Anda di halaman 1dari 30

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR


PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 8 LANTAI DENGAN ANALISIS
STATIK NON LINEAR (PUSHOVER ANALYSIS)
Disusun Oleh:

Nama : Syahyudin
NPM : 16315754
Fakultas : Teknik Sipil dan Perencanaan
Jurusan : Teknik Sipil
Dosen Pembimbing : Darmini, ST.,MT

Diajukan untuk Melengkapi Syarat


Penempuhan Seminar Proposal Tugas Akhir
April 2019

1
PERSETUJUAN

Proposal Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S1)


dengan Topik

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 8 LANTAI DENGAN ANALISIS


STATIK NON LINEAR (PUSHOVER ANALYSIS)

STUDI KASUS : ……………………………………………

Oleh
Nama : Syahyudin
NPM : 15315754
Telah Diperiksa dan Disetujui untuk Diseminarkan dalam Seminar Proposal

Depok, November 2019

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Sipil Pembimbing Tugas Akhir

(Dr. Heri Suprapto, MT) (Darmini, ST., MT)

Koordinator Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil

(Ellysa, ST., MT)

2
PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 8 LANTAI DENGAN ANALISIS

STATIK NON LINEAR (PUSHOVER ANALYSIS)

1. LATAR BELAKANG

Perencanaan struktur gedung tahan Gempa sangatlah penting di Indonesia,

Gaya yang dihasilkan oleh gempa bumi merupakan salah satu faktor yang harus

diperhatikan dalam perencanaan struktur sebuah bangunan di Indonesia mengingat

sebagian wilayahnya terletak dengan wilayah gempa dengan intensitas moderat

hingga tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di wilayah jalur

gempa pasifik (Circum Pasific Earthquake Belt) dan jalur gempa asia (trans Asiatic

earthquake Belt) sehingga sangat berpotensi mengalami gempa. Dalam konteksnya

terhadap ruang lingkup kerja teknik sipil, kondisi tersebut berpengaruh besar dalam

perencanaan desain struktur bangunan.

Dengan kondisi Indonesia yang rawan genpa tersebut, maka diperlukan

suatu keperluan untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh bencana

gempa tersebut. Fenomena gempa merupakan gejala alam yang sangat berpengaruh

terhadap bangunan, terutama pada bangunan tinggi. Perencanaan struktur bangunan

gedung tahan gempa sangat penting di Indonesia, mengingat sebagian besar

wilayah Indonesia terletak dalam wilayah gempa dengan intensitas sedang hingga

tinggi. Bangunan pada daerah rawan gempa harus direncanakan mampu bertahan

terhadap gempa.

3
Konsep terbaru dalam perencanaan bangunan gedung tahan gempa yaitu

performance based seismic design, yang memanfaatkan teknik analisis non-linier

berbasis komputer untuk menganalisa perilaku inelastis struktur dari berbagai

macam intensitas gerakan tanah (gempa), sehingga dapat diketahui kinerjanya pada

kondisi kritis.

Akibat dari gaya gempa yang cukup besar, struktur akan berperilaku

melampaui batas elastisnya dan akan berespon inelastis, dimana perilaku

keruntuhan bangunan saat gempa berada pada kondisi inlastis. Perilaku keruntuhan

tersebut dapat dianaliais dengan menggunakan analisis pushover atau biasa dikenal

dengan analisis beban dorong statik.

Analisis pushover merupakan prosedur analisis untuk mengetahui perilaku

keruntuhan suatu bangunan terhadap gempa, dikenal pula sebagai analisis beban

dorong statik. Dasar teori pushover sangat sederhana, yaitu memberikan pola beban

statis tertentu dalam arah lateral yang besarnya ditingkatkan secara incremental

sampai struktur tersebut mencapai target displacement tertentu atau mencapai pola

keruntuhan tertentu.

Analisis pushover merupakan prosedur analisis untuk mengetahui perilaku

keruntuhan suatu bangunan terhadap gempa, dikenal pula sebagai analisis beban

dorong statik. Analisa ini memerlukan program ETABS untuk dapat

merealisasikannya pada bangunan nyata.

2. TUJUAN PENULISAN TUGAS AKHIR

Tujuan dari Penulisan tugas Akhir yaitu sebagai berikut:

4
1. Merencanakan struktur bangunan gedung apartemen 8 lantai sesuai

dengan SNI 1726:2012 dengan bantuan aplikasi ETABS.

2. Menentukan kinerja kinerja seidmik struktur Gedung hotel 8 lantai dari

hasil nilai performance point menggunakan kriteria ATC-40 dan Fema

440

3. Merencanakan struktur pelat, balok, dan balok pada bangunan tahan

gempa.

4. Mengetahui penurunan pondasi pada Gedung yang direncanakan.

3. RUANG LINGKUP PENULISAN TUGAS AKHIR

Ruang lingkup dalam Penulisan Tugas Akhir yang berupa Perencanaan

Gedung adalah sebagai berikut:

1. Data tanah yang digunakan dalam perencanaan menggunakan data tanah

di daerah Jakarta Barat.

2. Struktur yang digunakan adalah struktur beton, meliputi:

a. Struktur portal beton bertulang.

b. Pelat lantai beton bertulang.

c. Shear wall (Dinding Geser).

d. Komponen non struktur seperti tangga.

3. Pembebanan Gedung meliputi

a. Beban mati (berupa berat sendiri struktur)

b. Beban hidup (berupa beban akibat fungsi bangunan)

5
c. Beban lateral (berupa beban gempa sesuai dengan SNI 03-1726-

2012, Tata Cara Perencanaan ketahanan Gempa untuk Gedung).

d. Kriteria kinerja menggunakan FEMA 440.

4. Prilaku struktur dianalisis dengan menggunakan metode pushover dengan

bantuan program Software ETABS 2016.

4. LANDASAN TEORI

4.1 METODE DIRECT DISPLACEMENT BASED DESIGN

Beban gempa akan menyertakan gaya dan perpindahan pada struktur.

Kemampuan struktur berdeformasi pada respon elastik akan berhubungan langsung

dengan kekakuan sistem, tapi untuk struktur pada saat respon inelastik, maka

hubungannya akan menjadi rumit, sehingga akan tergantung pada perpindahan

sesaat juga riwayat perpindahan selama respon gempa. (Priestly at al. 2007:1).

Dalam desain berbasis gaya, beban gempa desain didesain pada saat

respon elastik, akan tetapi dalam keadaan yang sebenarnya struktur akan mampu

untuk menyerap energi gempa (dissipating energy) dalam bentuk deformasi

inelastik, sehingga dalam desain berbasis gaya ini diberikan faktor modifikasi

respon, R. Faktor modifikasi respon ini adalah perbandingan nilai gaya pada saat

respon elastik dengan gaya desain. Hubungan gaya dan perpindahan pada beberapa

kondisi diilustrasikan sebagai berikut:

6
Gambar 4.1 Kurva Gaya dan Perpindahan pada Respon Elastik dan Inelastik

Sistem Akibat Gempa

Sumber: SNI 1726:2002

Gambar 4.1 menjelaskan bahwa dalam desain berbasis gaya, gaya geser

yang digunakan adalah gaya geser nominal, Vn dibagi dengan faktor modifikasi

respon, R. Nilai R ini ditentukan dengan pendekatan preskriptif yang nilainya

bergantung pada kemampuan sistem untuk berdeformasi inelastis atau menyerap

energi gempa. Dengan penedekan perpindahan maka nilai faktor modifikasi respon,

R akan bernilai sama dengan nilai daktilitas perpindahan (displacement ductility),

µ suatu sistem. Daktilitas tersebut akan mempengaruhi deformasi suatu sistem

struktur akibat respon gempa (misalnya perpindahan, curvature, rengangan dll).

Gambar 4.1 memberikan kesimpulan bahwa pada kondisi inelastik, kekuatan/ gaya

kurang berpengaruh dibandingkan dengan perpindahan. Gaya geser, Vy dan Vn

mempunyai pengaruh kecil pada perpindahan akhir, Δm. Hal ini akan lebih logis

7
untuk menggunakan perpindahan (displacement) sebagai basic design. (Priestly et

al. 2007: 2).

4.2 KINERJA STRUKTUR

Kinerja struktur adalah tingkatan performa suatu struktur terhadap gempa

rencana. Tingkatan performa struktur dapat diketahui dengan melihat kerusakan

pada struktur saat terkena gempa rencana dengan periode ulang tertentu, oleh

karenanya tingkat kinerja struktur akan selalu berhubungan dengan biaya perbaikan

terhadap bangunan tersebut. Dalam desain struktur berbasis kinerja biasanya

kinerja struktur didesain sesuai dengan tujuan dan kegunaan suatu bangunan,

dengan pertimbangan faktor ekonomis terhadap perbaikan bangunan saat terjadi

gempa tanpa mengesampingkan keselamatan pengguna bangunan. (Tavio dan

Wijaya, 2018)

4.2.1 KINERJA STRUKTUR METODE ATC-40

Respon bangunan terhadap gerakan tanah akibat gempa menyebabkan

perpindahan lateral dan deformasi pada setiap elemen struktur. Pada level respon

rendah, deformasi elemen berada dalam rentang elastis (linier) dan tidak akan ada

kerusakan yang timbul. Pada level respon tinggi, deformasi elemen akan melebihi

kapastitas linier elastis dan bangunan akan mengalami kerusakan. Untuk

memberikan kinerja seismik yang andal, bangunan harus memiliki sistem penahan

gempa pada level kerusakan yang berkelanjutan dan untuk tujuan kinerja yang

diinginkan. Faktor-faktor dasar yang mempengaruhi sistem penahan gaya lateral

8
untuk melakukan hal tersebut meliputi massa bangunan, kekakuan, redaman, dan

konfigurasi kapasitas deformasi pada elemen, kekuatan dan karakter gerakan tanah.

(ATC-40, 1996).

ATC-40 memiliki tingkatan kinerja, dimana tingkatan kinerja digambarkan

kurva hubungan antara perpindahan lateral dan besar gaya yang bekerja atau kurva

kapasitas. Kurva kapasitas menggambarkan plot dari total gaya geser dasar akibat

gempa, “V” pada struktur, untuk berbagai kenaikan pembebanan dan perpindahan

lateral gedung pada atap pada tingkat gaya tertentu. Berikut adalah kurva kapasitas

yang dimaksud:

Gambar 4.2 Tipikal Kurva Kapasitas pada Berbagai Tingkat Kinerja Struktur

Sumber: ATC-40, 1996: 6-6

9
Kurva kapastias ini akan menjadi garis lurus dengan kemiringan yang

sama jika berperilaku elastis linier dengan kekakuan struktur secara keseluruhan,

karena bangunan sebenarnya tidak memiliki kapasitas elastis linier diatas maka

kurva kapasitas biasanya terdiri dari serangkaian segmen garis lurus dengan

penurunan kemiringan, yang merupakan degradasi progresi dalam kelakuan

struktural yang terjadi akibat bangunan mengalami perpindahan lateral, pelelehan

dan kerusakan. Penurunan dari garis lurus ditarik dari asal plot ke point dalam kurva

pada tingkat perpindahan lateral, “d’ yang mewakili kekakuan sebagaian atau

kekakuan “efektif” pada struktur ketika dibebani secara lateral pada tingkat

perpindahan tertentu.

Pada gambar 4.2, simbol “♦” pada kurva kapasitas mewakili kejadian-

kejadian penting selama respon lateral terhadap struktur. Kejadian-kejadian penting

tersebut seperti pelelehan pertama pada salah satu elemen struktur atau kerusakan

tertentu misalnya pecahnya atau terkelupasnya selimut beton pada kolom atau

kegagalan geser pada spandel hingga keruntuhan total pada sistem.

4.2.2 KINERJA STRUKTUR METODE FEMA 356

Berdasarkan FEMA 356 maka kinerja struktur bangunan saat terjadi

gempa dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan gambar berikut ini:

10
Gambar 4.3 Tingkat Kinerja Struktur

Sumber: FEMA 356

Tingkat kinerja pada FEMA ini secara garis besar adalah sama dengan

tingkat kinerja dalam ATC-40. Kondisi bangunan pasca gempa dan kategori

bangunan pada tingkat kinerja struktur sesuai FEMA 356 akan dijelaskan dalam

tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Kondisi Bangunan Pasca Gempa dan Kategori Bangunan pada Tingkat

Kinerja

Tingkat Kondisi bangunan Pasca Gempa Kategori

kinerja Bangunan

Bangunan tidak mengalami kerusakan yang


Operational
berarti pada komponen struktural maupun

11
non struktural. Secara spesifik hal ini ditandai

dengan tidak ada pergeseran permanen pada

bangunan, sebagian besar struktur dapat

mempertahankan kekuatan dan kekakuannya,

sedikit retak serta semua sistem penting pada

gedung dapat beroperasi dengan normal.

Bangunan tidak mengalami kerusakan yang

berarti pada komponen struktural. Kekuatan

dan kekakuan gedung masih hampir sama


Rumah sakit,
dengan kondisi sebelum struktur dilanda
Immediate gudang bahan
gempa. Pada komponen non struktural,
Occupancy bakar/ bahan
peralatan dan isi gedung umumnya masih
berbahaya dll.
aman, tetapi secara operasional tidak dapat

bekerja karena kegagalan mekanik atau

kurangnya utilitas.

Dalam kategori ini berarti bangunan pasca

gempa terjadi beberapa kerusakan komponen Fasilitas-fasilitas

struktur dan kekuatan serta kekakuannya umum, gedung

Life safety berkurang. Struktur masih mempunyai perkantoran.

kekuatan cukup untuk memikul beban-beban perumahan,

yang terjadi pada ambang keruntuhan. gudang, dll

Komponen non struktural masih ada tetapi

12
tidak dapat berfungsi dan dapat digunakan

apabila telah dilakukan perbaikan.

Sumber: FEMA 356

4.2.3 KINERJA STRUKTUR METODE FEMA 440

Metode FEMA 440 merupakan metode pengembangan dari metode

koefisien perpindahan FEMA 356 atau juga bisa disebut metode koefisien

perpindahan yang diperbaiki. Secara garis besar dasar dalam perhitungan metode

FEMA 440 ini sama dengan FEMA 356, yaitu dengan hasil akhir menentukan nilai

target perpindahan (δT). Perbaikan atau modirfkasinya diberikan untuk menentukan

parameter C1 dan C2. Perhitungan parameter C1 dan C2 ditentukan dengan

persamaan berikut ini:

R −1
C1 ≡ 1 +
aT2e

1 R−1 2
C2 = 1 + ( )
800 Te

Dimana :

a : Konstanta (nilainya = 130,90 dan 60 untuk site kategori B, C dan D)

Catatan :

A. Untuk waktur getar kurang dari 0,2 detik maka nilai C1 pada 0,2 detik

dapat dipakai. Untuk waktu getar lebih dari 1,0 detik maka C1 dapat

dianggap sama dengan 1.

13
B. Untuk waktu getar kurang dari 0,2 detik maka nilai C2 pada 0,2 detik

dapat dipakai. Untuk waktu getar lebih dari 0,7 detik maka C2 dapat

dianggap sama dengan 1.

5. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam perencanaan gedung Hotel 8

lantai lantai adalah sebagai berikut:

1. Studi Literatur

Studi literatur berfungsi untuk Pedoman dalam pengerjaan Tugas Akhir

dalam melaksanakan perencanaan.

2. Preliminary Design

Yaitu, asumsi-asumsi awal yang digunakan dan direncanakan pada awal

perencanaan.

3. Perhitungan Pembebanan

Perhitungan pembebanan yang bekerja pada bangunan meliputi beban

mati, beban mati tambahan, beban hidup, beban gempa dan beban angin.

4. Pemodelan Struktur pada ETABS

Pemodelan struktur dengan menggunakan aplikasi ETABS bertujuan

untuk memudahkan perencanaan, karena pengecekan model dan

keseluruhan perencanaan menggunakan aplikasi ETABS.

5. Analisis Struktur

14
Analisis struktur bertujuan untuk memastikan preliminary design yang

telah direncanakan mampu menahan pembebanan yang ada pada gedung

yang direncanakan.

6. Perencanaan Tulangan Struktur

Perencanaan tulangan pada struktur bertujuan untuk menghitung tulangan

yang digunakan pada struktur kolom, balok, pelat dan pondasi dari gedung

yang akan direncakan.

7. Pendetailan Elemen Struktur

Detail elemen struktur berisikan keseluruhan rincian tulangan serta

pengecekan tulangan sesuai dengan SNI yang digunakan.

8. Analisis Pushover

Analisis ini bertujuan untuk melihat perilaku struktur saat terkena gaya

gempa dan memperoleh data dari perilaku struktur tersebut.

9. Perhitungan Kinerja Struktur

Kinerja struktur dihitung berdasarkan data hasil analisa pushover dengan

menilai perilaku struktur sesuai dengan parameter perencanaan.

10. Perhitungan pondasi

pondasi merupakan komponen penting sebagai struktur bawah yang

berfungsi menompong struktur atas.

11. Rencana Anggaran Biaya

12. Kesimpulan

Berisikan hasil perencanaan yang telah rencanakan sesuai metode yang

digunakan.

15
Mulai

Studi Literatur

Penggambaran /Pemodelan
Ko
Elemen Bangunan

Run 1 : Mencari Proposi Gaya Input Gaya Gempa Respon


Geser Shear Wall dan Frame Spektra
Syahrat SNI 1726:Nilai Proposi
Gaya Geser Dasar pada Frame Perhitungan Gaya Gempa
Terhadap Gaya Geser Harus Berbasis Kinerja (Direct
Lebih Besar dari 25% Displacement Based Design)

Run 2 : Mencari Momen Perhitungan Keseluruhan Gaya


Yang Berkerja pada Yang Berkerja pada Bangunan
Bangunan (Input Kombinasi Pembebanan)

Kontrol Tulangan denag SNI Perencanaan Tulangan untuk


2847:2013 Struktur Kolom,balok, dan
Shear Wall

Run 3 : Analisis Pushover Static Linear


Menentukan Deformasi Struktur yang Direncanakan Melalui Kurva
Capacity Spectrum vs Deman Spectrum

16
A

Analisis Deformasi Hasil Pushover yang Berkerja pada Bangunan


denan ATC-40 dan FEMA 440

Perhitungan Ponadasi

RAB

Selesai

Gambar 5.1 Diagram Alir Perencanaan Struktur

17
MULAI

Input Data
(Lx,Ly,Fc,Fy,Pembebanan)

Mnentukan Tebal Plat

Menghitung Momen

No
Menghitung Rasio Penulangan
pmin < p < pmaks

Yes
Menghitung Luas Tulangan Butuh

Memilih Tulangan

Jarak Tulangan (S)


Ubah Ukuran
Penampang
Luas Tulangan Pakai(AS)

No
Cek Kapasitas Penampanag
Yes

Selesai

Gambar 5.2 Diagram Perencanaan Plat Lantai

18
Mulai

Input Data: dimensi Balok ( b,h ) Mutu Bahan (fc', fy ), Momen Lentur (Mu)

Cek syarat Balok Sebagai Bentang Menghitung Kebutuhan Tulangan


Lentur : Awal
1. Input Momen Design (ETABS)
1. Gaya Aksial Terfaktor Tidak
2. Hitung Tinggi Efektif Balok d +=
Melebihi 0,1 Ag f'c'
h-t selimut Beton -10d.tul/2
2. Bentang Bersih Tidak Kurang
3. Menghitung Rasio Balok Beton
4 kali Tinggi Efektif
Mu
3. Lebar Komponen Tidak Rn =
Kurang dari 0,3h dan 250 mm φ.b.d2
4. Hitung Balok Tegangan Beton

Cek Penampang Awal : 2Rn


= (1 − √1 − )
0,85(fc'-28) 0,85.fc'
β1 = 0,85
7 5. Hitung Luas Tulangan Perlu (As)
α 0,85.ƒc'.a.b
𝑐= →c/dt As =
β1 fy

Cek kapasitas Penampang Aktual :


Cek Syarat Tulangan Perlu :
Cek Tulangan Min: Cek Tulangan Max: 1. Tinggi Balok tegangan :
As.fy
0,25 a=
0,85.fc'.b
Asmin1 = bw×d 𝜌max = 0,025
7 2. Hitung Momen Nominal
1,4,bw×d ∅𝑀n = ∅ × 𝐴s׃y×(d-(0,5×a))
Asmin1 = fy
𝜌max= 0,025×b×d
3. Cek Kapasitas Momen :
Mu ≤ M n

Kontrol jarak Tulangan ;


1. 𝑛tul= As perlu /Astul
α Cek Spasi Tulangan
𝑐 =2. →c/dt Akhir
β1
S = (bw × Tselimut – 2 × ∅sengkang
-n×∅𝑡𝑢𝑙. 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎𝑛) /n-1

Gambar 5.3 Diagram Alir Perencanaan Tulangan Lentur Balok

19
START

fy,f’c,Ln,b,d,∅,Mpr,1,
Mpr,1,Vu,Veb(2h)

M− pr, 1+M+ pr, 1


Veb1 = + V1,2D+1,0L
𝐿
M+ −
pr, 1+ M pr, 1
Veb2 = + V1,2D+1,0L
𝐿

Vebdesin = max (Veb1+Veb2)

No
Mpr, 1+ Mpr, 1 Daerah Sendi Plastis
Ve= ≥0,5Vu
𝐿𝑛 Vc= 0

Yes
Daerah Sendi Plastis 𝑉𝑒𝑏(2ℎ)
− 𝑉𝑒
Vc= 0 ∅
𝐴𝑣 = 𝑚𝑚2
𝑓𝑦𝑠 . 𝑑
/𝑚
𝑉𝑒𝑏𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛
𝐴𝑣 = 𝑚𝑚2
∅, 𝑓𝑦𝑠 . 𝑑
1
1000. 4 𝜋𝐷𝑠2
𝑠= 𝑚𝑚2
𝐴𝑣𝑠

Finish

Gambar 5.4 Diagram Alir Perencanaan Tulangan Geser Balok

20
Mulai

Preliminari design (SNI 2478:2013)

1. Sisi terpendek Kolom > 300 mm

2. Rasio dimensi Penampang > 0,4

Pembebanan

Tidak 1. ∅𝑃unit > 0,1.Ag.ƒc


kontrol

Ya
Perhitungan Tulanagn PCACOL

Strong Colomn Weak


Tidak Beams
kontrol
1. ∑ 𝑀nc ≥ 1.2 ∑ 𝑀nb

Ya

Perhitungan Tulangan Geser

Mulai

Gambar 5.5 Diagram Perencanaan Tulangan Kolom

21
Mulai

Preliminary design

Perhitungan Tulangan Tranversal untuk Menahan


Geser

Perhitungan Tulangan Longitudinal Penahan


Kombinasi Beban Aksial dan lentur

Perhitungan Kebutuhan Elemen Pembatas Khusu

Rekapitulasi Perhitungan Dinding geser

selesai

Gambar 5.6 Diagram Perencanaan Tulangan Shear Wall

22
6. DATA PERANCANGAN

6.1 DATA PERENCANAAN STRRUKTUR BANGUNAN

Data perencanaan bangunan Bangunan Hotel 8 lantai diberikan untuk

memberi gambaran mengenai model bangunan yang akan didirikan, adapun data-

data umum perencanaa adalah sebagai berikut:

1. Data Umum Bangunan

Nama Bangunan : Hotel 8 lantai

Lokasi :

Tipe Bangunan : Hotel

Tinggi Bangunan : 28.5 m

Jumlah Lantai : 8 Lantai

Sistem Fondasi : Bored Pie

Material Struktur : Beton Bertulang (Balok, Kolom, Dinding Geser

dan Pelat Lantai)

2. Material Beton Struktur

Mutu Beton :33.2 Mpa

Modulus Elastisitas, Ec : 4700. 33.2  27081.137 MPa

Berat Jenis Beton, λc : 2400 kg/m3

3. Baja Tulangan

Mutu Baja Tulangan yang digunakan sesuai SNI-2847-2013 adalah :

Fy : 420 Mpa

23
Fu : 620 Mpa

6.2 DATA TANAH PROYEK

Data tanah dibutuhkan untuk mengetahui jenis tanah, daya dukung tanah

serta untuk mengetahui kedalaman tanah keras. Daya dukung tanah berpengaruh

pada saat proses perencanaan suatu elemen pondasi serta menghitung kapasitas

pondasi yang akan dipakai. Kedalaman tanah dapat memperhitungkan jenis pondasi

yang akan digunakan.

Data tanah yang akan ditampilkan ialah tanah tanah bore log, dalam data

ini akan diperlihatkan kedalam tanah deskripsi tanah perkedalaman serta nilai N-

SPT. N-SPT merupakan hasil uji dari penyelidikan tanah lapangan yaitu SPT, N-

SPT dapat memberikan indikasi kelas situs tanah yang akan digunakan dalam

perencanaan beban gempa.

Tabel 4.1 Perhitungan Nilai N-SPT

Kedalaman Tebal N'= Tebal/ N


Lapis N SPT
(m) (m) SPT
1 0-2 2.5 15 0.166
2 2-4 2 4 0.500
3 4-6 2 7 0.285
4 6-8 2 18 0.111
5 8-10 2 25 0.08
6 10-12 2 46 0.043
7 12-14 2 60 0.033
8 14-16 2 59 0.033
9 16-18 2 27 0.074
10 18-20 2 26 0.077
11 20-22 2 42 0.047

24
12 22-24 2 16 0.125
13 24-26 2 25 0.08
14 26-28 2 60 0.033
15 28-30 1.95 60 0.033
∑𝐻 = 30.45 ∑𝑁′ = 1.719
Nilai Rata - rata N 17.713 Tanah Sedang

Tabel 3 dalam SNI 2847 menyatakan bahwa nilai kelas situs yang lebih

dari 15 dan kurang dari 50 dikategorikan sebagai tanah sedang (SD), nilai N=

17.713 maka Tanah dikategorikan sebagai Tanah Sedang

6.3 DATA PERENCANAAN GEMPA

Zonasi gempa berfungsi memberikan gambaran wilayah-wilayah yang

berada di kawasan rawan gempa. Wilayah Gedung Hotel 8 lantai yang

direncanakan berarda pada daerah jakarta. Peta zonasi gempa didapat melalui

melalui perhitungan parameter kecepatan rata-rata gelombang geser, tahanan

penetrasi standar lapangan rata-rata dan tahanan penetrasi standar rata-rata untuk

lapisan tanah non kohesif, serta kuat geser nilai rata-rata. Adapun data yang

digunakan diambil dari situs PUSKIM adalah sebagai berikut:

1. Klasifikasi Tanah & Sistem Penahan Gempa

Sistem Penahan Gempa : Dual System (SRPM menahan minimum

25% Gaya Lateral)

Kategori Resiko bangunan : II

Kelas Situs Tanah : Tanah Sedang (SD)

2. Faktor Respon Gempa

25
Percepatan Batuan (Ss) : 0,678

Percepatan Batuan (S1) : 0,298

Percepatan Desain Perioda Pendek (SDS) : 0,568

Percepatan Desain Perioda 1 Detik (SD1) : 0,358

6.4 DATA PEMROGRAMAN ETABS

Data rencana pemrograman digunakan untuk input pada pemodelan

gedung dengan menggunakan program bantu ETABS. Adapun data yang

digunakan sebagai berikut :

1. Material Struktur

Beton Bertulang : Beton 33,2 Mpa

Baja Tulangan : Mutu Baja Fy 420 Mpa

2. Asumsi Sistem Struktur

Faktor Kekakuan : 1 (Rigid Factor berlaku untuk setiap balok

dan Kolom)

Sistem Pondasi : Pondasi Tiang Bor (Restrains Dianalisis

sebagai Perletakan Jepit)

Sistem Lantai : Dianalisis sebagai Tingkat Diafragma.

(Model lantai sebagai Shell. Pelat menahan

gaya bending force/momen dan shear

force/geser. Pelat akan menahan beban

lentur akibat gravitasi dan juga geser serta

26
akan ikut berdeformasi bersama balok

terhadap beban gravitasi.

Sistem Dinding : Shear Wall dianalisis sebagai Shell – Thin

Sistem Penahan Gempa : Didistribusikan Shear Wall dan Sistem

Rangka Pemikul dengan mekanisme Dual

System.

7. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang akan digunakan dalam Laporan Penulisan

Tugas Akhir adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan penulisan, ruang lingkup,

batasan masalah, lokasi penelitian dan sistematika penulisan, serta jadwal

penyelesaian tugas akhir.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Berisi tentang perencanaan struktur gedung beton bertulang berdasarkan

sistem struktur, komponen-komponen struktur, pembebanan dan konsep

dasar desain rekayasa gempa berbasis kinerja.

BAB 3 METODE PERENCANAAN

Berisi tentang metode perencanaan struktur beton yaitu pedoman

perencanaan, perencanaan struktur pelat, perencanaan struktur balok,

perencanaan struktur kolom, perencanaan elemen struktur dinding geser

dan perencanaan struktur pondasi.

27
BAB 4 DATA PERENCANAAN

Berisi tentang uraian data yang berkaitan dengan penyusunan laporan

Tugas Akhir.

BAB 5 PERHITUNGAN DAN ANALISIS DATA

Berisi tentang perhitungan struktur gedung Hotel 8 lantai lantai dan

penulangannya serta analisis metode berbasis kinerja sesuai dengan data

yang telah diperoleh.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil pembahasan

pada bab-bab sebelumnya, sehingga merupakan rangkaian yang sistematis

dan mudah dipahami.

8. JADWAL PELAKSANAAN

Waktu
Nama Kegiatan
Oktober November Desember Januari Februari Maret Maret

Penyusunan proposal

Seminar proposal

Pencarian data

Analisis data

Penyusunan Tugas Akhir

Seminar isi

Perbaikan-perbaikan

28
Sidang Akhir

Perencanaan jadwal pelaksanaan Tugas Akhir adalah sebagai berikut ini:

9. DAFTAR PUSTAKA

1. ASCE 7-10. 2010. “Minimum Design Loads for Building and Other

Structures”. Virginia: American Society of Civil Engineers.

2. ATC. 1996. “Sesismic Evaluation and Retrofit of Concrete Buildings,

ATC-40 Report, Volume 1 and 2”. California: Applied Technology

Council.

3. Badan Standarisasi Nasional. 2002. “Tata Cara Perencanaan Gempa

untuk Struktur Bangunan Gedung dan non Gedung (SNI 03-1726-2002)”.

Jakarta: BSN.

4. Badan Standarisasi Nasional. 2012. “Tata Cara Perencanaan Gempa

untuk Struktur Bangunan Gedung dan non Gedung (SNI 1726:2002)”.

Jakarta: BSN.

5. Badan Standarisasi Nasional. 2013. “Beban Minimum untuk Perancangan

Bangunan Gedung dan Struktur Lain (SNI 1727:2013)”. Jakarta: BSN.

6. Departemen Pekerjaan Umum. 1987. “Pedoman Perencanaan

Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (PPPURG:1987)”. Jakarta: PU.

7. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. 2011. “Desain Spektra

Indonesia”, [online] http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indo

nesia_2011/ > [Diakses 10 Mei 2019].

29
8. FEMA 356. 2000. “Prestandard and Comentary for the Seismic

Rehabilitation of Builidngs”. Washington, D.C: Federal Emergency

Management Agency.

9. HB 212. 2002. “Design Wind Speed for the Asia-Pacific Region”.

Australia: Standards Australia International Ltd.

10. Priestley, M. J. N.; Calvi, G. M.; dan Kowalsky, M. J.; 2007.

“Discplacemet Based Seismic Design of Structures”. Pavia: IUSS Press.

11. Pranata, Y.A. 2006. “Evaluasi Kinerja Beton Bertulang Tahan Gempa

dengan Pushover Analysis (Sesuai ATC-40. FEMA 356 dan FEMA 440)”,

[online] http://jurnalsipiluph.files.wordpress.com/2006/12/vol315.pdf >

[Diakses 8 Mei 2019].

12. Setiadi, R.R. 2016. “Beban Angin, Wind Speed untuk Wilayah Indonesia”,

[online] https://ryanrakhmats.wordpress.com/tag/beban-angin/ > [Diakses

2 Juli 2019].

13. Tavio dan Wijaya. 2018. “Desain Rekayasa Gempa Berbasis Kinerja”.

Yogyakarta: ANDI.

30

Anda mungkin juga menyukai