Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL MULTIGRAVIDA


DENGAN HIPERTENSI KRONIK DI RSUD Dr. R. SOSODORO
DJATIKOESOEMO BOJONEGORO

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan


Pendidikan Tinggi Diploma III Kebidanan

Oleh:

SHOFIA NURIS SYAMSIYAH

NIM: 131217

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

D I N A S K E S E H ATA N

AKADEMI KEBIDANAN
BOJONEGORO

2016

1
2

HALAMAN PERSETUJUAN

Diajukan sebagai acuan untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir D III


Kebidanan Akademi Kebidanan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dengan judul:

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL MULTIGRAVIDA


DENGAN HIPERTENSI KRONIK DI RSUD Dr. R. SOSODORO
DJATIKOESOEMO BOJONEGORO

Oleh

SHOFIA NURIS SYAMSIYAH

NIM: 131217

Menyetujui,
Bojonegoro, 21 Juli 2016

Pembimbing I Pembimbing II

SITI MAR’ATUS S, SST.,S.Pd., M.Kes. Drs. I KETUT SULAST


NIP. 19711225 199203 2 004

Mengetahui

Direktur Akademi Kebidanan


Pemerintah Kabupaten Bojonegoro

H. TOTO SISWANTORO,dr. M.Si., M.Kes.


PEMBINA TINGKAT I
NIP. 19610608 198903 1 011
3
4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi dipicu kehamilan (pregnancy-induced hypertension, PIH)

merupakan gangguan dengan etiologi yang tidak diketahui yang khusus pada

wanita hamil (Benson & Martin, 2014: 336). Hipertensi kronis terjadi sebelum

kehamilan atau dapat terlihat pada kehamilan sebelum 20 minggu. Hipertensi

kronis juga merupakan salah satu komplikasi medis tersering yang terjadi

selama kehamilan. Sebagai contoh, Podynow dan August (2007) menyatakan

insiden sebesar 3 persen pada tinjauannya. Insiden dan keparahannya yang

bervariasi, bersama dengan kecenderungan alami kehamilan yang jelas

mencetuskan atau memperberat hipertensi. Sebagian besar wanita dengan

hipertensi sebelum kehamilan menunjukkan peningkatan kontrol tekanan

darah selama kehamilan (Cunningham FG et all, 2012: 1037).

Angka prevalensi ibu hamil dengan hipertensi di Indonesia sebesar

12,7% dan angka prevalensi ibu hamil dengan hipertensi di Jawa Timur

sebesar 17,8% (Depkes RI, 2012). Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-

15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab

tertinggi mortalitas dan morbiditas (Prawirohardjo S, 2010: 531). Berdasarkan

Rekam Medis di RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro tahun

2014 diperoleh data ibu hamil sebanyak 1429 ibu hamil dengan prevalensi ibu

hamil multigravida yang mengalami hipertensi kronik sebesar 55 orang

(3,34%). Sedangkan pada tahun 2015 dari 1544 ibu hamil, prevalensi ibu

hamil multigravida yang mengalami hipertensi kronik sebesar 86 orang


5

(5,56%). Dimana terjadi peningkatan ibu hamil multigravida dengan

hipertensi kronik di RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro tahun

2015 lebih tinggi daripada tahun 2014 sebesar 2,22%.

Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular

yang terjadi sebelum kehamilan, saat terjadi kehamilan atau pada permulaan

nifas (Hutahaean S, 2013: 209). Tanda dan gejala hipertensi kehamilan adalah

sakit kepala yang parah, perubahan penglihatan, penglihatan menjadi kabur

atau sensitivitas cahaya, nyeri pada perut bagian atas, biasanya di bawah

tulang rusuk Anda di sisi kanan, mual atau muntah, urin dari buang air kecil

menurun, penurunan kadar trombosit dalam darah, gangguan pada fungsi hati,

sesak napas, hal ini disebabkan oleh cairan di paru-paru, kenaikan tiba-tiba

pada berat badan dan pembengkakan (edema) (Yulia Y, 2015). Penyebab

hipertensi kronik dalam kehamilan belum diketahui secara pasti, tetapi ada

beberapa teori yang menjelaskan beberapa penyebab hipertensi kronik pada

kehamilan antara lain : kelainan vaskuler plasenta, iskemia plasenta,

intoleransi imunologik antara ibu dan janin, adaptasi kardiovaskulatori

genetik, defisiensi gizi dan inflamasi, dan ada riwayat hipertensi sebelum

hamil (Prawirohardjo S, 2009 : 536-537).Obesitas merupakan suatu faktor

predisposisi penting untuk hipertensi kronis. Secara spesifik, prevalensi

hipertensi dapat meningkat hingga sepuluh kali lipat pada wanita dengan

obesitas, dan wanita tersebut juga lebih mungkin mengalami superimposed

preeclampsia (preeklampsia tumpang tindih = preeklampsia pada pasien

dengan hipertensi kronis) (Cunningham FG et all, 2012: 1038). Hipertensi

selama kehamilan tidak seperti hipertensi yang terjadi pada umumnya, tetapi

mempunyai kaitan erat dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi baik

pada janin maupun pada ibu. Komplikasi yang umum terjadi pada ibu adalah
6

abrupsio plasenta, disseminated intravascular coagulation, perdarahan otak,

gagal hati, dan gagal ginjal akut. Janin mempunyai risiko IUGR, prematur,

dan kematian (Varney H, 2006: 645).

Ibu hamil yang sudah terlanjur terkena hipertensi tidak perlu terlalu

khawatir, asal dilakukan pemantauan yang ketat terhadap tekanan darah

diharapkan komplikasi yang membahayakan tidak terjadi. Tujuan utama

penanganan adalah mencegah terjadinya komplikasi saat melahirkan janin dan

melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya. Penanganan hipertensi

dalam kehamilan dapat dibagi menjadi dua, yaitu penanganan terhadap

tekanan darah tinggi ibu itu sendiri, dan penanganan terhadap janin yang akan

dilahirkan. Penanganan tekanan darah tinggi ibu dapat dengan obat-obatan

penurun tekanan darah untuk tekanan darah tinggi yang berat, bila tekanan

darahnya belum terlalu tinggi. Untuk janin, perlu dipantau pertumbuhan janin

misal dengan alat USG, dan dilakukan penilaian ancaman kegawatan janin

misal dengan melihat gerakan janin, denyut jantung janin, volume air ketuban,

gerakan pernapasan janin. Apabila dinilai, janin sudah cukup kuat untuk dapat

hidup di luar, maka dilakukan pengakhiran kehamilan. Yang terpenting

lakukanlah pemeriksaan selama kehamilan secara teratur (ANC), berikan

penyuluhan tentang masalah hipertensi kronik dan konsultasikanlah apabila

ada sesuatu masalah yang terjadi dalam kehamilan seperti contohnya

hipertensi dalam kehamilan ibu (Yudarma M, 2014).

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik meneliti

penelitian yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Multigravida

dengan Hipertensi Kronik di RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo

Bojonegoro”.
7

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalah penelitian yang telah diuraiakan sebelumnya,

maka dapat diambil rumusan masalah penelitian yaitu :


“Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu hamil multigravida dengan

hipertensi kronik di RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis asuhan kebidanan pada ibu hamil multigravida dengan

hipertensi kronik di RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.


1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada ibu hamil multigravida dengan hipertensi

kronik di RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.


2. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah kebidanan pada ibu hamil

multigravida dengan hipertensi kronik di RSUD Dr. R. Sosodoro

Djatikoesoemo Bojonegoro.
3. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan antisipasi

penanganannya pada ibu hamil multigravida dengan hipertensi kronik

di RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.


4. Melaksanakan identifikasi kebutuhan segera pada ibu hamil

multigravida dengan hipertensi kronik di RSUD Dr. R. Sosodoro

Djatikoesoemo Bojonegoro.
5. Menyusun perencanaan tindakan pada ibu hamil multigravida dengan

hipertensi kronik di RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo

Bojonegoro.
6. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu hamil multigravida

dengan hipertensi kronik di RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo

Bojonegoro.
8

7. Melakukan evaluasi hasil asuhan kebidanan pada ibu hamil

multigravida dengan hipertensi kronik di RSUD Dr. R. Sosodoro

Djatikoesoemo Bojonegoro.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat membantu meningkatkan pengetahuan

responden khususnya tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil

multigravida dengan hipertensi kronik.


1.4.2 Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat digunakan untuk memberikan informasi dan meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan serta penerapan proses asuhan kebidanan

pada ibu hamil dengan hipertensi kronis secara optimal melalui penanganan

yang cepat dan tepat.


1.4.3 Bagi Institusi Akademi Kebidanan
Hasil penelitian ini dapat menambah kepustakaan yang dapat

digunakan sebagai bahan bacaan maupun sebagai referensi untuk

mengembangkan penelitian tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil

multigravida dengan hipertensi kronik.


1.4.4 Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman baru bagi peneliti dalam melakukan penelitian

dan peneliti dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang asuhan

kebidanan pada ibu hamil multigravida dengan hipertensi kronik yang

diperoleh dengan keadaan yang ada di masyarakat.


9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab 2 ini akan disajikan konsep-konsep sesuai dengan variabel yang

diteliti meliputi konsep ibu hamil multigravida, konsep antenatal care, konsep

hipertensi kronik pada kehamilan, dan konsep asuhan kebidanan pada ibu hamil

multigravida dengan hipertensi kronik menurut Hellen Varney.

2.1 Konsep Ibu Hamil Multigravida

2.1.1 Pengertian

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3

triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua

dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh

sampai 9 bulan (Saifuddin AB, 2009: 89).

Ibu hamil adalah seorang wanita yang mengandung dimulai dari

fertilisasi sampai lahirnya janin (Prawirohardjo S, 2008: 213).

Multigravida adalah seorang wanita yang pernah hamil lebih dari 1

sampai 5 kali (MOchtar R, 2011: 69).

2.1.2 Diagnosa Kehamilan

Untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan

penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala hamil:


10

1. Tanda-tanda dugaan hamil

a. Amenorea (terlambat datang bulan)

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi

pembentukan folikel de graaf dan ovulasi. Dengan mengetahui hari

pertama haid terakhir dengan penghitungan rumus Neagle, dapat

ditentukan perkiraan persalinan

b. Mual (nausea) dan muntah (emesis)

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan

pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Dalam batas yang

fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah,

nafsu makan berkurang.

c. Ngidam

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,

keinginan yang demikian disebut ngidam.

d. Sinkope atau pingsan

Terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah kepala (central)

menyebabkan isquemia susunan saraf pusat dan menimbulkan

sinkope atau pingsan.

e. Payudara tegang

Pengaruh hormon estrogen-progesteron dan

somatomamotrofin menimbulkan deposite lemak, air, dan garam

pada payudara. Payudara membesar dan tegang, ujung saraf

tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama


11

f. Sering miksi

Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih

cepat terasa penuh dan sering miksi.

g. Konstipasi atau obstipasi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus,

menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

h. Pigmentasi kulit.

Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis

anterior menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi (kloasma

gravidarum), pada dinding perut (strie lividae, strie nigra, línea

alba makin hitam) dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola

mamae, dan puting susu makin menonjol, kelenjar Montgomery

menonjol, pembuluh darah menifes sekitar payudara),

i. Epulsi hipertrofi dapat terjadi bila hamil

j. Varises

karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi

penampakan pembuluh darah vena. Penampakan pembuluh darah

itu terjadi sekitar genetalia eksterna, kaki, betis dan payudara

2. Tanda tidak pasti kehamilan

a. Rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilkan

b. Pada pemeriksaan dalam dijumpai tanda Hegar, tanda Chadwiks,

tanda piscaseck, kontraksi braxton hiks, dan teraba ballotement.

c. Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.


12

3. Tanda pasti kehamilan

a. Gerakan janin dalam rahim

b. Terlihat/teraba gerakan janin

c. Teraba bagian-bagian janin

d. Denyut jantung janin

Didengar dengan doppler atau dilihat dengan ultrasonografi

(Manuaba, 2010:107-109).

2.1.3 Perubahan Fisik Ibu Hamil

1. Perubahan Pada Sistem Reproduksi

a. Uterus

1) Ukuran: untuk akomodasi pertumbuhan janin, rahim membesar

akibat hipertrofi dan hyperplasia otot polos rahim, serabut-

serabut kolagennya menjadi higroskopik, endometrium menjadi

desidua. Ukuran pada kehamilan cukup bulan: 30x25x20 cm

dengan kapasitas lebih dari 4000 cc

2) Berat: berat uterus naik secara luar biasa, dari 30g menjadi

1000g pada akhir kehamilan (40 pekan)

3) Bentuk dan konsistensi: pada bulan-bulan pertama kehamilan,

bentuk rahim seperti buah alpukat, pada kehamilan 4 bulan,

rahim berbentuk bulat, dan pada akhir kehamilan seperti bujur

telur. Rahim yang tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam,

pada kehamilan 2 bulan, pada kehamilan 2 bulan sebesar telur

bebek, dan kehamilan 3 bulan sebesar telur angsa. Pada minggu


13

pertama, istimus rahim mengadakan hipertrofi dan bertambah

panjang sehingga jika diraba terasa lebih lunak (soft), disebut

tanda hegar. Pada kehamilan 5 bulan, rahim teraba berisi cairan

ketuban, dinding rahim teraba tipis, karena itu, bagian-bagian

janin dapat diraba melalui dinding perut dan dinding rahim.

4) Posisi rahim dalam kehamilan:

a) Pada permulaan kehamilan dalam letak antefleksi atau

retrofleksi,

b) Pada 4 bulan kehamilan rahim tetap berada dalam rongga

pelvis,

c) Setelah itu mulai memasuki rongga perut yang dalam

pembesarannya dapat mencapai batas hati,

d) Rahim yang hamil biasanya bergerak, lebih mengisi rongga

abdomen kanan atau kiri

5) Vaskularisasi: Aa. Uterinae dan aa. Ovarikae bertambah

diameter, panjang, dan anak-anaknya cabang. Pembuluh darah

balik (vena) mengembang dan bertambah.

6) Servik uteri: servik bertambah vaskularisasinya dan menjadi

lunak (soft) disebut tanda goodell. Kelenjar endoservikal

membesar dan mengeluarkan banyak cairan mucus. Karena

pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi

lifit, dan perubahan itu disebut tanda Chadwick.

b. Indung telur
14

1) Ovulasi terhenti

2) Masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya

uri yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan

progesterone

c. Vagina dan vulva

Karena pengaruh estrogen, terjadi perubahan pada vagina

dan vulva akibatnya hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat

lebih merah atau kebiruan warna livid pada vagina dan porsio

disebut tanda Chadwick.

d. Dinding perut (abdominal wall)

Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan

menyebabkan robeknya selaput elastic dibawah kulit sehingga

timbul striae gravidarum.Jika terjadi peregangan yang hebat,

misalnya pada hidramnion dan kehamilan ganda, dapat terjadi

diastasis rekti, bahwak hernia. Kulit perut pada linea alba

bertambah pigmentasinya dan disebut linea migra.

2. Perubahan Pada Organ Dan Sistem Lainnya

a. System sirkulasi darah

1) Volume darah: volume darah total dan volume plasma darah

naik sejak akhir trimester pertama. Volume darah akan

bertambah banyak, kira-kira 25% dengan puncaknya pada

kehamilan 32 minggu, diikuti pertambahan curah jantung

(kardiooutput) yang meningkat sebanyak kurang lebih 30%


15

akibat hemodilusi yang mulai jelas kelihatan pada kehamilan 4

bulan, ibu yang menderita penyakit jantung dapat jatuh dan

dalam keadaaan dekompensasi cordis. Kenaikan plasma darah

dapat mencapai 40% saat mendekati cukup bulan.

2) Protein darah: gambaran protein dalam serum berubah, jumlah

protein, albumin, dan gamaglobin menurun dalam triwulan

pertama dan meningkat secar bertahap pada akhir kehamilan.

Beta-globulin dan fibrinogen terus meningkat.

3) Hitung jenis dan hemoglobin: hematokrit cenderung menurun

karena kenaikan relative volume plasma darah. Jumlah eritrosit

cenderung meningkat untuk mengetahui kebutuhan transport

O2 yang sangat diperlukan selama kehamilan. Konsentrasi Hb

terlihat menurun, walaupun sebenarnya lebih besar

dibandingkan Hb pada orang yang tidak hamil. Anemia

fisiologis ini disebabkan oleh volume plasma yang meningkat.

Dalam kehamilan, leukosit meningkat sampai 10.000/cc, begitu

pula dengan produksi trombosit.

4) Nadi dan tekanan darah: tekanan darah arteri cenderung

menurun, terutama selama trimester kedua, kemudian akan naik

lagi seperti pra hamil. Tekanan vena dalam batas-batas normal

pada ekstermitas atas dan bawah, cenderung lahir setelah akhir

trimester pertama. Nadi biasanya naik, nalai rata-ratanya

84/menit.
16

5) Jantung: pompa jantung mulai naik kira-kira 30% setelah

kehamilan 3 bulan, dan menurun lagi pada minggu-minggu

terakhir kehamilan. Elektrokardiogram kadang kala

memperlihatkan defiasi aksis ke kiri.

b. Sistem pernapasan

Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan pendek

napas yaitu disebabkan oleh usus yang tertekan kearah diafragma

akibat pembesaran rahim.Kapasistas vital paru sedikit meningkat

selama hamil.Seorang wanita hamil selalu bernapas lebih

dalam.Yang lebih menonjol dalam pernapsan dada (thoracic

breathing).

c. Saluran pencernaan (Traktus digestivus)

Saliva meningkat dan, pada trimester pertama, timbul

keluhan mual dan muntah. Tonus otot-otot saluran pencernaan

melemah sehingga motilitas dan makanan akan lebih lama berada

dalam saluran makanan. Resorpsi makanan baik, tetapi akan timbul

obstipasi. Gejala muntah (emesis gravidarum) sering terjadi,

biasanya pada pagi hari, disebut sakit pagi (morning sickness).

d. Tulang dan gigi

Persendian panggul akan terasa lebih longgar karena

ligamen-ligamen melunak (softening). Juga terjadi sedikit

pelebaran pada ruang persendian. Apabila pemberian makanan

tidak dapat memenuhi kebutuhan kalsium janin, kalsium pada


17

tulang-tulang panjang ibu akan diambil untuk memenuhi

kebutuhan tadi. Apabila konsumsi kalsium cukup, gigi tidak akan

kekurangan kalsium. Gingivitis kehamilan adalah gangguan yang

disebabkan oleh berbagai factor, misalnya hygiene yang buruk

pada rongga mulut.

e. Kulit

Pada daerah kulit tertentu, terjadi hiperpigmentasi, yaitu pada:

1) Muka: disebut masker kehamilan (chloasma gravidarum)

2) Payudara: putting susu dan areola payudara

3) Perut: linea nigra striae

4) Vulva

f. Kelenjar endokrin

1) Kelenjar tiroid: dapat membesar sedikit

2) Kelenjar hiposis: dapat membesar terutama lobus anterior

3) Kelenjar adrenal: tidak begitu terpengaruh

3. Metabolisme

Umumnya, kehamilan mempunyai efek pada metabolism.

Karena itu, wanita hamil perlu mendapat makanan yang bergizi dan

berada dalam kondisi sehat.

a. Tingkat metabolik basal. Pada wanita hamil meninggi hingga 15-

20%, terrutama pada trimester akhir.

b. Keseimbangan asam-alkali sedikit mengalami perubahan

konsentrasi alkali:

1) Wanita tidak hamil: 155 mEq/liter


18

2) Wanita hamil 145 mEq/liter

3) Natrium serum: turun dari 142 menjadi 135 mEq/liter

4) Bikarbonat plasma: turun dari 25 menjadi 22 mEq/liter

c. Dibutuhkan protein yang banyak untuk perkembangan fetus, alat

kandungan, payudara, dan badan ibu, serta untuk persiapan laktasi

d. Hidrat arang: seorang wanita hamil sering merasa haus, nafsu

makan bertambah, sering buang air kecil, dan kadang kala

dijumpai glukosuria yang mengingatkan kita pada diabetes

mellitus. Dalam kehamilan, pengaruh kelenjar endokrin agak

terasa, seperti somatomamotropin, insulin plasma, dan hormone-

hormon adrenal-17-ketosteroid. Harus diperhatikan sungguh-

sungguh hasil GTT oral dan GTT intravena

e. Metabolism lemak juga terjadi. Kadar kolesterol meningkat sampai

350 mg atau lebih per 100 cc. Hormone somamotomamotropin

berperan dalam pembentukan lemak pada payudara. Deposit lemak

lainnya terdapat di badan, perut, paha dan lengan.

f. Metabolism mineral

1) Kalsium: dibutuhkan rata-rata 1,5 gram sehari, sedangkan

untuk pembentukan tulang-tulang, terutama dalam trimester

terakhir dibutuhkan 30-40 gram

2) Fosfor dibutuhkan rata-rata 2 g/hari

3) Zat besi dibutuhkan tambahan zat besi kurang lebih 800mg atau

30-50 mg/hari

4) Air: wanita hamil cenderung mengalami retensi air


19

g. Berat badan wanita hamil akan naik sekitar 6,5-16,5 kg. kenaikan

berat badan yang terlalu banyak ditemukan pada keracunan hamil

(preklamsi dan eklamsi). Kenaikan berat badan pada wanita harus

disebabkan oleh:

1) Janin, uri, air ketuban, uterus.

2) Payudara, kenaikan volume darah, lemak, protein, dan retensi

urin

3) Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi.

4. Payudara (mammae)

Selama kehamilan, payudra bertambah besar, tegang, dan

berat.Dapat teraba nodule-noduli akibat hipertrofi kelenjar alveoli,

bayangan vena-vena lebih membiru. Hiperpigmentasi terjadi pada

putting susu dan areola payudara. Kalau diperas, keluar air susu jolong

(kolostrum) yang berwarna kuning (Mochtar, 2012: 29-32).

2.2 Konsep Antenatal Care

2.2.1 Pengertian Antenatal Care

Antenatal Care atau ANC adalah pengawasan sebelum persalinan

terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

rahim (Manuaba, 2010: 110).

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal


20

melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan

(Prawirohardjo, 2010: 278).

Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu

semasa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal seperti

ditetapkan dalam buku Pedoman Pelayanan Antenatal bagi Petugas

Puskesmas (Yulifah, 2009: 107).

2.2.2 Tujuan Asuhan Antenatal Care

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan

tumbuh kembang bayi.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial

ibu dan bayi.

3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,

Ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dn pemberian ASI

eksklusif.

6. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal

(Saifuddin, 2009: 90).


21

2.2.3 Standart asuhan kehamilan

Kunjungan antenatal care dilakukan minimal 4 kali selama

kehamilan:

1. Satu kali pada trimester I (usia kehamilan 0-13 minggu)

2. Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14-27 minggu)

3. Dua kali pada trimester III (usia kehamilan 28-40 minggu)

(Sulistyowati, 2009: 4)

Pada setiap kali kunjungan antenatal care tersebut, perlu didapatkan

informasi yang sangat penting. Garis-garis besarnya dijelaskan dalam tabel

berikut ini:

Tabel 2.1 Informasi kunjungan kehamilan

Ku Wakt
Informasi penting
njungan u
Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan
dengan ibu hamil.
Mendeteksi masalah dan menanganinya.
Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum,
Tri
Sebelu anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktik tradisional
mester
m minggu ke-14 yang merugikan.
pertama
Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi.
Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan,
istirahat, dan sabagainya)
Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus
Tri Sebelu mengenai preeklamsia (tanya ibu tentang gejala-gejala
mester kedua m minggu ke-28 preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa
untuk mengetahui protenuria).
Antara Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdominal untuk
Tri
minggu ke-28 mengetahui apakah ada kehamilan ganda.
mester ketiga
sampai 36
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak
Tri
normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah
mester ketiga
sakit.
Sumber: Sulistyowati, 2009: 4

Standar minimal antenatal merupakan salah satu kebijakan program

pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu. Pelayanan atau asuhan

standar minimal mencakup 7T, yaitu sebagai berikut:


22

1. Timbang berat badan.

2. Ukur tekanan darah.

3. Ukur tinggi fundus uteri.

4. Pemberian imunisasi Tetatus Toksid (TT) lengkap.

5. Pemberian tablet tambah darah (zat besi), minimum 90 tablet selama

kehamilan.

6. Tes terhadap penyakit menular seksual.

7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

(Yulifan R, 2009:61).

2.2.4 Penatalaksanaan Antenatal Care

1. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil

Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa

mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan

sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal:

a. Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).

b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 –

28).

c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36

11 dan sesudah minggu ke 36)

(Saifuddin, 2009:90)

2. Makanan (nutrisi) Ibu Hamil

Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung

nilai gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang mahal

harganya. Gizi pada waktu ibu hamil harus ditingkatkan hingga 300

kalori per hari. Ibu seharusnya mengkonsumsi makanan yang


23

mengandung protein,zat besi dan minum cukup cairan (menú

seimbang) (Romauli, 2011:134-146)

a. Diet pada hipertensi

Hipertensi dapat dikendalikan dengan diet rendah garam.

Menurut beratnya hipertensi dan kemampuan penderita untuk

menjalankan diet, diberikan diet rendah garam I/II/III. Adanya

obat-obat diuretik memungkinkan penggunaan natrium makanan

yang lebih liberal (Almatsier S, 2005:87).

b. Syarat-syarat

1) Cukup kalori, protein, mineral dan vitamin.

2) Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit.

3) Jumlah natrium yang diperbolehkan disesuaikan dengan berat

tidaknya retensi garam/air dan/atau hipertensi.

c. Menu diet ibu hamil dengan hipertensi

1) Diet rendah garam I

Dalam pemasakan tidak ditambahkan garam dapur.

Bahan makanan tinggi natrium dihindarkan. Makanan ini

diberikan kepada penderita dengan oedema, ascites dan/atau

hipertensi berat.

Tabel 2.2 Bahan makanan yang diberikan sehari

Berat urt

(g)
Beras 3 5 gls nasi

Daging 50 2 ptg sdg

Telur 1 1 btr

Tempe 00 4 ptg sdg


24

Kacang 5 2 sdm

hijau 0 ½ gls

Sayuran 1 2 bh

Buah 00 2 pisang sdg

Minyak 2 2 sdm

Gula pasir 5 ½ sdm

2 2

00 ½

50

5
Tabel 2.3 Nilai gizi

Kalori 2230

Protein 75 g

Lemak 53 g

Hidrat arang 365 g

Kalsium 0,5 g

Besi 24 mg

Vitamin A 6139 SI

Thiamin 1,2 mg

Vitamin C 87 mg

Natrium 305 mg

Tabel 2.4 Pembagian makanan sehari

Pagi Siang dan sore


Beras 70 g = Beras 140 g = 2 gls nasi
25

Telur 1 gls nasi Dagin 50 g = 1 ptg

Sayur 50 g = g daging

an 1 btr Temp 50 g = 2 ptg sdg

Miny 50 g = e 75 g = ¼ gls

ak ½ gls Sayur 75 g = 1 bh

Gula 5g = an pisang sdg

pasir ½ sdm Buah 10 g = 1 sdm

10 g = minya

1 sdm k
Pukul 10.00

Kacang hijau 25 g = 2½ sdm

Gula pasir 15 g = 1½ sdm


(Almatsier S, 2006: 65).

2) Diet rendah garam II

Pemberian makanan sehari sama dengan diet rendah

garam I. Dalam pemasakan diberbolehkan menggunakan ¼ sdt

garam dapur (1 g); bahan makanan tinggi natrium dihindarkan.

Makanan ini diberikan kepada penderita dengan oedema,

ascites dan atau hipertensi tidak terlalu berat.

3) Diet rendah garam III

Pemberian makanan sehari sama dengan diet rendah

garam I. dalam pemasakan diberbolehkan menggunakan ½ sdt

(2 g) garam dapur. Makanan ini diberikan kepada penderita

dengan oedema dan atau hipertensi ringan.

(Almatsier S, 2006:29).

3. Kerja
26

Boleh bekerja seperti biasa, dengan cukup istirahat dan makan

teratur, serta pemeriksaan hamil yang teratur.

4. Pakaian

a. Pakaian harus longgar, bersih dan tidak ada ikatan yang ketat pada

daerah perut

b. Pakailah kutang yang menyokong payudara

c. Memakai sepatu dengan tumit yang tidak terlalu tinggi

d. Pakaian dalam yang selalu bersih.

5. Istirahat dan Rekreasi

Wanita pekerja harus sering istirahat. Tidur siang

menguntungkan dan baik untuk kesehatan. Tempat hiburan yang

terlalu ramai, sesak dan panas lebih baik dihindari karena dapat

menyebabkan jatuh pingsan.

6. Mandi

Mandi diperlukan untuk kebersihan terutama untuk perawatan

kulit. Karena fungsi ekskresi dan keringat bertambah. Dianjurkan

menggunakan sabun lembut atau ringan.

7. Koitus

Koitus tidak dihalangi kecuali jika adariwayat:

a. Sering abortus/prematur

b. Perdarahan pervaginam

c. Pada minggu terakhir kehamilan, koitus harus hati-hati

d. Bila ketuban sudah pecah koitus dilarang

(Mochtar, Rustam.2010:47-48)

8. Istirahat
27

Waktu hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang

teratur khususnya seiring kemajuan kehamilannya. Jadwal istirahat

yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk

kepentingan perkembangan ibu dan pertumbuhan janin. Tidur pada

malam hari selama kurang lebih 8 jam dan istirahat pada siang hari

selama 1 jam.

9. Imunisasi

Imunisasi selama kehamilan sangat penting dilakukan untuk

mencegah penyakit yang dapat menyebabkan kematian ibu dan janin.

Jenis imunisasi yang diberikan adalah imunisasi tetanus toxoid (TT)

yang dapat mencegah penyakit tetanus.

10. Persiapan laktasi

Payudara merupakan aset yang sangat penting sebagai persiapan

menyambut kelahiran sang bayi dalam proses menyusui. Hal yang harus

diperhatikan dalam perawatan payudara adalah sebagai berikut:

a. Hindari pemakain bra dengan ukuran terlalu ketat.

b. Gunakan bra dengan bentuk yang menyangga payudara.

c. Hindari membersihkan puting dengan sabun mandi karena akan

menyebabkan iritasi. Bersihkan puting susu dengan minyak kelapa

lalu bilas dengan air hangat.

d. Jika ditemukan pengeluaran cairan yang berwarna kekuningan dari

payudara berarti produksi ASI sudah dimulai (Romauli, 2011:134-146).


28

11. Tanda bahaya kehamilan

a. Perdarahan pervaginam

b. Hiperemesis gravidarum

c. Sakit kepala yang hebat

d. Penglihatan kabur

e. Bengkak pada muka dan jari tengah

f. Keluar cairan pervaginam

g. Gerak janin tidak terasa

h. Nyeri perut yang hebat

(Sulistyawati, 2011:149-162).

2.3 Konsep Dasar Hipertensi Kronik pada Kehamilan

2.3.1 Pengertian

Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular

yang terjadi sebelum kehamilan, saat terjadi kehamilan atau pada

permulaan nifas (Hutahaean S, 2013: 209).

Hipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90

mmHg. Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali

selang 4 jam (Saifuddin AB, 2010: 532).

Hipertensi kronik merupakan salah satu komplikasi medis tersering

yang terjadi selama kehamilan (Bloom & Cuningham, 2012 : 1037).

Hipertensi kronis dalam kehamilan ialah hipertensi yang telah terjadi

sebelum hamil ataupaun ditemukan sebelum usia kehamilan 20 minggu atau


29

hipertensi yang menetap 6 minggu pasca-persalinan, apa pun yang menjadi

sebabnya (Fadlun dan Achmad A, 2014: 51).

Hipertensi kronik yang sudah ditemukan pada umur kehamilan

kurang dari 20 minggu. Dasar diagnosa:

1. Anamnesa

a. Nyeri kepala

b. Gangguan penglihatan

2. Pemeriksaan fisik

Tekanan diastolik > 90 mmHg

3. Pemeriksaan penunjang

Protein urine (-)

(Romauli S, 2011: 209).

2.3.2 Klasifikasi

1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur

kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis

setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12

minggu pascapersalinan.

2. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah

hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi

kronik disertai proteinuria.

(Saifuddin AB, 2010: 531-532).

2.3.3 Etiologi

Menurut Saifuddin AB (2010: 532) terdapat banyak faktor risiko

untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat dikelompokkan

dalam faktor risiko sebagai berikut:

1. Primigravida, primiparitas
30

2. Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multipel,

diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar

3. Umur yang ekstrim

4. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia

5. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil

6. Obesitas

2.3.4 Diagnosis hipertensi kronik pada kehamilan

Diagnosis hipertensi kronik ialah bila didapatkan hipertensi yang

telah timbul sebelum kehamilan atau timbul hipertensi < 20 minggu umur

kehamila. Ciri-ciri hipertensi kronik:

1. Umur ibu relatif tua diatas 35 tahun

2. Tekanan darah sangat tinggi


3. Umumnya multipara
4. Umumnya ditemukan kelainan jantung, ginjal, diabetes
5. Obesitas
6. Penggunaan obat-obat antihipertensi sebelum kehamilan
7. Hipertensi yang menetap paska persalinan

(Prawirohardjo, 2010 : 557).

2.3.5 Patofisiologis

Vasospasme adalah dasar patofisiologi hipertensi. Konsep ini yang

pertama kali diungkapkan oleh Volhard (1918), yang didasarkan pada

pengamatan langsung pembuluh-pembuluh darah halus di bawah kuku,

fundus okuli, dan konjungktiva bulbar, serta dapat diperkirakan dari

perubahan-perubahan histologis yang tampak di berbagai organ yang terkena.

Konstriksi vaskular menyebabkan resistensi terhadap aliran darah dan

menjadi penyebab hipertensi arterial. Besar kemungkinan bahwa vasospasme

itu sendiri menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah. Selain itu,


31

angiotensin II menyebabkan kerusakan sel endotel dan kebocoran di celah

antara sel-sel endotel. Dengan demikian konstituen darah, termasuk trombosit

dan fibrinogen, mengendap di subendotel. Perubahan-perubahan vaskular ini,

bersama dengan hipoksia jaringan di sekitarnya, diperkirakan menyebabkan

perdarahan, nekrosis, dan kerusakan organ lain yang terkadang dijumpai

dalam hipertensi yang berat (Hutahaean S, 2013: 210).

2.3.6 Dampak hipertensi kronik pada kehamilan

1. Dampak pada ibu

Bila perempuan hamil mendapat monoterapi untuk

hipertensinya, dan hipertensi dapat terkendali maka hipertensi kronik

tidak berpengaruh buruk pada kehamilan, meski tetap mempunyai

resiko terjadi solusio plasenta atau superimposed preeklamsia.

Hipertensi kronik yang diperberat oleh kehamilan akan di beri tanda

(a) kenaikan mendadak tekanan darah, yang akhirnya disusul

proteinuria dan (b) tekanan darah sistolik > 200 mmHg diastolik >130

mmHg, dengan akibat segera terjadi oliguria dan gangguan ginjal.

Penyulit hipertensi kronik pada kehamilan (a) solusio plasenta:

resiko terjadinya solusio plasenta 2-3 kali pada hipertensi kronik, dan

(b) supersemid preeklamsia

2. Dampak pada janin

Dampak hipertensi kronik pada janin ialah pertumbuhan janin

terhambat (IUGR), prematur, dan kematian.

(Prawirohardjo, 2010 : 557).

2.3.7 Pencegahan
32

Pencegahan kejadian hipertensi secara umum agar menghindari

tekanan darah tinggi adalah dengan mengubah ke arah gaya hidup sehat,

tidak terlalu banyak pikiran, mengatur diet/pola makan seperti rendah

garam, rendah kolesterol dan lemak jenuh, meningkatkan konsumsi buah

dan sayuran, tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok, perbanyak makan

mentimun, belimbing dan juga jus apel dan seledri setiap pagi bagi yang

mempunyai keluarga riwayat penyumbatan arteri dapat meminum jus yang

dicampur dengan susu nonfat yang mengandung omega 3 tinggi (Rukiyah

YA, 2010: 168). Perlu juga dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG)

pada janin bila di curigai IUGR, atau terjadi superimposed preeklasia,

terjadi insufisiensi plasenta akut atau kronik, perlu dilakukan Nonstress

test (NST), dan profil biofisik (Prawirohardjo, 2010 : 558).

2.3.8 Penatalakasanaan

Adapun penatalaksanaan yang perlu dilakukan pada ibu hamil yang

mengalami hipertensi adalah sebagai berikut:

1. Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga tentang

keadaan ibu, keadaan emosional, tanda-tanda vital, keadaan fisik,

keadaan janin, serta diagnosis hasil pemeriksaan. Ibu dan keluarga

telah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, jangan terlalu banyak

aktifitas agar kerja jantung tidak berat. Ibu mengerti anjuran bidan dan

berjanji akan melaksanakannya.

3. Anjurkan ibu untuk diet nutrisi, dengan mengurangi asupan natrium

seperti asin-asinan garam karena mengontrol diri dalam mengkonsumsi


33

asupan yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Ibu

mengerti atas anjuran bidan dan berjanji akan melaksanakannya. Serta

memperbanyak asupan kalium seperti buah-buahan (semangka,

alpukat, melon) dan sayuran (buah pare, labu siam, mentimun, lidah

buaya, seledri, bawang putih) karena dapat membantu penurunan

tekanan darah. Ibu mengerti atas anjurkan bidan dan akan berusaha

melaksanakannya.

4. Beritahu ibu tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan seperti

pandangan kabur, ada oedema dan pusing yang berat. Ibu mengerti

penjelasan bidan dan akan segera kembali bila ada tanda-tanda

tersebut.

5. Mencegah penambahan berat badan yang agresif. Menimbang berat

badan ibu setiap pemeriksaan selama kehamilan secara teratur (ANC)

karena obesitas merupakan faktor predisposisi penting untuk hipertensi

kronis.

6. Mengawasi keadaan janin, dengan pemeriksaan seperti biasa. Evaluasi

terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion, baik secara klinis

maupun USG.

7. Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya mempertahankan

kehamilan atau memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan

dengan penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah

lama menjadi perhatian. Beri terapi obat:

a. Anti-hipertensif: α-Metildopa, calcium-channel-blockers dan

diuretic thiazide (Prawirohardjo S, 2010: 558).


34

b. Obat penenang: Fenobarbital, Valium, Frisium ativan, dll.

8. Dengan melakukan kunjungan ulang sehingga dapat memantau

kesehatan ibu dan janinnya serta mendeteksi dini adanya kelainan

dalam kehamilan.

(Rukiyah YA, 2010: 171-172).

2.4 Konsep Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Multigravida dengan

Hipertensi Kronik menurut Hellen Varney

Manajemen kebidanan adalah merupakan suatu metode atau bentuk

pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberi asuhan kebidanan

(Yulifah, 2013: 126).

Menurut Varney (2007: 28) manajemen kebidanan 7 langkah Varney:

2.4.1 Pengkajian data

Yaitu meneliti dengan mengumpulkan semua data yang perlu untuk

evaluasi yang lengkap.

1. Data Subyektif

a. Identitas pasien

1) Nama ibu dan suami

Untuk dapat mengenal atau memanggil nama ibu dan

untuk mencegah kekeliruan bila ada nama yang sama (Romauli

S, 2011: 162).
35

2) Umur

Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa

usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun

(Romauli, 2011: 162).

3) Agama

Dalam hal ini berhubungan dengan perawatan penderita

yang berkaitan dengan ketentuan agama. Antara lain dalam

keadaan yang gawat ketika memberi pertolongan dan perawatan

dapat diketahui dengan siapa harus berhubungan, misalnya

agama Islam memanggil ustad dan sebagainya (Romauli S,

2011: 162).

4) Suku/bangsa

Untuk mengetahui kondisi social budaya ibu yang

mempengaruhi perilaku kesehatan (Romauli S, 2011: 162)

5) Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat

pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang

(Romauli S, 2011: 162).

6) Pekerjaan

Hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan sosial

ekonomi agar nasehat kita sesuai. Pekerjaan ibu perlu diketahui

untuk mengetahui apakah ada pengaruh pada kehamilan seperti


36

bekerja di pabrik rokok, percetakan, dan lain-lain (Romauli S,

2011: 163).

7) Alamat

Untuk mengetahui ibu tinggal dimana, menjaga

kemungkinan bila ada ibu yang namanya sama, alamat juga

diperlukan bila mengadakan kunjungan kepada penderita

(Romauli S, 2011: 163)

8) Telepon

Ditanyakan bila ada, untuk memudahkan komunikasi

(Romauli S, 2011: 163)

b. Keluhan utama

Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien

datang ke falisitas pelayanan kesehatan (Romauli S, 2011: 163).

Pada ibu hamil hipertensi kronik adalah nyeri kepala dan gangguan

penglihatan (Romauli S, 2011: 209).

c. Riwayat penyakit sekarang

Pada ibu jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan

diawali dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang

dengan analgesic biasa), diplopia, nyeri abdomen atas

(epigastroum), oliguria (< 400 ml/24 jam) serta nokturia dan

sebagainya. Perlu ditanyakan apakah ibu pernah menderita penyakit

seperti hipertensi kronis (tekanan darah tinggi sebelum hamil),

obesitas, diabetes, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau

scleroderma. Perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul.


37

Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau

menghilangkan keluhan-keluhan tersebut (Hutahaean S, 2013: 212-

213). Pada ibu hamil hipertensi kronik terdapat riwayat hipertensi

yang sudah ada sebelum hamil. (Saifuddin AB,2010: 532)

d. Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang

menderita penyakit-penyakit yang dapat menjadi penyebab jantung

hipertensi dalam kehamilannya. Dari hasil penelitian diketahui

adanya hubungan genetic yang menjadi pencetus penyakit hipertensi

pada kehamilan. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan ibu

hamil dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi empat sampai

delapan kali pada ibu hamil tersebut (Hutahaean S, 2013: 213). Pada

ibu hamil hipertensi kronik terdapat riwayat keluarga pernah

preeklamsia/eklamsia (Saifuddin AB,2010: 532)

e. Riwayat Menstruasi

Dari data yang kita peroleh kita akan mempunyai gambaran

tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya. Beberapa data

yang harus kita peroleh dari riwayat menstruasi anatara lain

sebagai berikut.

1) Menarche.

Menarche adalah usia pertama kali mengalami

menstruasi, wanita Indonesia pada umumnya mengalami

menarchea sekitar 12-16 tahun (Sulistyawati, 2009: 167).

2) Siklus

Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang

dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan


38

hari.Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari (Sulistyawati, 2009:

167).

3) Volume

Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi

yang dikeluarkan (Sulistyawati, 2009: 167)

4) Dismenorhea

Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan

ketika mengalami menstruasi, misalnya nyeri hebat, sakit kepala

sampai pingsan, atau jumlah darah yang banyak.Ada beberapa

keluhan yang disampaikan oleh pasien dapat menunjukkan

kepada diagnosis tertentu (Sulistyawati, 2009: 167).

5) Flour albus

Data ini sangat penting untuk kita kaji karena akan

memberikan petunjuk bagi kita tentang organ reproduksi pasien.

Ada beberapa penyakit organ reproduksi yang berkaitan erat

dengan personal hygiene pasien atau kebiasaan lain yang tidak

mendukung kesehatan reproduksinya. Jika didapatkan adanya

salah satu atau beberapa riwayat gangguan kesehatan alat

reproduksi, maka kita harus waspada akan adanya kemungkinan

gangguan kesehatan alat reproduksi pada masa postpartum.

Beberapa data yang perlu kita kaji dari pasien adalah

apakah pasien pernah mengalami gangguan seperti berikut ini:

a) Keputihan.

b) Infeksi.
39

c) Gatal karena jamur.

d) Tumor.

(Sulistyawati, 2009: 168).

6) HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)

Hari pertama haid terakhir yaitu riwayat menstruasi

yang akurat biasanya membantu penempatan tanggal perkiraan

yang disebut taksiran persalinan (Romauli, 2011: 163-172).

7) TTP (Taksiran Tanggal Persalinan)

Perhitungan dilakukan dengan menambahkan 0 bulan

dan 7 hari pada hari pertama haid terakhir (HPHT) atau dengan

mengurangi bulan dengan 3, kemudian menambahkan 7 hari

dan 1 tahun (Romauli, 2011: 163-172).

f. Riwayat pernikahan

Data ini akan mendapatkan gambaran mengenai suasana

rumah tangga pasangan. Beberapa pertanyaan yang perlu

ditanyakan kepada pasien antara lain berapa usia pasien ketika

menikah pertama kali, status pernikahan, lama menikah, suami

yang keberapa (Romauli, 2011: 168).

g. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Informasi esensial tentang kehamilan terdahulu mencakup

bulan dan tahun kehamilan tersebut berakhir, usia gestasi pada saat

itu, tipe persalinan (spontan, ekstrasi vakum, SC), lama persalinan

(lebih baik dihitung dari kontraksi pertama, berat lahir, jenis


40

kelamin, komplikasi lain, kesehatan fisik dan emosi terakhir harus

diperhatikan (Romauli, 2011: 165-166).


41

h. Riwayat KB

Walaupun pemakaian alat kontrasepsi masih lama, namun

tidak ada salahnya jika kita mengkajinya lebih awal agar pasien

mendapat informasi sebanyak mungkin mengenai pilihan beberapa

alat kontrasepsi. Kita juga dapat memberikan penjelasan mengenai

alat kontrasepsi tertentu yang sesuai dengan kondisi dan keinginan

pasien (Romauli S, 2011: 170).

i. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Pola makan

Ini penting untuk diketahui supaya kita mendapatkan

gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya selama

hamil (Romauli, 2011: 170-172). Pada ibu hamil hipertensi

kronik tidak melakukan diet garam secara teratur.

2) Pola eliminasi

Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kebiasaan BAB

(frekuensi, jumlah, konsistensi, bau) dan kebiasaan BAK

(warna, frekuensi, jumlahdan terakhir kali ibu BAB atau BAK),

karena jika ibu mengalami kesulitan BAB maka kemungkinan

ibu sering mengejan sehingga uterus berkontraksi (Romauli,

2011: 170-172).

3) Pola istirahat

Istirahat sangat diperlukan oleh ibu hamil. Petugas

kesehatan dapat menanyakan tentang berapa lama tidur di

malam dan siang hari (Romauli, 2011: 170-172).


42

4) Aktivitas sehari-hari

Kita perlu mengkaji kebiasaan sehari-hari pasien karena

data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat aktifitas

yang biasa dilakukan oleh pasien di rumah (Romauli, 2011:

170-172).

5) Personal hygiene

Data ini perlu dikaji karena bagaimanapun, kebersihan

akan mempengaruhi kesehatan pasien dan janinnya. Beberapa

kebiasaan yang di lakukan dalam perawatan kebersihan diri

diantaranya adalah mandi, keramas, mengganti baju dan celana

dalam kebersihan kuku (Romauli, 2011: 170-172).

6) Kebiasaan

Data ini sangat perlu ditanyakan untuk mengetahui

kebiasaan-kebiasaan itu seperti kebiasaan merokok, minum-

minuman beralkohol, dan ketergantungan obat terlarang.

Dalam kasus ini ibu sering mengkonsumsi obat-obatan anti

hipertensi (Romauli, 2011: 170-172).

7) Aktifitas seksual

Walaupun ini adalah hal yang cukup pribadi bagi

pasien, namun petugas kesehatan harus menggali data dari

kebiasaan ini, katrena terjadi beberapa kasus keluhan dalam

aktifitas sesual yang cukup menggangu pasien namun dia tidak

tau ke mana ia harus berkonsultasi (Romauli, 2011: 170-172).


43

8) Rekreasi

Kita perlu menanyakan kebiasaan rekreasi ini untuk

mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan ibu untuk memenuhi

kebutuhan jasmaninya dan tidak merasa stress sehingga tidak

memperburuk darah tingginya (Romauli, 2011: 170-172).

j. Riwayat psikososial

Meliputi perasaan ibu terhadap penyakitnya, bagaimana

cara mengatasinya serta bagaimana perilaku ibu terhadap tindakan

yang dilakukan terhadap dirinya (Hutahaean S, 2013: 213).

k. Riwayat Sosial Budaya

Untuk mendapatkan data ini, bidan sangat perlu melakukan

pendekatan terhadap keluarga berkaitan dengan masa hamil.

l. Data Spiritual

Berisi tentang kepercayaan yang selanjutnya dapat

digunakan sebagai dukungan moral.

m. Data Pengetahuan

Agar pasien dapat mengetahui segala prosedur yang

dilakukan sehingga pasien kooperatif dalam mengikuti proses

perawatan.

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum

Untuk mengetahui keadaan pasien dan kesan pertama pada

klien, keadaan umum pasien cukup. Dalam kasus ini keadaan

umum ibu baik (Sulistyawati, 2009: 174).


44

b. Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,

kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari

keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma

(pasien tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2009: 175).

Dalam kasus ini kesadaran ibu composmentis.

c. Tanda-tanda vital

1) Tekanan darah

Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90

mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg

atau lebih, dan/atau diastolik 15 mmHg atau lebih, kelainan ini

dapat berlanjut menjadi preeklampsia dan eklampsia kalau tidak

ditangani dengan tepat (Romauli S, 2011: 173). Tekanan darah

Pada ibu hamil hipertensi kroonik ≥ 140/90 mmHg.

2) Nadi

Dalam keadaan santai denyut nadi ibu sekitar 60-80

x/menit. Denyut nadi 100 x/menit atau lebih dalam keadaan

santai merupakan pertanda buruk. Jika denyut nadi ibu 100

x/menit atau lebih, mungkin ibu mengalami salah satu atau

lebih keluhan seperti tegang, ketakutan atau cemas akibat

masalah tertentu, perdarahan berat, anemia sakit/demam,

gangguan tiroid, gangguan jantung (Romauli S, 2011: 173).

3) Respirasi
45

Untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan. Normalnya

16-24 x/menit (Romauli S, 2011: 173).

4) Suhu

Suhu tubuh yang normal adalah 36-37,5oC. suhu tubuh

lebih dari 37oC perlu diwaspadawi adanya infeksi (Romauli S,

2011: 173).

5) Tinggi badan

Ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 145 cm

tergolong risiko tinggi (Romauli S, 2011: 173).

6) Berat badan

Ditimbang tiap kali kunjungan untuk mengetahui

penambahan berat badan ibu. Normalnya penambahan berat

badan tiap minggu adalah 0,50 kg dan penambahan berat badan

ibu dari awal sampai akhir kehamilan adalah 6,50 sampai 16,50

kg (Romauli S, 2011: 173). Karena obesitas merupakan faktor

predisposisi penting untuk hipertensi kronis.

7) LILA

LILA kurang dari 23,50 cm merupakan indikator kuat

untuk status gizi ibu yang kurang/buruk, sehingga ia berisiko

untuk melahirkan BBLR (Romauli S, 2011: 173).

d. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi

Rambut : Bersih atau kotor, pertumbuhan, warna, mudah

rontok atau tidak.


46

Muka : Tampak cloasma gravidarum atau tidak, tampak

sembab atau tidak, bentuk simetris atau tidak,

bila tidak menunjukkan adanya kelumpuhan.

Mata : Bentuk simetris atau tidak, konjungtiva normal

berwarna merah muda atau tidak, sclera berwarna

putih atau tidak. Kelopak mata yang bengkak

kemungkinan adanya preeklampsi.

Hidung : Normal, ada atau tidaknya polip, kelainan bentuk,

dan kebersihan.

Telinga : Normal ada atau tidak serumen yang berlebih dan

berbau atau tidak, simetris atau tidak

Mulut : Adakah sariawan, bagaimana kebersihannya,

adakah karies, atau keropos yang menandakan

ibu kekurangan kalsium. Adanya kerusakan gigi

dapat menjadi sumber infeksi.

Leher : Normal, ada tidaknya pembesaran kelenjar

tyroid, pembendungan vena jugularis.

Dada : Observasi apakah simetris atau tidak, adakah

teraba benjolan pada payudara

Abdomen : Bagaimana bentuk, ada tidaknya bekas luka

operasi, striae livide dan pembesaran abdomen.

Genetalia : Ada tidaknya varises pada vulva dan vagina, ada

tidaknya oedema, kondiloma akuminata dan

kondilomalata.

Anus : Perlu dikaji adakah hemoroid atau tidak.


47

Ekstimitas : Perlu dikaji apakah ada kelainan atau tidak, bisa

digerakkan atau tidak, adakah oedem, varices

atau tidak (Romauli, 2011: 173-174)

2) Palpasi

Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara meraba,

meliputi:

Leher : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran

kelenjar tyroid. Pembesaran kelenjar limfe dan ada

tidaknya pembendungan pada vena jugularis.

Dada : Mengetahui ada tidaknya benjolan atau massa pada

payudara.

Abdomen :

Leopold I : Normal tinggi fundus uteri sesuai dengan usia

kehamilan. Pada fundus teraba bagian lunak dan

tidak melenting. Tujuannya: untuk mengetahui

tinggi fundus uteri dan bagian yang berada

difundus.

Leopold II : Menunjukkan punggung sudah berada satu sisi

dengan abdomen dan bagian-bagian kecil pada

sisi yang lain.

Leopold III : Normal pada bagian bawah janin teraba bagian

yang bulat, keras dan melenting.


48

Leopold IV : Posisi tangan tidak bertemu dan sudah masuk

PAP (Divergen) (Romauli, 2011: 174-176).

3) Auskultasi

Normal terdengar denyut jantung di bawah pusat ibu

(baik dibagian kiri atau dibagian kanan). Mendengarkan denyut

jantung bayi meliputi frekuensi dan keteraturannya. DJJ

dihitung selama 1 menit penuh. Jumlah DJJ normal antara 120

sampai 140 x/menit.

4) Perkusi

Reflek patella:

Normal: Tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika

tendon diketuk (Romauli, 2011: 173-176)

2.4.2 Diagnosa Kebidanan dan Masalah Kebidanan

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau

diagnosis berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah

dikumpulkan. Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan

bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi “standar

nomenklatur” (tata nama) diagnosis kebidanan dan dirumuskan secara

spesifik (Muslihatun WN dkk, 2009: 156). Dalam asuhan kebidanan

digunakan istilah “masalah” dan “diagnosis”. Kedua istilah tersebut dipakai

karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi

tetap perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh.


49

Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami

kenyataan terhadap diagnosisnya (Sulistyawati A, 2009: 179-180).

Diagnosa kebidanan dan masalah kebidanan pada ibu hamil

hipertensi kronik

Diagnosis : Ibu hamil G…P…A… dengan hipertensi kronik.

Masalah : Nyeri kepala dan gangguan penglihatan.

DS : Ibu mengatakan kepala pusing, merasa kelelahan, dan

penglihatan kabur

DO : Ibu hamil dengan hipertensi kronik

TTV : TD: 140/90 mmHg Nadi: … x/menit

RR: … x/menit Suhu: …oC

Inspeksi : Payudara : ………………………

Palpasi : Abdomen : ………………………

Auskultasi : DJJ : ………………………

2.4.3 Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial dan Antisipasinya

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial

lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini membutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil terus mengamati

kondisi klien. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis atau masalah

potensial benar-benar terjadi (Sulistyawati A, 2009: 181).

Potensial ibu : Superimposed preeklampsia, abrupsio plasenta,

disseminated intravascular coagulation, perdarahan

otak, gagal hati, dan gagal ginjal akut.


50

Antisipasi : Pantau ketat pada tekanan darah

Berikan terapi obat anti-hipertensi dan obat penenang

Potensial janin : IUGR, prematur, dan kematian.

Antisipasi : Pantau pertumbuhan janin dengan USG

2.4.4 Identifikasi Kebutuhan Segera

Dalam pelaksanaannya terkadang bidan dihadapkan pada beberapa

situasi yang memerlukan penanganan segera (emergensi) di mana bidan

harus segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan pasien, namun

kadang juga berada pada situasi pasien yang memerlukan tindakan segera

sementara menunggu instruksi dokter, atau bahkan mungkin juga situasi

pasien yang memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Di sini

bidan sangat dituntut kemampuannya untuk dapat selalu melakukan

evaluasi keadaan pasien agar asuhan yang diberikan tepat dan aman

(Sulistyawati A, 2009: 182). Tindakan segera lakukan kolaborasi dengan

dokter obgyn untuk pemberian terapi obat anti-hipertensi dan obat

penenang.

2.4.5 Perencanaan Asuhan Kebidanan

Langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh

hasil kajian pada langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data yang kurang lengkap dapat

dilengkapi (Muslihatun WN dkk, 2009: 158).

Menurut Rukiyah YA (2010: 171) rencana asuhan pada ibu hamil

dengan hipertensi kronik antara lain:


51

1. Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga

Rasional: Mengetahui keadaan ibu dan janin

2. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

Rasional: Memenuhi kebutuhan istirahat

3. Anjurkan ibu untuk diet nutrisi

Rasional: Menurunkan tekanan darah tinggi

4. Beritahu ibu tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan

Rasional: Menambah pengetahuan ibu

5. Cegah penambahan berat badan yang agresif

Rasional: Mencegah terjadinya obesitas

6. Pantau keadaan janin, dengan pemeriksaan seperti biasa

Rasional: Mengetahui perkembangan janin

7. Kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian terapi obat

Rasional: Mempercepat proses penyembuhan

8. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang

Rasional: Memantau kesehatan ibu dan janin

2.4.6 Implementasi/Pelaksanaan Asuhan Kebidanan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.

Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh bidan, pasien, atau

anggota keluarga yang lain.

Pelaksanaan dari asuhan pada ibu hamil dengan hipertensi kronik

antara lain:
52

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga tentang

keadaan ibu, keadaan emosional, tanda-tanda vital, keadaan fisik,

keadaan janin, serta diagnosis hasil pemeriksaan.

2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, jangan terlalu banyak

aktifitas agar kerja jantung tidak berat.

3. Menganjurkan ibu untuk diet nutrisi, dengan mengurangi asupan

natrium seperti asin-asinan garam karena mengontrol diri dalam

mengkonsumsi asupan yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan

darah. Serta memperbanyak asupan kalium seperti buah-buahan

(semangka, alpukat, melon) dan sayuran (buah pare, labu siam,

mentimun, lidah buaya, seledri, bawang putih) karena dapat membantu

penurunan tekanan darah.

Contoh menu:

Pagi : Nasi, telur ceplok, urap Kudapan: Buah

pisang

Siang : Nasi, sayur asem, pepes lele Kudapan: Jus

blimbing

Malam : Nasi, capjay, ayam goring Kudapan: Susu ibu

hamil

4. Memberitahu ibuu tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan seperti

pandangan kabur, ada oedema dan pusing yang berat.


53

5. Mencegah penambahan berat badan yang agresif. Menimbang berat badan

ibu setiap pemeriksaan selama kehamilan secara teratur (ANC) karena

obesitas merupakan faktor predisposisi penting untuk hipertensi kronis.

6. Mengawasi keadaan janin, dengan pemeriksaan seperti biasa. Evaluasi

terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion, baik secara klinis

maupun USG.

7. Berkolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian terapi obat.

Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya mempertahankan

kehamilan atau memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan

dengan penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah

lama menjadi perhatian. Beri terapi obat:

a. Anti-hipertensif: Serpasil, Katapres, Minipres, dll.

b. Obat penenang: Fenobarbital, Valium, Frisium ativan, dll.

8. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang sehingga dapat

memantau kesehatan ibu dan janinnya serta mendeteksi dini adanya

kelainan dalam kehamilan.

2.4.7 Evaluasi Asuhan Kebidanan

Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan,

apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam

diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan rencana asuhan tersebut dapat

dianggap efektif apabila ada perubahan dan perkembangan pasien yang

lebih baik. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut terlaksana

dengan efektif dan mungkin sebagian belum efektif. Karena proses


54

manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan

maka perlu evaluasi, kenapa asuhan yang diberikan belum efektif. Dalam

hal ini mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang belum efektif,

melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses

tersebut tidak efektif serta melakukan penyesuaian dan modifikasi apabila

memang diperlukan (Muslihatun WN dkk, 2009: 162).

Pada ibu hamil hipertensi kronis diberikan KIE tentang makanan

nutrisi ibu hamil, jadwal kunjungan ibu hamil, makanan (nutrisi) ibu

hamil: diet pada hipertensi, dan tanda bahaya kehamilan.


55

BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan sebagai dasar

perkembangan metode ilmiah (Notoatmodjo S, 2012: 19). Pada bab ini disajikan

desain penelitian, lokasi dan waktu penelitian, pengumpulan data, instrumen

penelitian, analisis data dan etika penelitian.

3.1 Pendekatan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif

kualitatif dengan tekhnik penelitian studi kasus (case study). Studi kasus

merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit

penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas,

atau institusi (Nursalam,2008:81).

Penelitian studi kasus ini adalah studi untuk menganalisis asuhan

kebidanan pada ibu hamil multigravida dengan hipertensi kronik di RSUD Dr.

R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro. Jenis studi kasus pada kasus ini

adalah laporan kasus pada ibu hamil multigravida dengan hipertensi kronik

sebanyak 2 orang pasien.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi merupakan tempat dimana pengambilan kasus dilaksanakan

(Notoadmodjo, 2012: 86). Waktu merupakan batas yang telah ditentukan

untuk terlaksananya pengambilan kasus.


56

Pada penelitian ini lokasi pengambilan studi kasus dilakukan di poli

Obgyn RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro. Waktu penelitian

dimulai dari Bulan April sampai dengan Bulan Juni tahun 2016.
57

3.3 Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti

(Arikunto, 2014: 188). Subjek penelitian yang akan dijadikan sumber dalam

penelitian ini adalah 2 ibu hamil multigravida dengan hipertensi kronik di

RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena peneliti

kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu

dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan

ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesaman dengan situasi sosial

pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan

disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian

kualitatif adalah untuk menghasilkan teori (Sugiyono, 2011: 216).

Cara pengambilan sampel adalah dengan cara purposive sampling dan

accidental sampling. Purposive sampling adalah suatu teknik penetapan

sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah dalam peneitian), sehingga sampel

tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnnya

(Nursalam, 2011: 94). Accidental sampling adalah cara pengambilan sampel

yang dilakukan dengan kebetulan bertemu. Sebagai contoh, dalam

menentukan sampel apabila dijumpai ada, maka sampel tersebut diambil dan

langsung dijadikan sebagai sampel utama (Alimul, 2009: 83).

Kriteria sampel pada penelitian sebaga berikut:

1. Ibu hamil multigravida dengan hipertensi kronik di ruang poli Obgyn

RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.


58

2. Ibu hamil multigravida dengan hipertensi kronik di ruang poli Obgyn

RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro yang bersedia

dijadikan subyek penelitian.

Subyek penelitian yang digunakan adalah 2 pasien dengan masalah

kebidanan yang sama. Subyek penelitian kasus ini adalah ibu hamil

multigravida dengan hipertensi kronik di ruang poli Obgyn RSUD Dr. R.

Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.

3.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu pendekatan kepada subyek dan proses

pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2008: 111) prosedur pengambilan data pada penelitian ini

berdasarkan data primer dan data sekunder.

3.4.1 Prosedur Pengumpulan Data


59

Setelah mendapatkan surat keterangan dari Badan Kesatuan Bangsa,

Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Bojonegoro, peneliti

meminta izin Direktur RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.

Kemudian meminta izin Kepala Poli Obgyn untuk mendapatkan data ibu hamil

multigravida dengan hipertensi kronik melalui buku rawat jalan, setelah

mendapatkan data ibu hamil multigravida dengan hipertensi kronik peneliti

memilih 2 dari 13 ibu hamil dengan hipertensi kronik dari data rawat jalan.

Kemudian melakukan kunjungan rumah pada subyek yang terpilih untuk

bersedia dan membuat kesepakatan untuk datang ke RSUD Dr. R. Sosodoro

Djatikoesoemo Bojonegoro pada kasus 1 dilakukan tanggal 02-06-2016 kasus 2

pada tanggal 08-06-2016. Hari pertama dilakukan pada kasus 1 tanggal 02-06-

2016 jam 09.30 WIB pada Ny”W” GIIPI0IA0 dengan hipertesi kronik, kemudian

di jelaskan tujuan dan maksud penelitian untuk dilakukan pengkajian, setelah

setuju subyek menandatangani lembar persetujuan (informed consent),

selanjutnya dilakukan tindakan asuhan kebidanan 7 langkah Varney di RSUD Dr.

R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro, dan pada kasus 2 dilakukan tanggal 08-

06-2016 jam 11.25 WIB pada Ny”S” GIIP0AI00 dengan hipertensi koronik ,

kemudian di jelaskan tujuan dan maksud penelitian untuk dilakukan pengkajian,

setelah setuju subyek menandatangani lembar persetujuan (informed consent)

selanjutnya dilakukan tindakan asuhan kebidanan 7 langkah Varney di RSUD Dr.

R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro,

3.4.2 Data Primer


60

Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang

diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh

subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian

(informasi) yang berkenaan dengan variabel yang diteliti (Arikunto, 2014:

22), teknik pengumpulan data primer adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau

pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden)

atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut atau face

to face (Notoatmodjo S, 2012: 139).

Pelaksanaan wawancara ini dilakukan pada ibu hamil

multigravida dengan hipertensi kronik di ruang poli Obgyn RSUD Dr.

R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro. Dengan melakukan

Annamnases pada ibu secara lengkap dari data subyektif meliputi

identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang riwayat

penyakit keluarga, riwayat menstruasi, riwayat pernikahan, riwayat

kehamilan persalinan dan nifas yang lalu, riwayat KB, pola kebiasaan

sehari-hari, riwayat psikososial, sosial budaya, spiritual, dan

pengetahuan.

2. Observasi
61

Pengamatan (observasi) adalah prosedur yang berencana,

antara lain meliputi melihat, mencatat jumlah dan taraf aktivitas

tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti

(Notoatmodjo S, 2012: 131).

Dalam kasus ini untuk memperoleh data obyektif yaitu dengan

melakukan pengamatan langsung pada klien untuk mengetahui

keadaan perkembangan dan perawatan yang telah dilakukan.

Pelaksanaan observasi ini dilakukan dengan mengobservasi

data obyektif secara lengkap inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi

seperti tekanan darah dilakukan 2 kali selang 4 jam pada ibu hamil

multigravida dengan hipertensi kronik dan juga diberikan penyuluhan

tentang diet nutrisi ibu hamil dengan hipertensi kronik di RSUD Dr. R.

Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.

a) Inspeksi

Inspeksi adalah merupakan proses pengamatan atau observasi

untuk mendeteksi masalah kesehatan pasien (Uliyah, 2015: 140).

Pada kasus ibu hamil multigravida dengan hipertensi kronik di

ruang poli RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro

dilakukan pemeriksaan kepala, rambut, muka, mata, hidung,

telinga, mulut/gigi, leher, dada/axila, perut, genetalia eksterna,

ekstremitas.

b) Palpasi
62

Palpasi adalah merupakan pemeriksaan dengan indera peraba,

yaitu tangan, untuk menentukan ketahan, kekenyalan, kekerasan,

tekstus dan mobilitas (Uliyah, 2015: 140). Pada kasus ibu hamil

multigravida dengan hipertensi kronik dilakukan pemeriksaan

leher, payudara, abdomen, genetalia eksterna, ekstremitas.

c) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi

yang dihasilkan tubuh melalui stetoskop (Uliyah, 2015: 141). Pada

kasus ibu hamil multigravida dengan hipertensi kronik dilakukan

pemeriksaan TTV tekanan darah, DJJ.

d) Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian

permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian

tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara.

Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk,

dan konsistensi jaringan (Hidayat AAA, 2007: 140). Pada ibu

hamil hipertensi kronik dilakukan pemeriksaan patella.

3.4.3 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari beberapa dokumen

grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan lain-lain), foto-foto, film,

rekaman video, benda-beda dan lain-lain yang dapat memperkaya data

primer (Arikunto, 2014: 22).

Data sukender dalam penelitian meliputi:

1. Studi dokumentasi
63

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mengambil data yang berasal dari dokumentasi asli. Dokumen asli

tersebut dapat berupa gambar, tabel atau daftar periksa dan film

dokumenter (Hidayat AAA, 2007: 100). Dalam kasus ini dokumentasi

dilakukan dengan mengumpulkan data yang diambil dari rekam medik

dan buku KIA ibu hamil multigravida dengan hipertensi kronik di

RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.

2. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari permasalahan

penelitian (Hidayat AAA, 2007: 42). Bahan pustaka dalam kasus ini

penulis mengambil dari beberapa buku dan artikel internet yang

berhubungan dengan ibu hamil multigravida dengan hipertensi kronik.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrument adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah

(Arikunto, 2014: 203).

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah format asuhan

kebidanan dengan manejemen kebidanan 7 langkah Varney.

1. Langkah I (mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai

keadaan klien secara keseluruhan)

2. Langkah II (Interpretasi Data dasar)


64

3. Langkah III (Merumuskan diagnosa atau masalah potensial)

4. Langkah IV (Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan penanganan segera)

5. Langkah V (Merencanakan asuhan kebidanan)

6. Langkah VI (Melaksanakan asuhan kebidanan)

7. Langkah VII (Evaluasi)

Alat yang dipergunakan saat pemeriksaan antara lain tensi meter,

stetoskop, termometer, pita pengukur LILA, reflek patella, jangka panggul

martin, funadoskop, dan alat yang lain jika diperlukan pada asuhan kebidanan

pada ibu hamil multigravida dengan hipertensi kronik di RSUD Dr. R.

Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.

3.6 Analisis Data

3.6.1 Mereduksi data dengan membuat koding dan kategori

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang hal-hal yang tidak diperlukan dalam penelitian. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2011: 247).

3.6.2 Penyajian data


65

Penyajian data penelitian dilakukan melalui berbagai bentuk. Pada

umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yakni penyajian dalam bentuk

teks (textular), penyajian dalam bentuk tabel dan penyajian dalam bentuk

grafik. Penyajian secara textular biasanya digunakan untuk penelitian data

kualitatif (Notoatmodjo S, 2012: 188)

3.6.3 Kesimpulan

Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari hasil analisis data

yang sudah dilakukan. Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif

mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan adalah merupakan

temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan tersebut dapat

berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum

jelas sehingga setelah diteliti menjadi lebih jelas (Sugiyono, 2011: 253).

3.7 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian kebidanan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan

(Hidayat AAA, 2007: 93). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain

adalah sebagai berikut:

3.7.1 Informed Consent (persetujuan menjadi responden)


66

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara penliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka

harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia

maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang

harus ada dalam Informed Consent tersebut antara lain: partisipasi pasien,

tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,

prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat,

kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain (Hidayat

AAA, 2007: 93).

3.7.2 Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan (Hidayat AAA, 2007: 94).

3.7.3 Confidentiality (kerahasiaan)


67

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset (Hidayat AAA, 2007: 95).

Anda mungkin juga menyukai