Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KELOMPOK

ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK


TRIAD OF CONCERN

KELOMPOK 11B

1. Muhammad Harits Wicaksono (190600106) 5. Farhana Fairuza Ramadhani (190600209)


2. Nandez Vieri (190600107) 6. Zefanya Cornelia Simorangkir (190600210)
3. Shafira Khairunnisa (190600206) 7. Lishalini A/P Ganabathy (190600228)
4. Yolanda Wulandari (190600207) 9. Nurin Syafiqah Binti Azmi (190600229)
5. A Rachma Zata Amani (190600208)

DOSEN PEMBIMBING : Essie Octiara, drg., Sp. KGA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
TRIAD OF CONCERN
Kelompok 11B

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Sumatera Utara
Jl. Alumni No. 2, Kampus USU Medan 20155

PENDAHULUAN
Perawatan gigi yang dilakukan pada anak seringkali tidak semudah dalam melakukan
perawatan gigi dewasa. Berbagai faktor dapat mempengaruhi tingkah laku anak serta yang
menyertainya ketika akan melakukan perawatan oleh dokter gigi. Membuat seorang anak
mau bekerja sama dalam setiap tindakan perawatan gigi dan mulut menjadi sebuah tantangan
tersendiri bagi dokter gigi. Tidak banyak dokter gigi yang telah mendapatkan pendidikan
khusus dalam perawatan gigi pada anak. Banyak dokter gigi yang menolak beberapa
perawatan gigi pada anak karena dasar rasa takut dari ketidakmampuan menghadapi situasi.
Kesulitan pelaksanaan perawatan gigi pada anak dapat ditangani jika dokter gigi memperoleh
pengetahuan yang baik dari kondisi manifestasi fisik dan psikologis pasien.1
Penatalaksanaan perilaku pasien anak adalah bagian penting dari praktik kedokteran
gigi anak. Bagi anak yang tidak kooperatif, dokter gigi harus mengandalkan teknik
manajemen perilaku sebagai pengganti atau penambahan pada manajemen perawatan.
Metode manajemen perilaku menyangkut komunikasi dan edukasi pada anak serta orang tua
pasien. Menjalin hubungan dengan anak, keluarga dari anak serta tim dokter gigi merupakan
proses yang saling berhubungan. Proses ini dimulai sebelum pasien mendapat perawatan
pembedahan serta dapat memberikan informasi tertulis pada orang tua pasien serta pertukaran
gagasan, nada suara, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan sentuhan pada pasien anak.
Perkembangan dan berbagai pandangan terhadap perawatan gigi sangat penting bagi dokter
gigi untuk memiliki berbagai macam teknik manajemen perilaku dan teknik komunikasi
untuk memenuhi kebutuhan setiap anak.2
Komunikasi merupakan kunci utama dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi.
Komunikasi yang baik akan menimbulkan respon yang baik dari pasien dalam kelancaran
perawatan gigi. Agar dapat tercapai keberhasilan tersebut, dokter gigi hendaknya dapat
memahami konsep Triad of Concern. Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk
menjelaskan tentang Triad of Concern, komponen-komponen Triad of Concern, dan
komunikasi antar komponen Triad of Concern.
DEFINISI TRIAD OF CONCERN
Triad of concern merupakan tiga komponen penanggulangan tingkah laku anak. Tiga
komponen tersebut terdiri dari anak, orang tua dan dokter gigi. Triad of Concern berfungsi
untuk menangani segala tingkah laku yang ditunjukkan anak saat sebelum, dalam proses, dan
setelah proses perawatan gigi anak.3
Anak merupakan puncak dari triad of concern, sehingga segala perhatian orang tua dan
dokter gigi tertuju pada anak yang menjadi pasien. Pasien anak biasanya mengalami rasa
takut saat proses perawatan gigi berlangsung. Rasa takut merupakan suatu mekanisme
perlindungan diri dan bukan gejala abnormal karena secara naluriah seorang anak akan
merasa takut dengan sesuatu yang asing baginya. Oleh karena itu, peran orang tua dalam
triad of concern bertindak sebagai pihak yang memotivasi anak agar mau menjalani
perawatan gigi. Sedangkan, dokter gigi bertindak sebagai pengarah agar ketiga komponen
dapat bekerja sama dalam proses perawatan gigi anak.3
Triad of Concern meliputi segala cara berkomunikasi antara anak dengan orang tua,
anak dengan dokter gigi, dan dokter gigi dengan orang tua. Selain itu, dibutuhkan juga
informasi-informasi mengenai perkembangan dan pertumbuhan anak yang dapat membantu
cara berkomunikasi yang baik antara ketiga komponen triad of concern. Dengan komunikasi
yang baik, perawatan gigi anak dapat terlaksana dengan baik. Tingkah laku anak yang dapat
mengganggu jalannya perawatan gigi juga dapat tertangani dengan baik dan tepat.3

KOMPONEN – KOMPONEN POKOK TRIAD OF CONCERN


A. PASIEN ANAK
Kecemasan dental yang timbul mulai dari masa anak-anak merupakan hambatan
terbesar bagi dokter gigi dalam melakukan perawatan yang optimal. Kecemasan pada
anak-anak telah diakui sebagai masalah selama bertahun-tahun yang menyebabkan
anak sering menunda dan menolak untuk melakukan perawatan. Pasien yang merasa
cemas cenderung akan menghindar untuk melakukan kunjungan berkala ke dokter
gigi, sehingga pasien membatalkan kunjungan, tidak kooperatif, dan tidak mampu
melaksanakan atau mengingat instruksi pascaperawatan.4
Salah satu aspek terpenting dalam perawatan gigi anak adalah mengontrol rasa
sakit, karena pengalaman yang tidak menyenangkan akan berdampak di masa depan.
Penundaan perawatan gigi dapat menyebabkan tingkat kesehatan mulut pasien
bertambah parah dan menambah ketakutan anak untuk berobat ke dokter gigi.
Berdasarkan beberapa penelitian, telah diketahui bahwa kecemasan dental pada anak
biasanya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya jenis kelamin, usia,
kecemasan orang tua, nyeri saat perawatan gigi, dan pendidikan ibu. Anak harus
terlebih dahulu diberi gambaran tentang dokter yang akan merawatnya serta situasi
yang dapat timbul nanti sebelum membuat janji bertemu dengan dokter gigi, tidak
perlu menceritakan rasa sakit yang begitu hebat kepada anak, tetapi diperlukan
pernyataan yang jujur tanpa emosi yang dilebih-lebihkan.5

B. ORANG TUA
Pola perilaku orang tua terhadap perawatan gigi biasanya berpengaruh langsung
terhadap perilaku anak. Anak-anak dengan orang tua yang memiliki sikap dan
persepsi positif terhadap perawatan gigi akan memiliki antisipasi positif bagi dirinya
sendiri untuk hadir sebagai pasien yang baik, sebaliknya bila negatif apabila orang
tua menyampaikan pengalaman negatif atau saat mengantarkan anaknya ke dokter
gigi memberikan konsep rasa takut dan rasa sakit saat kunjungan ke dokter gigi.
Orang tua memiliki wewenang dalam membesarkan anak sesuai dengan
keinginannya, dengan mendengarkan orang tuanya, dokter gigi dapat memperkirakan
perilaku sang anak. Perilaku orang tua yang paling sering menimbulkan masalah pada
anak terhadap dokter gigi yaitu over protection, terlalu memanjakan, terlalu cemas,
terlalu mengatur, kurang perhatian, dan penolakan. Orang tua yang permisif juga
menimbulkan masalah pada anak yaitu dengan pemberian bimbingan yang tidak
konsisten.6

C. DOKTER GIGI
Menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran,
dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi
spesialis lulusan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri
yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Dokter gigi anak bekerja dengan tujuan pencegahan masalah-masalah
kesehatan gigi sebelum timbul suatu masalah dalam mulut, dan melakukan perawatan
apabila terdapat kelainan pada rongga mulut. Beberapa hal yang harus diperhatikan
oleh dokter gigi:7
1. Kepribadian dokter gigi dan perawatnya
Dokter gigi dan perawat harus memiliki kepribadian yang ramah, lemah
lembut, dan sabar agar si anak mempunyai keyakinan terhadap orang-orang
yang dijumpainya di tempat praktek yang meliputi penerima kartu, perawatan
dan dokter giginya.7
2. Waktu dan lamanya kunjungan
Membatasi lamanya waktu kunjungan agar si anak tidak merasa bosan
dan menangis serta memilih waktu kunjungan yang tepat dan sesuai dengan si
anak, misalnya tidak memilih waktu kunjungan pada saat jam tidurnya.7
3. Komunikasi dokter gigi
Saat berbicara dengan pasien anak-anak, seorang dokter gigi harus
menggunakan bahasa yang tidak menimbulkan rasa takut dan bingung.7
4. Pengetahuan tentang pasien
Dokter gigi harus mempunyai informasi tentang si anak terlebih dahulu
sebelum ia duduk di kursi gigi. Informasi tersebut dapat digunakan untuk
menyiapkan perlakuan yang akan diberikan pada si anak saat kunjungan.7
5. Perhatian terhadap pasien
Setiap anak harus diberi perhatian penuh oleh dokter giginya. Selalu
merawat si anak dengan beranggapan bahwa ia satu-satunya pasien pada hari
itu.7
6. Keterampilan dokter gigi
Seorang dokter gigi harus mampu melaksanakan tugasnya dengan
cekatan, terampil, dan sedikit mungkin menimbulkan rasa sakit.7
7. Kelayakan dokter gigi
Setiap berhubungan dengan pasien anak, harus realistik, dan
bertanggung jawab. Berikan si anak kesempatan untuk berpartisipasi dalam
prosedur perawatan, sehingga mereka merasa lebih tertarik dan koperatif.7

KOMUNIKASI ANTAR KOMPONEN TRIAD OF CONCERN


A. KOMUNIKASI ANTARA DOKTER GIGI DAN PASIEN ANAK
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjalin
hubungan dengan anak. Melalui komunikasi tersebut, dokter gigi dapat mengambil
data yang terdapat dalam diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan
tindakan perawatan. Dalam berkomunikasi dengan anak, seorang dokter gigi harus
memperhatikan kematangan kognitif anak, membuat situasi yang kondusif, dan
berkomunikasi sesuai dengan tingkat perkembangan anak.3 Beberapa teknik
komunikasi yang efektif terhadap anak:
1. Menciptakan komunikasi
Dalam hal ini, seorang dokter gigi sebaiknya mengikutsertakan anak
dalam percakapan agar dokter gigi tersebut dapat memahami pasien serta
dapat membuat anak menjadi lebih rileks. Tahap awal yang sangat baik untuk
memulainya adalah dengan memberikan pujian kepada anak diikuti dengan
pertanyaan yang menimbulkan jawaban dari anak, selain dari kata “ya” atau
“tidak”.8
2. Melalui komunikator
Umumnya, asisten dental yang berbicara dengan anak selama perjalanan
pasien dari ruang resepsionis sampai ke ruang operator dan juga selama proses
preparasi di dental unit.8
3. Kejelasan pasien
Komunikasi adalah sesuatu yang kompleks dan multisensoris.
Didalamnya mencakup penyampai pesan (dokter gigi), media (kata-kata yang
diucapkan), dan penerima pesan (pasien). Pesan yang disampaikan harus dapat
dimengerti dengan satu pemikiran yang sama antara penyampai pesan dan
penerima pesan. Sangat sering digunakan eufimisme (pengganti kata) untuk
lebih dimengerti dalam menjelaskan prosedur terhadap pasien muda.
Contohnya, dalam terminologi dental (kata ganti), seperti alginate yang berarti
pudding, bur yang berarti sikat kecil, dan sebagainya.8
4. Kontrol suara
Seorang dokter gigi sebaiknya menggunakan kata-kata yang tegas tetapi
lembut. Dengan begitu, seorang dokter gigi dapat menarik perhatian si anak
dan memberhentikan anak dari segala aktivitas yang sedang dikerjakannya.8
5. Komunikasi multisensori
Komunikasi verbal fokus pada apa yang diucapkan dan bagaimana kata-
kata itu diucapkan. Komunikasi non-verbal juga dapat disampaikan melalui
kontak tubuh. Misalnya, seorang dokter gigi memegang pundak anak saat
duduk di kursi gigi dan menatap anak dengan tatapan lembut agar lebih
merasa bersahabat.8
6. Masalah kepemilikan
Terkadang, dokter gigi lupa dengan siapa mereka berhadapan. Mereka
memanggil “kamu” kepada anak tersebut. Sebaiknya, dokter gigi memanggil
si anak dengan panggilan nama di rumahnya karena kata “kamu” dapat
mengimplikasikan bahwa anak tersebut salah.8
7. Aktif mendengarkan
Aktif mendengarkan adalah tahap kedua terbaik dalam teknik
berkomunikasi sehingga pasien terstimulasi untuk mengungkapkan apa yang
dirasakannya.8
8. Respon yang tepat
Seorang dokter gigi juga harus memberikan respon yang positif terhadap
apa yang diungkapkan anak agar si anak lebih dapat terbuka pada respon
tersebut.8

B. KOMUNIKASI ANTARA DOKTER GIGI DAN ORANG TUA


Pada saat wawancara medis pasien anak, tidak hanya anak yang memberikan
informasi, tetapi orang tuanya juga, sehingga disebut dual patient. Dengan dual
patient, dokter dapat memperhatikan anak dan orang tuanya sekaligus. Tidak hanya
itu, dokter juga dapat mengetahui bagaimana perkembangan komunikasi anak dan
bagaimana kedekatan hubungan anak dengan orang tua, sehingga dokter dapat
menilai dominasi orang tua terhadap anak. Ada beberapa hal yang harus ditekankan
dokter dalam komunikasi dengan orang tua anak, yaitu:9
1. Mendengarkan
Seorang dokter harus mampu menjadi pendengar yang baik bagi orang
tua anak yang dapat ditunjukkan melalui kata-kata ataupun bahasa tubuh,
misalnya dengan cara duduk kita yang condong ke depan, menatap mata,
menunjukkan perhatian, memberikan jeda waktu, dan merespon semua kata-
kata pasien baik yang verbal maupun nonverbal.9
2. Memfasilitasi Dialog
Seorang dokter harus mampu mendengarkan cerita orang tua dengan
penuh empati tanpa menginterupsi, merubah pokok bahasan pembicaraan, atau
langsung menghakimi pasien. Oleh karena itu, seorang dokter juga perlu
mengarahkan jalannya wawancara. Adapun strategi untuk melakukan
wawancara medis dengan orang tua:
a. Mengetahui alasan mereka pergi ke dokter
b. Mengetahui harapan orang tua
c. Menuntun dalam melakukan wawancara dan tidak mendominasi9
3. Bersikap Sopan dan Santun
Seorang dokter diharapkan mampu menerapkan sikap sopan santun
umum kepada orang tua pasien, termasuk sikap peduli agar orang tua merasa
senang, yaitu dengan situasi yang bersahabat dan profesional, bukan suasana
yang kaku.9
4. Melakukan Konseling
Hendaknya dokter menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
orang tua, karena orang tua ingin penjelasan yang mudah dimengerti tentang
diagnosis penyakit anaknya dan juga tentang hal-hal yang menyangkut tata
pelaksanaannya.9
5. Bicara dengan Anak
Dengan adanya komunikasi dan interaksi awal yang baik, maka akan
menciptakan hubungan yang baik pula antara pasien dan dokter. Disamping
itu, dokter juga dapat melakukan diagnosis awal melalui kontak fisik yang
dilakukan, misalnya dengan salaman atau kontak mata. Perilaku komunikasi
antara dokter dengan anak sering dijadikan contoh bagi orang tua tentang
bagaimana cara berkomunikasi dengan yang baik.9
6. Penutup
Dalam melakukan wawancara medis dengan orang tua, dokter harus
melakukan hal-hal berikut:
a. Membuat ringkasan semua informasi yang telah diceritakan oleh orang
tua pasien dan memasukkannya kedalam rekam medis anak tersebut.
b. Jika ada, berikan materi edukasi yang terkait dengan sakit anaknya.
c. Tanyakan kepada anak yang sudah besar, orang tua, atau pengasuhnya
tentang hal-hal yang belum jelas.9

C. KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DAN PASIEN ANAK


Orang tua harus mampu memberikan pengertian juga kepercayaan kepada
anaknya. Tindakan orang tua yang tepat dan terarah akan sangat membantu
berhasilnya suatu perawatan gigi. Terkadang beberapa orang tua tidak menyadari
bahwa mereka mempunyai peranan dalam mewujudkan tingkah laku anak agar mau
datang ke dokter gigi. Orang tua dapat mencoba cara mengenalkan dokter gigi kepada
anak, yaitu dengan mengajak anak ikut serta saat ibu atau ayahnya memeriksakan
gigi. Orang tua harus menginformasikan kepada anak tentang apa yang sebaiknya dia
lakukan selama berada di praktek dokter gigi.6

PEMBAHASAN
Salah satu konsep perawatan gigi anak yang dikenal adalah konsep Triad of Concern
atau Pedodontic Treatment Triangle. Dalam konsep ini, terdapat tiga komponen utama yang
berperan dalam perawatan gigi anak, yaitu anak, orang tua, dan dokter gigi. Hal ini yang
membedakan konsep perawatan gigi anak dan dewasa. Pada pasien dewasa, pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan two lines yaitu hubungan komunikasi antara pasien dan dokter
gigi saja.
Pasien anak

Orang tua Dokter gigi


Gambar 1. Segitiga Pedodontik

Anak diletakkan pada puncak segitiga karena anak menjadi fokus utama dari orang tua
dan dokter gigi. Tanda panah dua arah (resiprokal) pada segitiga perawatan gigi anak
memiliki arti bahwa dalam melakukan perawatan gigi anak, diperlukan peran yang timbal
balik dari tiap komponen. Orang tua memiliki peran dalam memberikan informasi kepada
dokter gigi agar komunikasi dapat berjalan lancar serta memberikan motivasi kepada anak.
Sedangkan, dokter gigi memiliki peran dalam memberikan informasi mengenai kesehatan
gigi dan mulut anak serta merawat gigi anak.10
Melalui komunikasi yang efektif dan perintah yang mudah dipahami, akan menjadi
manajemen yang baik dalam merawat gigi anak, baik untuk anak yang memiliki sikap
kooperatif ataupun tidak kooperatif. Komunikasi yang efektif sangat penting untuk
pengembangan hubungan baik pasien dan mungkin merupakan dasar keberhasilan banyak
dokter gigi dengan anak-anak dalam praktik mereka. Dapat disimpulkan bahwa dalam
melakukan perawatan gigi anak dapat digunakan konsep Triad of Concern, yang melibatkan
3 komponen utama yakni anak, orangtua, dan dokter gigi, dengan memfokuskan komunikasi
efektif antara dokter gigi dan pasien anak, dokter gigi dan orang tua, orang tua dan pasien
anak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Herdiyati Y, Sasmita IS. Pendekatan ideal pada anak dalam perawatan gigi. Dalam:
Prosiding Temu Ilmiah Dies Forum 55 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjajaran, 2014;323-32.
2. Rahaswanti LWA. Manajemen pasien anak di bidang kedokteran gigi. Fakultas
Kedokteran Udayana, 2017:1-2.
3. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Triad of Concern. 21 April
2017.https://docuri.com/download/triad-of-concern_59c1ea14f581710b286d9a7d_pdf
(16 November 2019).
4. Rehatta VC, Kandou J, Gunawan PN. Gambaran kecemasan pencabutan gigi anak di
puskesmas bahu manado. Jurnal e-Gigi (eG) 2014; 2(2): (6p).
5. Jeffrey, Meliawaty F, Rahaju A. Maternal education level and child's anxiety on
dental extraction. Journal of Medicine and Health 2018; 2(1): 611-19.
6. Nirwesti R. Aspek psikologis penatalaksanaan tingkah laku pada perawatan gigi anak.
MIKGI 2009; 11(1): 83-6.
7. Saptiana TA. Gambaran metode pengelolaan tingkah laku secara nonfarmakologi
pada perawatan gigi dan mulut anak di RSGM DRG. HJ. HALIMAH DG. SIKATI
FKG UNHAS. Skripsi: Makassar: Universitas Hasanuddin, 2012: 24-9.
8. Soeparmin S. Pengendalian tingkah laku anak dalam praktek kedokteran gigi. 30 Juli
2014. http://perpus.unmas.ac.id/archives/1955 (16 November 2019).
9. Setyawan FEB. Komunikasi medis: hubungan dokter-pasien.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/APKKM/article/download/3282/3102 (16
November 2019).
10. Wijaya A. Pengelolaan tingkah laku anak dalam perawatan gigi. 9 Juli 2016.
https://dokumen.tips/documents/makalah-pengelolaan-perilaku-anak-pdf.html (16
November 2019).

Anda mungkin juga menyukai