ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI pada anak terutama usia nol
sampai dengan enam bulan dikenal dengan ASI Eksklusif, menjadi keadaan yang
tidak dapat dinegosiasikan. Bayi sampai dengan usia enam bulan telah tercukupi
asupan nutrisinya hanya dengan konsumsi ASI, sehingga pemberian makanan lain
menderita diare minimal pada anak yang mendapatkan ASI Eksklusif dibandingkan
terdapat pemberian makanan tambahan lain pada usia sebelum enam bulan. ASI
mampu menurunkan mortalitas bayi enam kali karena infeksi saluran cerna tersebut
ASI Eksklusif oleh WHO dan lembaga internasional lain telah dianjurkan
diberikan sampai enam bulan pertama dalam kehidupan anak, untuk menghindari
anak dari penyakit seperti diare dan berbagai penyakit infeksi. Pemberian makanan
tambahan atau minuman lain yang banyak terjadi pada berbagai budaya
ketersediaan pengganti ASI yang dengan mudah ditemukan. Pola pemberian hanya
11
13
ASI sampai anak usia enam bulan, terutama di banyak negara sedang berkembang
telah terbukti mampu mengurangi tingkat keparahan penyakit serta angka kematian
Manfaat ASI. ASI seorang ibu memiliki sejumlah manfaat sedangkan yang
berasal dari mamalia hanya sesuai bagi bayi dari jenis mamalia yang sama. Manfaat
kebutuhan nutrisi. Komposisi nutrisi dalam ASI sangat unik dan sangat ideal untuk
pertumbuhan otak terutama pada tahun pertama kehidupan (Creasy, Resnik, Iams,
dibalik rendahnya resiko tersebut karena bayi yang menyusui belajar efektifitas
tersebut pada tahapan beriktunya di usia dewasa. ASI memiliki komponen bioaktif
yang berfungsi dalam program jangka panjang. Keterpaparan bayi sejak awal
terhadap leptin dan adiponektin yang terdapat di dalam ASI membantu mengatur
respon endokrin terhadap regulasi nafsu makan dan makanan (Lawrence &
Lawrence, 2016).
Bayi yang mendapat ASI akan mendapat proteksi terhadap penyakit infeksi
karena kandungan khusus zat imunitas tubuh leukosit dan zat anti mikoba lain. Hal
ini menyebabkan bayi tidak mudah menderita otitis media, sesak nafas, pneumonia,
normal dari pertahanan mukosa saluran cerna dan nafas seiring dengan
14
Penyakit non infeksi yang dapat dicegah dengan pemberian ASI secara
diketahui lebih rendah pada individu dewasa yang mendapatkan ASI semasa bayi.
Penyakit hipertensi, kolesterol dan diabetes lebih rendah insidennya, serta penyakit
kanker pada usia anak-anak 21 Bayi yang mendapatkan ASI, terlihat lebih matang,
merasa aman dan asertif, dan berkembang lebih cepat ketika diukur dengan skala
perkembangan. Tingkat perkembangan yang lebih baik diketahui dapat terjadi pada
bayi prematur yang mendapatkan ASI dibandingkan bayi prematur yang diberi susu
bayi yang beresiko mengalami asma dan eksim setelah berusia dua tahun dan
kanak-kanak. Anak yang memilki riwayat keluarga dengan dermatitis atopi, dapat
Komposisi ASI yang dinamai dengan kolostrum berbeda dengan komposisi ASI
transisional dan yang matur. Perubahan terus terjadi setiap hari sesuai dengan
perkembangan setelah bayi lahir. Ini menjelaskan alasan kemampuan ASI dalam
15
memenuhi kebutuhan nutrisi bayi untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan
yang berguna untuk membantu adaptasi usus bayi dalam melakukan fungsinya
sebagai alat pencernaan. Penelitian terkini mendapatkan bahwa terdapat lebih dari
200 unsur dengan susunan molekul yang luar biasa terkandung di dalam ASI.
Kejaiban ASI yang diciptakan untuk bayi terlihat dari senyawa yang merupakan
produk intermediet atau antara yang dibentuk dari sel-sel kelenjar mammae dan ada
produk atau senyawa yang hanya ada sebagai produk akhir. Nutrisi untuk bayi ini
mempunyai osmolaritas dan pH yang berbeda, sesuai dengan fisiologis bayi. ASI
ASI sampai dengan 180 hari setelah melahirkan mengandung tiga koma
delapan persen lemak, nol koma sembilan persen protein, tujuh persen laktosa dan
nol koma dua persern mineral-mineral. Konsumsi bayi terhadap ASI sangat
konsumsi per 24 jam. Konsentrasi lemak pada ASI ditemukan tertinggi pada pagi
hari sampai dengan menjelang siang. Variasi ini ditemukan pada kandungan lain
seperti laktosa, protein serta unsur lainnya. Ibu yang melahirkan bayi prematur
anak matur. Zat-zat yang telah disebutkan sebelumnya konsentrasinya pada ASI ibu
yang memiliki asupan nutrisi kurang, hampir mendekati ibu dengan nutrisi baik,
kecuali vitamin-vitamin yang larut dengan air seperti vitamin C, vitamin B1 dan
B12 mengalami defisiensi seperti halnya volume (Lawrence & Lawrence, 2016).
16
bayi, meskipun anak yang mendapatkan zat penting ini masih sedikit. Pemberian
ASI Eksklusif rendah ditemukan hampir di semua wilayah termasuk Indonesia dan
merupakan faktor yang mempengaruhi, selanjutnya sikap positif, self efficacy, dan
Eksklusif terhadap bayi. Ibu selama ini memberhentikan pemberian ASI karena
merasa anak sudah terlalu besar untuk mendapatkan makanan tambahan, dan mulai
enggan menghisap. Informasi yang diberikan dengan benar mengenai lamanya anak
mendorong ibu memberikan ASI dengan rentang waktu yang benar (Ruan et al,
2019).
praktik ini. Pandangan ibu yang merasa bahwa susu formal lebih baik dibandingkan
ASI merupakan salah satu sikap negatif yang mempengaruhi praktik tersebut.
Kepercayaan bahwa yang diberikan pada anak merupakan yang terbaik, mendorong
pengambilan keputusan lebih memilih memberikan ASI dan berusaha untuk sukses
17
Efikasi Diri. Self-efficacy atau efikasi diri menjadi keadaan yang tidak
anak usia enam bulan. Ibu yang mempunyai self-efficacy baik dapat mengatasi
pemberian ASI sering dialami ibu yang melakukannya untuk pertama kali. Kondisi
stres mudah terjadi karena ibu sensitif dengan berbagai tanggapan yang diberikan
tentang keadaan bayi, bahwa ASI yang keluar tidak dapat memenuhi kebutuhan.
harapan tinggi menjadikan ibu mudah tertekan. Hal ini yang membutuhkan self
efficacy tinggi sehingga praktik menyusu dapat terlaksana, dan pada banyak
menjadi salah satu keadaan yang diperlukan untuk kesuksesan ibu memberikan ASI
Eksklusif pada bayi. Sentuhan kulit bayi dengan ibu sejak pertama dapat
Perjumpaan bayi dengan puting susu ibu mulai dari awal kehidupan, selain
budaya setempat menurut Atika, Salimo, dan Dewi (2018). Budaya merupakan
persepsi seseorang atau sekelompok orang yang dipengaruhi oleh tekanan sosial
18
dukungan dari budaya akan lebih mudah memperaktikkan ASI selama enam bulan
tanpa memberikan makan dan minumna lain dibandingkan dengan yang budaya
yang menentang.
merupakan sesuatu yang tidak baik diberikan pada bayi karena penampilannya yang
terkesan tidak bersih dengan warna kuning kental. Pendapat lain dari budaya yang
ditemukan rendah pemberian ASI pada bayi sampai dengan usia 6 bulan karena
anak usia tersebut selalu lapar sejak lahir, dan membutuhkan makanan lain sebelum
ASI lancar. Jumlah ASI yang masih sedikit sampai beberapa hari setelah byi lahir
Pemberian cairan lain segera setelah bayi lahir merupakan budaya yang
umum dilakukan di banyak wilayah di Nigeria. Campuran air hangat dan berbagai
ramuan herbal, mulai dari eksrak daun, bunga, akar-akaran sampai santan.
Pemberian itu dilakukan sampai ibu memproduksi ASI yang cukup atau pada kasus
ibu yang meninggal segera setelah melahirkan. Pemberhentian ASI tergantung dari
praktik sebagian besar di lingkungan ibu tinggal. Beragam lama pemberian ASI
yang didapatkan, 1 bulan (2,1%), 2 bulan (2,6%), 3 bulan (20,6%), 4 bulan (21,8%),
5 bulan (14,4%), dan 6 bulan (22,2%) (Gebrie, Dessie, & Jemberie, 2018).
dukungan ini lebih banyak yang tidak memberikan ASI Eksklusif (86,8%)
Nurhayati, 2017).
membantu ibu untuk mengambil keputusan memberikan ASI Eksklusif pada bayi.
kolostrum, pemberian ASI pertama kali, mengetahui alasan anak menangis dan
alasan ibu tidak memiliki cukup ASI, sangat mungkin mempengaruhi pemberian
ASI pada bayi sesuai dengan yang dianjurkan (Gebrie, Dessie, & Jemberie, 2018).
Stunting
serta ditunjukkan dengan nilai z- score TB/U <-2 SD dari median WHO Child
Growth Standart (WHO, 2010). Pertumbuhan linier ini merupakan indikator terbaik
kapasitas belajar, kinerja di sekolah yang buruk, dan meningkatnya risiko nutrisi
terkait penyakit kronik, seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas di kemudian hari
area otak yang terlibat dalam kognisi, memori dan keahlian lokomotorik. Otak
20
memerlukan energi utama saat awal masa kanak- kanak dan kebanyakan
pertumbuhan serebri terjadi pada dua tahun kehidupan pertama. Meskipun begitu,
kurang yang berlangsung lama yang membutuhkan masa tumbuh kembang anak
sehingga sehat lagi. Sebagian besar laporan menunjukkan hubungann tinggi badan
umur anak kecil, penghargaan kecerdasan dan pendidikan kurang di umurnya kelak
(Gibney, 2008).
anak akan berlanjut dalam setiap siklus kehidupan. Wanita usia subur serta wanita
hamil menderita KEK akan melahirkan anak BBLR., dan terus berlanjut menjadi
balita gizi kurang (stunting) serta terus berlanjut diusia sekolah dengan berbagai
macam dampaknya. Kelompok ini akan menjadi generasi yang kehilangan golden
harus dicegah secara baik, selain dampak pada perkembangan, masalah ini biasanya
untuk mengetahui seseorang anak mengalami stunting atau normal. Tinggi badan
Dalam keadaan normal, tinggi badan seorang anak akan tumbuh seiring dengan
bertambahnya usia. Namun, pertumbuhan tinggi badan saja relatif kurang sensitif
terhadap masalah kekurangan gizi yang terjadi dalam waktu yang pendek. Oleh
karena itu, indeks TB/U menggambarkan status gizi masa lampau serta erat
Salah satu metode penilaian status gizi secara langsung yang paling banyak
digunakan dan dapat diterapkan untuk populasi dengan jumlah sampel yang besar
banyak digunakan untuk menilai status gizi masyarakat dan individu di Indonesia.
Antropometri yang menjadi indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur
beberapa parameter yaitu tinggi dan panjang badan. Tinggi badan merupakan
parameter yang penting untuk menunjukkan keadaan di masa lalu dan sekarang.
alat pengukur tinggi/panjang badan dengan presisi 0,1cm. (Supariasa et al, 2013).
merupakan indikator yang baik untuk mengetahui kurang gizi pada masa lampau;
indeks lain (seperti BB/U), karena perubahan tinggi badan tidak terjadi dalam waktu
gizi kronik, misalnya kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola asuh/pemberian
makanan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak
Kategori dan ambang batas penilaian status gizi berdasarkan indikator tinggi
badan menurut umur (TB/U) atau panjang badan menurut umur (PB/U) disajikan
Tabel 1.
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks PB/U atau
TB/U
Kategori Status
Indeks Ambang Batas (Z-Score)
Gizi
Panjang Badan menurut Umur Sangat Pendek < - 3 SD
(PB/U) atau Tinggi Badan Pendek -3 SD s/d ≤ -2 SD
menurut Umur (TB/U) anak Normal -2 SD s/d 2 SD
umur 0-60 bulan Tinggi > 2 SD
Sumber : Kepmenkes RI, 2010
sepanjang 50 cm. Tinggi badan anak selanjutnya mencapai 71 cm pada usia 1 tahun,
dan dengan konsumsi gizi tepat akan mencapai 85 cm pada usia 2 tahun. Tinggni
badan 100 cm yaitu 2 kali panjang lahir dicapai pada usia 4 tahun, dan pada usia 6
tahun tingginya berkisar 130 cm. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh
seiring dengan bertambahnya umur. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi
badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama (Peraturan Menteri Kesehatan
Tabel 2
Tinggi Badan dan Berat Badan Rata-rata Anak Umur 0-6 Tahun
harus meliputi upaya untuk mencegah dan mengurangi gangguan secara langsung
(intervensi gizi spesifik) serta upaya untuk mencegah dan mengurangi gangguan
secara tidak langsung (intervensi gizi sensitif). Intervensi gizi spesifik umumnya
tidak sesuai dengan umur baik dilaksanakan pada 1000 hari pertama kehidupan,
sebagian besar tergolong tidak memadai dan dampak stunting yang sangat
penting diperhatikan dalam pencegahan stunting meliputi pola makan, pola asuh
dan perbaikan sanitasi serta akses air bersih. (1) pola makan fokus perhatian karena
stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan
kualitas gizi, dengan tingkat keragaman kurang. Pengenalan terhadap pola makan
piring sayur dan buah dan setengah berikutnya berisi sumber protein (baik nabati
maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat. Hal ini wajib
menjadi kebiasaan keluarga sehari-hari; (2). pola asuh. Istilah ini menggambarkan
bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi terjadinya stunting yaitu aspek perilaku,
terutama pola asuh tidak tepat dalam praktik pemberian makan bagi bayi dan balita.
Penangananan pada aspek ini dimulai dari pendidikan tentang kesehatan reproduksi
dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga termasuk calon ibu, sehingga
didapatkan pemahaman bahwa memenuhi kebutuhan gizi saat hamil disertai dengan
stunting diarahkan pada ibu karena pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi
oleh pemahaman orang tua (seorang ibu) sebagai pengatur utama kesehatan dan gizi
25
susu ibu (ASI), memberikan ASI Eksklusfi sampai bayi berusia 6 bulan yang
dilanjutkan sampai usia 2 tahun disertai makanan pendamping ASI dan tidak
tidak melalaikan hak anak mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui
menghindarkan anak mengalami stunting; (3). sanitasi dan akses air bersih
masyarakat desa, dan umum disertai dengan rendahnya akses terhadap air bersih.
Kondisi yang mendekatkan anak pada risiko menderita penyakit infeksi. Tindakan
pencegahan dengan perbaikan hal ini penting dilakukan diikuti dengan pendidikan
berkaitan dengan gizi yaitu prevalensi kekurangan gizi (gizi kurang dan gizi buruk)
26
sebesar kurang dari 15 persen dan prevalensi stunting (pendek) sebesar 32 persen
pada akhir 2014. Sasaran program gizi lebih difokuskan terhadap kelompok 1000
hari pertama kehidupan pada tataran global disebut Scaling Up Nutrition (SUN)
untuk kedaan status gizi dan ketertinggalan yang dialami negara berkembang.
HPK”.
penyebab balita pendek ada dua yaitu jangka panjang dan pendek. Efek waktu dekat
dari stunting yaitu kondisi tubuh pendek yang diperlihatkan dari kondisi nutrisi
kurang dan terjadi sejak lama serta membutuhkan proses untuk balita kembali
normal. Berat badan kurang anak kerdil menunjukkan sikap yang berbeda.
yang akan lama adalah kecerdasan dan kemampuan belajar yang kurang baik, dan
rentan terhadap penyakit, berpotensi diabetes millitus, obesitas, sakit jantung, usia
lanjut yang terbatas dan kemampuan bersaing yang kurang, sehingga berimbas
angka kematian ibu dan bayi serta tidak cukup bulan. wanita yang saat kecilnya
tidak mengalami gangguan, sebab risiko pada kejadian obstructed labor (partus
sistem kekebalan tubuh rendah, merupakan beberapa keadaan yang akan menjadi
penghalang anak memiliki masa depan yang cerah. Konsekuensi stunting pada
masa akan datang menjadi dasar perkiraan adanya gangguan pertumbuhan ekonomi
terhadap keluarga dan negara bila prevalensi stunting tinggi. Ketimpangan ekonomi
karena produktivitas rendah akan mengulangi siklus stunting karena terkait dengan
berbagai ketidaksetaraan yang ditemukan pada golongan ekonomi lemah (FAO &
PAHO., 2017).
bermula dari saat ibu hamil yang menyebabkan anak mengalami kekurangan
makanan sejak dari dalam kandungan. Kurang nutrisi sering terjadi di trimester
terakhir kehamilan. Anak yang lahir akan mengalami kurang nutrisi karena adanya
kegagalan dalam pemberian ASI, asupan makanan yang rendah sumber tenaga,
infeksi serta kontaminasi pada air. Makanan tinggi sumber energi merupakan hal
penting untuk mencegah malnutrisi yang prevalensinya tinggi dijumpai pada pasien
di rumah sakit negara berkembang. Anak yang menolak makan atau pemilih dalam
28
kejadiannya pada anak yang kekurangan makan dan pola pembeian makan yang
tidak tepat. Hal ini sering ditemukan pada negara-negara tergolong ekonomi lemah
dan menengah seperti negara di wilauah Afrika Sub Sahara, meskipun negara
ekonomi maju tidak terhindar dari kejadian stunting. Tingginya kemungkinan anak
orangtua terhadap ekonomi kurang sehingga tidak mempunyai cukup dana untuk
pendukung kuranngnya asupan nutrisi anak. Keterbatasan lain yang terjadi karena
kemiskinan meliputi akses terhadap pelayanan kesehatan (Omaswa & Crisp, 2014).
29
Landasan Teoritis
Landasan teoritis dari penelitian ini dilihat dari gambaran berbagai hasil
dukungan keluarga, dan dukungan suami. Landasan berbagai faktor tersebut seperti
Sosio Demografi
Kerangka Konsep
1. Pengetahuan
2. Sikap. Pemberian ASI
3. Self-efficasy Eksklusif pada
4. Budaya keluarga petani yang
memiliki anak stunting
5. Dukungan Keluarga
6. Dukungan Suami
Hipotesis Penelitian
2. Ada pengaruh IMD terhadap pemberian ASI Eksklusif pada keluarga petani
3. Ada pengaruh sikap terhadap pemberian ASI Eksklusif pada keluarga petani
4. Ada pengaruh sikap terhadap pemberian ASI Eksklusif pada keluarga petani
6. Ada pengaruh budaya terhadap pemberian ASI Eksklusif pada keluarga petani
keluarga petani yang memiliki anak stunting di Kabupaten Pidie tahun 2019
keluarga petani yang memiliki anak stunting di Kabupaten Pidie tahun 2019