Anda di halaman 1dari 115

RESUMAN MATERI MATA KULIAH ILMU GULMA DAN

ILMU HAMA

DOSEN PEMBIMBING :

1. DR.IR.MOCHAMAT SYARIF,MP
2. IQBAL ERDIANSYAH, SP, MP

PEMBUAT DAN PENYUSUN :

NAUFAL NUR MUHAMMAD FAUZY

A42181950

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI TANAMAN PANGAN 2018

JURUSAN PRODUSKI PERTANIAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

DESEMBER 2019
BAB 1. PENDAHULUAN

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari sejak benih, pembibitan,


penananaman, pemanenan, hingga digudang penyimpanan selalu tidak luput dari
gangguan hama, pantogen,gulma, atau karena factor lingkungan yang tidak sesuai
bagi tanaman. Akibat gangguan tersebuat seorang peneliti dari india pernah
menyatakan bahwa kerugian tanaman akibat gulam sebesar 33%, pantogen
sebesar 26%, kerugian akibat serangga hama sebesar 20%, tikus 6%, dan
kerusakan di penyimpanan sekitar 7%. Jika pengganggu tanaman tersebut
mengganggu secara serentak maka kerugian tanaman dapat mencapai 92%. Hal
ini belum termasuk factor dari lingkungan tanaman budidaya itu sendiri.

Produski beras Indonesia pada tahun 1986 sebanyak 270.00 ton. Akibat
searangan hama ,pantogen, dan gulma sebesar 20%, serta susut akibat transportasi
sebesar 10%, maka kerugian yang didapat sekitar 100.000 ton, jika dikruskan
dalam bentuk nominal atau dalam rupiah dengan harga beras pada tahun 1986
adalah (Rp.300,00) kerugian mencapai Rp.3.000.000.000,00 ( 3 milyar rupiah ).
Yang dimana uang sebegitu banyaknya dapat dipergunakan Negara untuk hal
yang lebih penting lagi , seperti membangun sekolah – sekolah pada daerah yang
tertinggal.

Dari satu komoditi tanaman hudidaya ( padi ), dalam setahun


pembudidaya/petani menderita kerugian sedemikian besar, belum diperhitungkan
dari komoditas lain yang cukup penting seperti kopi,karet,coklat,kedelai,jagung
dan sebagainya. Untunglah pemerintah cepet tanggap menangani masalah hama
dan penggangu tanaman lainnya. Sampai presiden melarang peredaran 57 jenis
insektisida untuk tanaman padi, karena telah diketahui ada beberapa serangga
yang tidak mempan lagi oleh racun serangga (insektisida) tersebut.

Sedemikian besar peran pengganggu tanaman budidaya terhadap kehidupan


manusia, tetapi masih banyak orang yang belum tersadar akan kerugian tersebut,
pengetahuan tentang hama, pantogen, gulma dan cara pengendaliannya masih
belum banyak diketahui oleh pembudidaya, oleh sebab itu pengetahuan tentang
hal-hal tersebut sangat penting diketahui oleh pembudidaya dan orang – orang
yang berkecimpung di bidang pertanian.

Contoh beberapa khasus pembudidaya :

1. Seringkali pembudidaya tidak menyadari adanya hama/pantogen tanaman


pada stadium awal. Misalnya pada areal tanaman padi yang terserang
wereng coklat setelah tanaman padi hamper mati, dan tidak dapat
diharapkan lagi hasilnya, biasanya barulah para pembudidaya mencari cara
pengendalian yang tepat, mencari insektisida yang tepat serta usaha –
usaha lain yang sudah terlambat untuk dilakukan.
2. Pernah pula terjadi tanaman terserang penyakit yang kejalanya kurang
jalas dan sulit untuk dilihat oleh pembudidaya, penyakit tersebut memiliki
pantogen yang cepat berkembang pada kondisi tertentu. Maka usaha
apapun yang dilakukan akan tidak berguna karena tanaman yang sudah
terserang penyakit tersebut tidak bisa untuk sembuh.
3. Banyak transmigran yang berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain
yang kondisi lingkungan,jenis hama dan pantogennya berbeda dengan
daerah asalnya. Lalu mereka menanam tanaman kegemarannya seperti di
daerah asalnya dan mereka akan mengalami gagal panen yang diakibatkan
karena perbedaan lingkungan dan daerah asalnya, dan juga ada perubahan
lingkungan contoh yang awalnya dari hutan menjadi lading, sehingga
timbulllah masalah hama yang tidak mereka duga kehadirannya.

Kehadiran gulma yang juga merupakan tumbuhan ini disekitar tanaman


budidaya tidak dapat dielakkan, terutama bila lahan untuk bercocok tanam
tersebut tidak dikendalikan. Sebagai tumbuhan gulma juga mempunyai
persyaratan tumbuh seperti hal nya tanaman lainnya, misalnya kebutuhan akan
cahaya,nutrisi, air , gas Co2 seta gas lainnya, dan ruang dan lain sebagainya.
Persyaratan tumbuh yang sama atau hamper sama bagi gulma atau tanaman dapat
mengakibatkan adanya atau terjadinya asosiasi gulma disekitar tanaman budidaya.
Gulma yang berasosiasi akan saling memperebutkan bahan – bahan yang
dibutuhkannya, apalagi bila jumlah kebutuhannya sedikit atau terbatas untuk
keduanya.

Keadaan tanaman budidaya dan gulma yang saling memperebutkan bahan –


bahan yang sama – sama dibutuhkan keduanya akan mengakibatkatkan timbulnya
persaingan antar kedua tumbuhan tersebut. Persaingan akan lebih ketat lagi
apabila bahan yang diperebutkan memiliki jumlah yang terbatas atau tidak
mencukupi untuk dipergunakan bersama. Karena perlu kiranya pada ilmu gulma
ini diuraikan lebih mendalam tentang persaingan antar tanaman budidaya dengan
gulma. Yang pada dasarnya uraian ini untuk mengingat kembali dan
memperdalam tentang hal yang sudah diperoleh pada kesempatan yang lalu serta
menekankan hal – hal baru yang belum disinggung maupun dibahas. Sehinga
menimbulkan suatu bahasan yang cukup mendalam.

Dalam uraian tentang persaingan tanaman dengan gulma akan membahas


tentang pokok-pokok yang berhubungan dan mempengaruhi persaingan itu,
misalnya, peran cahaya, peran air,peran nutrisi, peran Co2 dan O2 serta gas – gas
yang lain, peristiwa alelopati dan sebagainya. Berdasarkan pengalaman yang ada
metode pendekatan penghitungan kehilangan hasil juga diutarakan.

Cahaya,air, dan nutrsi disebutkan sebagai unsur-unsur utama yang selalu


diperebutkan bagi dua jenis tumbuhan berbeda dan kedudukannya berdekatan.
Peristiwa perebutan unsur – unsur tersebut, yang dikenal dengan istilah
persaingan, dapat terjadi bila unsur yang diperlukan itu beda dalam jumlah
terbatas dan persediaanya dibawah kebutuhan masing-masing. Persaingan antar
dua tumbuhan ini dapat terjadi apabila jarak antara gulma dengn tanaman
budidaya ini memiliki jarak yang berdekatan. Peristiwa interaksi untuk masalah
ini diartikan sebgai keterlibatan masing-masing tumbuhan yang saling
mempengaruhi, terutama pada hidupnya.

Air dan gas karbondioksida merubahan bahan baku bagi proses fotosintesis,
yang dibantu dengan adanya cahaya matahari yang diaksepsi oleh klorofil
terjadilah karbohidrat, dan dapat menimbulkan energi lain bila adanya respirasi
untuk kehidupan selanjutnya. Di samping itu unsur lain seperti cahaya ,air dan gas
karbondioksida dan lain sebagainya itu diperebutkan bagi tumbuhan yang mau
hidup.

Masih ada satu segi dalam persaingan yang bukan langsung merupakan
masalah perebutan unsur – unsur kebutuhan utama, tetapi terlebih dahulu adanya
zat kimia yang disekresikan oleh salah satu tumbuhan yang merugikan pada
pertumbuhan didekatnya. Peristiwa semacam ini disebut alelopat. Adanya
allelopat ini juga merisaukan kelanjutan hidup dari tanaman budidaya dalam
lingkungannya. Nampaknya bagi manusia tumbuhan yang mengeluarkan allelopat
mempunyai keuntungan dalam persaingan sebab tumbuhan lawannya dilemahkan
terlebih dahulu oleh adanya zat kimia tersebut. Dengan demikian tumbuhan
tersebut mempunyai harapan menang dalam bersaing dengan tetangganya.

Tujuan dari mempelajari ilmu hama dan ilmu gulma ini adalah agar
menambah ilmu para pembudidaya yang sangat penting untuk dipelajari
dikarenakan akan di ajarkan bagaimana cara mengientifikasi hama dan gulma
melalui dengan contoh mengamati gejala yang ditimbulkan pertanda akan adanya
hama tanaman budidaya tersebut serta akan meperoleh ilmu bagaimana cara
mengendalikan hama dan gulma pada tanaman budidaya tersebut sehingga
pembudidaya dapat mengambil keputusan tentang bagiaman cara pengendalian
serangan hama dan gulma tanaman budidaya tersebut, dengan berpatokan batas
ambang ekonomi. Sehingga pembudidaya tidak harus terus meneruskan
menggukan insektisida maupun herbisida atau bahan bahan kimia lainnya karena
apabila penggunaan dilakukan secara terus menerus akan mengakibatkan
kekebalan pada hama maupun gulma karena efek dari bahan kimia yang
digunakan secara berlebihan akan membuat tanaman budidaya keracunan atau
toksis serta akan berdampak dengan kesuburan tanah budidaya yang semakin
menurun .
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian hama


Pengertian hama adalah hewan yang merupakan kepentingan manusia. Rumput
yang sengaja ditanam dirusak belalang, belalang disehut hama. Padi ditanam dan diserang
penggerek batang, penggerek batang disebut hama. Bunga warna putih yang indah, dikotori
feces kumbang, kumbang disebut hama dan masih banyak lagi contoh lainnya. Kiranya
persaingan manusia dengan serangga yang disebut hama dimulai jauh sebelum adanya
peradaban manusia, yang terus berlangsung tanpa ada waktu istirahat sampai sekarang dan
akan berlanjut selama manusia itu ada. Suatu kenyataan bahwa manusia dan serangga secara
tetap menginginkan hal yang serupa dalam waktu yang sama. Perang terjadi, akan tetapi tidak
satupun dari keduanya ada yang menang. Manusia selalu berfikir untuk menaklukan atau
mengalahkan alam tetapi tidak ingat bahwa serangga merupakan salah satu mahluk hidup
berusaha pula untuk menguasai dunia. Keinginan serangga untuk mengambil makanan dari
tanaman tidak bisa dicegah begitu saja. Delnikian pula jika menghendaki darah ternak atau
manusia, stiletnya yang tajam dengan mudah menembus kulit untuk kemudian memompa
darah sebagai kebutuhan makanannya. Sering ditemui serangga yang memilih tempat
tinggalnya bersama manusia, yang sulit diusir. Manusia selalu menemui, berbagai kendala
untuk bisa melindungi dini dari gangguan serangga. Manusia tidak pernah dapat
mengalakannya. Serangga merupakan musuh yang serius selama hidup tanpa pernah manusia
menyadarinya. Manusia yang akan menciptakan semua keinginannya perlu dipikirkan adanya
mahluk perusak khususnya serangga dan mahluk hidup lainnya, yang akan menjadi rival
beratnya dalam usaha memenuhi keinginan tersebut. Jika ada yang menyatakan tidak pernah
diganggu atau dirugikan oleh serangga, pernyataan itu serasa aneh kedengarannya. Setiap
orang telah belajar untuk menilai persentase kehancuran oleh beberapa jenis serangga. Dapat
dilihat bagaimana kebun jagung dihabiskan oleh belalang atau ulat grayak, tanaman padi sawah
hancur karena serangga wereng atau penggerek batang, biji-bijian yang disimpan dalam
gudang tidak bisa dimanfaatkan lagi karena kumbang hama ataiu serangga hama gudang
lainnya. Apabila pengertian hama itu hewan yang merugikan, maka serangga hama
didefinisikan sebagai serangga yang mengganggu dan atau merusak tanaman haik secara
ekonomis atuu estetis. Definisi hama itu tidak harus dihubungkan dengan pengendaliannya.
Pada populasi serangga yang rendah sehingga kerugian yang diderita tanaman kecil, tetap
serangga itu dikatakan serangga hama tetapi bukan memerlukan strategi pengendalian.
Umumnya kelompok serangga terdiri dariserangga berguna (Helful or beneficial insect) dan
serangga merugikan (Harmful or injerious insect) Serangga merugikan terdiri dari :

 Poisonous insect seperti ulat bajra/ulat api, lebah


 Pest yaitu crop pest seperti serangga hama pada tanaman yang dibudidayakan, Plnat
pest seperti serangga hama pada tanaman hutan atau tanaman sayura lainnya.
 Stored groin pest seperti serangga hama gudang - House hold pest seperti serangga
hama pada rumah tangga, contohnya serangga kecoa
 Dometic animal pest seperti serangga hama pada luka yang diderita hewan ternak.
 Disease pests seperti serangga yang menyebabkan berbagai penyakit ataupun vektor
penyakit.

Yang dimaksud dengan hama adalah semua binatang yang mengganggu dan merugikan
tanaman yang diusahakan manusia. Hama tanaman sering disebut serangga hama (pest) atau
dalam dunia pertanian dikenal sebagai “musuh petani”. Para ahli pertanian membuat beberapa
versi pengertian (definisi) hama tanaman, diantaranya sebagai berikut:
1. Organisme “jahat” yang mempunyai kemampuan untuk merusak, mengganggu, atau
merugikan organisme lainnya (inang).
2. Organisme yang “memusuhi” (merugikan) kesejahteraan manusia
3. Setiap spesies organisme yang dalam jumlah besar tidak kita kehendaki kehadirannya
4. Organisme yang merugikan dari segi andangan manusia.
5. Organisme hidup yang merupakan saingan kita dalam memenuhi kebutuhan pangan dan
pakaian, ata menyerang kita secara langsung.

Berdasarkan pernyataan (pendapat) di atas, hama tanaman dalam arti luas adalah semua
organisme atau binatang yang karena aktivitas hidupnya merusak tanaman sehingga
menimbulkan kerugian ekonomi bagi manusia.
Apabila pengertian hama itu hewan yang merugikan, maka serangga hama
didefinisikan sebagai serangga yang mengganggu dan atau merusak tanaman haik secara
ekonomis atau estetis. Hama tumbuhan umumnya kelompok serangga, kelompok terdiri dari
serangga berguna (Helful or beneficial insect) dan serangga merugikan (Harmful or injerious
insect) Serangga merugikan terdiri dari :

1. Poisonous insect seperti ulat bajra/ulat api, lebah


2. Pest yaitu crop pest seperti serangga hama pada tanaman yang dibudidayakan, Plnat pest
seperti serangga hama pada tanaman hutan atau tanaman sayura lainnya.
3. Stored groin pest seperti serangga hama gudang
4. House hold pest seperti serangga hama pada rumah tangga, contohnya serangga kecoa
5. Dometic animal pest seperti serangga hama pada luka yang diderita hewan ternak.
6. Disease pests seperti serangga yang menyebabkan berbagai penyakit ataupun vektor
penyakit.
Dalam pengertian hama,banyak yang mendeskripsikan hama dan semua tengantung dengan
masing-masing individu mnegartikan hama seperti apa ? tetapi banyak orang yang mengartikan hama
sebagai hewan pengganggu yang tidak diharapakan kehadirannya dalam kehidupan manusia. Dan
dalam dunia pertanian hama dapat diartikan sebagai organisme yang keberadaannya atau
kehadirannya dapat merusak tanaman budidayanya baik dari hal kwalitas dan kwantitas suatu
tanaman budidaya, organisme yang dimaksud biasanya diartikan atau lebih dispesifikasikan pada
hewan. Dan hal itu singkron dengan yang kami pelajari dalam ilmu hama bahwa hama dapat
diartikan sebagai “serangga pengganggu dan perusak tanaman budidaya pada produkstifitas
tanaman budidaya mempengaruhi kwalitas dan kwantitas tanaman budidaya”.

Tidak semua hewan dapat dikatakan sebagai hama, hewan dikatakan sebagai hama apabila
hewan tersebut menyebabkan kerusakan pada tanaman budidaya yang mengakibatkan kerusakan dan
penurunan kwalitas dan kwantitas dari hasil tanaman budidaya. Dan dalam dunia pertanian hama
perlu dikendalikan bukan dimusnahkan karena apabila hama itu dimusnahkan akan merusak
ekosistem. Akan tetapi dalam pengendalian hama janganlah terus menerus menggunakan bahan-
bahan kimia dan dengan dosis yang tidak sesuai. Jadilah pembudidaya yang bijaksana karena apabila
bahan – bahan kimia sering digunakan dalam pengendalian hama, banyak sekali efek buruk yang
akan ditimbulkan diantanya :

1. Tanaman budidaya akan rusak


2. Pertumbuhan tanaman budidaya tidak normal
3. Musuh alami berkurang
4. Munculnya hama baru
5. Biaya perawatan lebih mahal

Banyak sekali contoh - contoh hama dan dapat dipastikan disetiap tanaman budidaya pasti
memiliki hama tanaman masing - masing yang sifatnya merugikan. Baik itu dari tanaman pangan,
tanaman perkebunan, tanaman holtikultura, tanaman tahunan, semusim, dan baik dari jenis tanaman
serelia,legume serta dari varietas tanaman apapun yang harus dikendalikan dalam hal pertumbuhan
dan perkembangan hama tanaman tersebut.
2.2 Terjadinya Hama :

 Perubahan Lingkungan Pada ekosistem alami makanan serangga terbatas dan musuh alami
berperan aktif selain hambatan lingkungan, sehingga populasi serangga rendah. Sebaliknya
pada ekosistem pertanian, terutama yang monokultur makanan serangga relatif tidak
terbatas sehingga populasi bertambah dengan cepat tanpa dapat diimbangi oleh musuh
alaminya. Sebagai contoh Kumbang kentang Colorado (Leptinotarsa decei»lineata Say.)
yang sebelumnya serangga tersebut hidup diberbagai tanaman famili Solanaceae liar di
hutan- hutan, populasi masih rendah. Begitu hutan dibuka dan diubah menjadi kebun
kentang maka populasinya meningkat dengan cepat dan menjadi hama kentang yang
sangat merugikan. Tanaman monokultur padi pada areal yang sangat luas, akan mengubah
populasi herbagai hama path bertambah dengan cepat. Katakanlah serangga hama itti
Wereng coklat, yang sebelumnya populasi rendah, akan bertambah dengan cepat sehingga
Wereng coklat merugikan tanaman padi. Tanaman monokultur padi akan berarti
tersedianya makanan bagi Wereng coklat, cukup banyak, populasi Wereng coklat
bertambah tinggi dan menjadi hama.

 Perpindahan Tempat Serangga hama dapat berpindah tempat secara aktif maupun pasif.
Perpindahan tempat secara aktif dilakukan oleh imago dengan cara terbang atau berjalan.
Secara pasif dilakukan oleh factor lain seperti; tertiup angin atau terbawa pada tanaman
yang dipindahkan oleh manusia. Di tempat yang baru populasi serangga ini bertambah
dengan cepat bila faktor lingkungan mendukvngnya. Sebagai contoh Kutu loncat lamtoro
(Heteropsylla cubana) yang berasal dari Amerika tengah, kemudian bermigrasi ke negara
pasifik dan akhirnya sampai ke Indonesia. Kutu loncat di Indonesia tumbuh cepat sekali
sehingga ratusan hektar tanaman lamtoro diserangnya. Musuh alami yang efektif untuk
Kutu loncat lamtoro yaitu Kumbang predator Curinus cocruleus belum tersedia di
Indonesia, sehingga harus di datangkan dari Hawai. Setelah pengenbangan predator
Curinus, populasi kutu loncat lamtoro mulai dapat dikendalikan.

 Perubahan Pandangan Manusia Meningkatnya pendidikan dan taraf hidup menyebabkan


tuntutan terhadap bahan basil pertanian semakin baik sehingga banyak konsumen yang
menginginkan buah-buahan atau sayur-sayuran demikian pula dengan bunga, jangan ada
cacat sedikitpun. Pada konsumen tertentu buah yang mengalami sedikit cacat saja sudah
ditolak. dengan penolakan ini berarti cacat tersebut menyebabkan hasil panes tidak laku
sehingga terjadi kerugian secara ekonomi. Pada kondisi seperti populasi serangga hama
yang rendah sekalipun, tidak dikehendaki kehadirannya. Ambang ekonomi lebih rendah
dari populasi keseimbangan (Equilibrium position). Sebagai contoh serangga hama yang
disebut Penggerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera Hbn.) masuk ke tongkol jagung
melalui ujungnya dengan memotong rambut-rambut tongkol, kemudian hidup dibagian
dalam ujung tongkol dengan memakan butiranbutiran biji jagung. Bagian tongkol yang
dirusaknya hanya ujungnya saja sedangkan bagian tongkol masih tetap utuh. Bagi
segolongan masyarakat tertentu yang tidak dapat menerima hal ini, menganggap
keberadaan H. armigera haus dikendalikan dengan serius.

 Aplikasi Insektisida Yang Tidak Bijaksana Penggunaan insektisida yang tidak bijaksana
akan menyebabkan permasalahan hama semakin kompleks, banyak musuh alami yang
mati sehingga populasi serangga bertambah tinggi disamping berkembangnya resistensi,
resurgensi dan munculnya hama sekunder. Resistensi terhadap insektisida bisa terjadi
kalau digunakan jenis Insektisida yang lama (bahan aktif sama atau kelompok senyawa
yang sama) secara terus-menerus, terutama dosis yang digunakan tidak tepat (dosis
sublethal). Pada populasi serangga di alam terjadi keragaman genetik antara individu -
individunya. Ada individu yang tahan terhadap suatu jenis insektisida dan ada yang tidak
tahan. Bila digunakan jenis insektisida yang sama secara terus menerus maka individu
yang ada dalam populasi tersebut akan terseleksi menjadi individu yang tahan. Apabila
serangga tersebut berkembangbiak dan masih digunakan insektisida yang sama dengan
dosis yang sama maka jumlah individu yang tahan akan semakin banyak demikian
seterusnya. Resurgensi adalah peningkatan populasi serangga yang terjadi. Setelah aplikasi
insektisida, populasi serangga yang mula-mula rendah kemudian meningkat lagi dengan
cepat melebihi tingkat populasi sebelum aplikasi insektisida. Penyebab utara terjadinya
resurgensi adalah terbunuhnya musuh alami serangga hama tersebut pada waktu aplikasi
insektisida. Musuh alami umumnya lebih rentan terhadap insektisida dibandingkan
serangga hama. Apabila populasi hama tersebut meningkat lagi pada generasi berikutnya
atau datang dari tempat lain maka tidak ada lagi musuh alaminya yang mengendalikan
serangga populasi serangga hama meningkat. Munculnya hama sekunder pada ekosistem
pertanian karma insektisida yang ditu. jukkan untuk mengendalikan hama utama, akan
membunuh pula musuh alami hama utama dan musuh alam hama sekunder. Dalam kondisi
demkian komposisi hama pada beberapa generasi berikutnya mungkin akan berubah. hama
sekunder akan menjadi hama utama dan hama utama men. jadi hama sekunder.

2.3 Status hama

Status Hama Pada suatu ekosistem pertanian ada serangga yang setup tahun merusak tanaman
sehingga menimbulkan kerugian yang cukup besar, ada serangga yang populasinya tidak begitu
tinggi tetapi merugikan tanaman pula bahkan ada serangga yang populasinya sangat rendah dan
kerusakan yang diderita tanaman kurang diperhitungkan. Untuk lebih jelasnya serangga-serangga
yang diuraikan diatas dikategorikan :

 Major pest / Main pest / Key pest atau hama penting / hama utama, adalah serangga hama
yang selalu menyerang tanaman dengan intensitas serangga yang berat sehingga diperlukan
pengendalian. Hama utama itu akan selalu menimbulkan masalah selalu tahunnya dan
menimbulkan kerugian cukup besar. Biasanya ada satu atau dua species serangga hama utama
di suatu daerah. Hama utama untuk tiap daerah dapat sama atau berbeda dengan daerah lain
pada tanaman yang sama. Sebagai contoh hama utama pada tanaman padi dapat berupa
wereng coklat, penggerek batang, ganjur karena serangga hama tersebut dapat menimbukan
kerugian yang cukup besar sehingga diperlukan strategi pengendaliannya.
 Secondery pest / Potensial pest adalah hama yang pada keadaan normal akan menyebabkan
kerusakan yang kurang berarti tetapi kemungkinan adanya perubahan ekosistem akan dapat
meningkatkan populasinya sehingga intensitas serangan sangat merugikan. Dengan demikian
status hama berubah menjadi hama utama. Sebagai contoh hama putih atau Nymphula
depunctalis Guene pada tanaman padi kurang merugikan tanaman pada populasi masih
rendah. Apabila ekosistem pesawahan diairi dengan cukup bukan mustahil populasi hama
putih itu akan meningkat. Incldently pest / occasional pest adalah hama yang menyebabkan
kerusakan tanaman sangat kecil/kurang berarti tetapi sewaktu-waktu populasinya dapat
meningkat dan akan menimbulkan kerusakan ekonomi pada tanaman. Sebagai contoh
serangga hama belalang yang memakan daun padi biasanya terjadi pada tanaman, padi,
setempat-setempat.

 Migratory pest adalah hama bukan berasal dari agroekosistem setempat tetapi datang dari luar
secara periodik yang mungkin menimbulkan kerusakan ekonomi. Sebagai contoh belalang
kembara atau Locusta migratoria yang datang secara periodik dan memakan berbagai
tanaman sepanjang wilayah yang dilalui dengan populasi yang sangat tinggi.

2.4 Jenis –jenis hama

Binatang yang termasuk hama dikelompokkan ke dalam beberapa golongan, yaitu


sebagai berikut :
1. Serangga
Pada suatu ekosistem pertanian ada serangga yang merusak tanaman sehingga
menimbulkan kerugian yang cukup besar, terdapat populasi serangga yang tidak begitu
tinggi tetapi merugikan tanaman, bahkan ada pula serangga yang populasinya sangat rendah
dan kerusakan yang diderita tanaman kurang diperhitungkan. Untuk lebih jelasnya
serangga-serangga yang diuraikan diatas dikategorikan :
a. Major pest/Main pest/Key pest atau hama penting/hama utama, adalah serangga hama
yang selalu menyerang tanaman dengan intensitas serangga yang berat sehingga
diperlukan pengendalian. Terdapat satu atau dua species serangga hama utama di suatu
daerah. Hama utama untuk tiap daerah dapat sama atau berbeda dengan daerah lain pada
tanaman yang sama. Sebagai contoh hama utama pada tanaman padi dapat berupa
wereng coklat, penggerek batang, ganjur karena serangga hama tersebut dapat
menimbukan kerugian yang cukup besar sehingga diperlukan strategi pengendaliannya.
b. Secondery pest/Potensial pest adalah hama yang pada keadaan normal akan
menyebabkan kerusakan yang kurang berarti tetapi kemungkinan adanya perubahan
ekosistem akan dapat meningkatkan populasinya sehingga intensitas serangan sangat
merugikan. Sebagai contoh hama putih atau Nymphula depunctalis Guene pada tanaman
padi kurang merugikan tanaman pada populasi masih rendah. Apabila ekosistem
pesawahan dialiri dengan cukup bukan mustahil populasi hama putih itu akan meningkat.
c. Incldently pest/occasional pest adalah hama yang menyebabkan kerusakan tanaman
sangat kecil/kurang berarti tetapi sewaktu-waktu populasinya dapat meningkat dan akan
menimbulkan kerusakan ekonomi pada tanaman. Sebagai contoh serangga hama belalang
yang memakan daun padi biasanya terjadi pada tanaman, padi, setempat-setempat.
d. Migratory pest adalah hama yang bukan berasal dari agroekosistem setempat tetapi
datang dari luar secara periodik yang mungkin menimbulkan kerusakan ekonomi. Sebagai
contoh belalang kembara atau Locusta migratoria yang datang secara periodik dan
memakan berbagai tanaman sepanjang wilayah yang dilalui dengan populasi yang sangat
tinggi
Terdapat beberapa contoh hama perusak tanaman yang termasuk kedalam kategori
serangga antara lain:
a. Wereng coklat (Nilaparvata lugens) yang menyerang tanaman padi
b. Sangit (Leptocorisa acuta) yang menyerang biji padi yang masih muda dan lunak.
Akibatnya biji padi menjadi kosong, kadang berisi tetapi isinya tidak sempurna.
c. Kutu daun (Aphis sp.) yang merusak beberapa jenis tanaman
d. Kumbang tanduk atau wangwung (Artona cartoxantha dan Oryctes rhinoceros) yang
menyerang tanaman kelapa
e. Chilo sp. Yang merusak tunas dan batang tebu
f. Ulat penggerek (Tryporiza innotata) menyerang tanaman padi

2. Mamalia
Binatang menyusui (mamalia) juga dapat menjadi hama tanaman. Jenis mamalia
yang biasanya menyerang tanaman pertanian, antara lain:
a. Bajing (Callosciurus notatus Boddaert) yang merusak pohon kelapa.
b. Codot (Cynopterus sphink Vahl) yang gemar memakan bunga pisang, buah pepaya dan
jambu biji.
c. Kera bedes (Macaca fascicularis Raffles) yang seringkali menyerang lading ubi kayu,
jagung dan padi.
d. Tikus belukar (Rattus tiomanicus Miller) yang merusak tangkai tandan buah kelapa sawit
e. Tikus sawah (Rattus argentiventer Robinson & Kloss) yang mengerat bagian pangkal
batang yang muda, makan bunga dan buah padi serta merusak persemaian kelapa sawit.

3. Aves
Selain dari kelompok serangga dan mamalia, hama yang menyerang tanaman juga
berasal dari kelompok burung (aves). Umumnya, burung menyerang areal persawahan padi
secara bergerombol pada saat padi sedang disemaikan ataupun ketika hampir masa panen.
Kelompok burung yang menjadi hama pada tanaman padi, antara lain:
a. Baya (Ploceus philippinus)
b. Bondol hijau (Erythrina prasina Sparman)
c. Burung gereja (Passer montanus Oates)
d. Gelatik (Padda oryzifora Linnaeus)
e. Burung pipit
f. Perkutut

4. Molusca
Dari filum Mollusca ini yang anggotanya berperan sebagai hama adalah dari klas
Gastropoda yang salah satu jenisnya adalah Achatina fulica Bowd atau bekicot, Pomacea
ensularis canaliculata (keong emas). Binatang tersebut memiliki tubuh yang lunak dan
dilindungi oleh cangkok (shell) yang keras. Pada bagian anterior dijumpai dua pasang
antene yang masing-masing ujungnya terdapat mata. Pada ujung anterior sebelah bawah
terdapat alat mulut yang dilengkapi dengan gigi parut (radula). Lubang genetalia terdapat
pada bagian samping sebelah kanan, sedang anus dan lubang pernafasan terdapat di bagian
tepi mantel tubuh dekat dengan cangkok/shell.

2.5 Faktor- factor terjadinya hama

1. Perubahan Lingkungan
Pada ekosistem alami makanan jumlah hama terbatas dan musuh alami berperan
aktif selain hambatan lingkungan, sehingga populasi serangga rendah. Sebaliknya pada
ekosistem pertanian, terutama yang monokultur makanan serangga relatif tidak terbatas
sehingga populasi bertambah dengan cepat tanpa dapat diimbangi oleh musuh alaminya.
Sebagai contoh Kumbang kentang Colorado (Leptinotarsa decei) yang sebelumnya serangga
tersebut hidup di berbagai tanaman famili Solanaceae liar di hutan-hutan, populasi masih
rendah. Begitu hutan dibuka dan diubah menjadi kebun kentang maka populasinya
meningkat dengan cepat dan menjadi hama kentang yang sangat merugikan.

2. Perpindahan Tempat
Serangga hama dapat berpindah tempat secara aktif maupun pasif. Perpindahan
tempat secara aktif dilakukan oleh imago dengan cara terbang atau berjalan. Secara pasif
dilakukan oleh faktor lain seperti, tertiup angin atau terbawa pada tanaman yang
dipindahkan oleh manusia. Di tempat yang baru populasi serangga ini bertambah dengan
cepat bila faktor lingkungan mendukungnya. Sebagai contoh Kutu loncat lamtoro
(Heteropsylla cubana) yang berasal dari Amerika tengah, kemudian bermigrasi ke negara
pasifik dan akhirnya sampai ke Indonesia. Kutu loncat di Indonesia tumbuh cepat sekali
sehingga ratusan hektar tanaman lamtoro diserangnya. Musuh alami yang efektif untuk
Kutu loncat lamtoro yaitu Kumbang predator Curinus cocruleus belum tersedia di
Indonesia, sehingga harus di datangkan dari Hawai. Setelah pengembangan predator
Curinus, populasi kutu loncat lamtoro mulai dapat dikendalikan.

3. Aplikasi Insektisida Yang Tidak Bijaksana


Penggunaan insektisida yang tidak bijaksana akan menyebabkan permasalahan hama
semakin kompleks, banyak musuh alami yang mati sehingga populasi hama bertambah
tinggi disamping berkembangnya resistensi, resurgensi dan munculnya hama sekunder.
Resistensi terhadap insektisida bisa terjadi jika digunakan jenis Insektisida yang lama
(bahan aktif sama atau kelompok senyawa yang sama) secara terus-menerus, terutama dosis
yang digunakan tidak tepat (dosis sublethal). Pada populasi hama di alam terjadi keragaman
genetik antara individu-individunya. Ada individu yang tahan terhadap suatu jenis
insektisida dan ada yang tidak tahan. Bila digunakan jenis insektisida yang sama secara
terus menerus maka individu yang ada dalam populasi tersebut akan terseleksi menjadi
individu yang tahan.
Apabila serangga tersebut berkembangbiak dan masih digunakan insektisida yang
sama dengan dosis yang sama maka jumlah individu yang tahan akan semakin banyak
demikian seterusnya. Apabila hama tersebut berkembangbiak dan masih digunakan
insektisida yang sama dengan dosis yang sama maka jumlah individu yang tahan akan
semakin banyak demikian seterusnya.
Penyebab utama terjadinya resurgensi adalah terbunuhnya musuh alami serangga
hama tersebut pada waktu aplikasi insektisida. Musuh alami umumnya lebih rentan
terhadap insektisida dibandingkan serangga hama. Apabila populasi hama tersebut
meningkat lagi pada generasi berikutnya atau datang dari tempat lain maka tidak ada lagi
musuh alaminya yang mengendalikan serangga populasi serangga hama meningkat.
Munculnya hama sekunder pada ekosistem pertanian karna insektisida yang
ditujukkan untuk mengendalikan hama utama, akan membunuh pula musuh alami hama
utama dan musuh alam hama sekunder. Dalam kondisi demkian komposisi hama pada
beberapa generasi berikutnya mungkin akan berubah. hama sekunder akan menjadi hama
utama dan hama utama menjadi hama sekunder.

2.4 Morfologi serangga

Dalam pengertian nya serangga adalah hewan yang digolongkan kedalam filum arthopoda.
Hewan –hewan yang tergolong dalam filum ini mempunyai kerangka luar yang berfungsi sebagai
dinding tubuh. Selain itu, seluruh bagian tubuh serta embelnya beruas – ruas .
Dalam filum arthopoda terdaoat banyak kelas, satu diantaranya adalah kelas Hexapoda atau
insecta. Kelas ini mencakup seluruh jenis-jenis serangga dan mempunyai ciri khusus yang berbeda
dengan kelas lainnya. Ciri – ciri khususnya adalah :
1. Tubuh terdiri dari tiga bagian utama yaitu : Kepala, Toraks, dan Abdomen.
2. Pada torak terdapat 3 pasang tungkai ,2 pasang atau 1 pasang sayap, kecuali pada serangga –
serangga primitife , karena serangga primitive tidak memiliki sayap.

Berikut adalah bagain – bagian utama tubuh serangga beserta embelanya dengan lebih rinci.

1. Kepala

Bantuk kepala serangga bagaikan “sebuah kotak” yang didalamnya terdapat otak yang
menjadi pusat system syaraf serangga. Pada kepala terdapat pula mata,antenna, dan alat
mulut.

Serangga mempunyai dua bentuk mata, yaitu mata majemuk atau mata faset dan mata
tunggal. Mata majemuk berjumlah sepasang dan berukuran relative besar. Mata tunggal
disebut juga osellus atau oselli yang jumlahnya beragam, tergantung spesiesnya, dan
ukurannya relative kecil.

Antena pada serangga berfungsi sebagai indra. Antena berbentuk memanjang beruas
ruas dan berjumlah sepasang. Antenna terletak pada bagian atas atau depan kepala.

Bentuk alat mulut pada serangga menentukan bentuk gejala kerusakan yang
ditimbulkan pada tanaman.

Posisi kepala serangga berdasarkan letak arah mulut yang dapat dibedakan menjadi :

a. Hypognatus ( Vertikal )
Apabila pada bagian dari alat mulut mengarah kebawah dan segmen-segmen kepala ada
dalam posisi yang sama dengan tungkai. Contoh : belalang, valanga nigricormis (ordo
orthoptera)

b. Prognatus ( Horizontal )

Apabila bagian dari alat mulut mengarah kedepan dan biasanya serangga aktif mengjar
mangsa. Contoh : Coccinella arcuta (ordo coleoptera ).

c. Opistognatus ( Oblique )

Apabila bagian dari alat mulut mengarah kebelakang dan terletak diantara sela – sela
pasangan tungkai. Contoh : walang sangit, Leptocorixa acuta ( ordo hemiptera).

Serangga mempunyai sepasang antenna yang terletak pada kepala dan biasanya
tampak seperti “benang” memenjang. Antena merupakan organ penerima rangsang,
seperti bau,rasa,raba dan panas. Pada dasarnya, antenna serangga terdiri atas tiga ruas.
Ruas dasar dinamankan scape. Scape termasuk kedalam daerah yang menyelaput
(membraneus) pada kepala. Ruas kedua dianamakan pedisel dan ruas yang berikutnya
keseluruhan dinamankan flagmen (tunggal = flagellum).

Antena serangga bervariasi, baik dalam bentuk maupun ukuran dan ini penting untuk di
identifikasi. Variasi bentuk antenna serangga diuraikan sebagi berikut :

a. Staceus : seperti duri atau rambut kaku dan ruas-ruas menjadi lebih langsing kea rah
ujung. Misalnya : Capung, capung jarum, dan peloncat daun.

b. Faliform : seperti benang, ruas-ruasnya berukuran hamper sama dari pangkal ke ujung
dan bentuknya membulat. Misalnya : kumbang tanah.

c. Moniliform : seperti manik-manik, ruas-ruasnya berukuran hamper sama dan


bentuknya bulat. Misalnya : kumbang keriput kayu.

d. Serrate : seperti gergaji, ruas-ruas antenna berbentuk segitiga, terutama pada bagian
pertengahan atau dua per tiga ujungnya. Misalnya : kumbang loncat balik (click
battle).

e. Pektinat : seperti sisir, segmen mamanjang kea rah lateral, langsing dan panjang.
Misalnya : kumbang warna api.

f. Geniculate : berbentuk siku, ruas pertama panjang, ruas-ruas berikutnya kecil dan
membentuk lembaran-lembaran panjang. Misalnya : kumbang sedar

g. Plumose : seperti bulu, kebanyakan ruas-ruasnya dengan rambut-rambut panjang.


Misalnya : nyamuk jantan.
h. Aristate : ruas terakhir biasanya membesar dan memiliki semacam rambut kaku yang
disebut arista. Misalnya : lalat rumah.

i. Stitale : pada ujung ruas terakhir terdapat struktur seperti jari memanjang yang disebut
stilus atau stili. Misalnya : lalat penyelinap.

Serangga dewasa memilki dua jenis mata, yaitu mata tunggal dan mata majemuk, mata
tunggal dinamakan osellus ( jamak = oselli ). Mata tunggal dapat dijumpai pada larva. Nimfa
maupun pada serangga dewasa. Mata majemuk dijumpai pada larva, nimfa maupun pada
serangga dewasa. Mata majemuk dijumpai pada serangga dewasa dan biasanya berjumlah
sepasang, dengan letak pada masing-masing sisi kepala dan posisi sedikit menonjol ke luar,
sehingga mata majemuk ini mampu menampung semua pandangan dari berbagai arah.

Mata majemuk atau mata faset, terdiri atas sejumlah ( bisa diartikan beerapa ribu ) satuan-
satuan individual yang dinamakan ommatidia.

a. Kornea : bagian kutikla yang bening, berbentuk lensa segi enam, cembung dibagian
luar dan membentuk faset-faset mata.

b. Lapisan korneagen : terdiri atas dua lapisan sel yang terletak di bagian bawah kornea ;
dapat tidak ada, dan merupakan bagian dari lapisan epidermis.

c. Sel kerucut : empat sel berkelompok dan terdapat dibawah lapisan korneagen, dapat
membentuk kerucut Kristal yang terletak dibawah kornea mata yang memepunyai
lapisan koeneagen.

d. Retinula : bagian dasar ommatidium ; biasnya terdiri atas tujuh sel pelihat yang
masing-masing berhubungan langsung dengan syaraf pengelihatan.

e. Sel pigmen sekunder : sel pigmen yang menyelimuti sebagian dari sel pigmen primer
dan retinula.

Ragam dari mata majemuk adalah dalam bentuk ukuran dan banyak fasetnya. Sebagian contoh ;
capung (ordo odonata) mempunyai mata majemuk yang berukuran besar serta berisi banyak
faset. Pasa serangga lain , misalnya pada kepik (ordo hemiptera) memiliki mata majemuk yang
berukuran kecil dan hanya berisi sedikit faset.

2. Toraks

Toraks adalah bagaian kedua dari tubuh serangga yang dapat disamakan dengan “
dada”. Pada toraks terdapat embelan yang berfungsi untuk serangga bergerak. Embelan
tersebut adalah tungkai yang jumlahnya 3 pasang dan sayap yang jumlahanya dua pasang
atau satu pasang.
Tungkai serangga bentuknya beragam dan dapat digunakan untuk berbagai tujuan
tergantung kebiasaan hidup serangga tersebut. Misalnya untuk berjalan, berlari,berenang,
menangkap mangsa,menggali tanah, dan sebagainya. Akan tetapi ada juga serangga yang
tidak memiliki tungkai, misalnya larva-larva serangga yang hidup dengan cara menggerek
jaringan tanaman. Mereka tidak memerlukan tungkai karena disekelilingnya sudah penuh
dengan makanan.

Seperti halnya dengan hewan- hewan bersayap lainnya, sayap pada serangga juga
berfungsi untuk terbang, walaupun ada juga serangga bersayap yang tidak dapat terbang,
misalnya sejenis kumbang moncong (hama pasca panen), karena serangga ini tidak memiliki
sayap belakang. Sayap hanya terdapat pada serangga yang sudah dewasa, kecuali pada
serangga primitive yang memang tidak bersayap. Ketiadaan sayap pada imago juga dapat
disebabkan karena terjadinya kemunduran (degenerasi). Hal ini disebabkan karena memang
serangga tersebut tidak memerlukan sayap, misalnya pada kutu busuk.

Sayap pada serangga berjumlah dua pasang atau satu pasang. Pada serangga yang
memeiliki satu sayap, pasangan kudua telah berubah bentuk menjadi satu alat keseimbangan
yang disebut “halter”. Serangga yang memiliki halter yaitu lalat dan nyamuk.

3. Abdomen

Abdomen adalah bagian ketiga atau terakhir dari tubuah serangga yang dapat
disamakan dengan “Perut” . Pada ujung abdomen terdapat seperangakat organ-organ
reproduksi, sedangkan pada bagaian samping liri dan kanannya tampak adanya lubang-
lubang nafas yang disebut springkel.

Organ reproduski serangga tidak seluruhnya tampak dari luar, sehingga apabila kita
ingin melihatnya secara lengkap harus dilakukan pembedahan, yang tampak nyata dari luar
hanyalah alat reproduksi betina yang disebut ovipositor yaitu alat peletakan telur. Pada
serangga – serangga tertentu ovipositorpun tidak tampak jelas misalnya belalang dan
tabuhan.

Lubang-lubang nafas atau sepirakel berhubungan langsung dengan masing-masing sel


tubuh serangga melalui suatu lubang nafas yang disebut trakea. Oleh karena itu pernafasan
pada serangga pernafasan pada serangga disebut therakea. Pada system pernafasan ini,
oksigen masuk langsung kedalam sel tubuh secara difusi melalui therakea.

Itu semua adalah komponen – komponen atau penyusun tubuh serangga pada kelas Hexapoda
atau insecta, semua bagian tubuh pada serangga mempunyai fungsi masing-masing dan saling
berterkaitan dikarenakan apabila terdapat ketidak lengkapan dalam satu komponen akan
mempengaruhi sistem hidupnya atau siklus hidupnya. Bukan hanya itu saja dalam morfologi
serangga juga mempelajari tentang bentuk umum pada serangga.

2.3 Bentuk umum tubuh serangga

Serangga berhasil menyesuaikan diri pada hamper semua jenis lingkungan, yang dicapai dengan
sejumlah modifikasi tersebut berkaitan dengan alat mulutnya. Jenis alat mulut serangga menentukan
jenis makanan dan macam kerusakan yang ditimbulkannya.

Dalam materi pengenalan bentuk umum tubuh serangga yang dipelajari adalah mengenai tipe
alat mulut dari serangga. Alat mulut serangga tersiri dari labrum (cuping), sepasang mandibula (yang
funginya untuk memotong dan mengunyah makanan), sepasang maksila (berfungsi untuk
menghancurkan makanan), sepasang labium ( bibir ), dan sebuah hipoparing. Pada dasarnya tipe alat
mulut serangga ada dua macam, yaitu tipe :

1. Tipe penggigit pengunyah


2. Tipe penggigit penghisap
3. Tipe pemarut penghisap
4. Tipe penghisap
5. Tipe penjilat penghisap
6. Tipe penusuk penghisap

Manfaat dari mempelajari tipe alat mulut serangga agar pembudidaya mengerti tipe alat mulut
serangga karena beda tipe alat mulut menyebabakan cara makan yang juga berbeda, sehingga
kerusakan pada tanaman yang diakibatkan akan bervariasi. Dan berikut merupakan adalah contoh –
contoh serangga beserta tipe alat mulutnya :

1. Tipe penggigit pengunyah


Tipe alat mulut ini merupakan tipe yang primitif yang dimiliki oleh
imago(seranggadewasa) dari ordo orthoptera,isopteran,coleopteran, dan Hymenoptera,
serta dimiliki oleh larva berbagai jenis serangga. Pad tipe ini mandibula berfungsi
untuk memotong dan mengunyah makanan, maksimal untuk memegang dan
menghancurkan makanan, dan labium merupakan bibir bawah. Contoh : belalang.
Bagian alat mulut serangga penggigit pengunyah, sebagai berikut :

a. Sebuah labrum
Labrum atau bibir atas adalah gelambir yang lebar yang lebar yang terletak
dibawah klipeus pada sisi anterior kepala didepan bagian-bagian alat mulut
lain.labrum dapat digerakkan dan digunakkan untuk membantu memegang dan
memasukkan makanan ke dalam rahang. Pada sisi dalamm labrum terdapat daerah
yang membengkak yang dinamakan apifaring.

b. Sepasang mandible, yang dapat digerakkan secara lateral


Mandible adalah rahang yang jumlahnya sepasang, sangat bersklerotisasi, dan
tidak beruas. Mandible ini terletak tepat dibelakang labrum. Pangkal mandible
berbentuk segi tiga dan secara bertahap memipih kea rah luar.

c. Sepasang maksila yang dapat digerakkan secara lateral.


Maksila adalah sturuktur yang berpasangan, dan terletak dibelakang mandibel
yang fungsina digunakan untuk memegang makanan dan mengunyah makanan.
Maksila terdiri atas beberapa bagian :
 Kardo, pangkal maksila yang berbentuk segitiga
 Stipes ; adalah ruas kedua
 Palpifer ; adalah gelambir stipes tempat timbulnya palpus.
 Lasinia ; struktur memanjang seperti geraham
 Palpus maksila ; adalah bagian yang berfungsi sebagai organ perasa.
d. Sepasang labium (bibir bawah ), yang terdiri dari dua cuping yang bersatu.
Labium teretak pada bagian belakang alat mulut dan membentuk bibir bawah.
Labium terbentuk dari sepasang embelan yang bersatu. Labium terdiri dari bagian-
bagian berikut :
 Submentum.
Lempeng lebar dengan lengan memanjang.
 Mentum.
Melekat pada tepi ujung dari tepi submentum dan pada tiap sisinya
terdapat palpus beruas tiga.
 Ligula
Ligula adalah bagain ujung labium yag terdiri dari dua cuping besar dan
pipih, yaitu paraglosa dan dua cuping kecil dibagian tengah yaitu glosa.

2. Tipe penggigit penghisap


Beberapa serangga mandibula mendapatkan makanan dalam bentuk cairan dengan
jalan penghisapnya melalui saluran yang terdapat dalam suatu alat seperti lidah. Lidah
ini merupakan modifikasi dari labium dan maksimal. Contoh : lebah

3. Tipe pemarut penghisap


Serangga yang memiliki tipe alat mulut ini mempunyai paruh konikal (pendek dengan
tiga stilet). Stilet bergerak keluar masuk memarut jaringan sehingga keluar cairan,
yang selanjutnya dihisap melalui paruh konikal. Contoh : Trips

4. Tipe penghisap
Tipe penghisap merupkan tipe alat mulut yang lebih banyak mengalami perubahan (
reduksi ). Labrum mengalami reduksi, maksial dan hipoparing tidak berkembang,
serta labium juga mereduksi menjadi sepasang palpus labialis. Sebagai alat penghisap
makanan adalah maksila dang alia yang memanjang, disebut proboscis ( dapat
digulung dibawah kepala ). Contoh : Kupu-kupu.

5. Tipe penghisap
Tipe alat mulut ini merupakan salah satu bentuk variasi alat mulut haustellata. Alat
mulut tipe penghisap dapat menghisap makanan yang berupa cairan atau bahan –
bahan yang dapat larut dalam air liurnya. Serangga dengan tipe ini mempunyai
probosis yang berdaging yang dapat ditarik dan dijulurkan, serta sebagian di
sembunyikan dalam rongga dibawah kepala, dengan organ seperti sponge. Contoh :
lalat

6. Tipe penusuk penghisap


Tipe alat mulut penusuk penghisap adalah bentuk alat mulut haustellata, yang
memiliki bentuk memanjang, mandibula dan maksila berfungsi seperti jarum ( stilet )
untuk manusuk jaringa dan menghisap cairannya, dan labium berfungsi sebagai
pembungkus (sarung) dari stilet.

2.4 Pengenalan ordo serangga

Arthropoda
a. Kelas heksapoda ( serangga )
b. Kelas chipolopoda ( kelabang)
c. Kelas diplopoda ( kaki seribu )
d. Kelas arachnida ( tengau, laba-laba )
e. Kelas crustacean ( udang, ketam )

Kelas arachnida
Arachnida merupakan kelas terbesar kedua setelah heksapoda. Kelas laba-laba pada
umumnya berperan sebagai musuh alami hama.dari kelas arachnida yang berperan sebagi
hama termasuk dalam ordo acarina, family tetranychidae ( tengau merah ). Tengau
merupakan binate yangberkulit lunak dengan karangka khitin. Ukuran tengau kurang lebih
0,5 mm badan tidak bersegmen (ruas) dan berbentuk menyerupai kantung. Bagian mulutnya
menonjol, kepala menjadi satu dengan badan. Bagian – bagian mulut dapat disesuaikan untuk
menggigit, menggergaji,menghisap atau menusuk.

Kelas serangga ( heksapoda )

Kelas serangga terbagi menjadi dua subkelas yaitu apterygota ( tidak bersayap ), dan
pterygota (bersayap). Dan berikut adalah masing masing contohnya.

1. Ordo Orthoptera

 Mempunyai 2 pasang sayap, sayap depan lurus,panjang,menjepit, biasa mengerat


seperti kertas perkamen, dan sayap belakang lebar dan membranus.

 Metamorfosa sederhana

 Tipe alat mulut mengigit/mengunyah

 Beberapa jenis betina mempunyai ovipositor yang berkembang dengan baik dengan
bentuk seperti pedang/jarum.

 Contohnya : belalang (valanga nicricornis), jangkrik (Gryllidae), orong-orong


(Gryllotalpidae).

2. Ordo Isoptera

 Memiliki 2 pasang membraneus, sayap depan dan belakang yang mempunyai bentuk
dan ukuran yang sama.

 Tipe alat mulut penggigit dan pengunyah.

 Metamorfosa tidak sempurna

 Cara hidupnya berkoloni dengan sistem pembagian tugas yang disebut polimorfisme
raja, ratu, dan prajurit.

 Contohnya : rayap ( helanithermis sp ), laron (Macrotermes gilvus).


3. Ordo Thysanoptera

 Serangga ini ada yang memilki da nada pula yang tidak memiliki sayap.

 Pada serangga yang mempunyai sayap, terdapat 2 pasang sayap, panjang sempit
dengan vena maupun tanpa vena. Berumbai dengan ramput yang panjang.

 Metamorfosa tidak sempurna.

 Mempunyai tipe mulut memarut mengisap

 Merupakan serangga perusak tanaman ( buah,biji,daun,dan ranting) pada tanaman


tembakau.

 Contohnya : Thrips tabacci, Thrips oryzae

4. Ordo Himeptera

 Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan satu pasang seperti berkulit dan sayap
belakang transparan.
 Mengalami metamorfosis tidak sempurna.
 Tipe alat mulutnya menusuk dan menghisap.
 Contoh : Kutu busuk (Cymex rotundus), Walang sangit (Leptocorisa acuta), kepik,
kalajengking air.

5. Ordo Mohoptera

 Mempunyai 2 pasang sayap, sayap depan lebih besar dan panjang ada yang
membranus dan ada yang tertutup.

 Saat istirahat sayap tersusun seperti genting diatas tubuh.

 Metamorfosa tidak sempurna.

 Tipe alat mulut menusuk menghisap.

 Penghisap cairan tanaman dan sebagai vector penyakit.

 Contoh : Planococcus citri, Coccus viridis.

6. Ordo Lepidoptera

 Memiliki 2 pasang sayap, tertutup bulu dan bersisik.

 Tipe alat mulut larva penggigit pengunyah, imago penghisap

 Metamorfosa sempurna.
 Stadia berbahaya larva / ulat

 Contoh : Croccidolomia, Helicoverpa, Spodoptera litura.

7. Ordo Coleoptera

 Mempunyai sayap depan yang lurus, tebal mennaduk tidak ada vena-venanya,
berfungsi sebagai pelindung. Sayap belang membranus dan melipat disayap dengan
pada waktu istirahat.

 Metamorfosa sempurna.

 Tipe alat muluat pennggit pengunyah.

 Stadia berbahaya larva dan imago.

 Perusak tanaman baik dilahan maupun digudang.

 Contoh : Kwangwung ( Oryctes rhinoceros L.)

8. Ordo Diptera

 Memiliki 2 pasang sayap, 1 pasang merupakan sayap depan dan sayap belakang
mereduksi menjadi helter yang berfungsi sebagai alat keseimbangan.

 Metamorfosa sempurna.

 Tipe alat mulut penjilat dan penusuk penghisap.

 Larva disebut sebagai imago atau set .

 Contoh : hama ganjur ( Orselia oryzae ).

2.5 Perkembangan dan metamorfosis serangga

Dalam perkembangannya, serangga mengalami beberapa tahap perubahan baik dalam


bentuk maupun ukurannya. Proses perubahan betuk ini disebut metamorphosis, terdapat dua
tipe utama dalam metamorphosis yaitu :

a. Metamofosis sempurna

Pada tipe ini serangga akan berkembang mulai dari telur-larva-pupa-imago yang pada
setiap tahapan tersebut disebut dengan stadia. Pada stadium larva terjadi pula tahapan –
tahapan yang pada setiap tahapan ditandai dengan pergantian kulit. Larva (ecdlysis) yang
mana tahapan tersebut disebut dengan INSTAR. Pada metamorfosis sempurna ini bentuk
dari setiap stadium tidak sama. Contoh : serangga : ordo-ordo leidoptera,
hymoptera,diptera,coleopteran

b. Metamorphosis tidak sempurna.

Pada metamorphosis serangga yang termasuk dalam golongan metamorphosis tidak


sempurna susunan nya mulai dari telur – nimfa – imago, dimana bentuk nimfa sama
dengan bentuk imago, contoh seangga : ordo Orthoptera,Hemiptera,Homoptera.

Ada juag beberpa ordo serangga yang tidak mengalami perubahan bentuk yang disebut
Ametabola, contoh : Ordo protula , Thisanura, dan Colembolla.

Dengan mengetahui tipe metamorphosis seranga, maka dapat diketahui bagaimana siklus
hidup hama (serangga). Siklus hidup fase-fase perkembangan serangga yang dilalui dari telur hingga
telur siap bertelur kembali. Kebanyakan serangga mempunyai siklus hidup yang tidak terlalu lama,
umumnya satu sampai beberapa minggu.

Tujuan mempelajari siklus hidup atau metamorphosis hama ( serangga) adalah membantu
pembudidaya dalam perencanaan pengendalian serangga hama, dengan mengetahui siklus hidupnya
pembudidaya dapat menentukan saat yang tepat kapan harus dilakukan suatu tindakan pengendalian,
yaitu pada waktu terlemah dalam siklus hidup hama serangga serta memudahkan atau membantu
dalam memilih cara pengendalian hama serangga yang paling tepat.

2.6 Identifikasi gejala serangan hama

Tujuan dari praktikum Pengenalan Morfologi Serangga dan Gejala Serangan yaitu
untuk mengetahui macam-macam serangga hama yang menyerang pada tanaman pertanian,
mengenal bagian tubuh serangga dan tungau, mengetahui daur hidup, mengetahui macam-
macam ordo serangga dan mengetahui mekanisme serta gejala serangan serangga tersebut.
Hama tanaman memiliki cara tersendiri dalam merusak tumbuhan yang akan
diserang, dampak dari perusakan yang dilakukan oleh hama tersebut akan mengakibatkan
suatu gejala kerusakan yang khas pada tanaman yang diserangnya. Cara merusak tumbuhan
yang dilakukan oleh hama dapat diketahui melalui tipe alat dari serangga tersebut. Tipe-tipe
mulut dari hama terbagi atas, tipe mulut menggigit dan mengunyah (mandibulate), tipe
mulut menghisap/ menjilat (labellate), serta tipe mulut menusuk dan menghisap (haustelate).
Selain dari tipe mulutnya hama tanaman dibedakan berdasar cara merusak dan gejala
kerusakannya, hama dikelompokkan menjadi :
1. Hama pemakan
Tipe mulut mandibulate, bagian dimakan daun, batang akar.

2. Hama penyebab puru (bengkak)


Hama merusak dalam jaringan tanaman melalui jaringan muda. Puru
terbentuk karena adanya skresi dari hama tersebut.

3. Penggerek
Merusak dengan jalan mengebor bagian tanman dan hidup dalam bagian yang digerek.

4. Hama penusuk penghisap


Biasanya tipe mulutnya penusuk penghisap, hama manusuk lapisan epidermis dan
menghisap cairan tanaman, sehingga bekas tusukan timbul bercak-berca. Golongan ini
juga berfungsi sebagai fektor penyakit.

5. Hama pengorok
Memakan daging daun dengan meninggalkan epidermisnya saja sehingga daun akan
tampak transparan.

6. Hama penggulung
Merusak dengan jalan menggulung bagian daun kemudian memakan dari dalam
gulungan.

Sumber informasi dalam identifikasi OPT dan pengendaliannya dapat diketahui dari
dua data/informasi yaitu data primer dan sekunder.

1. Data atau indormasi primer yaitu data atau infomasi yang diperoleh dengan melakukan
identifikasi langsung berdasarkan pengalaman dan ferensi yang ada, serta pengamatan
dilapang.

2. Datau atau informasi sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh dari UPTD balai
proteksi tanaman pangan dan hortikultura.

Adapula tahapan tahapan dalam melakukan identifikasi yaitu :

1. Pengambilan data/informasi primer yang terdiri dari penentuan lokasi,cara identifikasi yang
baik pengamatan visual maupun berdasarkan pengamatan hasil – hasil surveillance di
labolatorium, dan

2. Pengambilan data sekunder berdasarkan hasil wawancara dengan petani di lahan usahatani.
 Cara hama merusak tanaman dan gejala kerusakannya.

Dalam pembahasan gejala kerusakan dan cara merusak yang disebabkan oleh hama
khususnya serangga, tidak luput atau masih ada keterkaitan dengan morfologi serangga yaitu tipe
mulut serangga karena setiap tipe mulut serangga memilki cara atau mempunyai tanda pada
kerusakannya. Karena itu tujuan dari mempelajari tipe alat mulut atau morfologi serangga adalah
untuk membantu dalam mengenai jenis-jenis hama penyebab kerusakan di lapang/lahan. Dan
bertujuan pula untuk mengidentifikasi atau menaksir populasi hama yang bersangkutan.

Berdasarkan cara merusak dan gejala kerusakan yang ditimbulkan, maka hama-hama penyebab
kerusakan pada tanaman dapat digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu :

1. Hama yang merusak daun atau kuncup daun tanaman dengan cara memakan atau menghisap
cairan makanan yang ada di dalamnya. Contoh :

a) Ulat Plutella xylostella pada tanaman kubis ( Ordo Lepidoptera)

b) Kumbang Oryctes rhinoceros pada daun kelapa (Ordo coleoptera)

c) Wereng Nilaparvata lugens pada tanaman padi(Ordo homoptera)

d) Kepik Etiella zinckinella pada tanaman polong

e) Belalang Valangan nignicornis pada tanaman jagung (ordo orthoptera)

f) Thrips (ordo thysanoptera)

2. Hama yang merusak batang atau ranting tanaman dengan cara


melobangi,menggerek,mematahkan serta melukainya. Contoh :

a) Kumbang Xyloborus coffeae pada tanaman kopi ( ordo coleoptera)

b) Ulat Tryporyza incerlutas pada tanaman padi ( ordo Lepidoptera)

c) Kutu ( ordo homoptera )

3. Hama yang merusak buah atau bunga, dengan jalan memakan,menghisap,atau menggereknya.
Contoh :

a) Ulat H.armigera pada buah tomat (ordo lepidopteraa)

b) Kepik leptocoryza acuta pada tanaman padi ( ordo hemiptera)

c) Kumbang ( ordo coleoptera)

d) Kutu pseudococcus citri pada tanaman jeruk.

4. Hama sebagai vaktor penular penyakit tanaman. Contohnya :


a) Wereng coklat ( N. lugens ) yang menyebabkan penyakit kerdil rumput pada tanaman
padi, Diaporina citri ( CVPD pada tanaman jeruk ).

5. Hama perusak pasca panen atau hama gudang. Contoh :

a) Thibolium sp ( hama beras di penyimpanan ) ordo Lepidoptera.

 Gejala serangan nematoda.

Gejala serangan nematoda terbagi menjadi dua kelompok, diantaranya adalah :

1. Gejala serangan di atas permukan tanah.

A. Pertumbuhan tidak akan normal yang dikarenakan oleh luka pada tunas, titik tumbuh serta
primordial bunga.

a) Tunas mati

b) Batang dan daun mengkerut

c) Puru biji

B. Pertumbuhan tidak normal yang disebabkan karena luka pada bagian dalam batang dan
daun.

a) Nekrosis

b) Bercak dan luka daun

c) Puru pada daun

2. Gejala kerusakan yang ada pada bawah permukaan tanah.

1. Puru akar

2. Busuk

3. Nekrosis pada permukaan

4. Luka

5. Luka dan kematian ujung akar

BAGIAN
NAMA TANAMAN GEJALA SERANGAN TANAMAN INANG
SERANGGA ORDO YANG
TERSERANG
Kutu Gejala awal berupa bercak Inang lainnya selain
Hemiptera Daun
daun/aphids kering pada daun dan kentang antara lain
(Aphids sp) menyebabkan tanaman kubis, tomat,
mengering, keriput, tumbuh tembakau, petsai,
kerdil, warna daun sawi, terung, ketimun,
kekuningan, terpelintir, layu buncis, semangka,
dan mati.Eksudat yang jagung, jeruk, dan
dikeluarkan kutu mengandung kacang – kacangan.
madu, sehingga mendorong
tumbuhnya cendawan embun
jelaga
Pada permukaan bawah daun Tanaman inang
Acarina Daun terdapat titik atau bercak lainnya di sekitar
berwarna kuning/coklat, pertanaman, seperti
kemudian meluas dan seluruh phalaeonopsis sp.,
daun menjadi kuning, pada dendrobium sp.,
permukaan bawah berwarna orcidium sp., vanda
putih perah. Pada tingkat sp., gramatophyllium
Tungau serangan lanjut daun menjadi sp., dan gulma
(Orytes keriting dan kerdil kemudian terutama golongan
rhinocerul) gugur. dikotil.
Merusak butiranberas, juga Tanaman inangnya
merusak simpanan jagung, adalah
padi, kacang tanah, gaplek, padi, jagung,
kopra, dan butiran sorghum, gandum dan
lainnya.Akibat dari serangan semua jenis biji bijian
Kutu beras Coleoptera Butir beras hama ini, butir beras menjadi baik yang masih
berlubang kecil-kecil, dilapangan ataupun
sehingga butiran beras yang yang sudah disimpan
terserang menjadi mudah si guadang.
pecah dan remuk seperti
tepung.
Hama ini menyerang tanaman Kapas, jati, kelapa,
muda dan tua dengan merusak kopi, cokelat, jarak,
tanaman pada bagian daun wijen, ketela, waru,
dan pucuk. Kadang-kadang kapuk, nangka, karet,
pada musim kering dapat jagung, dan pisang.
menyebabkan kerusakan
Belalang Orthoptera Daun parah. Daun yang dimakan
menjadi berlubang-lubang,
tulang daun dan urat-urat
daun tidak dimakan.Lubang
akibat serangan belalang
tepinya bergerigi kasar tidak
beraturan
Walang sangit menghisap Rumput- rumputan,
cairan tanaman dari tangkai gulma, atau dari
bunga (paniculae) dan juga daerah tumbuh-
cairan buah padi yang masih tumbuhan berkayu
Walang
Hemiptera Daun pada tahap masak susu yang ada disekitar
sangit
sehingga menyebabkan pertanaman padi.
tanaman kekurangan hara dan
menguning (klorosis), dan
perlahan-lahan melemah.
Gejala awal serangan lalat Lebih dari seratus
buah ditunjukkan dengan jenis tanaman
adanya noda hitam hortikultura terutama
Berukuran kecil. Bintik kecil pada tanaman buah
yang berwama hitam tersebut dan sayuran yang
merupakan bekas menjadi inangnya
Tusukan ovipositor lalat buah antara lain: pada
betina sayuran ketimun,
Lalat buah Diptera Buah tomat, gambas, paria
dan buah – buahan
seperti jambu air,
jambu biji, belimbing,
mangga, pisang,
nangka, jeruk,
alpukat, apel,
rambutan, dan melon.

HASIL PENGAMATAN PUSTAKA


HASIL PENGAMATAN PUSTAKA
2.7 Pengendalian hama

Pengendalian hama merupakan setiap usaha atau tindakan manusia baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk mengusir, menghindari dan membunuh spesies hama agar populasinya
tidak mencapai aras yang secara ekonomi merugikan. Pengendalian hama tidak dimaksudkan untuk
meenghilangkan spesies hama sampai tuntas, melainkan hanya menekan populasinya yang secara
ekonomi tidak merugikan. Oleh karena itu, taktik pengendalian apapun yang diterapkan dalam
pengendalian hama haruslah tetap dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi dan secara ekologi.

A. Pe nge n dalia n Secara K ult ur Tek n is


Pada dasarnya pengendalian kultur teknis mengupayakan agar pertumbuhan tan aman s
en an tiasa s eh at s eh in gga mampu m en gatas i serangan berbagai spesies serangga hama. Inti
pengendalian dengan memodifikasi usaha pertanian sehingga lingkungan kurang mendukung bagi
perkembangan serangga hama tetapi pertumbuhan tanaman tetap baik.
Hal itu dilakukan dengan cara :
 Pengaturan Pola Tanam, dicontohkan seperti pergiliran tanaman dan tanam serempak
atau panen serempak.
 Penanaman satu jenis tanaman secara t er u s menerus sepanjang tahun akan memberi
kesempatan yang baik bagi p er k em ba n g a n h a m a. Un t u k m en g a t a s i t er s e bu t p
er l u d i p ot on g rantai makanan dan kondisi lingkugannya melalui pergiliran
tanaman. Penanaman secara serempak atau panes secara serempak untuk menghindari
serangan hama terpusat pada satu area saja.
 Teknik bercocok tanam, dengan pengolahan tanah yang baik akan mampu mematikan
serangga hama tertentu sebagai contoh bahwa dengan membalikan tan ah ma k a t an ah s eb
el a h d a la m a kan t er k en a s i n ar m a tah ar i s eh i n gg a serangga hama didalam tanah
akan mati. Demikian pula dengan penyiangan tanaman akan mengurangi inang
alternatif bagi serangga hama sedangkan t an a man p er an g ka p d ih ar a p k an d a pa t
m en g ur an gi s er an g an h a ma pa d a tanaman utama. Contoh penanain an jagung di areal
tanaman kapas dapat mengurangi serangan H. arnlrgra Hbn. Pada kapas karena
serangggga tersebut lebih menyukai rambut jagung untuk meletakkan telurn ya.

Selain dengan kultur teknis pengendalian lainnya sanitasi lahan tanaman dibersihkan
dari gulma agar lingkungan untuk perkembangan hama dapat ditekan selain menghilangkan
kompetisi dalam penyerapan unsur hara. Eradikasi merupakan tindakan pemusnahan tanaman bila
terjadi explosi hama. Contohnya pembakaran tanaman dengan tujuan menghilangkan sumber
infeksi hama agar tidak menyebar. Tanaman yang dieradikasi diberikan kompensasi oleh
pemerintah terbatas kepada Tanaman sehat tetapi harus dimusnahkan. Ketentuan itu diatur
dalam Pp No. 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman. Kemudian pengendalian fisik dan
mekanik.
P en g en da li an fi s i k ad al ah t in d a kan p en g en da li an ya n g di la k uk an d en gan
menggunakan suhu tinggi atau suhu rendah, kelembaban atau energi cahaya dan perangkap lampu,
pengaturan Cahaya / suara pengendalian mekanik dilakukan dengan mematikan hama yang
menggunakan alat atau tangan, menghalangi dengan suatu penghalang dan menangkap
dengan perangkap. Selanjutnya pengendalian dengan varietas tahan.
Pengendalian dengan menggunakan varietas tahan dianggap paling murah. K el emah
an n ya var i eta s tah an i tu h an ya tah an un tu k sa t u a tau beber a pa s p es i es serangga hama
bahkan dapat memunculkan biotipe baru yang lebih gams. Contoh varietas padi IR-64 tahan
terhadap wereng biotipe 1 dan biotipe 2. Saat ini sudah ada wereng biotipe 3.

B.Pengendalian Hayati
Pengendalian hayati atau biological control dapat dibedakan dengan pengendalian
alami atau natural control. Pengendalian hayati merupakan strategi pengendalian hama yang
dilakukan secara sengaja memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami untuk menurunkan
atau mengendalikan populasi hama. Pengendalian alami merupakan proses pengendalian yang
berjalan sendiri tanpa ada kesengajaan yang dilakukan oleh manusia.

Pengendalian hayati adalah hasil dari asosiasi berhagai spesies organisme yang berbeda
seperti parasitoid dan inangnya, predator dan mangsanya, serta patogen dengan inangnya.
Fenomena ini dinamuk karena pengaruh berbagai faktor lingkungan biotik dan abiotik. Dalam
konsep PHT, pengendalian hayati memegang peranan yang menentukan karena semua teknik
pengendalian yang lain secara bersama ditujukkan un t uk m em p er t ah an k an d an m emp er
ku at berfungsinya m u s uh al ami s eh in gg a populasi hama tetap dibawah batas
ekonomi. Dibandingkan dengan teknik pengendalian yang lain terutama pestisida,
pengendalian hayati memiliki tiga keuntungan yaitu : permanen, aman dan ekonomis. Beberapa
kebaikannya yaitu :

 Selektifitas yang tinggi dan tidak menimbulkan hama baru


 Organisme yang digunakan sudah ada di alam
 Organisme yang digunakan dapat mencari dan menemukan hama sendiri
 Dapat berkembang biak dan menyebar
 Hama tidak menjadi resisten atau kalaupun terjadi sangat lambat
 Pengendalian dapat berjalan dengan sendirinya
 Tidak ada pengaruh sampingan yang buruk seperti pada pengamatan pestisida.
Kemudian adanya populasi hama yang meningkat sellingga merugikan petani secara
ekonomi disebabkan karena faktor lingkungan yang kurang memberi dukungan kepada musuh
alarm untuk men.jalankan fungsi alaminya. Ada dua prinsip pada pengendalian hayati yaitu
mengimpor (introduksi) dari luar/daerah lain untuk dilepaskan didaerah wabah tersebut yaitu
dengan melepaskan musuh alami dcngan cara-cara introduksi, augmentasi, inundasi atau
manipulasi. Dalam hal meningkatkan peranan agens hayati atau musuh alami ditempuh jalan :

 lntroduksi adalah memindahkan atau mendatangkan musuh alami dari suatu


daerah/negara asal ke daerah baru/dalam negeri dalam upaya mengendalikan
hama
 Menambah secara berkala (Augmentasi) adalah penambahan jumlah musuh
a l a m i m el a l u i p en g l ep a s a n m u s u h a l a m i d i l a p an g a n d en g a n t u ju a n
u n t u k meningkatkan peranannya dalam menekan populasi hama

 Membanjiri (inundasi) adalah penambahan musuh alami dalam jumlah banyak


dengan tujuan dapat menurunkan populasi hama dengan cepat sampai pada tingkat
yang tidak merugikan
 Manipulasi lingkungan (Konservasi) adalah semua upaya yang bertujuan
melestarikan/melelihara musuh alami yang sudah ada di lapangan antara lain
dcngan perbaikan bercocok tanam, pengaturan jarak tanam dan penyediaan sumber
daya.

Kendala utama dalam penerapan dan pengembangan pengendalian hayati adalah modal
infestasi permulaan yang besar yang harus dikeluarkan untuk kegiatan eksplorasi, penelitian,
pengujian dan evaluasi terutama yang menyangkut berbagai aspek dasar baik untuk hama,
musuh alami ataupun tanaman. Aspek dasar dapat meliputi taksonomi, ekologi, biologi, siklus
hidup, dinamika populasi, fisiologi dan lain sebagainya. Identifkasi yang tepat baik untuk jenis
hama maupun musuh alaminya merupakan langkah awal yang sangat penting. Apabila
identifikasi kurang benar maka diperoleh kesulitan dalam mempelajari sifat-sifat kehidupan musuh
alami dan langkah kegiatan selanjutnya. Selain itu fasilitas yang lengkap disertai dengan
tersedianya SDM terutama peneliti yang berkualitas dan berpendidikan khusus serta berdedikasi
tinggi sesuai dengan yang diperlukan untuk pengembangan teknologi pengendalian hayati. Sampai
saat ini tenaga ahli dengan kualifikasi demikian masih sangat jarang tersedia di Indonesia.

C. Pengendalian Secara Kimiawi


Ketergantungan terhadap pestisida sudah sedemikan mengakar baik pada tingkat petani,
pengusaha pertanian maupun pada tingkat pengambil keputusan di kalangan pemer intahan.
Pen ggunaaan pestisida yan g kuran g bijaksana dapat menyebabkan :

 Matinya serangga atau hewan bukan sasaran


 Resurgensi atau peningkatan populasi serangga yang terjadi stelah aplikasi pestisida.
Setelah aplikasi insektisida, populai yang mula-mula turun kemudian meningkat lagi
dengan cepat melebihi tingkat populasi sebelum aplikasi.Hal itu disebabkan terbunuhnya
musuh alami serangga hama tersebut
 Resistensi atau ketahanan serangga hama terhadap insektisida biasanya terjadi bila
menggunakan insektisida yang lama secara terns-menerus
 Munculnya hama sekunder, dalam ekosistem pertanian terdapat hama utama dan
hama sekunder. Aplikasi insektisida ditujukan untuk pengendalian hama utama tetapi
kadang-kadang insktisida tersebut dapat mematikan musuh alarm hama utama dan musuh
alam hama sekunder. Dalam keadaan demikan, komposisi hama pada beberapa
generasi berikutnya berubah dimana hama sekunder menjadi hama utama dan hama
utama menjadi hama sekunder.
 Pencemaran lingkungan, misalnya meracuni perairan, meracuni komoditas berbagai
macam produk pertanian (residu) mengingat banyaknya pestisida yang beredar dan
diperparah dengan ketidakperdulian penggunaan pestisida yang tidak tepat sesuai dengan
peruntukannya bagi srangga hama maka dikeluar kan ln pr es No. 3 tah in 1986
 Tentang Larangan Peredaran dan Penggunaan 57 Pestisida untuk Tanaman Padi serta
UU. NO 12 Tahun 1992 yang diikuti oleh Kepmen. Pertanian No.
479/Kpds/TP.270/6196 Tentang Pemberhentian Izin Peredaran Pestisida pada 28 Jenis
bahan aktif dengan 22 merek dagang.
 Kemudian berdasarkan struktur kimianya, pestisida dibagi tiga golongan besar yaitu

 Golongan Klor Organik seperti DDT, Aldrin, Dieldrin dan ebagainya sudah lama
dilarang penggunaannya di bidang pertanian. Golongan klor organik mempunyai sifat
sangat stabil di lingkungan, persistensi cukup lama dan mudah diakumulasikan dalam
jaringan lemak tubuh
 Golongan Fospat Organik, seperti Diazinon, Malathion, Diklorfos, Fenitrothion dan lain
sebgalnya, golongan ini disebut juga organofosfat yang mempunyai sifat larut dalam air,
terhidrolisis dengan cepat di dalam air dengan demikian daya toksisitasnya cepat hilang dan
berupa cairan tidak berwarna, tidak berbau dan mudah menguap
 Golongan karbamat seperti Furadan. Sevin atau Karbanil golongan pestisida ini
merupakan insektisida anti kolonesterase, mempunyai spektrum yang lebih sempit
dibandingkan golongan pestisida yang lain.
 Selanjutnya sehagai himbauan dalam penggunaan pestisida adalah pakailah pestisida bila
cara-cara pengendalian lainnya kurang berhasil. Penggunaan pestisida harus sesuai
dengan aturan pada label setiap kemasan
 Pilihlah pestisida yang relatif aman dan tidak meninggalkan residu
 Penyemprotan pestisida harus diarahkan terbatas pada bagian tanaman tempat hama sasaran
berada.
Falsafah pengendalian hama yang harus digunakan adalah Pengelolaan/Pengendalian
hama Terpadu (PHT) yang dalam implementasinya tidak hanya mengandalkan satu taktik
pengendalian saja. Taktik pengendalian yang akan diuraikan berikut ini mengacu pada buku
karangan Metcalf (1975) dan Matsumura (1980) yang terdiri dari :
1. Pengendalian secara mekanik
Pengendalian mekanik mencakup usaha untuk menghilangkan secara langsung
hama serangga yang menyerang tanaman. Pengendalian mekanis ini biasanya bersifat
manual.
Mengambil hama yang sedang menyerang dengan tangan secara langsung atau
dengan melibakan tenaga manusia telah banyak dilakukan oleh banyak negara pada
permulaan abad ini. Cara pengendalian hama ini sampai sekarang masih banyak
dilakukan di daerah-daerah yang upah tenaga kerjanya masih relatif murah.
Contoh pengendalian mekanis yang dilakukan di Indonesia terhadap ulat pucuk daun
tembakau oleh Helicoverpa sp. Untuk mengendalikan hama ini para petani pada pagi hari
turun ke sawah untuk mengambil dan mengumpulkan ulat-ulat yang berada di pucuk
tembakau. Ulat yang telah terkumpul itu kemudian dibakar atau dimusnahkan.
2. Pengendalian secara fisik
Pengendalian ini dilakukan dengan cara mengatur faktor-faktor fisik yang dapat
mempengaruhi perkembangan hama, sehingga memberi kondisi tertentu yang
menyebabkan hama sukar untuk hidup.
Bahan-bahan simpanan sering diperlakukan denagn pemanasan (pengeringan) atau
pendinginan. Cara ini dimaksudkan untuk membunuh atau menurunkan populasi hama
sehingga dapat mencegah terjadinya peledakan hama. Bahan-bahan tersebut biasanya
disimpan di tempat yang kedap udara sehingga serangga yang bearada di dalamnya dapat
mati lemas oleh karena CO2 dan nitrogen.

Pengolahan tanah dan pengairan dapat pula dimasukkan dalam pengendalian


fisik; karena cara-cara tersebut dapat menyebabkan kondisi tertentu yang tidak cocok
bagi pertumbuhan serangga. Untuk mengendalikan nematoda dapat dilakukan dengan
penggenangan karena tanah yang mengandung banyak air akan mendesak oksigen keluar
dari partikel tanah. Dengan hilangnya kandungan O2 dalam tanah, nematoda tidak dapat
hidup lebih lama.

3. Pengendalian hayati
Pengendalian hayati adalah pengendalian hama dengan menggunakan jenis
organisme hidup lain (predator, parasitoid, pathogen) yang mampu menyerang hama. Di
suatu daerah hampir semua serangga dan tunggau mempunyai sejumlah musuh-musuh
alami. Tersedianya banyak makanan dan tidak adanya agen-agen pengendali alami akan
menyebabkan meningkatnya populasi hama. Populasi hama ini dapat pula meningkat
akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang tidak tepat sehingga dapat membunuh
musuh-musuh alaminya. Sebagai contoh, meningkatnya populasi tunggau di Australia
diakibatkan meningkatnya penggunaan DDT.
Dua jenis organisme yang digunakan untuk pengendalian hayati terhadap
serangga dan tunggau adalah parasit dan predator. Selain menggunakan parasit dan
predator pengendalian secara hayati atau dapat juga disebut pengendalian secara biologi
terhadap serangga hama dapat dilakukan dengan :
a. Introduksi, yakni upaya mendatangkan musuh alami dari luar (exotic) ke wilayah yang
baru (ada barier ekologi).

b. Konservasi, yakni upaya pelestarian keberadaan musuh alami di suatu wilayah dengan
antara lain melalui pengelolaan habitat.

c. Augmentasi, parasit dan predator lokal yang telah ada diperbanyak secara masal pada
kondisi yang terkontrol di laboratorium sehingga jumlah agensia sangat banyak,
sehingga dapat dilepas ke lapangan dalam bentuk pelepasan inundative.

4. Pengendalian dengan varietas tahan


Beberapa varietas tanaman tertentu kuran dapat diserang oleh serangga hama atau
kerusakan yang diakibatkan oleh serangan hama relatif lebih kecil bila dibandingkan
dengan varietas lain. Varietas tahan tersebut mempunyai satu atau lebih sifat-sifat fisik
atau fisiologis yang memungkinkan tanaman tersebut dapat melawan terhadap serangan
hama.
Mekanisme ketahanan tersebut secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok yaitu :
a. Toleransi
Tanaman yang memiliki kemampuan melawan serangan serangga dan mampu
hidup terus serta tetap mampu berproduksi, dapat dikatakan sebagai tanaman yang
toleran terhadap hama. Toleransi ini sering juga tergantung pada kemampuan tanaman
untuk mengganti jaringan yang terserang, dan keadaan ini berhubungan dengan fase
pertumbuhan dan kerapatan hama yang menyerang pada suatu saat.

b. Antibiosis
Tanaman-tanaman yang mengandung toksin (racun) biasanya memberi
pengaruh yang kurang baik terhadap serangga. Tanaman yang demikian dikatakan
bersifat antibiosis. Tanaman ini akan mempengaruhi banyaknya bagian tanaman yang
dimakan hama, dapat menurutkan kemampuan berkembang biak dari hama dan
memperbesar kematian serangga. Tanaman kapas yang mengandung senyawa
gossypol dengan kadar tinggi mempunyai ketahanan yang lebih baik bila
dibandingkan dengan yang mengandung kadar yang lebih rendah, karena bahan kimia
ini bekerja sebagai antibiosis terhadap jenis serangga tertentu.

c. Non prefens
Jenis tanaman tertentu mempunyai sifat fisik dan khemis yang tidak disukai
serangga. Sifat-sifat tersebut dapat berupa tekstur, warna, aroma atau rasa dan
banyaknya rambut sehingga menyulitkan serangga untuk meletakkan telur, makan
atau berlindung. Pada satu spesies tanaman dapat pula terjadi bahwa satu tanaman
kurang dapat terserang serangga dibanding yang lain. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan sifat yang ada sehingga dapat lebih menarik lagi bagi serangga untuk
memakan atau meletakkan telur. Contoh pengendalian hama yang telah
memanfaatkan varietas tahan adalah pengendalian terhadap wereng coklat pada
tanaman padi, pengendalian terhadap kutu loncat pada lamtoro, pengendalian terhadap
Empoasca pada tanaman kapas.

5. Pengendalian hama dengan cara bercocok tanam


Pada dasarnya pengendalian ini merupakan pengendalian yang belerja secara
alamiah, karena sebenarnya tidak dilakukan pembunuhan terhadap hama secara langsung.
Pengendalian ini merupakan usaha untuk mengubah lingkunagn hama dari keadaan yang
cocok menjadi sebaliknya. Dengan mengganti jenis tanaman pada setiap musim, berarti
akan memutus tersedianya makanan bagi hama-hama tertentu.
Sebagai contoh dalam pengendalian hama wereng coklat (Nilaparvata lugens)
diatur pola tanamnya, yakni setelah padi-padi, pada periode berikutnya supaya diganti
dengan palawija. Cara ini dimaksudkan untuk menghentikan berkembangnya populasi
wereng. Cara di atas dapat pula diterapkan pada hama lain, khususnya yang memiliki
inang spesifik. Kebaikan dari pengendalian hama dengan mengatur pola tanam adalah
dapat memperkecil kemungkinan terbentuknya hama biotipe baru.

6. Pengendalian hama dengan sanitasi dan eradikasi


Beberapa jenis hama mempunyai makanan, baik berupa tanaman yang diusahakan
manusia maupun tanaman liar (misal rumput, semak-semak, gulam dan lain-lain). Pada
pengendalian dengan cara sanitasi eradikasi dititikberatkan pada kebersihan lingkungan
di sekitar pertanaman. Kebersihan lingkungan tidak hanya terbatas di sawah yang ada
tanamannya, namun pada saat bero dianjurkan pula membersihkan semak-semak atau
turiang-turiang yang ada. Pada musim kemarau sawah yang belum ditanami agar
dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk membunuh
serangga-serangga yang hidup di dalam tanah, memberikan pengudaraan (aerasi), dan
membunuh rerumputan yang mungkin merupakan inang pengganti suatu hama tertentu.

7. Pengendalian kimiawi
Bahan kimia akan digunakan untuk mengendalikan hama bilamana pengendalian
lain yang telah diuarikan lebih dahulu tidak mampu menurunkan populasi hama yang
sedang menyerang tanaman.
Kelompok utama pestisida yang digunakan untuk mengendalikan serangga hama
dengan tunggau adalah insektisida, akarisida dan fumigan, sedang jenis pestisida yang
lain diberi nama masing-masing sesuai dengan hama sasarannya. Dengan demikian
penggolongan pestisida berdasar jasad sasaran dibagi menjadi :

a. Insektisida, racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa
serangga. Contoh : Bassa 50 EC Kiltop 50 EC dan lain-lain.

b. Nematisida, racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang


berupa cacing-cacing parasit yang biasa menyerang akar tanaman. Contoh : Furadan
3 G.
c. Rodentisida, racun yang digunakan untuk memberantas binatang-binatang mengerat,
seperti misalnya tupai, tikus. Contoh : Klerat RM, Racumin, Caumatatralyl,
Bromodoiline dan lain-lain.

d. Herbisida, digunakan untuk mengendalikan gulam (tanaman pengganggu). Contoh :


Ronstar ODS 5/5 Saturn D.

e. Fungisida, digunakan untuk memberantas jasad yang berupa cendawan (jamur).


Contoh : Rabcide 50 WP, Kasumin 20 AB, Fujiwan 400 EC, Daconil 75 WP,
Dalsene MX 2000.
f. Akarisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu
yang berupa tunggau. Contoh : Mitac 200 EC, Petracrex 300 EC.

g. Bakterisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan penykit tanaman


yang disebabkan oleh bakteri. Contoh : Ffenazin-5-oksida (Staplex 10 WP).

2.8 Contoh hama dan pengendaliaannya


1. Tikus
Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini
disebabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas, dan
kemampuan untuk berkembang biak yang sangat tinggi. Masa reproduksi yang relative
singkat menyebabkan tikus cepat bertambah banyak. Potensi perkembangbiakan tikus sangat
tergantung dari makanan yang tersedia. Tikus sangat aktif di malam hari.

Tikus menyerang berbagai tumbuhan. Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya
biji–bijian tetapi juga batang tumbuhan muda. Yang membuat para tikus kuat memakan
biji–bijian sehingga merugikan para petani adalah gigi serinya yang kuat dan tajam,
sehingga tikus mudah untuk memakan biji–bijian. Tikus membuat lubang–lubang pada
pematang sawah dan sering berlindung di semak–semak. Apabila keadaan sawah itu rusak
maka berarti sawah tersebut diserang tikus.

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara–cara sebagai berikut :
1. Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap
tikusnya.
2. Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.
3. Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang bersamaan
pula sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk mendapatkan makanan setelah
tanaman dipanen.

4. Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun,


yaitu irisan ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus.
Peracunan ini sebaiknya dilakukna sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain
itu penggunaan racun harus hati – hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan
manusia.

2. Wereng
Wereng adalah sejenis kepik yang menyebabkan daun dan batang tumbuhan
berlubang-lubang, kemudian kering, dan pada akhirnya mati. Hama wereng ini dapat
dikendalikan dengan cara-cara sebagai berikut :

a. Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun
dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup
wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1-2 bulan.

b. Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba-
laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss
lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia
octomaculata.

c. Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila cara lain
tidak mungkin untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa
sehingga efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.

3. Walang Sangit
Walang sangit (Leptocorisa acuta) merupakan salah satu hama yang juga meresahkan
petani. Hewan ini jika diganggu, akan meloncat dan terbang sambil mengeluarkan bau.
Serangga ini berwarna hijau kemerah-merahan. Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif
dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan dewasa dapat merusak lebih hebat karenya
hidupnya lebih lama. Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji-biji yang sudah
mengeras, yaitu dengan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.Walang
sangit menghisap butir-butir padi yang masih cair. Biji yang sudah diisap akan menjadi
hampa, agak hampa, atau liat. Kulit biji iu akan berwarna kehitam–hitaman.
Faktor-faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain
sebagai berikut.

a. Sawah sangat dekat dengat perhutanan.


b. Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi
c. Penanaman tidak serentak

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat menggunakan cara pengendalian sebagai
berikut :

a. Menanam tanaman secara serentak.

b. Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar
tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.

c. Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap.
d. Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga.

e. Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba laba –
laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.

f. Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.

4. Ulat
Kupu–kupu merupakan serangga yang memiliki sayap yang indah dan
benarekaragam. Kupu–kupu meletakkan telurnya dibawah daun dan jika menetas menjadi
larva. Kita bisa sebut larva kupu–kupu sebagai ulat. Pada fase ini, ulat aktif memakan
dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari. Daun yang dimakan oleh ulat
hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.
Untuk mengatasi serangan ulat, dapat menggunakan cara pengendalian sebagai berikut :

a. Membuang telur – telur kupu – kupu yang melekat pada bagian bawah daun.
b. Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan
bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.

c. Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan
menggunakan pertisida.

5. Penggerek Batang
Penggerek batang adalah hama yang ulatnya hidup dalam batang padi. Hama ini
berubah menjadi ngengat berwarna kuning atau coklat, biasanya 1 larva berada dalam 1
anakan. Ngengat aktif di malam hari. Larva betina menaruh 3 massa telur sepanjang 7-10 hari
masa hidupnya sebagai serangga dewasa. Massa telur penggerek batang kuning berbentuk
cakram dan ditutupi oleh bulu-bulu berwarna coklat terang dari abdomen betina. Setiap massa
telur mengandung sekitar 100 telur.
Untuk mengatasi serangan hama penggerek batang, dapat menggunakan cara
pengendalian sebagai berikut :

a. Lindungi agen pangendalian hayati, untuk melindungi musuh alami penggerek batang,
jangan gunakan pestisida berspektrum luas, misalnya methyl parathion.
b. Sayat ujung helaian daun sebelum tanam pindah.-Telur-telur penggerek batang kuning
diletakkan dekat ujung helaian daun. Dengan menyayat bibit sebelum tanam pindah,
pengalihan telur dari persemaian ke sawah dapat dikurangi.
c. Tanam sedikit terlambat untuk menghindari ngengat penggerek batang kuning.
d. Jemur atau hamparkan jerami di bawah sinar matahari untuk membunuh larva yang
terdapat di situ.
e. Jaring larva penggerek batang pada daun yang mengapung dengan jaring.
f. Olah dan genangi sawah setelah panen.

Untuk mengatasi serangan hama penggerek batang secara kimiawi, dapat


menggunakan Insektisida sistemik berbentuk granular seperti karbofuran, bensultap,
bisultap, karbosulfan, dimehipo, atau fipronil yang masuk ke dalam tanaman, merupakan
bahan kimia yang dapat Beluk pada stadia reproduktif. Sundep. Larva penggerek batang
padi putih. Imago penggerek batang padi putih. Imago penggerek batang padi merah
jambu. Larva penggerek batang padi merah jambu. mengendalikan penggerek setelah
masuk ke dalam batang. Penyemprotan efektif untuk kupu-kupu. Sebagaimana halnya
dengan pestisida lainnya, keuntungan dari penggunaan insektisida harus
mempertimbangkan risiko terhadap kesehatan dan lingkungan. Penggunaan insektisida
yang tidak sesuai akan mengganggu keseimbangan alami karena terbunuhnya musuh
alami hama penggerek batang, menyebabkan resurjensi atau ledakan serangan hama.
Sebelum menggunakan pestisida, hubungi petugas perlindungan tanaman atau penyuluh
untuk mendapatkan saran dan petunjuk. Baca petunjuk yang tertera di label dengan teliti
setiap sebelum pestisida digunakan.

2.9 D omin asi Hama Tana ma n Pa ngan

1. H a ma Pe n ti n gT an a ma n Pa di,J a g un g, Si n gkong
A. Scirpophaga innotata Wlk.
S. innotata dikenal dengan penggerek putih batang padi, S incertulas dikenal den gan
pen gger ek kun in g batan g padi. Ter masuk or do Lepid opt er a, famili Pyralidae dan
mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.
Telurnya sebanyak 50-150 butir diletakkan dibawah permukaan daun dan dekat
ujung daun. Kelompok telur kedua species itu berbentuk seperti gundukan kecil dan lunak
yang berasal dari rambut-rambut coklat mengkilat seperti sutera d an lun ak ya n g ber as al
dar i r a m but -r ambu t u jun g bel akan g n g en ga t h etin a. Stadium telur 4-5 hari. Larva instar
pertama muncul dari kelompok telur, larva bergerak ke bawah dan mulai menggerek bagian
antara upih daun dan batang. Larva terus menggerek batang anakan utama dan larva yang lebih
tua mungkin berpindah dari satu anakan ke anakan lain. Larva instar kedua penggerek kuning
batang padi ditemukan mengapung dari satu anakan ke anakan yang lain di dalam daun yang
menggulung seperti ulat hama putih. Kemudian pupa penggerek putih dan penggerek kuning
terdapat dibagian batang yang paling dekat dengan tanah Apabila pada waktu panen
tanaman tidak dipotong hingga dekat dengan tanah, pupa penggerek putih dan penggerek
kuning akan tetap tinggal dalam tanaman.
Pen gger ek batan g meluban gi tan aman . Selama pen gger ek memakan
bagian dalam tanaman, maka penggerek batang dapat mengakibatkan matinya bagian atas
tanaman. Apabila bagian atas tanaman mulai mati, bagian ujung daun atau malai akar akan
berubah menjadi kuning kemudian menjadi putih, sedangkan daunnya berubah menjadi
coklat. Daun-daun yang mati yang pada stadia vegetatif tersebut dinamakan sundep,
sedangkan kematian malai disebut beluk. Tariklah daun yang menguning atau malai yang
mati, bila daun atau malai keluar dari batang dengan mudah dan ujung bagian bawah
benwarna gelap maka kemungkinan besar batang sudah dirusak oleh penggerek batang.
Kemudian penggerek batang ditemukan dengan cara menyayat batang tersebut dari dasar ke
ujung.
Pengendalian hama penggerek batang dapat dilakukan seperti berikut :
 Pergiliran tanaman dengan bukan padi.
 Tanam serempak.
 Pengumpulan kelompok telur dan memusnahkannya atau membakarnya.
 Pemotongan rumpun padi serendah mungkin sampai permukaaan tanah setelah
panen.
 Konservasi musuh alami seperti jangkrik, belalang pemangsa telur, parasitoid
Telenomus, Tetratichus, Trichomalopetra, parasitoid larva Charos sp., Termelucha,
Stenobracon sp., Amauromorpha sp..
 Penggunaan insektisida karbofuran pada saat satu hari sebelum pengolahan tanah,
umur padi 30-40 hari dan 60-70 hari setelah tanam. Ambang pengendalian 1-2
kelompok telur per 20 rumpun.

B . Orzeolia oryzae (Wood-Meson)


Serangga hama ini dikenal dengan hama ganjur, termasuk ordo Diptera famili
Cecidomyidae dan mempunyai daerah penyeharan di Indonesia. Serangga betina mempr
oduksi telur 100-300 butir, dilet akkan di atas tan aman ber asal dari persemaian sampai
fase pembentukan anakan maksimum. Stadium telur 3-4 h ari. Lar van ya m ama k an
tun a s - t un a s bar u ya n g s eh ar u sn ya ber kem ba n g m en ja d i anakan produktif.
Serangan ganjur merangsang tanaman untuk mengembangkan jaringan yang tidak normal
sekitar larva dan berwarna hijau muda berbentuk tabung seperti daun bawang.
Pupanya ber ada dalam gulungan itu dengan stadium 2-8 hari. Bila serangga sudah
dewasakan keluar dari gulungan itu. Siklus h idupn ya 9-26 har i. Pada musim hujan ser
angan gan jur lebih tin ggi. Fase lar va yan g mr emakan tanaman padi pada titik tambuh
pada an akan batu. Gan jur tidak mem ben tuk malai . Tanaman inangmya Panicum,
Paspalum, Zizania, Echinochloa, Ischaemum. Pengendalian ganjur dapat dilakukan dengan :

 Tanam awal satu setengah bulan sebelum puncak hujan tertinggi.


 Tanam serentak dengan jarak tanam yang lebih lebar.
 Musuh alaminya Platygaster oryzae Cam, Prapycracytus murificus (grizault).
 Penggunaan karbofuran dengan dosis 0,5-1,0 kg bahan aktif per ha.
C. Nilavarpata
lugens Stall.
Serangga hama ini dikenal dengan wereng coklat, termasuk ordo Homoptera, famili
Delphacidae dan mempunyai daerah peenyebaran di Indonesia. Wereng coklat hidup pada
bagian bawah batang padi yang mempunyai keleembaban nisbi cukup tinggi dari bagian
atasnya. Telurnya menetas setelah 7-11 hari sedangkan stadium nimfanya 10-15 h ar i. Wereng
coklat mengisap cairan tanaman dengan menusukkan stiletnya ke bagian bawah batang
padi. Tusukan itu dilakukan berulang kali sehingga tanaman padi mudah rebah. Pada populasi
wereng coklat tinggi, tanaman ini akan, menyebabkan tanaman padi menjadi "terbakar" dan
gejala itu disebut h o p p e r b u r n .
Wereng coklat merupakan vektor penyakit kerdil rumput dan penyakit kerdil hampa.
Gejalanya tanaman padi mudah rebah dan bulirnya hampa dengan warna abu kehitaman.
Pada populasi wereng tinggi akan menyebabkan tanaman "terbakar" atau "hopper burn".
Serangan wereng biasanya dimulai dari tengah petak sawah. Tanaman inangnya tebu, Panicum,
jagung, Poa annia L,Eleusine Geertner. Pengendalian hama wereng dilakukan dengan :
 Pergiliran tanaman yang bukan padi
 Tanam
serempak
 Konservasi musuh alarm berupa predator coccinella reponda theobold, c. Arcuata f, verania
sp, harmoni sp,
 Cyrtorhinus lividipennis. Parasitoidnya adalah anagrus sp, oligosita, gonatocerus sp.
Pipuncolus sp.
 Penggunaan insektisida bila ditemukan satu ekor wereng coklat / tunas

2. Hama penting tanaman jagung :


A.Helicorpaar migera
Serangga hama ini dikenal sebagai penggerek tongkol, termasuk ordolepidoptera,
famili Noctuidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.Ngengat betina
meletakkkan telur satu per situ dalam jumlah hanyak pada rambut tongkol atau daun
muda.
Seekor ngengat dapat meletakkan telur sampai 1000 butir. Stadium telur 2-5 hari,
Setelah telar menetas, larva muda segera bergerak ke bawah menuju tongkol dan menggerek
atas tongkol. Selanjutnya larva memakan biji-biji jagung muda sampai menjelang pupa. Larva
bersifat kanibal sehingga umumnya hanaya dijumpai satu larva dalam tongkol Stadium larva
berlangsung 17-24 hari, terdiri dari 6 instar. Menjelang pupa, larva turun dari ujung tongkol
menuju tanah dan membentuk pupa. Stadium pupa 12-14 hari.
Serangga dewaasa tertarik kepada sinar ultra violet. Selain tongkol, ulat ini juga
menyerang pucuk tanaman, bunga jantan sehingga bunga jantan rontok yang menyebabkan
lubang yang cukup besar pada buahnya.
Tanaman inangnya sorghum, kentang, tomat, tembakau, kapas, kacang-kacangan.
Pengendalian serangga hama dapat dilakukan dengan :
 P er gi lir an tan aman d en g an tan aman bukan in an gn ya.
 Saat pembentukan bunga atau buah serempak
 Pengumpulan dan pemusnahan larva yang sudah diambil.
 Penyemprotan insektisida bila ditemukan tongkol rusak per 50 tanaman atau
pemberian insektisida butiran pada saat menjelang berbunga.
B. Ostrinia furnacalis Guene
Serangga hama ini dikenal dengan penggerek batang jagung, termasuk ordo
Lepidoptera, famili Pyralidae dan mempun yai daerah pen yebaran di Indonesia.
Serangga hama ini aktif pada malam hari. Ngengat betina meletakkan telur pada tanaman
yang berumur 2 minggu sampai keluarnya bunga jantan. Telur diletakkan pada permukaan
bawah daun dekat tulang daun. Produksi telur serangga betina berkisar 300-500 butir. Stadium
telur 4-5 hari. Larv yang masih muda memakan jaringan dalam kemudian dilanjutkan masuk ke
batang melalui pucuk tanaman. Larva ini menggerek bitan.g jagung dan membuat lubang keluar
untuk imagonya. Stadium larva berkisar 5- 10 hari
Gejalanya lubang gerekan pada batang jagung dan di sekitar lubang gerekan ada
tepung gerekan ber warna coklat. Serangan larva ini dapat menurunkan hasil panen
jagung berkisar 45-54,4%. Tanaman inangnya Sorghum, Panicum sp, Amaranthus sp.
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara :

 Pergiliran tanaman dengan bukan tanaman inangnya.Tanam serempak. Peman


gkasan sebagian besar bun ga jan tan yan g bar u mun cul sampai ter sisa sekitar
75%. Pemotongan batang jagun g tepat diatas permukaan tanah pada saat pan
en.
 Pembakaran sisa-sisa tanaman setelah pan en.
 Musuh alaminya berupa parasitoid tolur Trichogramma nana Zehntn,
Parasitoid larva eriborus argenteopilosa Carm dan cendawan Metarrhizium
anisoplae.
 Penggunaan insektisida bila ditemukan satu kelompok lama instar pertama per
30 tanaman, atau pada saat tanaman sebelum berbunga diberikan karbofuran
dengan cara memasukkan ke kuncup daun dengan dosis 0,5 kg bahan aktif/ha.

3. Hama tanaman sorgum


A. Anthrerigona sp.
Serangga hama ini dikenal dengan lalat bibit, termasuk ordo Diptera, famili
Muscidae. Telur berbentuk memanjang berukuran 0,34x1,29 mm, berwarna putih
mutiara dan menjadi gelap menjelang menetas. Ujung anterior telur membulat dan
berkurva ramping. Telur diletakkan secara tunggal dipermukaan bawah daun. Stadium
telur 2-3 hari. Larva berwarna putih krem dan transparan bagi lama instar l. Bentukn
ya memanjang dan meruncing pada ujung anterior. Panjang sekitar l,8 mm. Larva
instar l merusak pusat batang, kemudian turun ke basal batang. Larva instar terakhir
barwarna kuning gelap dengan panjang 2,2 mm. Pupanya terdapat dalam tanah, namun
kadang-kadang ditemukan dalam batang tanaman. Kematian tan aman ter jadi akibat
ker usakan pada titik tumbuh. Pengendalian hama dilakukan dengan :

 Tanam serempak, tidak lebih dart 10 hari perbedaannya.


 Lakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang.
 Penyemprotan insektisida sistemik misalnya Marshall 25 ST.

B. Agrotis sp.
Serangga hama ini dikenal dengan ulat tanah, tenmasuk ordo Lepidoptera, famili
Noctuidae. Ulat ber ada dibawah atau dekat per mukaan tan ah. Ulat memotong
batang tanaman yank baru berdaun 2-3 hari. Ser angann ya ter jadi pada malam hari,
siang hari berada di bawah tanah. Telur berbentuk bulat pipih, berwarna putih atau
transparan. Stadium telur 6 hari. Larvanya berwarna hitam, kelabu suram atau
coklat. Lar va pan jangn ya 33-35 mm dengan stadium larva berkisar 18 hari.
Pupa berwarna coklat terang atau coklat gelap, berada beberapa cm dibawah
permukaan tanah. Stadium pupa 5 hari. Pengendalian hama dilakukan dengan :

 Tanam serempak, tidak lebih dart 10 hari perbedaannya.


 Lakukan pergiliran tanam dengan tanaman bukan inang.
 Taburkan insektisida sistemik seperti Furadan 3G atau Curater 3G.

4. Hama Penting Tanaman Ubi-ubian


A. Hama penting tanaman ubi jalar :
1. Agrius convoluredi L .
Serangga hama ini dikenal dengan ulat tanduk, termasuk ordo Lepidoptera,
famili Sphingidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa. Telurnya berwarna bijau
diletakkan pada daun, larva ber warna coklat gelap dengan warm kehijauh ijauan atau
sar is kunin g padaa sisi tu buh n ya. Pan jan g lar va sekitar 9 cm den gan tanduk
benwarna kuning berada di ujung belakang. Ngengatnya berwarna keabu-ahuan, bagian
ventral berwarna ungu dengan warm hitam melintang serta bagian dor sal ber warna
keabu-abuan. Ulat tanduk ini memakan daun ubi jalan sehingga daun tampang rawing.
Fotosintesa akan ter gan ggu yang berakibat ubin ya kecil-kecil dan waktu pan en agak
terhambat. Tanaman inangn ya kacang hijau, kacang tunggak, kecipir dan leguminosa
lainnya. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan :
 Memangkas ngengat dengan lampu perangkap.
 Konservasi musuh alaminya berupa parasitoid telur Trichogrumma minuturn Ri l
dan parasitoid larva Zygobothria ciliata.
 Pen yemprotan insecticide diazinon dengan membalikkan daun ubi jalar lebih
dahulu.
2. Cylas formicarius F.
Serangga hama ini dikenal dengan lanas, tprrliasuk ordo Coleoptera, famili
Curculionidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia. Telur diletakkan pada
lekukan batang atau lan gsung pa da ubi n ya. Stadium telur berkisar 6-9 hari. Larva
berwarna keputihan dengan stadium larva 15-24 hari. Pupanya diletakkan di tanah atau
dekat ubi jalar. Stadium pupa 4-10 hari. Kumbangn ya bewarna biru metalik dengan ciri
khas yairu moncongn va Siklus hidup hama boleng ini sekitar 6-7 minggu. Gejala
luhang gerek pada ubi yang diserang dan memberikan bau khas. luhang itu berkelok-
kelok dan bila ubinya dibelah akan tampak lorong-lorong itu dan hekas gerekan yang
membusuk. Tanaman inangnya species lain dari Ipomaea. Pengendalian hama dapat di lakukan
dengan :
 Pergiliran tanaman dengan bukan inang.
 Perbaikan cara bercocok tanam dengan pembumbun tanaman agar ubi tidak
menonjol keluar atau terlihat.
 Penggunaan bibit sehat.
 Sanitasi lahan sebelum ditanami ubi jalar.

B. Hama tanaman Ubi kayu


1. Leucophalis rorida F.

Ser an gga h ama diken al denn gan ur et, termasuk or do Col eopt er a , famili

Melolontida. dan mempun yai daer ah pen yebar an di Jawa dan Sumatera. Kumbang ini
ber ukuraan pan jang 20-27 mm, been varna cokiat gelap. Biasanya kumbang muncul
dari dalam tanah setelah turun hujan pertama. Kumbang jantan lebih aktif dan lebih
banyak ditemui dari pada kumbang betina. Beberapa saat kemudian kumbang
mengadakan perkawinan. Setelah 5 hari kumbang betina betina bertelur seban yak 35
butir. Stadium telur 3-4 minggu. Lar va men yukai atau men yer an g per akaran yan g
men gan dun g kar boh idr at. Pra pupa berlangsung 10-30 hari dan pupa selama 4-5
minggu.
S el an ju tn ya Ha m a at au ur etn ya m er u s ak ak ar dan u bi tan a man
sehingga tanaman mati. Pada mulan ya tanaman ubi kayu men guning dan akhirn ya
tanaman mati. Pengendalian serangga hama dapat dilakukan dengan :

 Penggunaan musuh alami Metarrhizium sp. Dan Campomeris sp


 Pengolahan tanah yang baik
2. Tetranychus cinnabarius Boisd
Hewan hama ini dikenal dengan tanah merah, tcrmasuk or do Acarina,
putih .Tetranvchidae, dan mempun yai daerah pen yebaran dl Indon esia. Tungau merah
ini ditemukan padaa permukaan bawah daun ubi kayu, sepan jang tulang da un. T elurnya
ber war n a k ep utih an d en gan d iamet er 0,l mm. Tun gau betin a m en gh a s il k an t el ur
s e ba n ya k 1 0 0 bu t i r . S t a d i um t el u r 4-7 h ar i, lar van ya m cm p u n ya i en a m k a k i
d en g an s t a di u m 3 - 5 h ar i s ed a n g k a n n i m fa n ya t er d i r i p r ot on ym p h d a n d eu t on
ym p h . N i mfa t er s e bu t m em p u n ya i k a k i 4 p a s a n g .
Tungau merah ini mengisap cairan daun. Daun menjadi kemerah-merahan.
Gejala serangan tersebut mudah telihat sepanjang tulang dan ubi kayu. Tanaman in
angn ya pepaya, karat, tomat, jarak, dadap, Legumin osae. Pengendalian seran gga
hama di lakukan dengan
 P en yempr otan akar isida m etamid ofos (Tamar on 200 LC ) d en gan dosi s 0,2
kg bahan aktif per ha.

5. H a m a T a n a m a n K a c a n g - k a c a n g a n
A . Ha m a p en t i n g t an am an k ed el a i

1. Chy sodeLixi s c halc itas (Esper)


S er an g ga h am a in i d i k en a l d en gan u la t jen gk al, ter ma s u k or d o Lep i d
op t er a, famili Noctuidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia. Telurnya
diletakkan di per mukaan bawah daun kedelai. Telur n ya ben war n a keputih an kemudian
berubah kekuningan sebelum menetas. Stadium telur 3-4 hari. Lar van ya ber warna hijau
dengan stadium lar va 14-19 har i. Pupan ya di daun , d i t u t u p d en g an ben a n g s u t er a
ya n g b er wa r n a p u t i h k ot or. Stadium p u p a 6 - 1 1 h ar i. Ngengatnya berwarn a coklat
tua. Daun yan g ter ser an g tampak ber cak- ber cak k eputih an kar en a tin ggal
epider mis dan tulan g daunn ya. Lar va instar terakhir menyebabkan daun yang ters
er an g tin ggal tulan g daun n ya saja . Serangannya terjadi pada Fase vegetatif dann
generatif
Tanaman inangn ya ken tang, jagun g, sayur -sayur an, tembakau, apel, kacang
hijau. Pengendalian hama dapat di lakukan dengan :
 Tanam serempak.
 Pengumpulan dan pemusnahan larva instar 3 sampai instar terakhir.
 Penyemprotan insektisida bila tidak ada serangan ulat jengkal 58 ekor larva instar
ke-1 dan ke-2 atau 17 ekor instar ke-3 per 12 tanaman.
2. E t i e l l a z i n c k e n e l l a
Serangga hama ini dikenal dengan pengger ek polong, termasuk ordo
Lepidoptcra, famili Pyralidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.
Telur diletakkan dekat pangkal polong, ber warna keputihan sampai jingga.
Telur berbentuk bulat panjang dengan stadium telur 4 hari.
Larva instar pertama berwarna kekuningan sedangkan larva instar 2 sampai
instar 4 berwarna kehijauan. Larva instar 5 berwarna kemerahan. Stadium larva 13-18
hari. Pupanya dibentuk dalam kokon dengan panjang 8-10 mm berwarna coklat.
Imagonya berwarna ke abu-abuan darn tertarik oleh cahaya lampu.
La r va m en gg er ek k ul it p ol on g k em u di an m a s uk dan m en g g er ek bi
ji . Lubang gerekan tertutup oleh benang perintal yang berwarna keputihan.
Seekor lar va dapat men usuk beber apa p ol on g dan bi ji. Tan da ser an g pada
biji ber upa gerekan dan adanya butiran kotoran berwarna coklat.
Tanaman inang kacang hijau (Tephrosia sp), Crotalaria sp, kacang tunggal,
kacang tanah .Pengendalian hama dapat dilakukan dengan cara :
 Tanam serempak.
 Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang.
 Penyemprotan insektisida pada tanaman yang berumur 45 hari dan bila
telah ditemukan intensitas serangan lebih dari 2% atau ekor ulat/rumpun
pada tanaman yan g ber umur lebih dari 45 har i setelah tanam.

B. Hama kacang tanah


1. E m poasca flavescens (F.)
Ser angga hama ini dikenal dengan wer en g empoasca, termasuk ordo
Homoptera, famili Cicadellidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.
Telur diletakkan pada daun dekat tulang daun. Stadium telur 9 hari. Serangga
dewasa berwarna hijau kekuningan dengan bintik coklat pada ke dua sayapnya. Wereng
empoasca menyerang daun muda dan daun kacang tanah yang belum membuka. Nimfa
dan serangga dewasa mengisap cairan daun sehingga bagian yang dihisap tersebut
berwarna kekuningan, daun menjadi kaku.
Bila serangan berat, tanaman kerdil dan daun mudanya rontok. Serangan
musim kemarau lebih tinggi daripada musim penghujan. Tanaman inangnya Hibiscus
sp., kapas, Ochroma. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan :

 Pergiliran hama dengan tanaman bukan inang.


 Tanam serem pak.
 Penyemprotan insektisida kurnalfor rlcngan dosis 0,25 kg bahan aktit per ha, pada
saat ambang pengendalian 4 ekor nimfa per tri foliat.

2. Lamprosema indicata F.
Serangga h ama ini dikenal den gan pen ggulung daun , ter masuk or do
Lepidoptera, famili Pyralidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia. Telur
diletakkan pada daun yang belum membuka. Kemudian larva itu akan merekatkan
tepi daun menjadi satu sehingga larva ada dalam gulungan daun itu. Larvanya
memakan dan menggulung daun kacang tanah. Larva bersembunyi di dalam gulungan
daun tersebut.Tanaman inangnya tunggal, kedelai, kacang panjang. Pengendalian
hama ini dilakukan dengan :
 Pemetikan daun men ggulun g kar en a ber isi lar va atau
kepompong dimusnahkannya.
 Melakukan penyemprotan insektisida pada tanaman yang berumur 4-
6 minggu setelah tanam.

2.10 Dominasi Hama Tanaman Say ur-Sayuran


1 Serangga Hama Tanaman Kubis
A. Uraian Singkat Budidaya Tanaman Kubis (Brassica oleracera L.)
 Persiapan lahan Tanah digemburkan. Bedengan dibuat dengan lebar 100 cm.
Saluran antar bedengan dibuat dengan lebar 20 cm. Pupuk kandang ditaburkan
secara merata di alas bedengan.
 Penanaman Jarak tanarn 60 x 60 cm. Setiap lubang tanaman diberi pupuk dasar 5
g TSP + 5 g KC( dengan cara ditugalkan di sebelah lubang tanam).
 Pemeliharaan Tanaman disiram. Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanaman
berumur 15 hari dengan 1g Urea Setiap tanaman. Penyiangan dilak ukan pada
saat tan aman ber umur 34 Har i. P en am bah an 5g Urea setiap tanaman untuk
umur 35 hari. Pengendalian hama dengan carapithesa.
 Pemanenan pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 60 Hari.

B. Hama Penting Tanaman Kubis a, Perusak Daun Kubis


1. Plutella ,xylostella L.

Serangga hama ini dikenal dengan ulat daun kubis atau diamond back moth,
termasuk ordo Lepidoptera, family Plutellidae dan mernpunyai daerah penyebaran di
Indonesia.
Ngengat P. xylostella kecil berwarna coklat kelabu, pada sayap depan terdapat
tanda ”tiga berlian”. Ngengat aktif pada senja dan malam hari dengan meletakkan
telur tersebar pada daun. Stadium telur 3-5 hari. Larva instar pertama berukuran 1,2
mm berwarna hijau cerah dengan kepala tampak hitam. Stadium larva 7-11 hari.
Pupanya tertutup oleh kokon, berwarna kuning pucat. Daur hidupnya berkisar 21 hari.
Daun yang terserang P. xylostella berlubang-lubang kecil dan bila
serangan berat, tinggal tulang daun. Serangan berat terjadi pada musim kemarau, saat
tanaman berumur 5-8 minggu. Tanaman inang P. xylostella adalah petsai, brokoli, dan
kubis-kubisan lainnya.
Pengendalian dapat dilakukan dengan :

 P. xylostella dapat dilakukan dengan mencari waktu tanam yang baik (sesuai
dengan kondisi setempat)
 tumpangsari kubis dengan tomat
 Konservasi musuh alami seperti penggunaan parasitoid l arva Diadegma
semiclausum Hellen dan
 Apanteles plutellae Kurdi.
 Penggunaan insektisida bila diternukan 5 ekor larva setiap 10 tanaman.

2. Crocidololia binotalis Zell.


Serangga hama ini dikenal dengan ulat krop kubis atau large cabbage heart
caterpillar, termasuk ordo Lepidoptera, farnili Pyralidae dan mempunyai daerah
penyebaran di Indonesia.
Ngengat C. binotalis berwarna kelabu kecoklatan dengan rentangan sayap
20 mm dan panjang 13 mm. Telur diletakkan secara berkelompok pada daun
dengan stadium 4 hari. Larvanya berwarna coklat sampai hijau tua. Stadium larva
14 hari. Pupanya berada dalam tanah. Daur hidup 24-32 hari.
Larva C. binotalis merusak kubis yang sedang membentuk krop, sehingga
daun kubis berlubang-lubang. Kerusakan ringan berakibat menurunnya kualitas
kubis sedang kerusakan berat menyebabkan tanaman kubis tidak dapat
dipanen. Tanaman inang C. binotalis adalah petsai dan kubis-kubisan.
Pengendalian C. binotalis dapat dilakukan dengan :

 Tumpangsari kubis dengan tomat


 Konservasi musuh alami penggunaan parasitoid Sturmia incospicuoides Bar.,
Atrometus sp., Mesochorus so., dan.
 Chelonus tabonus Sonar
 Penggunaan insektisida sintetik apabila ditemukan 3 ekor larva setiap 10
tanaman.

3. Hellula undalis (F.)


Serangga hama ini dikenal dengan ulat krop bergaris atau striped cabbage
heart caterpillar, termasuk ord o Lepidoptera, famili Pyralidae dan mempun yai
daerah penyebaran di Indonesia.
Ngengat H undalis ber warna kelabu dan pada sayap depan terdapat
garis-garis pucat serta titik-titik. Larvan ya berwarna kuning kecoklatan dengan
kepala hitam dan pada badann ya ter dapat en am gar is yan g meman jan g ber
war n a coklat. Pupanya di tanah terbungkus kokon, tertutup oleh partikel tanah. Daur
hidupnya 23-25 hari
Serangan larva muda seperti serangan yang disebabkan oleh Plutela sp. dan
gejala serangan larva tua seperti gejala serangan Crocidolomia sp. Tanaman inang
H.undalis adalah Petsai, sawi, lobak, dan, kubis tunas.

Pengendalian H. undalis dapat diakukan dengan :

 Pemusnahan tanaman yang terserang


 Penyemprotan insektisida sistemik pada saat tanaman muda dan ditemukan
gejala serangan.

4. Phyllotreta vittata F.
Serangga hama ini dikenal dengan kumbang anjing atau leaf beetle, t er
masuk or d o C ol eopt era, famili Ch r ys om eli da e dan m empun yai da er ah
penyebaran di Indonesia. Kumbang ini berwarna coklat kehitaman dengan sayap
bergaris kuning. Panjang kumbang 2 mm. Telur diletakkan berkelompok pada
kedalaman l-3 cm di tanah. Panjang larva 3-4 mm. Pupanya berada pada kedalaman
tanah 5 cm. Daur hidupnya 3-4 minggu
Daun kubis yang terserang P. vittata berlubang-lubang kecil. Larvanya
seringkali merusak bagian dasar tanaman dekat dengan permukaan. Tanaman inang P.
vittata adalah petsai, lobak, dan sawi.
Pengendalian P. vittata dapat dilakukan dengan :

 Pemusnahan tanarnan yang terserang


 Penggunaan insektisida bila ditemukan gejala serangan dan saat tanaman
masih muda.
5. Spodoptera litura (F.)

Serangga hama ini dikenal dengan ulat grayak atau a r m y worm, termasuk or do
Lepidopter a, famili Noctuidae dan mempun yai daer ah pen yebar an di Indonesia. Telur
S litura diletakkan secara berkelompok pada permukaan bawah daun. Stadium telur 2-8 hari.
Larva berwarna keabu-abuan dengan panjang larva instar akhir 50mm. Pupa berwarna coklat
berada dalam tanah. Stadium pupa 9-10 hari. Ngengat berwarna agak keabu-abuan.
Larva S. litura memakan daun dan pucuk tanaman kubis, sehingga daun transparan.
Pada serangan bera t tinggal tulang daun. Tanaman inang S. litura adalah kacang tanah,
tembakau, bawang merah, dan ketela rambat. Pengendalian S. litura dapat dilakukan dengan :

 P er g ilir an t an am an d en g an t an a m an buh an in an g
 Penanaman serempak
 Pengolahan tanah yang baik untuk mematikan larva/pupa dalam tanah.
 Pemusn ahan kelompok telur dan lar va
 Konservasi musuh alami seperti penggunaan parasitoid telur Telenomus spodopterae
Dodd
 Penggunaan insektisida bila telah ditemukan gejala serangan.

6. Chrysodeixis chalcites (Esp.)


Serangga hama ini dikenal dengan ulat jengkal atau green semilooper, termasuk ordo
Lepidoptera, famili Noctuidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia. Telur C.
chalcites diletakkan pada daun, berwarna keputihan. Stadium telur 3-4 hari. Larvanya
berwarna hijau dengan stadium larva 14-19 hari. Pupanya di daun dengan stadium 6-11
hari. Ngengat berwarna coklat tua.
Daun kubis yang terserang C. chalcites akan tampak tinggal epidermis dan tulang
daunnya. Tanaman inang C. chalcites adalah kentang, jagung, tembakau, apel, kacang
tanah, rami, dan kacang hijau.
Pengendalian C. chalcites dapat dilakukan dengan
 Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang
 Penanaman serempak
 Pemusnahan larva yang ditemukan
 Penyemprotan insektisida bila ditemukan gejala serangan.
7. Helicoverpa armigera Hubn.
Serangga hama ini dikenal dengan penggerek tongkol jagung atau corn earworm,
termasuk ordo Lepidoptera, famili Noctuidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.
Telur H armigera diletakkan satu per satu pada daun kubis. Stadium telur 2-5
hari. Larvanya memakan daun kubis dengan stadium larva 17-24 hari. Pupanya terbentuk
dalam tanah dengan stadium pupa 12-14 hari.
Daun kubis yang terserang larva H. armigera ber lu ban g-lu ban g. Bila ser an gan
cukup tinggi, ban ya k daun kubis yan g ber luban g seh i n gga men ur un kan kualitas
kubis.
Tanaman inang H. armigera adalah sor gh um, kentan g, tomat , jagun g, tembakau,
kapas, dan kacang- kacangan.
Pengendalian H. armegera d a p a t d i l a k u k a n d en g a n :

 P er gi lir an tan aman d en g an tan a man bukan in an g


 P em u sn ah an lar va ya n g di am bi l
 K on s er va s i mu s uh alar m ya it u p en gg un aaan par a si t oi d t el ur
Trichogramma nana Zehntn.

8. Myzus persicae (Sulz)


Serangga hama ini dikenal dengan kutu daun persik atau t o b a c c o a p h i d termasuk
or d o Hom opt er a, famili A ph i di da e dan m em p un ya i d a er ah penyebaran di Indonesia.
Nimfa dan ser angga dewasa M p e r s i c a e m en ye r a n g p er t a n a m a n k u b i s d en
g a n ca r a m en g h i s a p c a i r a n d a u n k u b i s . La m a n ya d a u r h i d u p b e r k i s a r 7 - 1 0
hari.
D a un k u bi s ya n g t er s er an g M . pe r s i ca e m em p er li h a t k an ber ca k cok l at
d i s ekitar t us ukan s til etn ya. Bila s er an gan t in ggi akan m en ur un kan kuali tas ku
bis. Tanaman inan g M persicae a d al ah t em ba k au , ca be, t om at, k en tan g, d an
petai. Pengendalian M p e r s i c a e d a p a t d i l a k u k a n d en g an :

 Konservasi musuh alarm seperti penggunaan predator Menochilus s p . D a n k u m ban


g C occi n el l i d a e
 Penyemprotan insektisida sistemik bila ditemukan gejala serangan.
9. T h r i n s t a b a c i L i n d .
S e r a n g g a h a m a i n i d i k en a l d en g a n T h r i p s b a w a n g a t a u o n i o n T h rip
s, t er ma s u k fa m i l I T h ys a n op t er a , fa m i l i Th r i p i d a e dan m em p un ya i d a er ah pen
yebaran di In don esia.

Telur T. tabaci d i l et a k k an d ek a t t u l an g da un , ber wa r n a k ep u t ih an


d en g an s t a d i um t el u r b er k i s a r 4 - 1 0 h a r i. N i m fa d a n d e wa s a m en g i s a p ca i r
a n d a un . pupanya terdapat dalam tanah.stadium 4-7 hari. Thrips dewasa kecil berwarna
kuning kecoklatan dengan panjang 1,0 mm.
Daun kubis yang terserang T. tabaci tampak bercak kecoklatan setempat-setempat.
Pada serangan tinggi dapat menurunkaran kualitas kubis yang dipanen.
Tanaman inangnya adalah waluh, cabe, terung, dan tomat.Pengendalian T. tabaci dapat
dilakukan dengan

 K on s er va s i m u s uh a la m i ya i t u p en g g un aan pr ed a tor k u m ban g m a c an


(Menochilus sp.).
B. Perusak Batang
l. Agrotis ipsilon (Hufn.)
S er an g ga h a ma in i d i k en a l d en g an ul at tan ah a ta u black cutworm, termasuk ordo
Lepidoptera, famili Noctuidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia. A. ipsilon
menimbulkan kerusakan pada tanaman muda. Larvanya memotong tanaman muda dengan
stadium larva 19-20 hari. Pupanya berada dalam tanah dengan stadium pupa 11 hari. Daur
hidupnya 6-8 minggu.
Larva A. ipsilon memotong pangkal tanaman dan berada tidak jauh dari tanaman yang
dipotong. Bila dikorek- korek, biasanya ditemukan larva tersebut dekat dengan tanaman yang
diserangnya.
Tanaman inang A. ipsilon adalah tanaman sayuran muda seperti cabai, tomat, dan
jagung. Pengendalian A.ipsilon dapat dilakukan dengan :
 Pencarian larva dan memusnahkannya
 Penanaman serempak
 Pemasangan umpan beracun
 Konservasi parasitoid larva Apanteles ruficrus Hal.. Trituxys braueri
(DeMey) dar Cuphocera varia (F.).

2 Serangga Hama Tanaman Kentang


A . Ur ai a n S i n gk at B ud i d a y a Ta n a ma n K er t a ng (Solanum t ub e r o s um L, )

 Persiapan lahan tanah digemburkan. Bedengan dibuat dengan lobar 60 cm. Sal ur an
an tar bed en gan d i buat d en gan l ebar 2 0 cm. P up u k kan dan g d ita bur kan diatas
bed en gan k emu dian di tu tu p d en gan la pi san tan ah s et ebal 25 cm.
 Penanaman jarak tanam 35 cm dengan satu bibit setiap lubang tanaman. Pemupukan
dilakukan dalam garitan sebanyah 200 kg ZA + 300 kg TSP + 150 kg KG setiap hektar,
diber ikan saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam.

 P e m e l i h a r a a n p en g g u l u d a n p er t a m a d i l a k u k a n d en g a n ca r a m en g a m b i l
tanah darl bedengan di sebelahnya Penyiangan gulma. Penggunaan kedua, Perbaikan saluran
drainase supaya tanaman tidak tergenang.
 Pemanenan pemanenan dilakukan apabila batang tanaman sudah berwarna kuning,
daun sudah coati, umbi yang di dalam tanah stfdah tidak terkelupas k u l i t n ya a p a bi l a d i
a m bi l d a r i d a l a m t an ah . Um u r t a n a fn an p a d a s a a t pemanenan berkisar 60-70 hari.

B . Ha ma Pe n ti n g T a n a ma n Ke n t a n g a. Perusak Umbi Kentang


1 . Pthorimaea operculella (Zell.)

Serangga hama ini dikenal dengan penggerek umbi kentang atau potato tuber
borer, termasuk ord o Lepidoptera, famili Gelechiidae dan mempun yai daerah penyebaran
di Indonesia.

Telur P. operculella kecil berwarna kekuningan, diletakkan pada daun. Stadium telur
3-15 hari. Larvanya berwarna putih kelabu dan menggorok daun, cabang, atau melipat
daun. Aktivitas larva dilanjutkan ke umbi kentang di lapangan ataupun umbi kentang
yang ada di gudang. Stadium larva 9-33 hari. Pupanya berada di dalam lekukan umbi
kentang dengan stadium pupa berkisar 6-26 hari (bergantung kepada temperatur).
Ngengatnya berwarna coklat kelabu berukuran 10-15 mm, daur hidupnya 5-6 minggu.
Daun yang terserang P. operculella menggulung dan ber warna kemerahan. Gejala
pada umbi kentang tampak adanya kotoran di sekitar mata tunas. Bila umbi itu dibelah
akan terlihat lorong-lorong gerekan. Tanaman inang P. operculella adalah terung,
temhakau, jenis Solanaceae lainn ya, dab Beta vulgaris. Pengendalian P. operculella dapat
dilakukan dengan :

 Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang

 Pembumbunan umbi yang terlihat darl permukaan

 Eradikasi sisa-sisa tanaman dan umbi kentang yang terserang

 Penggunaan insektisida apabila telah ditemukan lebih 2 ekor larva setiap tanaman.

2. Gryllotalpa africana Pal.


Serangga hama ini dikenal dengan anjing tanah/orong-orong/gaang atau small mole
cricket, termasuk or d o O r th op t er a, fa mi li Gr yl l ot al pi d a e d an mempunyai daerah
penyebaran di Indonesia.
Telur G. africana diletakkan di bawah permukaan tanah dalam lubang sekitar 10-15
cm. Produksi telur serangga betina sekitar 100 butir. Stadium telur 2-3 minggu. N im
fan ya a kti f pa da mal am h ar i un t uk m en car i ma kan an . S er an g ga d ewa sa
benwarna kecoklatan, panjang 2,5 cm. Kaki depannya cukup kuat sebagai kaki penggali
tanah.
Umbi kentang yang terserang G. africana berlubang-lubang cukup besar. Bila
serangan tinggi, banyak umbi kentang yang berlubang dengan bentuk lubang beraturan.
Tanaman inang G. africana adalah berbagai tanaman muda. Pengendalian G. a f r i c a n a
dapat dilakukan dengan :

 Pemasangan umpan beracun dengan insektisida triklorfon (Dipterex 25 SL)


dengan dosis 2-4 kg bahan aktif setiap hektar dicampur dengan 20 kg dedak, 1-2
kg gula merah , 20 L air yan g disebar kan pada sor e h ari di sekitar tanaman
 Penggunaan insektisida sistemik yang ditaburkan di sekitar tanaman

3. Holotrichia javana Brsk.

Serangga hama ini dikenal dengan uret/lundi atau g rub, termasuk Coleoptera,
famili Scarabaeidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jativa. Larva H. javana berada
dalam tanah memakan bagian tanaman yang ada dalal tanah senerti akar dan umbi kentang.
Larvanya lebih menyukai umbi kentang. K um ban g in i ber uk ur an pan jan g 2 ,0 -2, 5 cm
dan ber war n a cok lat tua . D aur hidupnya berkisar 10 bulan. Kumbang betina
meletakkan telurnya dalam tanah pada kedalaman 10-20 cm. Umbi kentang yang terserang
H. javana berlubang-lubang dengan bentuk l u ban g tid ak ber a tur an . Pa da p op ul a si t in
ggi , k eh a dir an lun d i ini dapat mengurangi hasil umbi kentang. Tanaman iuang H. javana
adalah pada, jagung. karek, kina, bayam, kacang - kacangan, dan Centrosema sp. Pengendalian H.
javana dapat dilakukan dengan :

 Pengolahan tanah yang baik

 Konservasi musuh alami seperti parasitaid Campsomeris leefmansi Betr., serta


penggunaan insektisida granular yang ditaburkan di sekitar tanaman.

1.Agrotis ipsilon (Hufn)


Serangga hama ini dikenal dengan ulat tanah atau back cutworm, termasuk ordo
Lepidoptera, famili Noctuidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia. Serangga betina
A. ipsilon meletakkan telur pada tanah dekat dengan tanaman. Produkasi telurnya berkisar 1.800
butir. Telurnya berwarna keputihan dan berbentuk bulat. Daur hidupnya 4-6 minggu. Larva
bersembunyi di dalam tanah pada waktu siang hari dan keluar waktu malam hari untuk menyerang
tanaman dengan memotong batang tanaman dekat permukaan tanah.
Tanaman yang terserang A. ipsilon terpotong dan bagian yang terpotong ini terkulai
layu dekat dengan tanaman yang dipotong. Biasanya dengan sedikit membongkar tanah di sekitar
tanaman yang terpotong itu ditemukan larva Agrotis.
Serangga ini banyak menimbukan kerugian/kerusakan. Tanaman inang A. ipsilon adalah
tomat, cabe, kubis, terung, jagung, dan kacang-kacangan Pengendalian A. ipsilor dapat dilakukan
dengan :

 Pengolahan tanah dan bila memungkinkar, pemberian air/penggenangan


sebelum lahan ditanami
 Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang, pengumpulan larva di
sekitar tanaman yang diserang dan memusnahkannya
 Penanaman serempak
 Penggunaan parasitoid larva Apanteles ruficrus Hal., Trit axys braueri
(DeMey) dan Cuphocera varia (F.)
 Pemasangan umpan beracun di tempat-tempat yang menjadi sarang larva
 Penyemprotan insektisida Decis 2,5 EC apabila ditemukan serangan berat.
C. Perusak Daun
1. Myzus persicae (SuIz.)
Serangga hama ini dikenal dengan kola daun persik atau tobacco aphid, termasuk
ordo Nomoptera, famili Aphididae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia. M.
persicae menyerang pertanaman kentang pada saat cuaca kering. Kelembapan udara
yang tinggi akan menghambat perkembangannya. Nimfa dan serangga dewasa yang tidak
bersayap sulit dibedakan. Daur hidupnya 7-10 hari. M persicae merupakan vektor virus
penggulung daun kentang, yaitu Potato Leaf Roll Virus (PLRV) dan Potato Virus Y (PVY),
serta Potato Virus X (PVX).
Tanaman yang terserang M. persicae daunn ya ter pun tir, 1ayu, serta
pertumbuhan tanaman kerdil dan berwarna kekuningan. Tanaman inang M persicae adalah
tembakau, cabe, tomat, kentang, dan petsai. Pengendalian M. persicae dapat dilakukan
dengan :
- Konservasi rnusuh alarm predator Menochilus sp. dan kumban g Coccinellidae
- Penyemprotan insektisida sistemik setelah ditemukan 10 ekor nimfa setiap 35
daun dalam satu tanaman.

2. Liriomyza spp
Serangga hama yang terdiri atas L. huidobrensis, L. sativae, serta L. T r i f o l l i ini
dikenal dengan penggorok daun atau leafminer, termasuk ordo Diptera, famili
Agromyzidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa Barat, Jawa Tengah,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Nangroe Aceh Darussalam, dan D.I Yogyakarta.
Liriomyza spp. Membuat lubang kecil dengan ovipositornya dan mengisap cairan dari
lubang itu. Kemudian telur diletakkan pada daun yang dalam beberapa hari saja menetas
menjadi larva, f'anjang 1arva bcrkisar 3,0 mm dengan stadium larva 13-15 hari. Pupanya
berwarna coklat muda sampai coklat tua/kehitaman. Stadium pupa berkisar 5-7 hari.
Serangga dewasa berupa lalat berwarna coklat tua kehitaman. Ukuran lalat ini bcrkisar
1,5-2,0 mm.
Lar va h i du p d en gan car a m en g g or ok da un s eh in gga p a da da un t er ja di al ur
- alur bebas korokan larva tersebut. Pada populasi tinggi, korokan itu menyatu dan
menyebabkan daun menguning mirip gejala serangan Phytophtora infestans. Beberapa larva
itu seringkali secara bersama menyerang satu daun yang sama sehingga daun layu sebelum
waktunya dan mati. Daun yang disukai berupa daun tua atau muda.
Tanaman inang Liriomyza spp. adalah berbagai tanaman sayuran seperti
kentan g, ba yam, tomat, kacang mer ah, kubis, bawan g da un , br okoli, bawan g
merah, buncis, cabal, kapri, gambas, dan seledri. Pengendalian Liriomyza spp. dapat
dilakukan dengan :
 Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang
 Sanitasi lingkungan dengan membersihkan gulma di sekitar tanaman pokok
 Pemupukan berimbang
 Eradikasi tanaman yang terserang
 Penggunaan musuh alami dari famili Eulophidae dan famili Braconidae (perlu
kajian lebih lanjut)
 Pencegahan penyebaran (peningkatan pecan karantina)
 Serta penggunaan insektisida nabati (nimba).

3. Thrips palmy ( K a r n y )
Serangga hama ini dikenal dengan Thrips kentang atau potato thrips, termasuk
ordo Thysanoptera, famili Thripidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa dan
Sumatera. Telur T. palmy diletakkan pada jaringan epidermis daun dengan stadium 4-
10 hari. Nimfa berwarna kuning sampai coklat. Ser an gga dewasa bersayap seperti
rumbai. Daur hidup 11-17 hari. Hidupnya pada daun dengan mengisap cairan. Thrips
ini merupakan vektor Potato Spotted Wilt Virus (PSWV).
Tanaman yang terserang T. palmy daunnya ber warna kuning keperak-perakan atau
kekuningan seperti perunggu. Selanjutnya, daun berkerut karena cairan sel daunnya dihisap.
Tanaman inang T. Palmy adalah tembakau, ubi jalar. ketimun, dan kubis-
kubisan.Pengendalian T. Palmy dapat dilakukan dengan :

 Penggunaan insektisida sistemik setelah ditemukan 5 ekor nimfa setiap


pucuk.

4. Epilachna sparsa ( H b r s t )
Serangga hama ini dikenal dengan kumbang daun kentang atau potato leaf
beetle, termasuk ordo Coleptera, famili Coccinellidae dan mempunyai daerah
penyebaran di Indonesia. Telur E. sp a rs a diletakkan pada daun yang masih much.
Larva berukuran panjang 10 mm den mullah terlillat karena pada bagian dorsal t er d a pat
dr ir i - d ur i l un a k. Lar va in i m ema kan da un k en t an g . K um ban gn n ya berukuran
panjang 10 mm, bersvarna merah dengan spot hitam. Banyaknya spot h ir am in i m em
bed a k a n s p eci es ya n g s a t u d en g an ya n g la in n ya . D a ur h i du p kumbang 7-10
rninggu.
Larva dan kumbang E. S pa rs a memakan permukaan alas dan bawah daun
kentang sehingga tinggal epidermis dan tulang daunnya (karancang). Tanaman inang E.
sp a rs e adalah terung, tomat, jagung, padi, dan kacang tanah. Pengendalian E. S pa r se
dapat dilakukan dengan :
 Pengambilan larva den imago kemudian dimusnahkan
 Penyemprotan insektisida sistemik bila sudah ditemukan gejala seran gan.

5. Empoasca (Amrasca) flavescens (F.)

Serangga hama ini dikenal dengan wereng hijau kentang atau green leaf
hopper, termasuk ordo Hornoptera, famili Cicadellidae dan mempun yai daerah
penyebaran di Indonesia. E. flavescens berwarna hijau kekuningan dengan spot coklat
tua pada sayap depannya. Serangga ini mengisap cairan daun sambil
mengeluarkan racun yang dapat menambah kerusakan daun.
Daun kentang yang teserang E. Flavesccens menjadi kemerahan dan keriput sehingga
mengganggu proses fotosintesis. Pada serangan berat akin mengurangi hasil panen. Tanaman
inang E. flavescens adalah kapas, terung, lombok, kacang tanah, dan Hibiscus.Pengendalian
E. flavescens dapat dilakukan dengan :

 Penyemprotan insektisida sistemik setclah ditemukan adanya wereng hijau


kentang.

6. Planacoccus cirri (Risso)


S er an g g a h am a in i d i k en a l d en g an k ut u d a un a t au citrus mealybug,
termasuk ordo Homoptera, famili Pseudococcidae dan mempun yai daerah penyebaran
di Indonesia. Telur P. citri berwarna kuning muda dengan panjang 0,3-0,4 mm. Telur
tersebut diletakkan di sisi badan sebelah belakang. Stadium t el ur 3 - 9 h ar i. N im fa akan
m en in g ga lkan in du kn ya un tu k m en car i t empa t tingggalnya. Karena jumlahnya
sangat banyak, kutu ini akan saling bertumpuk sehingga disebut sebagai kutu dompolan.
Tempat gang disukain ya adalah tempat teduh dan lembap.
Daun yang teserang P. citri berwarna kuning pucat, lama kelamaan daun itu
mengering. Pada populasi tinggi, kehadiran kutu ini men ghambat pertumbuhan tanaman.
Tanaman inang P. citri adalah jeruk, kopi, teh, kina, jati, kakao, dadap, tembakau, nenas,
dan kapas. Pengendalian P. cirri dapat dilakukan dengan :
 Konservasi musuh alami predator Scynmus sp., Brumus suturallis F. dan parasitoid
Empusa fresenii
 Penyemprotan insektisida pada bagian tanaman yang terdapat kutu itu.
7. Polyphagotarsonemus laotus ( B a n k s )
Hama ini dikenal dengan tungau kuning teh atau yellow tea mite, termasuk
ordo Acarina, family Tarsonemitidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.
Telur P. latus berukuran pan,jang 0,7 mm dengan stadium telur 2-3 hari. Tungau muda
berada di bagian bawah daun kentang. Tungau dewasa berukuran 0,25 mm. Tubuh berwarna
hijau kekuningan, tungkainya pipih dan bergerak dengan cepat. Daur hidup berkisar 7 hari.
Daun kentang yang teserang P. latus agak tebal dan terpuntir, berwarna kuning
kecoklatan. Pucuk tanaman mengering dan akhirnya mati. Tanaman inang P. latus adalah
tomat, cabe, karet, krna, tembakau, teh, dan kacang panjang. Pengendalian E . f l a v e s c e n s
dapat dilakukan dengan:

 Penyemprotan insektisida sistemik setelah ditemukan adanya wereng hijau


kentang.
Serangga Hama Tanaman Tomat
A. Uraian Singk at B udidaya Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)
 Persiapan lahan, lahan digemburkan dibuat bedengan dengan lebar 100 cm, lebar saluran
antar bedengan 20 cm. kemudian ditaburkan secara merata pupuk kandang di atas bedengan
sebanyak 20 ton/ha, pupuk dasar lainnya 250 kg Za+ 12Sg Urea + 300kg TSP +200kg KCI
untuk setiap hektarnya.
 Peranaman, jarak tanam 50 x 40 cm, pemindahan bibit sebaikn ya sore hari pemupukan
pada umur 20 hst, 250 kg Za + 12S kg Urea/ha.
 Pemeliharaan, penyiangan gulma, rompes tunas-tunas air yang tumbuh sehingga tinggal
satu batang utama, memasang ajir supaya tanaman tidak r ebah, pemupukan umur 60
hst den gan 4 g Ur ea + 4 g TSP + 2 g KCl pertanaman.
 Pemanenan, dilakukan soot tanaman bcrucnur 75-80 hst.
B . Ha ma Pe n ti n g T a n a ma n T oma t a. Perusak Batang
l. Agrotis ipsilon H uf n .
Hama ini disebut ulat tanah (Bl ock Cut wo r m ), termasuk ordo Lepidoptera,
famili Noctuidae, dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia
S er an g ga in i m en i m bu lk an k er u s ak an p a da tan aman mu da , l ar van ya
memotong batang tanaman muda dengan stadium larva 19-20 hari. Larvanya bersembunyi
pada siang hari dibawah permulaan tanah. Pada senja atau malam h ar i u l at t an ah m un
cu l k e p er m u k aa n tan ah d an m em ot on g p a n gh a l ba t an g tanaman. Pupanya berada
dalam tanah. Daur hidupnya 46-71 hari.
Lar va m em ot on g p an gka l tan aman d an bil a d ik or ek -k or ek bia s an ya
ditemukan larva tersebut akibatnya banyak tanaman yang mati. Tanaman inangnya yaitu
tanaman sayuran muda seperti cabai, tomat dan jagung. Pengendalian dapat dilakukan
dengan :
 Pengolahan tanah yang baik
 Menanam serempak.
 Konservasi musuh alarm seperti parasitoid larva, yaitu Apenteles ruficrus Hal., T r
itacsis braureri (De Mey) dan
 C uph ocer a va ria F.
 Pemasangan umpan beracun.
Perusak Daun
1. Bemisia tabaci Genn.
Hama ini dikenal dengan nama kutu hebul ( T o b a c c o wh i t e f l y ) , termasuk
ordo Hompotera, family Aleurodidae. Memiliki daerah penyebaran Sumatra, Jawa dan Bali.
Serangga dewasa berwarna putih tertutup lapisan tepung lilin. Tubuhnya berukuran
1,0 -1,5 mm. Kutu kebul ini biasanya berkelompok, bila tersentuh akan berterbangan. Seperti
kebul putih. Kutu kebul menghisap cairan daun dan eksresinya menghasilkan embun madu
yang menjadi media tumbuh embun jelaga. Kutu kebul ini merupakan vektor virus.
Selain menghisap cairan daun kutu kebul ini juga menyebabkan daun berkeriput,
eksresinya menjadi medium tumbuh embun jelaga, yang mengganggu proses fotosintesis.
Adan ya virus papa tanaman tomat kemungkinan akibat keberadaan kutu kebul ini.
Tanaman inagnya seperti tomat, kubis, kentang, cabal, jagung. ubikayu, ubi. jalar
dan kapas.Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan :
 Penyemprotan insektisida bila kehadira kutu kebul tersebut sudah merugikan

2. Thrips tabaci Lind.

Hama ini dikenal dengan nama Thrips bawang ( U n i o n t h r ips ) termasuk or d o


Th ysan opt er a, famili Th r ipidae dan memiliki daerah penyebaran di Indonesia.
Telur diletakkan dekat tulang daun, berwarna keputihan dengan stadium telur berkisar
4-10 hari. Nimfa dan serangga dewasa menghisap cairan daun. Thrips dewasa berwarna
kuning dengan pan.jang l,0 mm. Biasanya Thrips bawang ini berasa di daun yang masih kecil
atau pada bunga.
Gejala serangan dari hama ini yaitu tampak adanya bercak kecoklatan di daun tomat
sehingga mengganggu fotosintesis, akibatnya kualitas hasil kurang balk. Tanaman inagnya
waluh, cabe, terung dan tomat. Pengendalian serangga hama ini dilakukan dengan :

 K on s er va si m u suh a lamin ya ber u pa pr eda t or k um ban g cn a can ata u


Menochilus sp
3. Myzus persicae Sulzer

Hama ini dikenal dengan nama kutu daun persik atau Tobacco aphid, termasuk ordo
Homoptera, family Aphididae dan memiliki daerah penyebaran di Indonesia.

Nimfa dan serangga dewasa menyerang pertanaman tomat dengan cara men ghisap
cairan tom at. Laman ya daur hidup ber kisar 7-10 h ar i. Gejala serangannya, daun tomat
memperlihatkan bercak coklat disekitar tusukan stilet kutu ini. Bila serangan tinggi akan
menurunkan kualitas tomat. Tanaman inangnya, tembakau, cabe, tomat, kentang dan petsai.
Pen gen dalian seran gga h ama ini dilakukan den gan :
 Konservasi musuh alaminya yaitu predator Menochilus sp. Dan kumbang
Coccinellidae.

 Penyemprotan insektisida sistemik bila ditemukan gejala serangan.

4. Spodoptera litura (F.)

Serangga hama ini dikenal dengan nama ulat grayak atau Army worm, termasuk ordo
Lepidoptera, family Noctuidae , dan memiliki daerah pen yebaran di Indonesia.

Telur diletakkan secar a ber kel omp ok pada per mukaan bawa n g daun. Stadium
telur 2-S hari. Larva berwarna keabu-abuan dengan panjang larva instar terakhir 50 mm.
Ngengat berwarna agak keabu-abuan. Gejala serangannya, larva memakan daun tomat
seh ingga daun tran sparan/r obek. Ser angan berat, menimbulkan kerugian yang tinggi.
Tanaman inangnya kacang tanah, temhakau, bawang merah dan ketela rambat.
Pengendalian serangga hama ini dilakukan dengan:
 Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang.

 Tanam serempak.

 Pengolahan tanah yang baik untuk mematikan larva/pupa dalam tanah.

 Pemusnahan kelocnpok telur dan larva

 Konservasi musuh alaminya parasitoid telir Telcnomus spodopterae D od d.

 Penyemprotan insektisida bila ditemukan gejala serangan.


5. Nezara virid ula L.

Ser an gga h ama in i diken al den gan n ama kepik h ijau (Green stink bug),
termasuk or do Homopter a, famili Pen tatomidae, dan mempun yai daerah penyebaran di
Indonesia.
Kepik ini berwarna hijau dan bersifat polyphag. Daun tomat yang disukai adalah
daun pucuk. Telurnya diletakkan secara berkelompok. Stadium telur 5-7 hari dan daur
hidupnya 60-70 hari. Gejala serangannya, adanya bercak setempat pada daun yang dihisap.
Bercak tersebut kemudian mengering. Tanaman inangnya tembakau, kapas, padi, kentang,
kedelai, jeruk, dan ubi jalar. Pengendalian serangga hama ini dapat dilakukan dengan :
 Menangkap kepik hijau dan memusnahkannya.

 Konservasi musuh alaminya yaitu parasitoid telur Ooencyrtus malayensis Ferr,


Telenomus sp

 Penyemprotan insektisida sistemik saat tanaman masih muda.

6 . Aphis gossypii G l o v e r
Serangga hama ini dikenal dengan nama kutu daun atau C o t t o n a p h i d , ter masuk or
do Nomopter a, family Aph ididae, dan mempun yai daer ah pen yebar an di lndonesia.
Kutu daun dewasa berukuran 1-2 m m . N i m f a d a n k u t u d a u n d e w a s a m en gh
isap cair an daun . S elain itu k utu daun in i m cr upakan vekt or p en ya kit yan g pen tin g.
Gejala seran gann ya pada daun t omat tampak ber cak pucat, akh irn ya ber k er iput. S er
an gan tin ggi akail m en gaki bat kan pr od uk si t omat m en ur un.

Tan aman in an gn ya, kapas, wijen , kapuk. Foseila, tembakau, dan tan
aman Cu cur ditacea e. P en g en ldalian s er an gga h ama in i da pat dilaku kan d en
gan pen yempr otan in sektisida sistemik bila ditemukan kutil daun ini.
7. Phthorimaea operculella (Zell)
Ser an gga hama ini diken al den gan h ama pen gger ek umbi ken
tan g atau Potato tuber borer, t er ma s u k or d o Lep i d op t er a, fa mi li G
el ech ii da e, dan mempun yai daerah pen yebaran di lndon esia.
T el ur n ya k eci l d il et ak kan d i p er m u kaan ba wa h d a un .
Lar van ya ber wa r n a putih kelabu dan men gger ek daun, caban g,
bahkan sekali-kali mellgger ek buah t omat. Ng en gatn ya ber warn a
cokla t k ela bu ber uk ur an 10- 15 mm, daur h idupn ya 5-6 minggu.
Gejala s er an gann ya, daun ataupun caban g dig er ek lar va in i,
bah kan buah tomat sekalipun. Lubang ger ekan pada caban g atau
buah tidak tampak spesifik karena beberapa serangga hama
lainnya memperlihatkan gejala yang sama.
T a n am an in an gn ya , t er u n g , t em ba k a u , j en i s solanaceae
lainnya, dan Bete vulgaris. Pengendalian serangga hama ini
dilakukan dengan :
 Pergiliran tanaman dengan tan aman bukan inan g.
 Er adika si s isa -si sa tan aman sebelumn ya.
 Pen yempr otan in sektisida bi la ditemukan ser an gga hama in i.
Pe r us a k B ua h T o ma t
l. Helicoverpa armigera Hbn
S er an g g a h am a in i d i k en a l d en g an h a m a ul a t
bu ah t om a t a t au Cotton b oll wo r m, t er masu k or d o
Lepi d opt er a, famili N octui da e. Dan memp un ya i da
erah p en yebar an di In d on esia
Serangga hama ini polyphag dengan meletakkan
telur pada bagian atas tomat. Larvanya menggerek buah
tomat, stadium larva 14-24 hari. Ngengatnya dapat hidup
1-2 minggu, berwarna sawo kekuning-kuningan dengan
bintik-bintik dan garis yang berwarna hitam. Daur hidupnya
52-58 hari.

Gejala serangannya, buah tomat berlubang/busuk


dan airnya jatuh. Buah yang disukai adalah buah tomat
hijau. Sesekali larva menyerang pucuk tanaman dan
melubangi cabang-cabang tanaman tomat. Tanaman
inangnya kapas, tembakau, jagung, sorghum, dan kacang-
kacangan.Pengendalian serangga hama in dapat dilakukan
dengan :

 Pengambilan larva dibuah tomat dan


mematikannya.
 Konservasi musuh alaminya berupa
parasitoid telur Trichogramma nana Zehntn.
2. Leucinodes orboitalis Gn.

Serangga hama ini dikenal dengan nama


penggerek buah terung atau Eggplant Fruit Borer.
Termasuk kedalam ordo Lepidoptera, famili Pyralidae dan
mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.
Larva serangga hama ini berwarna merah jambu
atau merah dan menggerek buah tomat. Kehidupan
serangga ini belum banyak diketahui. Gejala serangannya
lubang pada buah tomat biasanya berukuran lebih kecil dari
lubang pengerek Helicoverpa Armigera. Tanaman inangnya
terung, kentang dan tomat. Pengendalian serangga hama ini
dapat dilakukan dengan :
 Pengambilan buah tomat yang terserang dan
dimusnahkan sehingga Larvanya mati
 Penyemprotan insektisida saat tanaman mulai
berbuah.

HAMA TANAMAN KACANG TANAH

1. Belalang Kayu (Valanga nigricornis)


Klasifikasi
Kingdom :
Animalia Phylum
: Arthopoda Class
: Insecta Ordo :
Orthoptera Subordo
: Caelifera Family
: Acrididae Genus
: Valanga
Spesies : Valanga nigricornis

Morfologi
Belalang kayu ini memiliki bentuk tubuh yang terdiri
dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (torak) dan perut
(abdomen). Belalang kayu juga memiliki 6 kaki yang
bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Kaki bagian
belakang panjang yang digunakan untuk melompat dengan
jauh dan tinggi, sedangkan kaki bagian depan pendek
digunakan untuk berjalan.
Belalang juga memiliki pendengaran yang tajam,
meskipun tidak memiliki telinga. Alat pendengar belalang
ini hampir disebut dengan nama tympanum dan terletak
pada abdmon (perut) dekat bagian sayap. Typnpanum ini
berbentuk sebuah disk bulat besar yang terdiri dari
beberapa bagian prosesor dan memiliki syaraf uang
digunakan untuk memantau getaran dari udara.
Belalang kayu juga memiliki 5 mata (2 compound eye
dan
3 ecelli). Belalang kayu ini termasuk hewan serangga yang
bernafas menggunakan trakea, dan masuk kedalam
kelompok hewa berkerangka luas (exoskeleton).
Belalang kayu dewasa betina memiliki ukuran lebih besar
dibandingkan dengan belalang jantan dewasa yaitu
berkisar 58-71 mm sedangkan belalang jantan dewasa
berkisar 49-63 mm dengan berat tubuh rata – rata mencapai
2-3 gram.

Metamorfosi
s
Stadia dan Gejala Serangan

Belalang kayu menyerang pada stadia umur dewasa.


Hama ini menyerang tanaman muda dan tua dengan
merusak tanaman pada bagian daun dan pucuk. Kadang-
kadang pada musim kering dapat menyebabkan kerusakan
parah. Daun yang dimakan menjadi berlubang-lubang,
tulang daun dan urat-urat daun tidak dimakan. Gejalanya
kadang-kadang sulit dibedakan dengan gejala lubang-
lubang kerusakan daun oleh serangan ulat daun. Lubang
akibat serangan belalang tepinya bergerigi kasar tidak
beraturan, sedangkan akibat serangan ulat lebih halus.

2. Ulat Buah Helicoverpa (Helicoverpa armigera)

Klasifikasi

Kingdom :
Animalia Phylum
: Arthopoda Class
: Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus :
Helicoverpa
Spesies : Helicoverpa
armigera

Morfolog
i

H. armigera merupakan serangga ordo Lepidoptera dari


famili
Noctuidae. Secara umum serangga ordo Lepidoptera
mempunyai
4 buah sayap yang bersisik. Selain sayap, ordo ini
mempunyai badan dan kaki yang bersisik. Lepidoptera
berkembang secara holometabola, yaitu dalam
perkembangannya larva akan berubah menjadi pupa dan
pupa akan berubah menjadi kupu-kupu. Larva dan
serangga famili Noctuidae mencari makan pada waktu
malam hari. Larvanya mempunyai bulu yang jarang, agak
pendek dan kaku. Sedangkan ngengatnya berukuran besar
dengan sayap yang lebar

Metamorfosi
s
Stadia dan Gejala
Serangan
Stadium larva berkisar antara 12 - 23 hari. Ketika
baru keluar dari telur, larva berwarna kuning muda dan
tubuhnya berbentuk silinder. Larva muda kemudian
berubah warna dan terdapat variasi warna dan pola antar
sesama larva. Larva H. armigera terdiri dari lima instar,
instar pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima, masing-
masing berumur 2 - 3 hari, 2 - 4 hari
2 - 5 hari, 2 - 6 hari dan 4 - 7 hari. Pupa dibentuk di dalam
tanah. Pupa yang baru terbentuk berwarna kuning,
kemudian berubah kehijauan dan akhirnya berwarna
kuning kecoklatan. Lama stadium pupa 15 - 21 hari. Larva
H. armigera melubangi daun dan batang tanaman kacang
tanah bahkan larva juga menyerang
pucuk tanaman dan melubangi cabang-
cabang.

3. Kepik Kaki Daun (Leptoglossus gonagra)

Klasifikasi

Kingdom :
Animalia Phylum
: Arthopoda Subphylum
: Hexapoda Class
: Insecta Ordo :
Hemiptera
Family : Coreidae
Genus : Leptoglossus
Spesies : Leptoglossus gonagra

Morfologi

Kepik kaki-daun dewasa berwarna cokelat gelap


sampai hitam, panjang 20 mm, sayap datar dan lurus ke
belakang pada saat menutup, antena terdiri atas 4 ruas,
mempunyai alat pencucuk-penghisap (rostrum) yang terdiri
atas 4 ruas, jantan mempunyai ruas kaki membesar dan
memipih, betis (tibia) kaki belakang melebas menyerupai
daun, sayap depan sepert kulit, mempunyai pola seperti
garis lurus, garis zig-zag, atau rangkaian bercak putih atau
kuning pucat. L. gonagra mempunyai dada (thorax) dengan
tepi berwarna kuning dan garis longitudinal kuning pada
permukaan bawah perut (abdomen). L. phyllopus
mempunyai sayap depan dengan garis putih lurus di
permukaan sayap depan ketika menutup, permukaan atas
perut mempunyai variasi warna oranye ketika sayap
terbuka. L. australis mempunyai garis melengkung oranye
kemerahan atau kuning pada bagian depan pronotum,
tubuh memanjang, kepala lebih pendek dan lebih sempit
daripada pronotum. L. zonatus mempunyai bercak besar
kuning pucat pada bagian atas dari dua ruas tengah
pronotum, tubuh lebar, terdapat pola zig-zag pada
permukaan sayap depan ketika sayap menutup. Nimfa
terdiri atas
5 instar, bentuk seperti dewasa, tetapi tanpa kaki daun.
Nimfa L. gonagra berwarna merah menyala dengan
kaki hitam pada instar pertama sampai ketiga, cokelat kotor
pada instar keempat dan kelima. Nimfa L. phyllopus
berwarna kemerahan dengan kaki hitam untuk seluruh
instar. Nimfa L. australis berwarna kemerahan pada instar
awal, kaki daun berkembang mulai pada instar ketiga, instar
keempat mempunyai bercak kuning dan hitam, dan instar
kelima cokelat gelap atau hitam. Nimfa L. zonatus berarna
merah dengan kaki hitam untuk semua instar. Telur
berbentuk agak silindris. Telur L. gonagra berukuran
panjang 1,4 mm, mula-mulai hijau cerah, kemudian
menjadi cokelat. Telur L. phyllopus mempunyai panjang 1,8
mm, berwarna cokelat keemasan. Telur L. australis
mempunyai panjang 1,8 mm, berwarna cokelat pucat.
Telur L. zonatus mempunyai panjang 1,47 mm, mula-mula
berwarna hijau cerah, kemudian menjadi cokelat.

Metamorfosis

Telur diletakkan dalam baris lajur tunggal pada daun


dan pucuk, menetas dalam 5-7 hari. Nimfa berkembang
melalui 5 instar dalam 25-30 hari. Kepik kaki-daun
mempunyai perilaku berkelompok dalam jumlah besar,
satu tanaman dapat dipenuhi oleh kepik, sementara
tanaman tetangganya tanpa kepik. Kepik dewasa
mempunyai glandula bau sehingga bila terganggu
mengeluarkan bau tajam tidak sedap. Nimfa instar awal
lebih
menyukai inang tumbuhan liar, hanya kepik dewasa
yang menyerang tanaman kacang tanah.

Stadia dan Gejala Serangan

Kepik kaki daun menyerang tanaman kacanng tanah


pada stadia atau fase umur dewasa. Hma ini menyerang
pada pucuk tanaman serta daun muda. Serangan pada
pucuk dan daun muda menyebabkan bagian di sekitar
lubang cucuk mengalami perubahan warna dan mengering

4. Kutu Daun (Aphis craccivora)

Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Filum :
Arthropoda Kelas
: Insecta Ordo :
Homoptera Famili
: Aphididae
Genus :
Aphis
Spesies : Aphis
craccivora

Morfolog
i

Tubuh Aphis craccivora berukuran kecil, lunak,


dan berwarna hitam. Sebagian besar jenis serangga ini tidak
bersayap

tetapi bila populasi meningkat, sebagian serangga


dewasanya membentuk sayap bening. Aphis dewasa yang
bersayap ini kemudian pindah ke tanaman lain untuk
membentuk koloni baru. Serangga ini menyukai bagian-
bagian muda dari tanaman inangnya. Panjang tubuh Aphis
dewasa berkisar 1–1,6 mm. Nimfa Aphis dapat dibedakan
dengan imagonya dari jumlah ruas antena yang lebih
sedikit pada nimfa yang lebih muda. Jumlah antena nimfa
instar satu umumnya 4 atau 5 ruas, instar kedua 5 ruas,
instar tiga 5 atau 6 ruas dan instar empat atau imago 6 ruas.
Serangga muda (nimfa) dan imago (dewasa) mengisap
cairan tanaman.

Metamorfosi
s
Stadia dan Gejalan Serangan

Serangan pada pucuk tanaman muda menyebabkan


pertumbuhan tanaman kerdil. Hama ini juga bertindak
sebagai vektor (serangga penular) berbagai penyakit virus
kacang- kacangan. Hama ini menyerang tanaman kacang
tanah muda sampai tua. Cuaca panas pada musim kemarau
sering menyebabkan populasi hama kutu daun ini tinggi.
Sampai saat ini, kutu daun ini hanya diketahui menyerang
tanaman kacang tanah.

5. Kepik Hijau (Nezara viridula)

Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Filum :
Arthropoda Kelas
: Insecta Ordo :
Hemiptera
Famili : Pentatomidae
Genus : Nezara
Spesies : Nezara viridula
Morfolog
i

Kepik hijau memiliki memiliki sepasang sungut yang


beruas ruas. memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies
ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada
bagian pangkal. Bentuk tubuh pipih, memiliki kaki yang
pendek serta kepala yang terlihat membungkuk ke bawah.
Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies
ada yang tidak bersayap). Sayap depan

menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian


ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut
Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit lebih
pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai
adanya sepasang antene, mata facet dan occeli, mempunyai
alat mulut menusuk dan meghisap yang muncul dari depan
kepala dan dinamakan stylet.

Metamorfosi
s
Stadia dan Gejala
Serangan
Kepik hijau menyerang tanaman kacang tanah pada
fase atau umur dewasa. Hama ini dapat menyerang
tanaman kacang- kacangan lain seperti kedelai dan kacang
panjang, umbi – umbian kentang dan lain-lain (polifag).
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kepik hijau yaitu
biji menjadi hitam, busuk, kulit biji keriput, dan bercak-
bercak coklat; kadang-kadang polong kempes dan gugur
dan daun bintik-bintik.

6. Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Subfamili : Amphipyrinae
Spesies : Spodoptera litura F.

Morfologi
Sayap ngengat bagian depan berwarna coklat atau
keperak-
perakan, sayap belakang berwarna keputih-putihan
dengan
bercak hitam. Malam hari ngengat dapat terbang
sejauh 5
kilometer. Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian
datar
melekat pada daun (kadang-kadang tersusun 2 lapis),
berwarna
coklat kekuning-kuningan diletakkan berkelompok
(masing-
masing berisi 25 - 500 butir) yang bentuknya bermacam-
macam
pada daun atau bagian tanaman lainnya. Kelompok telur
tertutup
bulu seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh
bagian
ujung ngengat betina.
Larva mempunyai warna yang bervariasi,
mempunyai
kalung/bulan sabit berwarna hitam pada segmen abdomen
yang
keempat dan kesepuluh. Pada sisi lateral dorsal terdapat
garis
kuning. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda,
bagian sisi
coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok.
Beberapa hari kemudian tergantung ketersediaan
makanan,
larva menyebar dengan menggunakan benang sutera
dari
mulutnya. Siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat
yang
lembab) dan menyerang tanaman pada malam hari.
Biasanya ulat
berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam
jumlah
besar. Warna dan perilaku ulat instar terakhir mirip ulat
tanah
perbedaan hanya pada tanda bulan sabit, berwarna hijau
gelap
dengan garis punggung warna gelap memanjang. Umur 2
minggu
panjang ulat sekitar 5 cm. Ulat berkepompong dalam
tanah,
membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwarna
coklat
kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Siklus hidup
berkisar
antara 30 - 60 hari (lama stadium telur 2 - 4 hari, larva yang
terdiri
dari 5 instar : 20 - 46 hari, pupa 8 - 11 hari). Seekor
ngengat
betina dapat meletakkan 2000 - 3000 telur.
Hama ini tersebar di Asia, Pasifik dan Australia
sedangkan
di Indonesia propinsi yang melaporkan adanya serangan
hama ini
adalah DI Aceh, Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Barat,
Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya.

Metamorfosis

Stadia dan Gejala Serangan

Pada tanaman kacang tanah, hama ini menyerang


pada
fase/stadia larva. Larva yang masih kecil merusak daun
dengan
meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas/transparan
dan
tinggal tulang-tulang daun saja. Larva instar lanjut
merusak
tulang daun dan kadang-kadang menyerang buah. Biasanya
larva
berada di permukaan bawah daun menyerang secara
serentak
berkelompok, serangan berat dapat menyebabkan
tanaman
gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat. Serangan
berat
umumnya terjadi pada musim kemarau.

7. Lalat Penggorok Daun (Liriomyza chinensis)

Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Agromyzidae
Spesies : Liriomyza chinensis

Morfologi

Telur berwarna putih bening, berukuran 0,28 mm x


0,15
mm, dan lama stadium telur berlangsung antara 2 – 4
hari.
Jumlah telur yang diletakkan serangga betina selama
hidupnya
berkisar 50 – 300 butir, dengan rata-rata 160 butir.
Telur
diletakkan dalam jaringan daun melalui ovipositor. Larva
yang
baru keluar, berwarna putih susu atau putih kekuningan,
segera
mengorok jaringan mesofil daun dan tinggal dalam liang
korokan
selama hidupnya. Stadium larva antara 6 -12 hari, dan larva
yang
sudah berusia lanjut (instar 3) berukuran 3,5 mm. Larva
instar 3
dapat mengorok jaringan 600 x lipat dari larva insatar 1, dan
larva
ini kemudian keluar dari liang korokan untuk
berkepompong.
Pupa lalat pengorok daun ini umumnya ditemukan di
tanah.
Stadium pupa antara 9 – 12 hari, lalau keluar menjadi
serangga
dewasa/imago. Imago betina mampu hidup selama 6 – 14
hari
dan imago jantan antara 3 – 9 hari. Lalat L. Chinensis
pada
bagian punggungnya berwarna hitam.

Metamorfosis

Stadia dan Gejalan Serangan


Lalat penggorok daun ini menyerang tanaman pada
stadia
imago hingga dewasa dimana gejala serangannya yakni
daun
yang terserang lalat pengorok memperlihatkan gejala
bintik-
bintik putih akibat tusukan ovipositor, dan berupa liang
korokan
larva yang berkelok-kelok. Serangan berat dapat
mengakibatkan
hampir seluruh helaian daun penuh dengan kotoran,
sehingga
daun menjadi kering dan berwarna cokelat seperti terbakar.

8. Ulat Jengkal (Hyposidra talaca)

Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Geometridae
Genus : Hyposidra
Spesies : Hyposidra talaca

Morfologi
Telur berbentuk bulat, berwarna hijau kebiruan. Lama
stadium telur 5 – 6 hari. Telur diletakkan pada sekitar daun. Ulat
(larva) kecil berkelompok dan bila ada angin akan menyebar dan
mulai menyerang daun. Lama stadium larva (ulat) 12 – 18 hari.
Waktu ulat sudah besar biasanya masuk ke dalam tanah yang
gembur untuk berkepompong. Kepompong berwarna coklat
mengkilap yang diletakkan di dalam tanah sedalam 2 – 5 cm
sekitar pangkal batang atau di bawah tajuk. Stadium pupa 6 – 8
hari.
Ngengat (serangga dewasa) berwarna coklat kelabu dan
aktif pada malam hari. Imago betina meletakkan telur sebanyak
500 – 700 butir. Perkembangan dari telur sampai imago
memerlukan waktu sekitar 24 – 32 hari.

Metamorfosis

Stadia dan Gejala Serangan

Ulat Jengkal ini menyerang tanaman kacang tanah pada fase


larva. Ulat jengkal (kilan) menyerang daun, pucuk daun, bunga
tanaman kacang tanah. Daun yang terserang nampak berlubang.

lubang dan pucuk tanaman gundul, sehingga tinggal tulang


daunnya saja. Serangan ulat jengkal ini sangat merugikan,
terutama bila menyerang pada stadium bibit atau tanaman muda.

Contoh hama tanaman budidaya jagung

1. BELALANG COKLAT (Valanga Nigricornis)

Belalang coklat (Valanga nigricornis) merupakan hama yang sering


ditemukan di areal pertanaman jagung. Jenis belalang yang senang hidup di
daerah yang kering ini memakan daun-daun tanaman jagung, daun yang diserang
akan rusak dan habis dimakan. Kerusakan tanaman akibat serangan hama ini
biasanya tidak serius, tetapi berpengaruh terhadap produktivitas tanaman jagung.

 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Sub filum : Mandibulata
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Acrididae
Genus : Valanga
Spesies : Valanga nigricornis
Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo
Orthoptera. Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari
tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan
beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur
belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi. Femur
belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Belalang
betina umumnya berukuran lebih besar dari belalang jantan.

 Gejala Serangan

Gejala serangan belalang tidak spesifik, bergantung pada tipe tanaman yang
diserang dan tingkat populasi. Daun biasanya bagian pertama yang diserang.
Hama ini menyerang terutama pada bagian daun, daun terlihat rusak karena
serangan dari belalang tersebut, jika populasinya banyak dan belalang sedang
dalam keadaan kelaparan, hama ini bisa menghabiskan sekaligus dengan tulang –
tulang daunnya. Spesies ini dapat pula memakan batang dan tongkol jagung jika
populasinya sangat tinggi dengan sumber makanan terbatas.

 Stadia Serangan : Nimfa - Imago

 Nimfa : Fase nimfa, yaitu menetasnya telur belalang menjadi nimfa, dengan
bentuk seperti belalang dewasa tetapi berukuran kecil, belum memiliki sayap,
dan alat reproduksi. Selain itu nimfa masih berwarna putih, tetapi setelah
terkena pancaran sinar matahari warnanya akan berubah menjadi warna khas
belalang (cokelat atau hijau). Fase nimfa terjadi sebanyak empat kali dengan
ditandai adanya perubahan ukuran tubuh belalang. Selama terjadi perubahan
fase telur menjadi nimfa ada tahapan yaitu pergantian kulit. Fungsi pergantian
kulit pada belalang yaitu agar memudahkan pembentukan sel sel baru.
 Belalang dewasa (Imago) : Untuk menjadi belalang dewasa dan bersayap,
nimfa harus berganti kulit untuk yang terakhir setelah menjalani fase nimfa
selama satu bulan. Proses belalang dewasa untuk bisa mempunyai sayap
mulai dari 14 hari setelah belalang mengalami 4 kali pergantian kulit pada
tahapan nimfa setelah itu terbentuklah belalang dewasa. Setelah memiliki
ukuran tubuh yang besar dan memiliki sayap, belalang dewasa sudah dapat
melakukan kegiatan reproduksi. Namun belalang dewasa hanya bisa bertahan
di alam kurang lebih antara 2-3 minggu.

 Pengendalian

1. Cara Mekanis
Melakukan gerakan masal sesuai stadia populasi :
 Stadia telur : Untuk mengetahui lokasi telur maka dilakukan pemantauan
lokasi dan waktu hinggap kelompok belalang dewasa secara intensif. Pada
areal atau lokasi bekas serangan yang diketahui terdapat populasi telur,
dilakukan pengumpulan kelompok telur melalui pengolahan tanah sedalam 10
cm, kelompok telur diambil dan dimusnahkan, kemudian lahan segera
ditanami kembali dengan tanaman yang tidak disukai belalang.
 Stadia nimfa : Setelah dua minggu sejak hinggapnya kelompok belalang
kembara mulai dilakukan pemantauan terhadap kemungkinan adanya nimfa.
Nimfa dikendalikan dengan cara memukul, menjaring, membakar atau
menggunakan perangkap lainnya. Menghalau nimfa ke suatu tempat yang
sudah disiapkan di tempat terbuka untuk kemudian dimatikan. Nimfa yang
sudah ada di tempat terbuka apabila memungkinkan juga dapat dilakukan
pembakaran namun harus hati-hati agar api tidak merembet ke tempat lain.
Pengendalian nimfa berperan penting dalam menekan perkembangan
belalang.
2. Kimiawi
Dalam keadaan populasi tinggi, perlu segera diupayakan penurunan populasi.
Apabila cara-cara lain sudah ditempuh tetapi populasi masih tetap tinggi
maka insektisida yang efektif dan diijinkan dapat diaplikasikan. Jenis
insektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan belalang adalah jenis
yang berbahan aktif organofosfat seperti fenitrothion.
2. Lalat Bibit (Atherigona exigua)

 Klasifikasi :

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Muscidae
Subfamili : Atherigoninae
Genus : Atherigona
Spesies : Atherigona exigua

 Stadia : Imago

 Morfologi

Lalat berwarna abu-abu, panjang 3-3,5 mm, punggungnya berwarna


kuning kehijauan dengan tiga buah garis. Bagian perut berwarna coklat
kekuningan. Telur berwarna putih, diletakkan tersebar pada bawah daun. Setelah
2-3 hari telur menetas. Larva yang beru keluar masuk ke dalam upih daun dengan
bantuan air (embun). Kemudian masuk kedalam merusak titik tumbuh dan
selanjutnya masuk sampai ke pangkal batang. Ulat hidup selama 8-18 hari.
Kepompong berwarna kemerah-merahan, kemudian berubah menjadi agak gelap
bila kepompongnya telah tua. Kepompong kadang-kadang dibentuk dalam
jaringan tanaman, tapi umumnya dibentuk dalam tanah. Umur kepompong rata-
rata 8 hari.

Pada malam hari, larva menyebabkan serangan berat. Tanaman yang


diserang kelihatan kerdil, berwarna kekuningan dan layu. Sebagai tanaman inang
adalah rumput-rumputan seperti Panicum repens, Cynodon dactylon, padi gogo.

 Gejala Serangan

Gejala awal yang bisa dilihat saat tanaman jagung diserang lalat bibit
adalah berubahnya warna daun dari hijau normal menjadi kekuning-kuningan.
Kemudian, di sekitar batang jagung yang terserang akan membusuk hingga
akhirnya tanaman akan layu, kerdil, dan bahkan mati. Serangan awal lalat bibit itu
sendiri dimulai saat serangga dewasa (imago) betina yang memiliki panjang 2,5-
4,5 mm meletakkan telurnya secara tunggal di bawah permukaan daun atau pada
batang jagung yang ada di dekat permukaan tanah. Jumlahnya berkisar 7-22 butir,
bahkan bisa juga hingga 70 butir.

Telur berwarna putih yang memiliki panjang 1,25 mm dan lebar 0,35 mm
itu akan menetas selang 33 jam atau maksimal empat hari setelah diletakkan.
Setelah menetas, larvanya akan segera melubangi batang jagung dan
membuat semacam terowongan hingga ke dasar batang atau titik tumbuh tanaman.
Hal inilah yang akan membuat tanaman menjadi kuning dan akhirnya mati.
Kalaupun tanaman jagung tersebut mampu melakukan recovery, pertumbuhannya
akan kerdil dan tidak bisa optimal.

 Cara Pengendalian

Pengendalian hama terpadu merupakan pengembangan teknologi


pengendalian lebih dilakukan pada pengendalian yang bersifat alami dan sekecil
mungkin mengurangi penggunaan insektisida. Beberapa cara pengendalian lalat
bibit adalah sebagai berikut:

1. Pengendalian Hayati

Pengendalian hayati dapat dilakukan dengan menggunakan parasitoid dan


predator. Parasitoid untuk lalat bibit adalah Trichogramma sp dan parasitoid
untuk larva adalah Opius sp dan Tetrastichus sp. Predator imago adalah
clubiona japonicola.

2. Pergiliran tanaman

Menanaman jagung secara berturut-turut harus dihindari, karena akan member


peluang pada lalat bibit untuk tumbuh dan berkembang. Pergiliran tanaman
sebagai upaya untuk memutuskan daur hidup lalat bibit karena tidak ada
persediaan makanan.

3. Penggunaan Insektisida

Penggunaan insektisida harus dengan bijaksana, terbatas dan selektif baik


jenis maupun cara aplikasinya. Insektisida yang digunakan korbufuran 10 g/kg
benih melalui titik tumbuh dan untuk daerah endemic menggunakan Tiodicarb
75WP 15 g/kg benih atau karbosulfan 2,5 g/kg benih.

4. Menanam Varietas Unggul Baru yang tahan HPT

Menanam beberapa varietas yang tahan terhadap serangan lalat bibit seperti
Nusa Penida dan Sweet Corn. Varietas yang agak tahan seperti Bromo,
Abimanyu, dan Nakula
3. ULAT TENTARA (Fall Army Worm)

 Klasifikasi

Ulat grayak (Spodoptera litura) pada tanaman jagung (Zea mays) adalah sebagai
berikut :

- Kingdom : Animalia
- Divisio : Arthropoda
- Kelas : Insekta
- Ordo : Lepidoptera
- Famili : Noctuidae
- Genus : Spodoptera
- Spesies : Spodoptera litura

Spodoptera adalah ngengat yangtermasukdalamsuku Noctuidae. Larva


nya (ulatnya) dikenal sebagai hama yang sangat merusak. Ulat yang tidak berbulu
oleh awam biasa disebut ulat tentara atau ulat grayak.

Ulat grayak (Spodoptera litura) merupakan salah satu hama yang


menyerang tanaman jagung. Ulat grayak (Spodoptera litura) menyerang tanaman
pada malam hari, sedangkan pada siang hari berada di dalam tanah. Pada
umumnya, ulat grayak menyerang satu tanaman secara bersama-sama sampai
seluruh daun tanaman tersebut habis, baru kemudian ke tanaman lain. Ulat ini
berumur 20 hari selama hidupnya menyerang tanaman.
 Gejala Serangan dan Penularan (Spodoptera litura) Nuclear
Polyhedrosis Virus (SlNPV)

SlNPV akan memperbanyak diri di dalam inti sel inangnya. Oleh karena
itu, SlNPV harus tertelan bersama-sama pakan yang dikonsumsi melalui mulut,
kemudian ke pencernaan, dan gejala penularan SlNPV pada ulat grayak akan
terlihat setelah 1–3 hari. Ulat stadia-1 yang tertular SlNPV pada umumnya akan
berwarna putih susu, akan tetapi gejala ini agak sulit dilihat secara kasat mata,
kecuali dengan mikroskop. Gejala infeksi virus pada ulat stadia-3 dan 4 ditandai
dengan warna putih kecoklatan pada bagian perutnya (tubuh bagian bawah),
sedangkan pada bagian punggung (arah dorsal) berwarna coklat susu kehitaman.
Apabila ulat stadia-5 dan 6 terinfeksi SlNPV, maka pada saat tahap kepompong
akan membusuk.

Apabila sampai pada tahap ngengat (kupu-kupu), maka bentuk sayap menjadi
keriting,Ulat yang tertular SlNPV pada umumnya ditandai dengan berkurangnya
aktifitas makan, gerakan yang lambat, tubuh membengkak akibat replikasi atau
perbanyakan partikel-partikel virus SlNPV. Integumen (bagian ruas) ulat biasanya
menjadi lunak dan rapuh serta mudah robek. Apabila tubuh ulat tersebut pecah
maka akan mengeluarkan cairan kental berwarna coklat susu berupa cairan SlNPV
(Gambar 3) dengan bau yang sangat menyengat. Di lapangan, kematian ulat
grayak akibat tertular SlNPV ditandai dengan gejala tubuh larva menggantung
dengan kedua kaki semu bagian abdomen menempel pada daun atau ranting
tanaman membentuk huruf “V” terbalik (Gambar 4). Akan tetapi ada juga ulat
yang mati posisinya tidak seperti huruf “V” terbalik, melainkan terkulai pada
helaian daun (Gambar 5). Kematian ulat terjadi pada 3–7 hari setelah
tertular SlNPV.

 Stadia : Larva-Nimfa

 Pengendalian Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
a) Pengendalian dilakukan secara mekanis, yaitu mengumpulkan telur dan
ulat-ulatnya kemudian langsung membunuhnya. Dapat pula dilakukan
dengan pemangkasan daun yang telah menjadi sarang telur ngengat dan
membakarnya

b) Pengendalian dilakukan secara biologis, yaitu dengan cara


menyemprotkan Bacillus thuringienis atau Borrelinavirus litura

c) Pengendalian dilakukan secara kultur teknis , yaitu menjaga kebersihan


kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat
persembunyia hama, serta melakukan rotasi tanaman.

d) Pengendalian dilakukan secara kimiawi, yakni sebagai berikut.

- Pemasangan sex pheromone, yaitu perangkap ngengat (kupu-kupu)


jantan. Sex pheromone merupakan aroma yag dikeluarkan oleh
serangga betina dewasa yang dapat menimbulkan rangsangan seksual
(birahi) pada serangga jantan dewasa untuk menghmapiri dan
melakukan perkawinan sehingga membuahkan keturunan. Sex
phermne ini berasal dari Taiwan yang di Indonesia diberi nama
“Ugratas” (Ulat Grayak Beratas Tuntas) berwarna “merah”. Sex
pheromone ini sangat efektif untuk dijadikan perangkap kupu-kuu
dewasa dari ulat grayak (S. litura).

- Penyemprotan insektisisda yang mangkus dan sangkil seperti


Hostathion 40EC 2 cc/lt atau Orthene 75 SP 1 gr/lt. dapat pula dengan
menggunakan pestisida yang lain, misalnya Azodrin, Curracron 500
EC, Exalux 25 EC, dan lain-lain

- Pembuatan perangkap ulat grayak, yaitu dengan cara pembuatan parit


sepanjang sisi kebun dengan lebar 60 cm dan dalam 45 cm. Ulat
grayak yang masuk ke dalam parit dimatikan dengan menggulung
kayu bulat yang digerakkan maju mundur di atas ulat grayak. Cara lain
adalah paritnya diisi dengan jerami atau bahan lainnya yang mudah
terbakar, lalu dibakar hingga ulat grayaknya mati.

- Pembersihan gulma supaya tidak menjadi tempat berkembang biak dan


berembunyi ngengat dan ulat.

- Pengolahan tanah secara baik sehingga dapat membunuh kepompong


ulat grayak yang bersembunyi di dalam tanah.
4. KEPIK HIJAU (Nezara viridula)

 Klasifikasi
Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Division : Neoptera

Order : Hemiptera

Family : Pentatomidae

Genus : Nezara

Scientific name : Nezara viridula

 Morfologi
Kepik hijau adalah hama yang sering menyerang polong dan biji menjadi
mengempis dan busuk hingga berwarna hitam. Pada fase imago, kepik ini
berwarna hijau polos, kepalanya berwarna hijau serna, prontumnya berwarna
kuning dengan tiga bintik berwarna hijau.

Kepik hijau ini tersebar seluruh di daerah yang beriklim tropis dan sub-
tropis. Di indonesia, selain menyerang tanaman kedelai, serangga ini juga
menyerang tanaman padi, jagung, tembakau, kentang, cabe dan tanaman
polong-polongan.

 Gejala serangan
Tunas mendadak mengeriting dan layu. Pentil buah mengkriput dan tidak
berkembang sempurna atau bentuknya menjadi tidak beraturan. Kalau
diamati ada lubang bekas tusukan di pangkal. Racun yang dikeluarkan
oleh kelenjar ludahnya membuat bagian itu mati atau rusak.
 Pengendalian
 Jalan satu-satunya jika serangan kepik hijau sudah tak terkendali adalah
dengan menggunakan pestisida
 Melakukan pengendalian dengan manual maksudnya mengambil dan
mencari kepik hijau dewasa untuk dimusnakan agar hama kepik hijau
tidak berkembangbiak.
 Selalu menjaga kebersihan lahan dan memusnakan tanaman pengganggu
atau gulma
 Melakukan penaman padi secara serempak
 Melakukan pergiliran tanaman

Anda mungkin juga menyukai