KETUA PELAKSANA:
RIFA’ATUL MAHMUDAH, NS.,M.KEP
ANGGOTA :
…………………….
Menyetujui
Ketua LPPM
Dede Mahdiyah,M.Si
NIK. 19.44.2012.069
i
DAFTAR ISI
ii
RINGKASAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteoporosis adalah salah satu masalah kesehatan di dunia. Pada orang
yang menderita penyakit ini, tulang menjadi tipis dan rapuh yang pada akhirnya
bisa menyebabkan patah. Penyakit ini ditandai hilangnya masa tulang, sehingga
tulang menjadi mudah patah dan tidak tahan tekanan dan benturan (Hartono,
2011). Osteoporosis menurut WHO (2012) menduduki peringkat kedua,di
bawah penyakit jantung sebagai masalah kesehatan utama dunia. Menurut data
Internasional Osteoporosis Foundation (IOF), lebih dari 30% wanita diseluru
dunia mengalami resiko patah tulang akibat osteoporosis,bahkan mendekati
40%.Sedangkan pada pria, resikonya berada pada angka 13%. Angka kejadian
patah tulang (fraktur) akibat osteoporosis diseluruh dunia mencapai angka 1,7
juta orang dan diperkirakan angka ini akan terus meningkat hingga mencapai
6,3 juta orang pada tahun 2050. Menurut Departemen Kesehatan RI (2013),
dampak osteoporosis di Indonesia sudah dalam tingkat yang patut diwaspadai,
yaitu mencapai 19,7% dari populasi. Di Indonesia, prevalensi osteoporosis
untuk umur 4 kurang dari 70 tahun pada wanita sebanyak 18-30%. 1 dari 3
wanita dan 1 dari 5 pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan
tulang. Penelitian terbaru dari International Osteoporosis Foundation (IOF)
mengungkapkan bahwa 1 dari 4 perempuan di Indonesia dengan rentang usia
50-80 tahun memiliki resiko terkena osteoporosis. Dan juga risiko osteoporosis
perempuan di Indonesia 4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.
Biasanya penyakit keropos tulang ini menjangkiti sebagian besar wanita paska
menopause (Info Datin, 2015).
Oleh karena itu STIKES Sari Mulia mengadakan penyuluhan kesehatan
tentang osteoporosis pada lansia. Sehingga peserta dapat mengaplikasikan
dilingkungannya
2
BAB II
TARGET DAN LUARAN
A. Target
Target yang ingin dicapai melalui kegiatan bakti sosial ini adalah sebagai
berikut :
1. Setelah dilakukan penyuluhan mereka dapat mencegah osteoporosis secara
mandiri
2. Setelah dilakukan penyuluhan mereka dapat menerapkan deteksi dini tanda dan
gejala osteoporosis
B. Luaran
Luaran yang diharapkan melalui kegiatan bakti sosial ini adalah sebagai
berikut :
1. Menambah pengetahuan dalam memahami tentang pencegahan osteoporosis
pada lansia
2. Dapat menambah pengetahuan dalam pencegahan osteoporosis pada lansia
3. Dapat meningkatkan motivasi untuk rutin memeriksa di rumah,maupun
pelayanan kesehatan terhadap pencegahan osteoporosis pada lansia
4. Sebagai refrensi pihak PKM dalam melakukan penanganan pada
osteoporosis pada lansia
5. Dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang osteoporosis pada
lansia
3
4
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan berupa Penyuluhan Kesehatan Tentang Osteoprosis
pada Lansia di Posyandu Lansia Desa Murung Selong Banjarmasin.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan masyarakat dapat memahami
tentang konsep penyakit yang dijelaskan
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan masyarakat mampu :
a. Mengetahui pengertian penyakit osteoporosis
b. Mengetahui penyebab penyakit osteoporosis
c. Mengetahui tanda dan gejala penyakit osteoporosis
d. Melakukan perilaku yang dapat mencegah penyakit osteoporosis
C. Sasaran
Masyarakat lanjut usia didesa Murung Selong Banjarmasin
5
5. Leafleat
6. Microphone
7. Power Point Slide
F. Susunan kepanitiaan
Ketua : Rifa’atul Mahmudah, Ns.,M.kep
Anggota : 1. Achmad Arifin 16.IK.454
2. Desy Meldawati 16.IK.465
3. Dwiti Hikmah Sari 16.IK.466
4. Fachriyal Hami 16.IK.467
5. Fahmi Riduan 16.IK.468
6. Kadek Dian Purwata 16.IK.476
7. Rahmat Maulida 16.IK.490
8. Siti Khotijah 16.IK.495
9. Yunita 16.IK.502
10. Zhikri Samudera A. 16.IK.504
G. Skema kegiatan
6
Hitam : Sasaran / Peserta
Abu-abu : Documentasi
Putih : Konsumsi
H. Alur kegiatan
7
3 Penutup 5 menit 1. Melakukan evaluasi Lansia Kata-kata atau
kepada orangtua kalimat
2. Menyampaikan
kesimpulan materi
3. Memberi pujian
kepada lansia
4. Mengakhiri
pertemuan
8
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
A. Anggaran Dana
No Uraian Jumlah
9
B. Jadwal Kegiatan
Jenis Kegiatan Tahun 2018
Minggu ke
1 2
Proposal
Penyusunan Proposal
Sosialisasi
Penulisan Laporan
Pengumpulan Laporan
10
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa …..
B. Saran
Penyuluhan kesehatan ini perlu di selenggarakan secara terorganisir dan
berkelanjutan dengan kerjasama dari berbagai pihak yang berkaitan sehingga
dapat meningkatkan masyarakat pengetahuan masyarakat akan hidup sehat
sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat meningkat dan mencapai target
yang telah ditentukan oleh pemerintah.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
Lampiran 1. Biaya dan Jadwal Kegiatan
A. Anggaran Dana
No Uraian Jumlah
B. Jadwal Kegiatan
Jenis Kegiatan Tahun 2018
Minggu ke
1 2
Proposal
Penyusunan Proposal
Sosialisasi
Penulisan Laporan
Pengumpulan Laporan
13
Lampiran 2. Susunan organisasi Tim kegiatan dan pembagian tugas
14
7 Kadek Dian Purwata Keperawatan Minggu 1 Membantu ketua dalam
menyusun laporan dan
melaksanakan kegiatan
15
Lampiran 3. Satuan Acara Penyuluhan
A. Latar Belakang
Osteoporosis adalah salah satu masalah kesehatan di dunia. Pada orang yang
menderita penyakit ini, tulang menjadi tipis dan rapuh yang pada akhirnya bisa
menyebabkan patah. Penyakit ini ditandai hilangnya masa tulang, sehingga tulang
menjadi mudah patah dan tidak tahan tekanan dan benturan (Hartono, 2011).
Osteoporosis menurut WHO (2012) menduduki peringkat kedua,di bawah
penyakit jantung sebagai masalah kesehatan utama dunia. Menurut data
Internasional Osteoporosis Foundation (IOF), lebih dari 30% wanita diseluru
dunia mengalami resiko patah tulang akibat osteoporosis,bahkan mendekati
40%.Sedangkan pada pria, resikonya berada pada angka 13%. Angka kejadian
patah tulang (fraktur) akibat osteoporosis diseluruh dunia mencapai angka 1,7 juta
orang dan diperkirakan angka ini akan terus meningkat hingga mencapai 6,3 juta
orang pada tahun 2050. Menurut Departemen Kesehatan RI (2013), dampak
osteoporosis di Indonesia sudah dalam tingkat yang patut diwaspadai, yaitu
mencapai 19,7% dari populasi. Di Indonesia, prevalensi osteoporosis untuk umur
4 kurang dari 70 tahun pada wanita sebanyak 18-30%. 1 dari 3 wanita dan 1 dari
5 pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang. Penelitian terbaru
dari International Osteoporosis Foundation (IOF) mengungkapkan bahwa 1 dari 4
perempuan di Indonesia dengan rentang usia 50-80 tahun memiliki resiko terkena
osteoporosis. Dan juga risiko osteoporosis perempuan di Indonesia 4 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Biasanya penyakit keropos tulang ini
menjangkiti sebagian besar wanita paska menopause (Info Datin, 2015)
16
Oleh karena itu STIKES Sari Mulia mengadakan penyuluhan kesehatan tentang
osteoporosis pada lansia. Sehingga peserta dapat mengaplikasikan
dilingkungannya
D. Susunan kepanitiaan
Ketua : Rifa’atul Mahmudah, Ns.,M.kep
Anggota : 1. Achmad Arifin 16.IK.454
2. Desy Meldawati 16.IK.465
3. Dwiti Hikmah Sari 16.IK.466
4. Fachriyal Hami 16.IK.467
5. Fahmi Riduan 16.IK.468
6. Kadek Dian Purwata 16.IK.476
7. Rahmat Maulida 16.IK.490
17
8. Siti Khotijah 16.IK.495
9. Yunita 16.IK.502
10. Zhikri Samudera A. 16.IK.504
E. Skema kegiatan
18
8. Menyampaikan
tujuan dan pokok
materi
9. Menyampaikan
pokok pembahasan
10. Kontrak waktu
2 Pelaksanaan 20 6. Menyampaikan Lansia Leaflet dan
menit materi PPT
7. Menjelaskan
tentang penyakit
Osteoporosis dan
pencegahannnya
8. Menjelaskan
pentingnya pola
hidup sehat
9. Menjelaskan
tentang tanda dan
gejala dari penyakit
Osteoporosis
10. Tanya jawab
3 Penutup 5 menit 1. Melakukan evaluasi Lansia Kata-kata atau
kepada orangtua kalimat
2. Menyampaikan
kesimpulan materi
3. Memberi pujian
kepada lansia
4. Mengakhiri
pertemuan
19
Lampiran 4. Materi
20
sebagai osteoid. Materi organik lain yang menyusun tulang berupa
proteoglikan seperti asam hialuronat
Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak pasif,
proteksi alat-alat di dalam tubuh, pembentuk tubuh metabolism kalsium,
mineral dan organ hemopoetik. Komponen-komponen utama dari
jaringan tulang adalah mineral-mineral dan jaringan organik (kolagen
dan proteoglikan). Matriks organic tulang disebut juga sebagai osteoid.
21
Tulang adalah jaringan hidup yang akan suplai saraf dan darah.
Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam-
garam kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku, tetapi sepertiga
dari bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang membuatnya kuat dan
elastis
22
1. Osteoblas adalah sel yang aktif mensintesis matriks tulang. Sel ini
distimulasi oleh hormon pertumbuhan. Sel tulang yang bertanggung
jawab terhadap proses formasi tulang dan merupakan sel tulang muda
yang menghasilkan jaringan osteosit yang berfungsi dalam
pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang.
2. Osteosit adalah osteoblas dorman yang dikelilingi oleh matriks.
Osteosit dapat diaktifkan kembali ketika tulang cedera. Sel tulang
yang terbenam didalam matriks tulang. Sel ini berasal dari osteoblas.
sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang yang
terletak dalam osteon (unit matriks tulang)
3. Osteoklas adalah sel berinti banyak (multinukleus) yang mengerosi
dan menyerap tulang yang sebelumnya telah terbentuk yang
membentuk kembali tulang dan melepaskan ion anorganik (yaitu,
kalsium, fosfat) dan komponen organik. Osteoklas dirangsang oleh
hormon paratiroid. Sel tulang yang bertanggung jawab terhadap
proses resorpsi tulang serta sel-sel yang dapat mengabsorbsi mineral
dan matriks tulang serta berperan dalam penghancuran dan
remodelling.
4. Sel Osteogenik memberikan tanggapan terhadap trauma, seperti
fraktura (patah tulang). Sel ini memberikan perlindungan pada tulang
dan membentuk sel-sel baru, sebagai pengganti sel-sel yang rusak
5. Sel pelapis tulang yang dibentuk oleh osteoblas disepanjang
permukaan tulang orang dewasa. sel tulang ini mengatur pergerakan
kalsiun dan fosfat dari dan kedalam tulang.
B. Definisi
Kata osteoporosis berasal dari bahasa yunani yaitu osteo yang berarti
tulang dan porous yang berarti keropos. Menurut Endang Purwoastuti (2009)
penyakit osteoporosis adalah penyakit tulang yang dapat menyebabkan
23
berkurangnya kepadatan tulang, yang disertai dengan penurunan kualitas
jaringan tulang yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerapuhan pada tulang.
Ivy Alexander & Karla A. Knight (2010) menjelaskan “Osteoporosis
merupakan salah satu penyakit yang terdapat pada tulang. Osteoporosis adalah
penyakit yang dapat menyebabkan penurunan massa tulang. Osteoporosis
adalah penyakit di mana tulang menjadi kurang padat, kehilangan kekuatannya,
dan kemungkinan besar patah.
Sedangkan menurut World Health Organisation (WHO) dan ahli
(seperti dikutip Ferdinan Zaviera , 2007) mengartikan osteoporosis sebagai
penyakit yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan memburuknya
mikrostruktural jaringan tulang, yang menyebabkan kerapuhan tulang sehingga
meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Dimana keadaan tersebut tidak
memberikan keluhan klinis, kecuali apabila telah terjadi fraktur.
C. Klasifikasi
1. Osteoporosis primer
Kondisi ini lebih sering terjadi, dan bukan karena kondisi patologis.
Osteoporosis primer dapat terjadi pada pria dan wanita pada berbagai usia
tetapi lebih sering terjadi pada wanita setelah menopause dan pria pada usia
lanjut. Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang yang
menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga
meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia decade awal
pasca menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan
perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.
Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai
dengan proses penuaan, sedangkan osteoporisis sekunder didefinisikan
sebagai kehilangan massa tulang akibat hal-hal tertentu. Sampai saat ini
osteoporosis primer masih menduduki tempat utama karena lebih banyak
ditemukan dibanding dengan osteoporosis sekunder. Proses ketuaan pada
wanita menopause dan usia lanjut merupakan contoh dari osteoporosis
24
primer. Osteoporosis primer terdiri atas tipe 1, yaitu osteoporosis pasca
menopause, terjadi pada wanita setelah berhenti mengalami menstruasi.
Sedangkan tipe 2 adalah osteoporosis senilis, terjadi pada orang tua di atas
usia 75 tahun. Osteoporosis primer dibagi lagi menjadi 2 subtipe yaitu :
a. Tipe I (postmenopause) : terjadi pada wanita antara usia 55 dan 65
tahun.
b. Tipe II (senile) : terjadi pada usia lebih dari 65 tahun.
2. Osteoporosis sekunder
Disebabkan karena kondisi medis/penyakit-penyakit tulang erosive
(seperti hiperparatiroidisme, myeloma multiple, hipertiroidisme) Dan
akibat terapi obat-obatan jangka panjang seperti kortikosteroid yang toksik
untuk tulang (misalnya ; glukokortikoid). Jenis ini ditemukan pada kurang
lebih 2-3 juta klien ataupun karena imobilisasi yang lama, seperti pada
pasien dengan injuri spinal cord. Osteoporosis sekunder disebabkan oleh
penyakit atau sebab lain diluar tulang.
Osteoporisis sekunder mungkin berhubungan dengan kelainan
patologis tertentu termasuk kelainan endokrin, efek samping obat-obatan,
immobilisasi. Pada osteoporosis sekunder, terjadi penurunan densitas
tulang yang cukup berat untuk menimbulkan fraktur traumatik akibat faktor
ekstrinsik seperti kelebihan steroid, artritis reumatoid, kelainan hati/ginjal
kronis, sindrom malabsorbsi, mastositosis sistemik, hiperparatiroidisme,
hipertiroidisme, varian status hipogonade, dan lain-lain.
Osteoporosis sekunder adalah pengeroposan tulang yang terjadi akibat
penyakit lain atau obat-obatan, seperti pada mereka yang mengkonsumsi
obat kortikosteroid, anti kejang, atau antasida yang digunakan jangka
panjang atau mereka yang menderita penyakit artritis reumatoid atau
penyakit autoimun lainnya, gangguan tiroid, atau pada pasien yang
berbaring lama contohnya mereka yang mengalami stroke.
25
3. Osteoporosis Idiopatik
Osteoporosis Idiopatik adalah osteoporosis yang tidak diketahui
penyebabnya dan ditemukan pada usia anak-anak (juvenile), usia remaja
(adolesen), wanita pra-menopause dan pada pria usia pertengahan.
D. Etiologi
Etiologi pada osteoporosis menurut Misnadiarly (2013).antara lain :
1. Determinan Massa Tulang
Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh berbagai
factor antara lain :
a. Faktor genetic
Perbedaan genetic mempunyai pengaruh terhadap kepadatan tulang.
b. Faktor mekanik
Beban mekanik berpengaruh terhadap massa tulang, bertambahnya
beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya massa tulang.
Ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang.
Kedua hal tersebut menunjukkan respon terhadap kerja mekanik. Beban
mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga
massa tulang yang besar.
c. Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang
cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai
maksimal sesuai dengan pengaruh genetic yang bersangkutan.
26
Factor genetic berpengaruh terhadap resiko terjadinya fraktur. Pada
seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat resiko
fraktur dari seseorang denfan tulang yang besar.
b. Factor mekanis
Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia
dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanik, massa
tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
c. Faktor lain
1) Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan kalsium
yang rendah dan absorbsinya tidak baik akan mengakibatkan
keseimbangan kalsium yang negatif begitu sebaliknya.
2) Protein
Parotein yang berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan
keseimbangan kalsium yang negatif
3) Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium, karena
menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga
menurunnya konservasi kalsium diginjal.
4) Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai
masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh rokok
terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein
dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
5) Alkohol
Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan
kalsium yang rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang
meningkat. Mekanisme yang pasti belum diketahui.
27
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala pada Osteoporosis,Menurut Misnadiarly (2013) antara lain :
1. Nyeri tulang akut. Nyeri terutama terasa pada tulang belakang, nyeri dapat
dengan atau tanpa fraktur yang nyata
2. Rasa sakit oleh karena adanya fraktur pada anggota gerak
3. Nyeri timbul mendadak
4. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yang terserang.
5. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur
6. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika
melakukan aktivitas atau karena suatu pergerakan yang salah
7. Deformitas vertebra thorakalis menyebabkan penurunan tinggi badan.
Hal ini terjadi oleh karena adanya kompresi fraktur yang asimtomatis
pada vertebra.
8. Deformitas tulang. Dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra dan
menyebabkan kifosis angular yang menyebabkan medulla spinalis
tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis.
9. Gambaran klinis sebelum patah tulang, klien (terutama wanita tua)
biasanya datang dengan nyeri tulang belakang, bungkuk dan sudah
menopause sedangkan gambaran klinis setelah terjadi patah tulang,
klien biasanya datang dengan keluhan punggung terasa sangat nyeri
(nyeri punggung akut), sakit pada pangkal paha, atau bengkak pada
pergelangan tangan setelah jatuh.
10. Postur tubuh kelihatan memendek atau penurunan tinggi badan akibat
dari Deformitas vertebra thorakalis.
11. Postur tubuh menjadi membungkuk.
12. Penderita akan cepat merasa kelelahan.
13. Sering merasakan kram di waktu malam hari.
28
F. Patofisiologi
massa tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidpu
tulang. Kehilangan karena usia mulai segera setelah tercapai puncaknya massa
menopause (Misnadiarly.2013).
penting untuk absorbsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet
remodelling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak
G. Komplikasi
29
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang Menurut Misnadiarly (2013) antara lain :
1. Pemeriksaan radiologik
2. Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)/ BMD (Bone
Mineralo Densitometry)
3. Ultra Sono Densitometer (USG) metode Quantitative Ultrasound
(QUS)
I. Penatalaksanaan Medis
30
Perlu juga meresepkan obat-obat lain dalam upaya menanggulangi
di tulang belakang dan tulang panggul, dan mengurangi angka kejadian patah
tulang. (Misnadiarly.2013).
J. Penatalaksanaan Keperawatan
K. Pencegahan
31
Beberapa studi telah menemukan bahwa asupan tinggi natrium
menyebabkan hilangnya kalsium dari tubuh. Namun, efek dari pembatasan
natrium terhadap integritas tulang jangka panjang dan risiko patah tulang
masih belum jelas dan memerlukan penelitian lebih lanjut
(Misnadiarly.2013).
3. Pola makan rendah lemak
Studi telah menemukan bahwa asupan lemak yang lebih tinggi
dikaitkan dengan kehilangan tulang yang lebih besar dan risiko patah
tulang lebih besar. Mekanisme yang mungkin meliputi kecenderungan
asupan lemak yang berlebihan mengurangi penyerapan kalsium dan
mempengaruhi produksi hormon. Secara khusus, asam lemak omega-6
dapat menyebabkan hilangnya tulang dengan mengorbankan
pembentukan tulang baru (Misnadiarly.2013).
4. Moderasi dalam penggunaan kafein
Penelitian telah menemukan bahwa perempuan yang mengkonsumsi
paling banyak kafein telah mempercepat kehilangan tulang belakang
dan hampir tiga kali lipat risiko terkena patah tulang pinggul. Resiko
kehilangan tulang tampak tertinggi pada wanita yang mengkonsumsi
lebih dari 18 ons kopi per hari, atau 300 mg kafein dari sumber lain
(Misnadiarly.2013).
5. Kombinasi suplemen vitamin D dan kalsium
Pada klien dengan obat yang menyebabkan osteoporosis, kombinasi dari
kedua nutrisi tampaknya bermanfaat signifikan dalam mengurangi
kehilangan tulang lebih lanjut. Suplemen vitamin D (500 sampai 800
IU/hari) dan kalsium (1200-1300 mg/hari) juga telah ditemukan
meningkatkan kepadatan tulang dan penurunan kehilangan tulang dan
risiko patah tulang pada wanita dewasa yang lebih tua. Klien wanita dengan
diagnosa osteoporosis harus mendapatkan asupan kalsium total dari pola
makan dan suplemen sekitar 1500 mg/hari dalam dosis terbagi tiga atau
lebih, ditambah sedikitnya 400 sampai 800 IU vitamin D setiap hari.
32
Namun, klien yang tidak berisiko tinggi untuk osteoporosis mungkin tidak
memerlukan suplemen kalsium. Hal ini terutama berlaku untuk pria, yang
mungkin memiliki peningkatan risiko terkena kanker prostat jika mereka
mengkonsumsi terlalu banyak kalsium atau susu (Misnadiarly.2013).
6. Olahraga
Olahraga berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi tulang. Selain itu
olahraga akan memberikan manfaat jangka panjang jika dilakukan
secara berkelanjutan (Misnadiarly.2013).
33
DAFTAR PUSTAKA
34
PRESENSI KEHADIRAN
PESERTA PENYULUHAN KESEHATAN
TENTANG OSTEOPOROSIS PADA LANSIA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
35
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
(.............................................)
36
ABSENSI KEHADIRAN PANITIA PENYULUHAN KESEHATAN
STIKES SARI MULIA BANJARMASIN
(.............................................)
37