Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Baja merupakan salah satu material logam yang banyak digunakan masyarakat di bidang
teknik, misalnya dalam bentuk pelat, lembaran, pipa, batang, profil dan sebagainya karena baja
mempunyai kekuatan yang tinggi. Baja sering di gunakan pada bidang konstruksi, permesinan
maupun kerajinan.
Penggunaan baja sebagai komponen permesinan dan konstruksi seringkali mengalami
kerusakan sebelum waktu yang telah diperhitungkan dan tidak ditunjang dengan ketahanan aus
dan korosi yang memadai. Hal ini disebabkan karena terjadi korosi, kelelahan (fatigue), patah
getas, serta over load dan pengaruh temperatur tinggi (stress corrosion cracking) dan aus
(wear). Akibat kerusakan logam pada suatu komponen atau bagian yang kritis terkadang diluar
dugaan, bahkan bencana dapat saja terjadi.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode yang diupayakan untuk penaggulangan korosi
dan keausan sejak dini dengan melakukan proses surface treatment yaitu dengan cara memberi
perlindungan pada permukaan logam dengan logam lain. Upaya pengendalian dapat dilakukan
dengan menggunakan metode pelapisan pada permukaan material logam. Pelapisan ini dapat
dilakukan secara electroplating, spraying atau Hot Dip Galvanizing.
Secara teknis pelapisan Hot Dip Galvanizing dengan logam pelapis seng (Zn) memang
lebih sederhana, lebih tahan lama dan relatif tangguh. Pada pelapisan Hot Dip Galvanizing
juga tidak selamanya hasil pelapisan sesuai dengan yang diinginkan, adakalanya tebal lapisan
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya hasil lapisan yang terlalu tebal dan getas yang
disebabkan oleh tingginya kandungan silika dalam baja. Untuk mendapatkan hasil yang baik
dan tahan lama maka banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah komposisi bahan,
komposisi larutan , suhu larutan dan lama waktu pencelupan. Salah satu tujuan proses Hot Dip
Galvanizing adalah meningkatkan ketahanan logam terhadap korosi. Pada logam terjadinya
korosi akibat reaksi kimia, temperatur yang tinggi dan gas atau terjadi korosi elektrokimia
dalam lingkungan air atau udara basah. Uji laju korosi dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh korosi terhadap baja karbon rendah yang dilapisi dengan metode Hot Dip
Galvanizing.
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode pelapisan Hot Dip
Galvanizing dengan variasi temperatur pencelupan 460˚C, 470˚C, 480˚C, dan waktu
pencelupan 2, 6 dan 9 menit yang bertujuan untuk mengetahui nilai kekerasan, ketebalan
lapisan dan struktur mikro dari material baja karbon rendah setelah dilapisi zinc.

1.2 Perumusan Masalah


Adapun perumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini diantaranya :
1. Bagaimana pengaruh variasi temperatur dan waktu pelapisan baja karbon rendah dengan
menggunakan metode pelapisan Hot Dip Galvanizing terhadap nilai kekerasan ?
2. Bagaimana pengaruh variasi temperatur dan waktu pelapisan baja karbon rendah dengan
menggunakan metode pelapisan Hot Dip Galvanizing terhadap ketebalan lapisan ?
3. Bagaimana pengaruh variasi temperatur dan waktu pelapisan baja karbon rendah dengan
menggunakan metode pelapisan Hot Dip Galvanizing terhadap struktur mikro ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh variasi waktu pelapisan baja karbon rendah dengan seng melalui
metode Hot Dip Galvanizing terhadap nilai kekerasan.
2. Mengetahui pengaruh variasi waktu pelapisan baja karbon rendah dengan seng melalui
metode Hot Dip Galvanizing terhadap ketebalan lapisan.
3. Mengetahui pengaruh variasi waktu pelapisan baja karbon rendah dengan seng melalui
metode Hot Dip Galvanizing terhadap struktur mikro.

1.4 Batasan Masalah


Proses pelapisan dan permasalahan dalam penelitian ini menjadi jelas dan tidak
menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan maka peneliti perlu membatasi beberapa
masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini, yaitu:
1. Material logam yang akan digunakan adalah pelat baja karbon rendah.
2. Variasi waktu pencelupan yang digunakan 3 menit,6 menit dan 9 menit.
3. Temperatur logam pelapis seng (zn) yang digunakan adalah 460˚C, 470˚C, dan 480˚C.
4. Spesimen uji plat dengan ukuran panjang 150 mm, lebar 30 mm dan tebal 3 mm.

1.5 Sistematika Penulisan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
1. Baja
Baja merupakan paduan yang sebagian besar terdiri dari unsur besi dan karbon 0,2%-
2,1% (Choudhuryet al., 2001).Selain itu juga mengandung unsur-unsur lain seperti
sulfur (S), fosfor (P), silikon (Si), mangan (Mn), dan sebagainya. Namun unsur-unsur
ini hanya dalam presentase kecil.Sifat baja karbon dipengaruhi oleh presentase karbon
dan struktur mikro.Sedangkan struktur mikro pada baja karbon dipengaruhi oleh
perlakuan panas dan komposisi baja. Karbon dengan campuran unsur lain dalam baja
dapat meningkatkan nilai kekerasan, tahan gores dan tahan suhu. Unsur paduan utama
baja adalah karbon, dengan ini baja dapat digolongkan menjadi tiga yaitu baja karbon
rendah, baja karbon sedang, dan baja karbon tinggi(Amanto, 1999). [I]
a. Baja Karbon
Baja karbon adalah paduan besi karbon dengan sedikit Si, Mn, P, S dan Cu
(Wiryosumarto dan Okumura, 2000: 89) dimana unsur karbonnya sangat
menentukan sifatnya, sedang unsur paduan lainnya yang biasa terkandung didalam
baja karena proses pembuatannya. Sifat baja karbon tergantung pada kadar karbon
yang dikandungnya. Secara umum baja karbon diklasifikasikan menjadi tiga jenis
yaitu (Smallman dan Bishop, 2000: 326) :
1. Baja karbon rendah yaitu baja yang memiliki kadungan karbon < 0,3% C, baja
karbon rendah juga tidak dapat dikeraskan karena kandungan karbonnya tidak
cukup untuk membentuk martensit. Contoh penggunaannya sebagai bahan
konstruksi kapal, konstruksi kendaraan bermotor dan sebagainya.
2. Baja karbon sedang yaitu baja yang memiliki kandungan karbon 0.3%-0.7% C,
baja jenis ini lebih keras dan lebih kuat dibandingkan dengan baja karbon
rendah. Untuk contoh penggunaannya hampir sama dengan baja karbon rendah
3. Baja karbon tinggi yaitu baja yang memiliki memiliki kandungan karbon > 0.7%
C, baja jenis ini memiliki kekerasan tinggi namun keuletannya lebih rendah.
Contoh penggunaannya untuk per, perkakas potong dan sebagainya.
b. Baja Paduan
Baja paduan adalah baja yang mengandung unsur-unsur tertentu didalamnya agar
didapatkan kualitas yang bagus dan unsur-unsur tersebut kadarnya lebih rendah.
Unsur yang terdapat pada baja paduan rendah unsur paduannya dibawah 10% dan
baja paduan tinggi atau baja khusus unsur paduannya diatas 10%. Baja paduan
rendah mengandung unsur-unsur paduan sebagai elemen tambahan pada besi dan
karbon. Unsur-unsur paduan tersebut dapat berupa mangan (Mn), nikel (Ni),
kromium (Cr), Molibden (Mo), silikon (Si) dan lain-lain. [II]
Sedangkan untuk baja paduan terdiri dari:
1. Baja Paduan Rendah (Low Alloy Steel)
Baja paduan rendah merupakan baja paduan yang elemen paduannya kurang
dari 2,5% wt, misalnya unsur Cr, Mn, Ni, S, Si, P dan lain-lain.
2. Baja Paduan Menengah (Medium Alloy Steel)
Baja paduan menengah merupakan baja paduan yang elemen paduannya 2,5%-
10% wt, misalnya unsur Cr, Mn, Ni, S, Si, P dan lain-lain.
3. Baja Paduan Tinggi (High Alloy Steel)
Baja paduan tinggi merupakan baja paduan yang elemen paduannya lebih dari
10% wt, misalnnya unsur Cr, Mn, Ni, S, Si, P dan lain-lain (Amanto, 1999). [I]
1. Keuletan yang tinggi tanpa pengurangan kekuatan tarik
2. Tahan terhadap korosi dan keausan yang tergantung pada jenis paduannya
3. Tahan terhadap perubahan suhu, ini berarti bahwa sifat fisisnya tidak
banyak berubah.
4. Memiliki butiran yang halus dan homogen.
2. Pengaruh Unsur Paduan Terhadap Baja
Baja yang hanya mengandung unsur karbon tidak akan memiliki sifat seperti yang
diinginkan. Penambahan unsur-unsur paduan lain seperti Si, Mn, Ni, Cr, V, W, dan
lain sebagainya dapat menghasilkan sifat-sifat baja yang diinginkan. Pengaruh
penambahan beberapa unsur paduan terhadap sifat baja adalah:
a. Silikon (Si)
Unsur silikon mempunyai pengaruh menaikkan tegangan tarik dan menurunkan
kecepatan pendinginan kritis (laju pendinginan minimal yang dapat menghasilkan
100% martensit). Silikonmerupakan unsur paduan yang ada pada setiap baja
dengan jumlah kandungan lebih dari 0,4%.
b. Mangan (Mn)
Unsur mangan dalam proses pembuatan baja berfungsi sebagai deoxider (pengikat
O2) sehingga proses peleburan dapat berlangsung baik. Dengan kadar Mn yang
rendah dapat menurunkan pendinginan kritis.
c. Nikel (Ni)
Unsur nikel memberikan pengaruhsama dengan Mn, yaitu menurunkan suhu kritis
dan kecepatan kritis. Ni membuat struktur butiran menjadi halus dan menambah
keuletan.
d. Krom (Cr)
Unsur krom meningkatkan kekuatan tarik dan keplastisan, menambah mampu
keras, meningkatkan tahan korosi dan tahan suhu tinggi.
e. Vanadium (V) dan Wolfram (W)
Unsur vanadium dan wolfram membentuk karbidat yang sangat keras dan
memberikan baja dengan kekerasan yang tinggi. Kekerasan dan tahan panas yang
cukup tinggi pada baja sangat diperlukan untuk mesin pemotongan dengan
kecepatan tinggi (Kurniawan,2007).
3. Seng
Bijih seng ada dalam simpanan yang besar dialam, umumnya mudah ditambang
dan tersebar diseluruh dunia. Pertambangan banyak dilakukan di Australia dan
Kanada. Seng termasuk logam yang anodik (berpotensial rendah) dan baik untuk
melapisi baja. Tingkat kekuatan dari perlindungan dengan lapisan seng adalah
sebanding dengan ketebalan lapisan yang terjadi. Seng bersifat atmosfir karena dapat
bereaksi dengan asam encer (proses lebih lambat jika seng murni yang direaksikan),
disamping itu seng juga dapat bereaksi dengan basa. Seng sangat sedikit digunakan
sebagai bahan konstruksi, lebih sering digunakan untuk proses galvanisasi, bahan
campuran untuk logam seperti kuningan dan tembaga, dan sebagai bahan-bahan
bangunan. Tingkat kekuatan dari perlindungan dengan lapisan seng adalah sebanding
dengan ketebalan lapisan yang terjadi.
4. Hot Dip Galvanizing
Hot Dip Galvanizing adalah suatu proses pelapisan dimana logam pelapisnya
dipanaskan terlebih dahulu hingga mencair, kemudian logam yang akan dilapisi yang
biasa disebut logam dasar dicelupkan ke dalam bak galvanis yang telah berisi seng
cair, sehingga dalam beberapa saat logam tersebut akan terlapisi oleh lapisan berupa
lapisan paduan antara logam pelapis (seng) dengan logam dasar dalam bentuk ikatan
metalurgi yang kuat dan tersusun secara berlapis-lapis yang disebut fasa (Anggara,
2007) Perlindungan pada lapisan galvanis mempunyai dua keuntungan yaitu sebagai
barrier dan anoda yang ditumbalkan. Perlindungan barrier akan melindungi logam
dari lingkungan luar sedangkan sebagai anoda korban akan terkorosi dahulu baru
logam induknya atau substratnya. Lapisan seng yang diperoleh dengan metode hot
dip galvanizing lebih tahan lama, relatif tangguh dan mempunyai kekerasan yang
tinggi. Dari tiaptiap lapisan mempunyai sifat yang berbeda-beda baik dari komposisi
kimia maupun kekerasan. Lapisan bagian luar ZnO merupakan senyawa oksida seng
yang paling tidak diinginkan. Hal ini disebabkan ZnO mempunyai ketahanan korosi
paling rendah dibanding produk-produk korosi yang mungkin terbentuk antara seng
dan lingkungannya. Lapisan paling atas yang terbentuk antara Zn dengan Fe (eta
layer) akan lebih murni dan lunak, sedangkan lapisan paling bawah (gamma layer)
mempunyai paduan baja paling tinggi dibandingkan lapisan lainnya (Anggara, 2007).

Gambar 1 Lapisan Galvanizing


Lapisan paduan tersebut yaitu:
1. Lapisan Eta merupakan lapisan terluar yang tersusun oleh 100% seng yang memiliki
kekerasan sebesar 70 DPN (Diamond Pyramid Number).
2. Lapisan Zeta merupakan lapisan yang terdiri dari 94% seng dan 6% besi yang
memiliki kekerasan sebesar 179 DPN.
3. Lapisan Delta adalah lapisan yang terdiri dari 90% seng dan 10% besi yang memiliki
kekerasan sebesar 244 DPN.
4. Lapisan Gamma adalah lapisan yang terdiri dari 75% seng dan 25% besi yang
memiliki kekerasan sebesar 250 DPN.
5. Proses Pelapisan Hot Dip Galvanizing
Proses pelapisan dengan metode Hot Dip Galvanizing dapat dibagi menjadi tiga tahap
proses, yaitu:
1. Tahap Persiapan (Pre Treatment)
Tahap persiapan berfungsi untuk menghilangkan asam atau basa yang merupakan
bahan pengotor yang menempel pada spesimen, hal ini dimaksudkan agar
diperoleh kondisi permukaan yang bersih dan diperoleh hasil lapisan yang baik.
Proses pembersihan permukaan yang akan dilapisi dapat dilakukan sesuai dengan
jenis pengotor yang menempel pada permukaan spesimen, namun proses
pembersihan ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
A. Proses pembersihan secara fisik
Pembersihan secara fisik dapat berupa pengamplasan dengan menggunakan
mesin gerinda, yang meliputi menghaluskan permukaan yang tidak rata dan
penghilangan goresan-goresan serta geram yang menempel pada permukaan
spesimen.
B. Proses pembersihan secara kimia
Proses pembersihan secara kimia merupakan proses pembersihan pengotor
yang menempel pada permukaan spesimen dengan menggunakan bahanbahan
kimia. Proses pembersihan ini meliputi:
1. Degreasing
Proses degreasing merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan
kotoran, minyak, lemak, cat dan kotoran padat lainnya yang menempel
pada permukaan spesimen. Proses pembersihan dilakukan dengan
menggunakan larutan NaOH (soda kaustik) dengan konsentrasi 5% – 10%
pada suhu 700˚C – 900˚C selama kurang lebih 10 menit.
2. Rinsing I
Proses rinsing I bertujuan untuk membersihkan soda kaustik pada proses
degreasing yang masih menempel pada permukaan spesimen dalam dengan
menggunakan air bersih pada temperatur kamar.
3. Pickling
Proses pickling bertujuan untuk menghilangkan karat yang melekat pada
permukaan spesimen dengan cara dicelupkan ke dalam larutan HCl (asam
klorida) atau larutan H2SO4(asam sulfat) dengan konsentrasi 10% – 15%
selama 15 – 20 menit. Selama proses pickling terjadi reaksi sebagai berikut:
Fe+2HCl  FeCl2+H2………………………… (a)
Fe2O3+6HCl  2FeCl3+3H2O…….…………. (b)
Fe3O4+8HCl  2FeCl3+4H2O..……………… (c)
Fe+2HCl  FeCl2+H2……….………………... (d)
2FeCl3+H2  2FeCl3+2HCl……...…………… (e)
FeCl3+Fe  2FeCl3….………………………... (f)
Proses pickling ditunjukkan pada reaksi (a), (b) dan (c) sedangkan reaksi
(d), (e) dan (f) merupakan proses over pickling (proses pickling yang
berlebihan). Gas H2 yang terbentuk pada reaksi (d) akan menghasilkan
lapisan yang melepuh. Proses pickling yang terlalu cepat akan
menyebabkan proses pembersihan kurang maksimal, sehingga akan
berpengaruh pada hasil pelapisan.
4. Rinsing II
Proses rinsing II bertujuan untuk membersihkan larutan HCl atau H2SO4
yang menempel pada spesimen saat proses pickling dengan menggunakan
air bersih pada temperatur kamar. (e) Fluxing Proses fluxing merupakan
proses pelapisan awal dengan menggunakan Zinc Amonium Cloride (ZAC)
dengan konsentrasi 20% – 30% selama 5 – 8 menit. Proses fluxing
berlangsung pada temperatur 600C – 800C, hal ini dimaksudkan agar
perpindahan panas pada spesimen berlangsung secara perlahan dan
bertahap sehingga dapat menghindari terjadinya deformasi plastis yang
dapat mengganggu proses pelekatan seng pada benda kerja saat proses
galvanizing berlangsung. (f) Drying Proses drying merupakan proses
pengeringan dan pemanasan awal dengan menggunakan gas panas yang
suhunya kurang lebih 1500C, tujuannya untuk menghilangkan cairan yang
mungkin terdapat pada permukaan spesimen yang dapat menyebabkan
terjadinya ledakan uap saat proses galvanizing berlangsung.
2. Tahap Pencelupan (Galvanizing)
Spesimen yang telah mengalami tahap persiapan (pre treatment) dan telah bersih
dari segala pengotor kemudian langkah berikutnya yaitu dilakukan proses
pencelupan (galvanizing). Selama proses galvanizing berlangsung, cairan seng
akan melapisi baja dengan membentuk lapisan baja seng kemudian barulah
terbentuk lapisan yang sepenuhnya berupa unsur seng pada permukaan terluar
baja, larutan yang digunakan minimal adalah 98,5% murni unsur seng. Tahap
pencelupan dilakukan berkisar antara 0,35 – 10 menit pada suhu 4350C – 4800C.
Ketebalan lapisan seng pada pelapisan dengan metode Hot Dip Galvanizing
dipengaruhi oleh kondisi permukaan, lamanya pencelupan dan temperatur
pencelupan. (SNI, 1989) .
3. Tahap Pendinginan dan Tahap Akhir
A. Tahap pendinginan (quenching)
Tahap pendinginan dilakukan dengan mencelupkan spesimen ke dalam larutan
sodium cromate dengan konsentrasi 0,015% pada suhu kamar ataupun dengan
menggunakan air. Proses ini bertujuan untuk mencegah terjadinya white rust
(karat putih).
B. Tahap akhir (finishing)
Bagian akhir dari proses pelapisan berupa menghaluskan permukaan yang
runcing yang disebabkan oleh cairan seng yang hendak menetes namun telah
mengering terlebih dahulu.

2.2 Perkembangan Riset Hot Dip Galvanizing


Variabel Proses Karakteristik

Komposisi
Kekerasan

Ketebalan

Pengujian
Spesimen
Temp ˚C

Struktur

Lainnya
Lapisan
(Menit)

Pelapis
Waktu

Mikro

Kimia
Judul Jurnal

Pengaruh Variasi
Temperatur
Pencelupan
Terhadap Sifat
Mekanik Pada
420,44 Baja
Baja Karbon
0,460,4 6 Karbon Zn HR √ √ √ SEM
Rendah (0.02%
80 Rendah
C) Dengan
Metode Pelapisan
Hot Dip
Galvanizing

Pengaruh Waktu
Tahan Hot Dip
Galvanized
Baja
Terhadap Sifat
30,45 Karbon Elcometer
Mekanik, Tebal 450- Metalo
, 60 Rendah Zn HV Digital 456- - -
Lapisan, Dan 470 grafi
Detik (Baut ) England
Struktur Mikro
A325
Baja Karbon
Rendah

Optimizing Hot
Dip Galvanizing
Sheet
Operations Of 450 1 Zn - - √ √ -
Steel
Steel Sheets For
Better Quality
Pengaruh Variasi
Waktu Pelapisan
Baja Karbon Baja
5,10, Thickness
Rendah Dengan 450 Karbon Zn - √ - -
15 Minutest
Seng Melalui Rendah
Metode Hot Dip
Galvanizing

High
Electron
Temperature 5,20, Optical Scanning
Probe
Galvanizing Of 550 60 IF Stell Zn - Micros Electron -
Microan
Interstitial Free detik copy Microscope
alysis
(IF) Steels
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metodologi penelitian, rancangan proses tartaric sulphuric acid
anodizing, alat dan bahan penelitian, dan prosedur pengujian.
3.1 Diagram Alir Penelitian
A. Metodologi Penelitian

FAKTA
1. Korosi adalah suatu degredasi material yang merugikan.
2. Metode yang diusulkan untuk menngurangi tingkat korosi dengan proses Hot Dip
Galvanizing Seng.
3. Lain-lain yang relevan.

PROBLEM STATEMENT
“Pengaruh Waktu Penahanan dan Temperatur Pada Proses Pelapisan Hot Dip
Galvanizing Terhadap Sifat Mekanik dan Laju Korosi Baja Karbon Rendah”

PROSES HOT DIP GALVANIZING HASIL PERCOBAAN


DAN PENGUJIAN
A. Proses Hot Dip Galvanizing
1. Variasi parameter waktu : 4, 8, 12,
16, 20 menit.
2. Variasi parameter temperatur : 460,
470, 480, 490, 500˚C.
3. Material baja karbon rendah.
4. Pelapis Hot Dip Galvanizing seng.
B. Proses Pengujian
1. Struktur Mikro ( SEM ).
2. Nilai kekerasan ( HV )
3. Laju Korosi.
4. Ketebalan lapisan.

PENGOLAHAN DATA
1. Pengaruh variasi penahanan, dan temperatur terhadap sifat mekanik.
2. Pengaruh variasi penahanan dan temperatur terhadap laju korosi.
A

PEMBAHASAN
3. Pengaruh variasi penahanan, dan temperatur terhadap sifat mekanik.
4. Pengaruh variasi penahanan dan temperatur terhadap laju korosi.

KESIMPULAN DAN SARAN

3.2 Variabel Proses Hot Dip Galvanizing


Variabel Proses Pengujian

No Waktu Struktur Ketebalan Pengujian


Material Pelapis Temp˚C Kekerasan
(Menit) Mikro Lapisan Lainnya

Baja
1 Karbon 3 Seng 460 Metalografi HV SEM

Rendah

Baja
2 Karbon 6 Seng 470 Metalografi HV √ SEM
Rendah

Baja
3 Karbon 9 Seng 480 Metalografi HV √ SEM
Rendah

“Pengaruh Waktu Penahanan dan Temperatur Pada Proses Pelapisan Baja Karbon Rendah
Dengan Metode Hot Dip Galvanizing Terhadap Sifat Mekanik dan Laju Korosi Baja Karbon
Rendah”

3.3 Parameter Percobaan


Parameter Hot Dip Galvanizing

Material Baja Karbon Rendah


Waktu (Menit) 4, 8, 12, 16, 20
Temperatur (˚C) 460. 470. 480. 490. 500
Pelapis Seng
3.4 Rancangan Percobaan Hot Dip Galvanizing
Untuk mengetahui pengaruh waktu penahanan dengan temperatur Hot Dip Galvanizing
pada baja karbon rendah terhadap laju korosi dan sifat mekanik ditunjukan pada gambar
dibawah.

Persiapan bahan

Surface cleaning treatment

Hot Dip Galvanizing

Persiapan pengujian

Pengujian kekerasan Pengujian Ketebalan Pemeriksaan morfologi


Lapisan

1. Scanning electron
microscopy (SEM)
Analisis hasil pengujian kekerasan dan laju 2. Ketebalan lapisan
korosi (Magnetic thickness
gauge)

Pembahasan

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai