Nama : Syahyudin
NPM : 16315754
Fakultas : Teknik Sipil dan Perencanaan
Jurusan : Teknik Sipil
Dosen Pembimbing : Darmini, ST.,MT
1
PERSETUJUAN
Oleh
Nama : Syahyudin
NPM : 15315754
Telah Diperiksa dan Disetujui untuk Diseminarkan dalam Seminar Proposal
Mengetahui,
2
PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 8 LANTAI DENGAN ANALISIS
1. LATAR BELAKANG
Gaya yang dihasilkan oleh gempa bumi merupakan salah satu faktor yang harus
hingga tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di wilayah jalur
gempa pasifik (Circum Pasific Earthquake Belt) dan jalur gempa asia (trans Asiatic
terhadap ruang lingkup kerja teknik sipil, kondisi tersebut berpengaruh besar dalam
gempa tersebut. Fenomena gempa merupakan gejala alam yang sangat berpengaruh
wilayah Indonesia terletak dalam wilayah gempa dengan intensitas sedang hingga
tinggi. Bangunan pada daerah rawan gempa harus direncanakan mampu bertahan
terhadap gempa.
3
Konsep terbaru dalam perencanaan bangunan gedung tahan gempa yaitu
macam intensitas gerakan tanah (gempa), sehingga dapat diketahui kinerjanya pada
kondisi kritis.
Akibat dari gaya gempa yang cukup besar, struktur akan berperilaku
keruntuhan bangunan saat gempa berada pada kondisi inlastis. Perilaku keruntuhan
tersebut dapat dianaliais dengan menggunakan analisis pushover atau biasa dikenal
keruntuhan suatu bangunan terhadap gempa, dikenal pula sebagai analisis beban
dorong statik. Dasar teori pushover sangat sederhana, yaitu memberikan pola beban
statis tertentu dalam arah lateral yang besarnya ditingkatkan secara incremental
sampai struktur tersebut mencapai target displacement tertentu atau mencapai pola
keruntuhan tertentu.
keruntuhan suatu bangunan terhadap gempa, dikenal pula sebagai analisis beban
4
1. Merencanakan struktur bangunan gedung apartemen 8 lantai sesuai
440
gempa.
5
c. Beban lateral (berupa beban gempa sesuai dengan SNI 03-1726-
4. LANDASAN TEORI
dengan kekakuan sistem, tapi untuk struktur pada saat respon inelastik, maka
sesaat juga riwayat perpindahan selama respon gempa. (Priestly at al. 2007:1).
Dalam desain berbasis gaya, beban gempa desain didesain pada saat
respon elastik, akan tetapi dalam keadaan yang sebenarnya struktur akan mampu
inelastik, sehingga dalam desain berbasis gaya ini diberikan faktor modifikasi
respon, R. Faktor modifikasi respon ini adalah perbandingan nilai gaya pada saat
respon elastik dengan gaya desain. Hubungan gaya dan perpindahan pada beberapa
6
Gambar 4.1 Kurva Gaya dan Perpindahan pada Respon Elastik dan Inelastik
Gambar 4.1 menjelaskan bahwa dalam desain berbasis gaya, gaya geser
yang digunakan adalah gaya geser nominal, Vn dibagi dengan faktor modifikasi
energi gempa. Dengan penedekan perpindahan maka nilai faktor modifikasi respon,
Gambar 4.1 memberikan kesimpulan bahwa pada kondisi inelastik, kekuatan/ gaya
mempunyai pengaruh kecil pada perpindahan akhir, Δm. Hal ini akan lebih logis
7
untuk menggunakan perpindahan (displacement) sebagai basic design. (Priestly et
pada struktur saat terkena gempa rencana dengan periode ulang tertentu, oleh
karenanya tingkat kinerja struktur akan selalu berhubungan dengan biaya perbaikan
kinerja struktur didesain sesuai dengan tujuan dan kegunaan suatu bangunan,
Wijaya, 2018)
perpindahan lateral dan deformasi pada setiap elemen struktur. Pada level respon
rendah, deformasi elemen berada dalam rentang elastis (linier) dan tidak akan ada
kerusakan yang timbul. Pada level respon tinggi, deformasi elemen akan melebihi
memberikan kinerja seismik yang andal, bangunan harus memiliki sistem penahan
gempa pada level kerusakan yang berkelanjutan dan untuk tujuan kinerja yang
8
untuk melakukan hal tersebut meliputi massa bangunan, kekakuan, redaman, dan
konfigurasi kapasitas deformasi pada elemen, kekuatan dan karakter gerakan tanah.
(ATC-40, 1996).
kurva hubungan antara perpindahan lateral dan besar gaya yang bekerja atau kurva
kapasitas. Kurva kapasitas menggambarkan plot dari total gaya geser dasar akibat
gempa, “V” pada struktur, untuk berbagai kenaikan pembebanan dan perpindahan
lateral gedung pada atap pada tingkat gaya tertentu. Berikut adalah kurva kapasitas
yang dimaksud:
Gambar 4.2 Tipikal Kurva Kapasitas pada Berbagai Tingkat Kinerja Struktur
9
Kurva kapastias ini akan menjadi garis lurus dengan kemiringan yang
sama jika berperilaku elastis linier dengan kekakuan struktur secara keseluruhan,
karena bangunan sebenarnya tidak memiliki kapasitas elastis linier diatas maka
kurva kapasitas biasanya terdiri dari serangkaian segmen garis lurus dengan
dan kerusakan. Penurunan dari garis lurus ditarik dari asal plot ke point dalam kurva
pada tingkat perpindahan lateral, “d’ yang mewakili kekakuan sebagaian atau
kekakuan “efektif” pada struktur ketika dibebani secara lateral pada tingkat
perpindahan tertentu.
Pada gambar 4.2, simbol “♦” pada kurva kapasitas mewakili kejadian-
tersebut seperti pelelehan pertama pada salah satu elemen struktur atau kerusakan
tertentu misalnya pecahnya atau terkelupasnya selimut beton pada kolom atau
10
Gambar 4.3 Tingkat Kinerja Struktur
Tingkat kinerja pada FEMA ini secara garis besar adalah sama dengan
tingkat kinerja dalam ATC-40. Kondisi bangunan pasca gempa dan kategori
bangunan pada tingkat kinerja struktur sesuai FEMA 356 akan dijelaskan dalam
Tabel 4.1 Kondisi Bangunan Pasca Gempa dan Kategori Bangunan pada Tingkat
Kinerja
kinerja Bangunan
11
non struktural. Secara spesifik hal ini ditandai
kurangnya utilitas.
12
tidak dapat berfungsi dan dapat digunakan
koefisien perpindahan FEMA 356 atau juga bisa disebut metode koefisien
perpindahan yang diperbaiki. Secara garis besar dasar dalam perhitungan metode
FEMA 440 ini sama dengan FEMA 356, yaitu dengan hasil akhir menentukan nilai
R −1
C1 ≡ 1 +
aT2e
1 R−1 2
C2 = 1 + ( )
800 Te
Dimana :
Catatan :
A. Untuk waktur getar kurang dari 0,2 detik maka nilai C1 pada 0,2 detik
dapat dipakai. Untuk waktu getar lebih dari 1,0 detik maka C1 dapat
13
B. Untuk waktu getar kurang dari 0,2 detik maka nilai C2 pada 0,2 detik
dapat dipakai. Untuk waktu getar lebih dari 0,7 detik maka C2 dapat
5. METODE PENELITIAN
1. Studi Literatur
2. Preliminary Design
perencanaan.
3. Perhitungan Pembebanan
mati, beban mati tambahan, beban hidup, beban gempa dan beban angin.
5. Analisis Struktur
14
Analisis struktur bertujuan untuk memastikan preliminary design yang
yang direncanakan.
yang digunakan pada struktur kolom, balok, pelat dan pondasi dari gedung
8. Analisis Pushover
Analisis ini bertujuan untuk melihat perilaku struktur saat terkena gaya
12. Kesimpulan
digunakan.
15
Mulai
Studi Literatur
Penggambaran /Pemodelan
Ko
Elemen Bangunan
16
A
Perhitungan Ponadasi
RAB
Selesai
17
MULAI
Input Data
(Lx,Ly,Fc,Fy,Pembebanan)
Menghitung Momen
No
Menghitung Rasio Penulangan
pmin < p < pmaks
Yes
Menghitung Luas Tulangan Butuh
Memilih Tulangan
No
Cek Kapasitas Penampanag
Yes
Selesai
18
Mulai
Input Data: dimensi Balok ( b,h ) Mutu Bahan (fc', fy ), Momen Lentur (Mu)
19
START
fy,f’c,Ln,b,d,∅,Mpr,1,
Mpr,1,Vu,Veb(2h)
No
Mpr, 1+ Mpr, 1 Daerah Sendi Plastis
Ve= ≥0,5Vu
𝐿𝑛 Vc= 0
Yes
Daerah Sendi Plastis 𝑉𝑒𝑏(2ℎ)
− 𝑉𝑒
Vc= 0 ∅
𝐴𝑣 = 𝑚𝑚2
𝑓𝑦𝑠 . 𝑑
/𝑚
𝑉𝑒𝑏𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛
𝐴𝑣 = 𝑚𝑚2
∅, 𝑓𝑦𝑠 . 𝑑
1
1000. 4 𝜋𝐷𝑠2
𝑠= 𝑚𝑚2
𝐴𝑣𝑠
Finish
20
Mulai
Pembebanan
Ya
Perhitungan Tulanagn PCACOL
Ya
Mulai
21
Mulai
Preliminary design
selesai
22
6. DATA PERANCANGAN
memberi gambaran mengenai model bangunan yang akan didirikan, adapun data-
Lokasi :
3. Baja Tulangan
Fy : 420 Mpa
23
Fu : 620 Mpa
Data tanah dibutuhkan untuk mengetahui jenis tanah, daya dukung tanah
serta untuk mengetahui kedalaman tanah keras. Daya dukung tanah berpengaruh
pada saat proses perencanaan suatu elemen pondasi serta menghitung kapasitas
pondasi yang akan dipakai. Kedalaman tanah dapat memperhitungkan jenis pondasi
Data tanah yang akan ditampilkan ialah tanah tanah bore log, dalam data
ini akan diperlihatkan kedalam tanah deskripsi tanah perkedalaman serta nilai N-
SPT. N-SPT merupakan hasil uji dari penyelidikan tanah lapangan yaitu SPT, N-
SPT dapat memberikan indikasi kelas situs tanah yang akan digunakan dalam
24
12 22-24 2 16 0.125
13 24-26 2 25 0.08
14 26-28 2 60 0.033
15 28-30 1.95 60 0.033
∑𝐻 = 30.45 ∑𝑁′ = 1.719
Nilai Rata - rata N 17.713 Tanah Sedang
Tabel 3 dalam SNI 2847 menyatakan bahwa nilai kelas situs yang lebih
dari 15 dan kurang dari 50 dikategorikan sebagai tanah sedang (SD), nilai N=
direncanakan berarda pada daerah jakarta. Peta zonasi gempa didapat melalui
penetrasi standar lapangan rata-rata dan tahanan penetrasi standar rata-rata untuk
lapisan tanah non kohesif, serta kuat geser nilai rata-rata. Adapun data yang
25
Percepatan Batuan (Ss) : 0,678
1. Material Struktur
dan Kolom)
26
akan ikut berdeformasi bersama balok
System.
7. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan penulisan, ruang lingkup,
27
BAB 4 DATA PERENCANAAN
Tugas Akhir.
Berisi tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil pembahasan
8. JADWAL PELAKSANAAN
Waktu
Nama Kegiatan
Oktober November Desember Januari Februari Maret Maret
Penyusunan proposal
Seminar proposal
Pencarian data
Analisis data
Seminar isi
Perbaikan-perbaikan
28
Sidang Akhir
9. DAFTAR PUSTAKA
1. ASCE 7-10. 2010. “Minimum Design Loads for Building and Other
Council.
Jakarta: BSN.
Jakarta: BSN.
29
8. FEMA 356. 2000. “Prestandard and Comentary for the Seismic
Management Agency.
11. Pranata, Y.A. 2006. “Evaluasi Kinerja Beton Bertulang Tahan Gempa
dengan Pushover Analysis (Sesuai ATC-40. FEMA 356 dan FEMA 440)”,
12. Setiadi, R.R. 2016. “Beban Angin, Wind Speed untuk Wilayah Indonesia”,
2 Juli 2019].
13. Tavio dan Wijaya. 2018. “Desain Rekayasa Gempa Berbasis Kinerja”.
Yogyakarta: ANDI.
30