Bab III Teknik Produksi Edit Sedikit
Bab III Teknik Produksi Edit Sedikit
TEKNIK PRODUKSI
Tahap operasi produksi dimulai apabila sumur telah selesai dikomplesi (Well
Completion), dimana tipe komplesi yang akan digunakan tergantung pada karakteristik
dan konfigurasi antara formasi produktif dengan formasi diatas maupun dibawahnya,
tekanan formasi, jenis fluida dan metoda produksi.
104
Gambar 3.1 kurva IPR
q
Pwf Ps
PI
105
Dimana Pwf adalah tekanan alir dasar sumur, Ps adalah tekanan statik reservoar , q laju
alir dan PI adalah Productivity Index.
Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa hubungan antara Pwf dan q merupakan
persamaan linier, seperti terlihat pada gambar.
2
q P P
1 0.2 wf - 0.8 wf
qmax Ps Ps
dimana :
qmax = laju alir maksimum, bpd
Pwf = tekanan alir dasar sumur,
106
Ps = tekanan statik reservoar ,
q = laju alir
berproduksi, pada suatu kondisi tertentu secara kwalitatif. Secara definsi PI adalah
perbandingan antara laju alir produksi (q) suatu sumur pada suatu harga tekanan alir
dasar sumur tertentu (Pwf) dengan perbedaan tekanan static formasi (Ps).
dimana :
q = gross liquid rate, STB/day
Ps = tekanan statik reservoir, psi
Pwf = tekanan aliran di dasar sumur, psi
107
(Ps-Pwf) = draw-down, psi
dengan,
k = permeabilitas, md
h = ketebalan formasi, ft
o = viskositas minyak, cp
Bo = faktor volume formasi
rw = jari-jari sumur, ft
re = jari-jeri pengurasan, ft
q = laju produksi, bpd
PI 0.007082 kh
r
o . Bo ln e
Rw
108
Permeabilitas adalah ukuran kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida. Dengan
turunnya permeabilitas maka fluida akan lebih sukar mengalir, sehingga kemampuan
berproduksi atau PI turun.
2. Saturasi
Saturasi adalah ukuran kejenuhan fluida dalam pori-pori batuan. Dalam proses
produksi, saturasi minyak berkurang dengan naiknya produksi kumulatif minyak dan
kekosongan diganti oleh air atau gas bebas. Disamping itu proses produksi berlangsung
terus dengan penurunan tekanan sehingga timbul fasa gas yang mengakibatkan saturasi
gas bertambah dan saturasi minyak berkurang. Hal ini akan mengurangi permeabilitas
efektif terhadap minyak sehingga dapat menurunkan PI.
B. Karakteristik fluida reservoir
1. Kelarutan gas dalam minyak
Untuk tekanan reservoir yang lebih besar dari tekanan gelembung (bubble point
pressure), adanya drawdown pressure tidak mengakibatkan perubahan terhadap
permeabilitas karena fluida yang mengalir masih terdiri dari satu fasa. Apabila tekanan
reservoir lebih kecil dari tekanan gelembung (bubble point pressure), maka adanya
drawdown pressure dapat mengakibatkan permeabilitas berkurang karena hadirnya
saturasi gas yang dapat menghambat aliran minyak ke permukaan. Dengan kata lain
bahwa adanya perubahan fasa dalam reservoir yaitu timbulnya fasa gas dalam bentuk
gelembung yang akan mengisi ruang pori-pori batuan akan menghalangi aliran minyak
sehingga harga PI akan turun.
109
3. Viskositas
Viskositas adalah ukuran ketahanan fluida terhadap pengaliran. Bila tekanan reservoir
sudah berada di bawah tekanan bubble point maka penurunan takanan akan
mengakibatkan bertambahnya gas yang dibebaskan dari larutan, sehingga viskositas
naik. Hal ini akan mempengaruhi harga PI.
C. Drawdown
Semakin besar drawdown, maka besar pula laju lirannya, sehingga PI naik. Tetapi
dengan semakin besarnya drawdown yang dikibatkan mengecilnya Pwf, sehinga di
bawah tekanan saturasi akan mengakibatkan dibebaskannya gas yang terlarut dalam
hal ini akan menyebabkan turunya harga PI.
Dengan terbebaskannya gas yang semula larut dalam minyak akan mengakibatkan
kehilangan tekanan yang besar dalam aliran vertikal ke permukaan sehingga Tubing
Head Pressure (THP) yang dihasilkan akan kecil, dan ini memungkinkan
ketidakmampuan untuk mengalirkan fluida selanjutnya ke separator, karena tidak dapat
mengatasi tekanan balik yang terjadi. Disamping itu laju produksi minyak akan turun
karena terhambat oleh aliran gas. Perlu kita perhatikan bahwa, dengan membesarnya
drawdown untuk formasi yang kurang kompak dapat menimbulkan masalah
terproduksinya pasir.
D. Ketebalan Lapisan
Semakin tebal suatu zona produktif, maka makin besar pula harga PI yang berarti laju
produksi juga dapat naik tetapi apabila lapisan tersebut diselingi oleh lapisan tipis dari
air maupun gas, maka laju produksi minyak akan berkurang. Terproduksinya air dapat
pula menyebabkan terjadinya scale yang mengurangi kapasitas kerja dari alat-alat atau
terjadi korosi pada alat. Untuk mencegah hal ini, antara lain dengan memasang casing,
sehingga menembus formasi/zona produktif, kemudian diperforasi pada interval-
interval minyaknya.
110
E. Mekanisme Pendorong
Kecepatan perubahan tekanan reservoir akibat proses produksi sangat dipengaruhi oleh
jenis mekanisme pendorong yang dimilikinya. Kelakuan tekanan reservoir untuk
masing-masing reservoir dapat dilihat pada gambar 3.3.
1. Solution Gas Drive
Semakin turun tekanannya semakin banyak gas yang dibebaskan dari larutan, sehingga
saturasi gas naik dan saturasi minyak turun yang menyebabkan permebilitas efektif
minyak (ko) turun, sehingga PI turun. Bila tekanan masih berada di atas tekanan saturasi
maka PI konstan, karena belum ada gas yang dibebaskan .
2. Gas Cap Drive
Penurunan tekanan agak lambat dibandingkan dengan solution gas drive. Hal ini
disebabkan karena tenaga pendorong selain dari pengembangan gas juga oleh
pendesakan dari gas cap drive. Akibatnya penurunan PI tidak secepat pada solution gas
drive.
3. Water Drive
Selama pengosongan minyak dari reservoir oleh water influx, sehingga tidak dapat
mengimbangi pengosongan, maka tekanan akan turun sampai dibawah tekanan
saturasi, sehingga terbentuk fasa gas. Dalam kondisi ini dapat terjadi aliran minyak, air
dan gas, dimana PI-nya akan turun selama produksi berlangsung.
Perlu diketahui pula, bahwa persamaan di atas harus memenuhi syarat-syarat yang
diasumsikan oleh Darcy :
111
3.2. Macam-macam Metode Produksi
Metode pengangkatan fluida dari dasar sumur ke permukaan disesuaikan dengan
tekanan reservoirnya. Bila tekanan reservoir mampu mengangkat fluida reservoir ke
permukaan, maka dapat diterapkan metode pengangkatan sembur alam. Tetapi apabila
tekanan reservoir sudah tidak mampu lagi mengangkat fluida reservoir ke permukaan,
maka metode yang diterapkan adalah metode pengangkatan buatan (artificial lift). Ada
berbagai jenis metode artificial lift, diantaranya yaitu : Gas Lift, Pompa Angguk
(Sucker Rod) dan Pompa Reda (ESP).
112
3.2.1.1.1. Inflow Performance
Inflow performance adalah aliran air, minyak dan gas dari formasi menuju kedalaman
sumur ( dasar sumur ), yang dipengaruhi oleh productivity index-nya atau lebih umum
oleh inflow performance relationship (IPR).
Kalau IPR diumpamakan merupakan grafik linier maka PI merupakan angka yang akan
menentukan potensial formasi yang bersangkutan, dimana angka tersebut didapat dari
persamaan berikut :
q
PI
Ps Pwf
Dimana :
PI = Productivity Index
q = Laju produksi, Bbl / day
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psi
Ps = Tekanan statik reservoir, psi
Untuk menentukan harga PI secara langsung adalah sewaktu sumur tersebut flowing.
Kemudian dicatat harga Pwf dan q sumur tersebut dari pressure build-up curve dapat
ditentukan tekanan statik reservoir (Ps).
dP dP dP dP
=( )el + ( )f + ( )acc
dL dL dL dL
113
Dimana :
dP dL = gradien tekanan total
(dP/dL)el = g/gc sin , merupakan komponen yang ditimbulkan oleh
adanya perubahan energi potensial atau perubahan keting-
gian ( elevasi ).
fv 2
(dP/dL)f = , merupakan komponen yang ditumbulkan oleh adanya
2g c d
gesekan.
vdv
(dP/dL)acc = , merupakan komponen yang ditimbulkan oleh peru-
2 g c dZ
bahan energi kinetik.
114
3.2.2.2.1. Peralatan Di Atas Permukaan
Merupakan peralatan sumur sembur alam yang terletak di atas permukaan yang terdiri
dari :
a. Well Head
Peralatan yang digunakan untuk mengontrol kebocoran sumur di permukaan. Well
head tersusun dari dua rangkaian di dalamnya, yaitu casing head dan tubing head.
Casing head berfungsi sebagai tempat menggantungkan rangkaian casing dan
mencegah terjadinya kebocoran. Pada casing head terdapat gas outlet yang berfungsi
meredusir gas yang mungkin terkumpul di antara rangkaian casing. Tubing head
merupakan bagian dari well head yang diperlukan untuk menyokong rangkaian tubing
yang berada di bawahnya dan untuk menutup ruangan yang terdapat di antara casing
dan tubing, sehingga aliran fluida hanya dapat keluar melalui tubing.
b. Christmas Tree
Merupakan kumpulan valve-valve dan fitting-fitting yang dipasang di atas tubing head,
yang terbuat dari besi baja kualitas tinggi yang dapat menahan tekanan tinggi dari
sumur dan dapat menahan reaksi dari air formasi yang bersifat korosif yang bersama-
sama mengalir dengan minyak atau dapat menahan pengikisan pasir yang terbawa ke
115
prmukaan. Ditinjau dari sayapnya (wings), Christmas tree dibagi menjadi dua macam,
yaitu :
1. Monitor Tekanan
Merupakan peralatan yang digunakan untuk mengukur tekanan pada casing (Pc) dan
tekanan pada tubing.
2. Master Gate
Merupakan jenis valve yang digunakan untuk menutup sumur jika diperlukan. Untuk
sumur-sumur yang bertekanan tinggi, selain dipasang master gate juga dipasang suatu
valve lain yang letaknya di bawah master gate tersebut.
3. Choke
Choke berfungsi untuk menahan sebagian aliran dari sumur sehingga produksi minyak
dan gas pada suatu sumur dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.
o Positive choke
Choke jenis ini terbuat dari besi baja pejal dimana pada bagian dalamnya terdapat
lubang kecil berbentuk silinder sebagai tempat mengalirnya minyak dan gas menuju
116
separator. Besarnya perbedaan tekanan sebelum dan sesudah aliran melewati choke
dan besarnya aliran fluida tersebut tergantung pada diameter choke yang digunakan.
o Adjustable choke
Pada choke jenis ini besarnya diameter dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, dengan
jalan memutar handwheel yang tedapat pada bagian atasnya tanpa harus melepas atau
menggantinya. Pemasangan choke jenis ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
penggantian choke yang terlalu sering, terutama pada sumur-sumur yang menggunakan
christmas tree jenis single wing atau single arm.
a. Tubing
Merupakan pipa vertikal di dalam sumur, berfungsi mengalirkan fluida reservoir dari
dasar sumur ke permukaan.
b. Packer
Berfungsi menyekat annulus antara casing dan tubing serta memberikan drawdown
yang lebih besar.
c. Nipple
Berfungsi untuk menempatkan alat-alat kontrol aliran di dalam tubing. Terdapat dua
jenis nipple, yaitu leading dan no-go nipple.
Alat ini digunakan untuk memproduksikan hidrokarbon dari beberapa zona produktif
dengan single tubing, dengan adanya alat ini memungkinkan hubungan antara annulus
dengan tubing. Cara membuka sliding sleeve door dilakukan dengan metode wire line.
117
e. Bottom Hole Choke
o Memperpanjang umur sembur alam dengan jalan membebaskan gas yang berasal
dari larutan minyak untuk memperingan kolom minyak atau menambah kecepatan
alir dalam tubing.
o Mengurangi atau mencegah pembekuan (freezing) pada peralatan kontrol di atas
permukaan dengan jalan memasang choke pada ujung bawah tubing.
o Mencegah terjadinya endapan hydrate, karbonat dan paraffin yang mengalir
bersama-sama dengan fluida dari formasi ke permukaan.
o Mencegah atau mengurangi air masuk ke dalam sumur dengan jalan menjaga
tekanan dasar sumur tetap konstan.
f. Blast Joint
Merupakan sambungan pada tubing yang memiliki dinding yang tebal, dipasang tepat
di depan formasi produktif yang berfungsi untuk menahan semburan aliran fluida
formasi.
g. Flow Coupling
Alat ini mempunyai bentuk yang sama dengan blast joint. Alat ini dipasang di atas dan
di bawah nipple yang berfungsi untuk menahan turbulensi fluida akibat adanya kontrol
aliran yang dipasang di nipple.
Untuk perencanaan sumur sembur alam, terdapat dua hal yang perlu diperhatikan :
118
1. Verifikasi Atau Pengujian Tubing Dari Segi Kekuatan Bahan
Pengujian tubing dari segi kekuatan bahan meliputi joint strength, collapse pressure
serta bursting pressure tubing dalam menahan tekanan. Sedangkan besarnya diameter
dari segi kekuatan bahannya, tubing yang direncanakan tergantung dari beberapa
faktor, antara lain :
Selama sumur flowing dieksploitir, kondisi di dalam sumur dapat berubah (produksi
sumur, GOR, tekanan dasar sumur). Oleh sebab itu untuk menyesuaikan dengan
keadaan yang baru, tubing sudah seharusnya diganti seandainya penyesuaian laju aliran
dengan merubah ukuran choke sudah tidak dapat dilakukan lagi.
Operasi penggantian tubing pada sumur sembur alam merupakan operasi yang sulit,
karena itu ukuran tubing yang dipakai ditentukan sehingga ukuran tubing dapat
digunakan selama waktu sumur menyembur.
119
Mempertahankan tekanan alir dasar sumur, yang diperlukan adalah perencanaan
(desain) setiap instalasi sembur buatan. Banyak tipe metode sembur buatan yang
tersedia, seperti pompa angguk (sucker rod pump), Electrical Submergible
Pump (ESP), Plunger Lift, Gas Lift, dan lainnya. Masing-masing tipe sembur buatan
mempunyai keuntungan dan kekurangan masing-masing.
Pump Jack / SRP umum digunakan di dunia perminyakan karena biaya yang diperlukan
relatif murah dan pengoperasiannya pun mudah. Prinsip mengangkat fluida dengan
energi dari prime mover permukaan yang ditransfer ke subsurface pump yang
diletakkan di dalam sumur.
SRP dikelompokan berdasarkan letak Counterbalance, yaitu:
- Crank Balanced–Conventional dan Front Mount Mark (Mark II)
- Beam Balanced-Conventional
120
- Air Balanced–Front Mounted
- Non Beam Pumping Unit
121
Gambar 3.9. Mark II Pumping Unit
Pump Jack merupakan pompa yang terletak di atas permukaan tanah. Pompa ini
bertujuan untuk mengendalikan piston yang terpasang pada sumur minyak. Pump Jack
biasanya digunakan untuk pada daerah yang kandungan minyaknya cukup banyak.
Besarnya pompa juga ditentukan oleh kedalaman dan berat minyak yang akan
dipindahkan. Pump Jack mengubah gerakan putaran dari motor menjadi gerakan
vertikal untuk mendorong batang pompa. Pump Jack disokong oleh sebuah prime
mover. Umumnya digunakan motor elektrik untuk menggerakannya, namun untuk
daerah yang aksesnya terpencil, kemungkinan digunakan proses pembakaran mesin
seperti diesel. Begitu juga di area ini, penggunaan motor elektrik disuplai oleh power
plant.
122
1. Prinsip Kerja Alat Atas Permukaan
Peralatan Surface SRP meliputi :
- Wireline
Wireline adalah seling baja yang diletakkan pada horse head dan pada ujung bawah
dirangkai dengan carrier bar.
- Carrier Bar
Carrier Bar adalah alat pengikat pada polished rod dalam rangkaian wireline yang
mana pengikatannya dapat di setting.
- Polished Rod
Polished Rod adalah alat yang menghubungkan dari pumping unit ke sucker rod di
dalam rangkaian barrel pump. Pada bagian permukaan kita bisa lihat pada gambar
di atas. Alat-alat ini meneruskan energi dari motor dan merubahnya dari gerak putar
ke gerak naik-turun ke alat bawah permukaan. Untuk merubah dari putaran mesin
sampai gerakan naik-turun tersebut, putaran mesin harus dikurangi dengan
menggunakan gear reducer dan juga diameter pulli belt sehingga kecepatan sesuai
dengan gerakan naik-turun yang diinginkan. Pada bagian teratas dari rod adalah
polishedrod, rod sangat halus permukaannya, sehingga bisa bergerak lancar serta
tidak bocor di stuffing box. Polished rod di klem pada carrier bar yang dihubungkan
dengan horse head melalui wireline hanger yang bersifat fleksibel agar polished rod
tetap tegak lurus dalam stuffing box.
- Walking Beam
Walking Beam ditunjang dekat titik beratnya oleh sampson post. Walking beam
meneruskan gerakan dari pitman yang diberikan oleh crank. Panjang langkah
polished rod (PRSL) ditentukan oleh jarak dari pitmann bearing ke crakshaft.
Umumnya tersedia tiga posisi untuk PRSL sehingga bisa diubah di tuas di pin
bearing sehingga diameter putaran akan lebih kecil kalau produksi menurun
misalnya.Alat penting lainnya adalah counter balance yang digunakan untuk
123
mengimbangi gerakan naik turun pompa agar tidak berbeda jauh dalam hal
pembebanannya. dengan ini pompa dan motor akan lebih tahan lama. Efek
counterbalance ini tergantung dari berat, posisi, dan geometri alat.
- Standing valve
Standing valve di rangkai dengan PSN serta mud Anchor. Pada waktu up stroke,
standing valve terbuka karena adanya gaya hisap fluida dari plunger yang bergerak
keatas, kemudian fluida dari sumur masuk ke dalam barreldan mengisi kolom barrel.
Sedangkan ada saat down stroke standing valve tertutup karena tekanan dari fluida
yang berada didalam barrel akibat turunnya plunger sehingga fluida tidak kembali
ke sumur . Standing Valve pada tipe TBHM dan RWAC berada di barrel.
- Working Barrel
124
Working Barell adalah pipa silinder yang berfungsi sebagai liner untuk
memompakkan fluida sehingga terjadi efek suap atau penghisapan, sehingga fluida
dalam sumur terpompakan dalam sumur.
Terdapat dua jenis Alat Bawah Permukaan pada SRP, yaitu THBM dan RWAC.
Dimana jenis-jenis tersebut meiliki ukuran yang berbeda-beda. THBM memiliki
ukuran diameter 2 inch, 2.5 Inch dan 3 Inch. Sedangkan RWAC hanya berdiameter 2
inch. Dimana setiap ukuran juga memiliki panjang yang berbeda-beda. Panjang dari
rod tersebut akan mempengaruhi stroke length yang digunakan.
- Intake
Intake pada SRP merupakan salah satu rangkaian subsurface yang berguna sebagai
tempat masuknya fluida reservoir. Ada beberapa jenis intake pada SRP dimana intake
pada SRP disesuaikan dengan problem pada sumur, seperti kepasiran dan bubble gas
(pada sumur dengan kandungan gas yang tinggi).
125
3.2.2.2. ESP ( Electrical Submersible Pump)
Electrtic Submersible Pump (ESP) adalah rangkaian pompa sentrifugal yang terdiri
dari beberapa unit yang dipergunakan untuk mengangkat fluida dari dalam sumur
ke permukaan. Pompa ini bekerja dengan tenaga listrik dan dipasang dibawah
permukaan fluida dalam suatu sumur produksi.
Adapun urutan rangkaian pompa dari bawah ke atas adalah :
1. Downhole Sensor (Pressure Unit)
Untuk memonitor kondisi di sekitar string ESP, yang di monitor antara lain :
Temperature motor, Vibrasi dari Rangkaian Pompa, P absolute Intake. Kemudian
data-data tersebut akan di terudkan melalui kable ke PSD dimana pada PSD bisa di
monitor sekaligus data pada PSD bisa di download sehingga memudahkan dalam
mengontrol kejadian di bawah sumur. Kerapatan data juga bisa di setting pada PSD,
sehingga semakin ingin akurat maka semakin kecil jarak kerapatan data.
2. Centralizer
Kegunaannya adalah agar string pompa selalu center, sehingga ketika terjadi
vibrasi kabel pompa akan tetap memiki ruang dan tidak menabrak annulus dari
casing.
3. Motor (HP)
Motor digunakan untuk menggerakkan sub coupling yang di sambungkan oleh
coupling guna memutar impeller di dalam diffuser sehingga akan ada tarikan fluida
dari ruang pompa ke intek dan menarik fluida tersebut untuk masuk ke ruang
pompa dan mengalir ke atas permukaan, hal ini terjadi karena adanya perbedaan
pressure dari annulus dan ruang pompa.panjang pompa tergantung dari kekuatan
yang dibutuhkan dalam menggerkan sub coupling. Semakin besar daya yang di
butuhkan maka semakin panjang pompa. Di dalam pompa juga terdapat
kumparan-kumparan untuk mengalirkan aliran listrik. Aliran listrik berasal dari
atas permukaan yang di alirkan melalui kabel dan di sambung melalui konektor
pada motor ESP.Di dalam pompa di gunakan cairan air collar yang mirip oli
126
namun fisiknya berwarna bening yang berguna meminimalisir panas yang di
keluarkan oleh pompa pada saat bekerja.
4. Seal Section/Protector
Penyekat yang berfungsi melinfungi motor ESP agar tidak kemasukan fluida,
karena jika di dalam motor di aliri oleh fluida maka motor akan mati dan
menimbulkan biaya. Di lapangan tanjung pada seal section menggunakan 3 bed.
Sehingga saat fluida telah memasuki bed pertama maka masih ad 2 bed lagi
sehingga motor masih bisa berjalan dengan baik.
127
5. Intake/RGS (Rotary Gas Separator)
Intake merupakan jalur bagi fluida untuk masuk ke ruang pompa dan mengalir ke
surface. Intake yang di gunakan bisa bervariasi sesuai kebutuhan dan kondisi
lapangan. Jika GOR pada lapangan tersebut <25% maka menggunakan intake,
sedangkan untuk GOR >25% menggunakan RGS dan untuk GOR >75%
menggunakan MVP (Multi Ventilation Pump)/AGH (Andvance Gas Handling).
Prinsipnya cara kerja ketiganya sama saja, hanya saja pada RGS dan MVP
digunakan untuk meminimalisir masuknya bubble gas yang terlalu besar kedalam
pompa. Sehingga bubble yang masuk ke pompa tidak terlalu besar. Bubble gas
diperkecil agar tidak terjadi gas lock dan mengurangi efisiensi dari pompa.
6. Pump
Pompa berfungsi untuk menghisap fluida sehingga dapat dialirkan ke atas
permukaan. Panjang pompa bervariasi tergantung dari stages yang di butuhkan
untuk mengalirkan fluida, dalam satu stages terdapat 1 impeller dan 1 diffuser.
128
Gambar 3.14. Impeller dan Diffuser pada ESP
Semakin panjang stages yang dibutukan maka semakin panjang pula pompa nya.
Pada umunya kepasiran tidak menggangu kinerja dari pompa karena sejatinya sub
di dalam pompa akan selalu berputar untuk mengantarkan fluida ke atas
permukaan, sehingga jika ada kepasiran maka pasir akan digerus oleh impeller dan
diffuser.
7. Discharge Head
Fungsi utama dari discharge head adalah untuk menyambungkan top rangkaian
ESP dengan bottom dari tubing.
129
Gambar 3.16. Discharge Head
8. Junction Box
Fungsi utama dari Junction Box adalah untuk membuang aliran gas yang masuk
kedalam kabel. Aliran gas bisa masuk melalui sela-sela atau lubang kecil dari
kabel. Sebelum aliran listrik dari bawah permukaan masuk ke PSD maka
sebelumnya akan melewati junction box yang akan membuang aliran gas yang
terikut di dalam kabel. Prinsip kerja nya yaitu kabel dari bawah permukaan kulit
pembungkus kabel akan di potong sehingga gas akan menguap ke udara kemudian
jaket kabel dari PSD juga akan di potong seperti aliran kabel dari bawah
permukaan dan kemudian keduanya akan dihubungkan, yang terhubung hanya
kabel bagian dalam saja, sehingga PSD akan aman dari bahaya konslet ataupun
meledak dan terbakar karena gas tidak akan ikut masuk ke PSD.
9. PSD
PSD merupakan otak dari ESP, dimana segala kegiatan ESP dapat dikontrol oleh
PSD dan dapat dilakukan pengaturan pada PSD dalam membaca kegiatan dari
ESP.
130
Gambar 3.17. PSD untuk ESP
10. Kabel
Kabel merupakan media penghantar listrik untuk menghidpkan motor dan
kemudian menggerakkan pompa. Satuan kabel untuk pompa ESP adalah AWG
(American Wire gauge) dimana semakin besar nilai AWG nya semakin kecil size
dari kabel tersebut. Ada 2 tipe kabel yang di gunakan pada ESP :
a. Flat di gunakan dari rangkaian paling bawah pompa hingga 55 ft dari forehead,
karena jarak pompa terhadap annulus casing relative lebih kecil sehingga
membutuhkan kabel yang flat agar msh ada sisa jarak antara kabel dan dinding
casing agar meminimalisir potensi rusak, ataupun dogleg.
b. Round digunakan setelah 55ft keatas karena ukuran tubing lebih kecil dari pada
pompa ESP sehingga jarak dari tubing ke dinding casing masih lebih besar di
bandingkan pada jarak motor dan dinding casing.
131
Gambar 3.18. Round Cable ESP
Kabel ESP dilapisi oleh rubber yang seperti karet kemudian armor yang bersifat
stainless stell hal ini bertujuan untuk memproteksi kabel agar tidak terjadi kerusakan
karena kabel di bawah permukaan memiliki kemungkinan untuk berbenturan metal to
metal yaitu dari ESP dan dinding casing. Namun tidak di pungkiri bahwa masih saja
kabel akan terjadi kemasukan gas dikarena partikel gas yang lebih kecil dan dapat
masuk ke lapisan armor maupun rubber sehingga untuk mengantisipasi masuknya
aliran gas ini ke PSD digunakanlah junction box.
Sebelum ESP running ke downhole , terlebih dahulu kabel diikatkan pada string ESP
dengan menggunakan bend dengan jarak 3 bend/5ft sepanjang pompa sedangkan untuk
tubing dipasangan 30% di atas tubing dan 30% di bawah tubing.
132
3.3.1. Karakteristik Reservoir
Kondisi reservoir merupakan salah satu faktor penting dalam pemilihan metode
produksi. Kondisi reservoir yang sangat mempengaruhi pemilihan metode produksi,
adalah kondisi batuan dan karakteristik fluda reservoir serta produktifitas sumurnya.
dimana :
Pif = Tekanan antar aliran, psi.
PsU = Tekanan statis dasar sumur untuk lapisan produktif teratas, psi.
133
Ps L = Tekanan statis dasar sumur untuk lapisan produktif terbawah, psi.
Gf = Gradien tekanan fluida produksi, psi/ft.
H = Perbedaan kedalaman antar lapisan produktif teratas dengan
terbawah, ft.
2. Multiple Completion
Yaitu metode komplesi sumur dimana setiap lapisan produktif diproduksikan sendiri-
sendiri secara terpisah sesuai dengan kemampuan masing-masing lapisannya. Karena
cara komplesi sumur ini relatif lebih mahal dari dibandingkan dengan cara comingle
completion, dimana diperlukan tubing yang lebih banyak, maka didalam memilih
metode produksi perlu dipertimbangkan.
134
A. Kedalaman dan kemiringan lubang sumur produksi
Pengaruh dari kedalaman dan kemiringan lubang sumur produksi terhadap pemilihan
metode produksi adalah merupakan faktor yang ditimbulkan akibat kelemahan-
kelemahan dari perlatan produksi itu sendiri.
Secara umum sumur tersebut dikatakan lurus jika perubahan sudut kemiringan lubang
sumur tidak melebihi 3o/100 ft. Dan batas penyimpangan lubang bor dari permukaan
sampai titik yang dituju tidak melebihi 5o.
Pada metode sembur alam faktor kedalaman tidak banyak diperhatikan, karena metode
ini hanya ditinjau dari segi kemampuan fluida itu sampai ke permukaan. Sedangkan
untuk metode pengangkatan buatan, hal ini sangat diperhatikan sekali. Untuk gas lift
dengan semakin dalamnya lubang sumur produksi, maka akan mempengaruhi
penggunaan volume dan tekanan gas injeksi yang semakin besar, sedangkan
kemiringan lubang sumur yang terlalu besar, akan menyulitkan dalam perencanaannya.
Untuk pompa sucker rod dengan semakin dalamnya lubang sumur maka semakin kecil
volume minyak yang diperoleh. Adanya kemiringan lubang sumur besar, maka akan
mengakibatkan kesulitan dari gerakan tangkai pompa hal ini dapat mengakibatkan
putusnya tangkai pompa tersebut. Untuk pompa ESP dengan semakin dalamnya lubang
sumur produksi, maka akan mempengaruhi panjang kabel listrik yang digunakan.
B. Diameter Casing
Seperti diketahui bahwa untuk mengalirkan minyak dari dalam sumur ke permukaaan
digunakan tubing, dimana jumlahnya tergantung pada ukuran dan diameter casingnya.
Dengan demikian diameter casing ini (diameter dalamnya) akan mempengaruhi
volume dan kapasitas produksinya. Dengan diketahui diameter casing, maka dapat pula
dipilih metode produksi yang digunakan, yaitu dengan melihat ukuran dan volume atau
kapasitas produksinya.
135
Open hole completion merupakan metode komplesi dimana casing dipasang diatas
zone produktif dan lubang di depan zona produktif secara mekanis dibiarkan secara
terbuka.
Perforated completion merupakan meode komplesi dimana casing menembus interval
formasi produktif, disemen lalu formasi produktif dan lubang sumur dihubungkan
dengan perforasi. Melalui perforasi ini minyak dan gas masuk ke lubang sumur.
Sedangkan metode linier completion yaitu metode komplesi sumur yang merupakan
pengembangan dari metode open hole dan perforated completion, dimana dengan
menambahkan linier yang diturunkan ke dalam sumur lalu digantung dan diletakkan di
depan zona produktif. Metode linier completion ini ada dua macam yaitu yaitu linier
yang disemen lalu diperforasi dan linier yang tergantung bebas dan tidak disemen.
Metode linier completion ini digunakan untuk mengatasi adanya problem khusus
dalam sumur, misalnya problem kepasiran. Pada problem kepasiran biasanya dipasang
suatu saringan (screen) yang berfungsi untuk menahan aliran pasir dari formasi yang
tidak kompak (unconsolidated).
Adanya macam-macam metode komplesi sumur ini akan mengakibatkan aliran fluida
dari formasi ke lubang sumur terganggu, sehingga kapasitas fluidanya tidak mencapai
maksimum. Hal ini bisa terjadi pada perforated dan linier completion, sedangkan untuk
open hole completion pangaruhnya sedikit kecuali jika terjadi kerusakan formasi.
Dengan demikian dengan adanya pengaruh kapasitas produksi ini, maka komplesi
sumur dapat mempengaruhi cara produksi dari sumur tersebut.
136
1. Komponen formasi produktif / reservoir.
2. Komponen komplesi
3. Komponen tubing
4. Komponen pipa salur (flow line)
5. Komponen restriksi (jepitan)
6. Komponen separator
Nodal merupakan titik dua pertemuan 2 komponen, dimana titik pertemuan tersebut
secara fisik akan terjadi keseimbangan, dalam bentuk keseimbangan, dalam bentuk
keseimbangan massa ataupun keseimbangan tekanan. Hal ini berarti bahwa massa
fluida yang masuk ke dalam komponen berikutnya yang akan saling berhubungan atau
tekanan di ujung suatu komponen akan sama dengan tekanan di ujung komponen yang
lain berhubungan. Dalam system sumur produksi dapat ditemukan 4 titik nodal, yaitu:
1. Titik nodal di dasar sumur
Titik nodal ini merupakan pertemuan antara komponen formasi
produkif/reservoir dengan komponen tubing apabila komplesi sumur adalah
open hole atau titik pertemuan antara komponen tubing dengan komplesi
apabila sumur diperforasi/dipasangi gravel pack.
2. Titik nodal di kepala sumur
Titik nodal ini merupakan titik pertemuan antara komponen tubing dan
komponen pipa salur dalam hal ini sumur tidak dilengkapi dengan jepitan atau
merupakan titik pertemuan antara komponen tubing dengan komponen jepitan
apabila sumur dilengkapi dengan jepitan.
3. Titik nodal di separator
Pertemuan komponen pipa salur dengan komponen separator merupakan suatu
titik nodal.
4. Titik nodal di “ Upstream/Downstream “ jepitan
Sesuai dengan letak jeptian, titik nodal ini dapat merupakan pertemuan antara
komponen jepitan dengan komponen tubing, apabila jepitan dipasang di tubing
137
dipermukaan dengan komponen jepitan, apabila jepitan dipasang di kepala
sumur.
Analisa system nodal dilakukan dengan membuat diagram tekanan-laju
produksi, yang merupakan grafik yang menghubungkan antar perubahan
tekanan dan laju produksi untuk setiap komponen. Hubungan antara tekanan
dan laju produksi di ujung setiap komponen untuk system sumur secara
keseluruhan, pada dasarnya merupakan kelakuan aliran di:
1. Media berpori menuju dasar sumur, yang mana kelakuan aliran akan
berpengaruh.
2. Pipa tegak/tubing dan pipa datar/horizontal.
3. Jepitan
Analisa system nodal terhadap suatu sumur, diperlukan untuk tujuan:
1. Meneliti kelakuan aliran fluida reservoir di setiap komponen system sumur
untuk menentukan pengaruh masing-masing komponen terebut terhadap
system sumur secara keseluruhan.
2. Menggabungkan kelakuan aliran fluida reservoir di seluruh komponen
sehingga dapat diperkirakan laju produksi sumur.
Untuk menganalisa pengaruh suatu komponen terhadap system sumur secara
keseluruhan, dipilih titik nodal terdekat dengan komponen tersebut. Sebagai
contoh apabila ingin mengetahui pengaruh ukuran jepitan terhadap laju
produksi sumur,, maka dipilih titik nodal di kepala sumur atau apabila ingin
diketaui pengaruh jumlah lubang perforasi terhadap produksi maka dipilih titik
nodal di dasar sumur.
Perencanaan system sumur produksi ataupun perkiraan laju produksi
dari system sumur yang telah ada dengan menggunkan analisa nodal ini sangat
tergantung daro ketelitian dan tepatnya pemilihan korelasi/metoda kelakuan
aliran fluida reservoir yang digunakan dalam analisa. Penyelesaian analisa
system nodal ini ini selain disesuaikan dengan computer juga dapat
diseselesaikan dengan kurva – kurva “Pressure Tranverse”, Asalkan kurva –
138
kurva yang digunakan dibuat khusus untuk lapangan berdasarkn korelasi yng
dipilih.
139