ketika pertama kali berjumpa dengan seseorang, lazimnya melakukan suatu “ritual”
bersifat nonverbal, sering disertai dengan verbal tertentu. Cara modern yang dikenal luas
dewasa ini adalah berjabat tangan. Akan tetapi perilaku ini tidak universal.
Orang yang menjabat tangan dengan kuku dianggap tulus di barat. Tetapi dibanyak
Negara Asia, perilaku ini mencerminkan kepribadian yang agresif. Bahkan meskipun dua
orang sama-sama biasa berjabat tangan ketika bertemu atau berpisah, cara berjabat tangannya
boleh jadi berbeda.

5. Sentuhan
Terkait dengan bahasa tubuh adalah pesan berupa sentuhan, karena sentuhan ini pasti
dilakukan dengan suatu anggota tubuh, terutama tangan. Sentuhan adalah suatu nilai
komunikasi nonverbal yang sangat penting, suatu cara berkomunikasi paling awal yang
dilakukan manusia, meskipun cara dan frekuensinya berbeda dari satu budaya ke budaya lain.
Orang sering menyentuh diri mereka sendiri dalam keadaan emosi tertentu: mengepalkan
tangan (agresi), menyentuh wajah (kecemasan), menggaruk (menyalahkan diri sendiri),
meyeka kening (kelelahan), dan sabagainya.

6. Anggukan Dan Gelengan Kepala


Gerakan kepala boleh jadi penyampaian suatu pesan, tetapi maknanya dapat berbeda dari
satu budaya ke budaya lain. Kita umumnya percaya bahwa anggukan kepala berarti “ya”
sedangkan gelengan kepala berarti “tidak”. Kenyataannya, terdapat berbagai cara untuk
menyatakan “ya” dan “tidak”.

10
7. Isyarat Memanggil
Isyarat tangan sering digunakan untuk memanggil seseorang. Di Indonesia lazim
memanggil mereka seperti kita memanggil orang umumnya, tetapi yang statusnya sama atau
dibawah kita, yakni dengan telapak tangan di bawah seraya menggerak-gerakkan jari-jari ke
arah si pemanggil.

8. Postur Tubuh
Bentuk, tinggi dan berat badan berpengaruh besar atas orang lain. Postur tubuh secara
umum menyampaikan banyak informasi mengenai keadaan individu. Kekuasaan atau status
seseorang juga dapat diteliti lewat postur tubuhnya.

11
BAB III
Penutup

Kesimpulan

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa terdapat banyak ragam gaya komunikasi di
Indonesia maupun diluar indonesia. Setiap penjuru nusantara memiliki gaya komunikasi dengan
ciri khas tersendiri. Hal ini terjadi karena bahasa daerah turut mempengaruhi perkembangan gaya
komunikasi Indonesia. Keberagaman gaya komunikasi ini tidak hanya terjadi di Indonesia akan
tetapi terjadi secara global.
Identitas dan citra diri kita di mata orang lain dipengaruhi oleh cara kita berkomunikasi.
Penampilan kita (termasuk busana dan gaya rambut) serta perlengkapan lainnya seperti arloji,
kacamata, sepatu dan tas, akan memberi kesan kuat tentang siapa kita. Begitu juga cara kita
berbicara, termasuk kata-kata yang kita pilih, kelancaran, kecepatan dan intonasi suara kita. Gaya
berkomunikasi akan mempengaruhi simbol-simbol yang kita gunakan yaitu simbol verbal
ataukah non verbal, bergantung konteks komunikasi yang sedang berlangsung. Masing-masing
daerah, apalagi negara mempunyai ciri khas tersendiri yang menunjukan identitas budayannya.
Hal inilah yang membuat dunia semakin indah dengan keragaman simbol-simbol yang melekat
pada suatu daerah dan negara dengan kebudayaan yang melatarbelakanginya.

12

Anda mungkin juga menyukai