ILMU HAMA
DOSEN PEMBIMBING :
1. DR.IR.MOCHAMAT SYARIF,MP
2. IQBAL ERDIANSYAH, SP, MP
A42181950
DESEMBER 2019
BAB 1. PENDAHULUAN
Produski beras Indonesia pada tahun 1986 sebanyak 270.00 ton. Akibat
searangan hama ,pantogen, dan gulma sebesar 20%, serta susut akibat transportasi
sebesar 10%, maka kerugian yang didapat sekitar 100.000 ton, jika dikruskan
dalam bentuk nominal atau dalam rupiah dengan harga beras pada tahun 1986
adalah (Rp.300,00) kerugian mencapai Rp.3.000.000.000,00 ( 3 milyar rupiah ).
Yang dimana uang sebegitu banyaknya dapat dipergunakan Negara untuk hal
yang lebih penting lagi , seperti membangun sekolah – sekolah pada daerah yang
tertinggal.
Air dan gas karbondioksida merubahan bahan baku bagi proses fotosintesis,
yang dibantu dengan adanya cahaya matahari yang diaksepsi oleh klorofil
terjadilah karbohidrat, dan dapat menimbulkan energi lain bila adanya respirasi
untuk kehidupan selanjutnya. Di samping itu unsur lain seperti cahaya ,air dan gas
karbondioksida dan lain sebagainya itu diperebutkan bagi tumbuhan yang mau
hidup.
Masih ada satu segi dalam persaingan yang bukan langsung merupakan
masalah perebutan unsur – unsur kebutuhan utama, tetapi terlebih dahulu adanya
zat kimia yang disekresikan oleh salah satu tumbuhan yang merugikan pada
pertumbuhan didekatnya. Peristiwa semacam ini disebut alelopat. Adanya
allelopat ini juga merisaukan kelanjutan hidup dari tanaman budidaya dalam
lingkungannya. Nampaknya bagi manusia tumbuhan yang mengeluarkan allelopat
mempunyai keuntungan dalam persaingan sebab tumbuhan lawannya dilemahkan
terlebih dahulu oleh adanya zat kimia tersebut. Dengan demikian tumbuhan
tersebut mempunyai harapan menang dalam bersaing dengan tetangganya.
Tujuan dari mempelajari ilmu hama dan ilmu gulma ini adalah agar
menambah ilmu para pembudidaya yang sangat penting untuk dipelajari
dikarenakan akan di ajarkan bagaimana cara mengientifikasi hama dan gulma
melalui dengan contoh mengamati gejala yang ditimbulkan pertanda akan adanya
hama tanaman budidaya tersebut serta akan meperoleh ilmu bagaimana cara
mengendalikan hama dan gulma pada tanaman budidaya tersebut sehingga
pembudidaya dapat mengambil keputusan tentang bagiaman cara pengendalian
serangan hama dan gulma tanaman budidaya tersebut, dengan berpatokan batas
ambang ekonomi. Sehingga pembudidaya tidak harus terus meneruskan
menggukan insektisida maupun herbisida atau bahan bahan kimia lainnya karena
apabila penggunaan dilakukan secara terus menerus akan mengakibatkan
kekebalan pada hama maupun gulma karena efek dari bahan kimia yang
digunakan secara berlebihan akan membuat tanaman budidaya keracunan atau
toksis serta akan berdampak dengan kesuburan tanah budidaya yang semakin
menurun .
BAB 2. PEMBAHASAN
Yang dimaksud dengan hama adalah semua binatang yang mengganggu dan merugikan
tanaman yang diusahakan manusia. Hama tanaman sering disebut serangga hama (pest) atau
dalam dunia pertanian dikenal sebagai “musuh petani”. Para ahli pertanian membuat beberapa
versi pengertian (definisi) hama tanaman, diantaranya sebagai berikut:
1. Organisme “jahat” yang mempunyai kemampuan untuk merusak, mengganggu, atau
merugikan organisme lainnya (inang).
2. Organisme yang “memusuhi” (merugikan) kesejahteraan manusia
3. Setiap spesies organisme yang dalam jumlah besar tidak kita kehendaki kehadirannya
4. Organisme yang merugikan dari segi andangan manusia.
5. Organisme hidup yang merupakan saingan kita dalam memenuhi kebutuhan pangan dan
pakaian, ata menyerang kita secara langsung.
Berdasarkan pernyataan (pendapat) di atas, hama tanaman dalam arti luas adalah semua
organisme atau binatang yang karena aktivitas hidupnya merusak tanaman sehingga
menimbulkan kerugian ekonomi bagi manusia.
Apabila pengertian hama itu hewan yang merugikan, maka serangga hama
didefinisikan sebagai serangga yang mengganggu dan atau merusak tanaman haik secara
ekonomis atau estetis. Hama tumbuhan umumnya kelompok serangga, kelompok terdiri dari
serangga berguna (Helful or beneficial insect) dan serangga merugikan (Harmful or injerious
insect) Serangga merugikan terdiri dari :
Tidak semua hewan dapat dikatakan sebagai hama, hewan dikatakan sebagai hama apabila
hewan tersebut menyebabkan kerusakan pada tanaman budidaya yang mengakibatkan kerusakan dan
penurunan kwalitas dan kwantitas dari hasil tanaman budidaya. Dan dalam dunia pertanian hama
perlu dikendalikan bukan dimusnahkan karena apabila hama itu dimusnahkan akan merusak
ekosistem. Akan tetapi dalam pengendalian hama janganlah terus menerus menggunakan bahan-
bahan kimia dan dengan dosis yang tidak sesuai. Jadilah pembudidaya yang bijaksana karena apabila
bahan – bahan kimia sering digunakan dalam pengendalian hama, banyak sekali efek buruk yang
akan ditimbulkan diantanya :
Banyak sekali contoh - contoh hama dan dapat dipastikan disetiap tanaman budidaya pasti
memiliki hama tanaman masing - masing yang sifatnya merugikan. Baik itu dari tanaman pangan,
tanaman perkebunan, tanaman holtikultura, tanaman tahunan, semusim, dan baik dari jenis tanaman
serelia,legume serta dari varietas tanaman apapun yang harus dikendalikan dalam hal pertumbuhan
dan perkembangan hama tanaman tersebut.
2.2 Terjadinya Hama :
Perubahan Lingkungan Pada ekosistem alami makanan serangga terbatas dan musuh alami
berperan aktif selain hambatan lingkungan, sehingga populasi serangga rendah. Sebaliknya
pada ekosistem pertanian, terutama yang monokultur makanan serangga relatif tidak
terbatas sehingga populasi bertambah dengan cepat tanpa dapat diimbangi oleh musuh
alaminya. Sebagai contoh Kumbang kentang Colorado (Leptinotarsa decei»lineata Say.)
yang sebelumnya serangga tersebut hidup diberbagai tanaman famili Solanaceae liar di
hutan- hutan, populasi masih rendah. Begitu hutan dibuka dan diubah menjadi kebun
kentang maka populasinya meningkat dengan cepat dan menjadi hama kentang yang
sangat merugikan. Tanaman monokultur padi pada areal yang sangat luas, akan mengubah
populasi herbagai hama path bertambah dengan cepat. Katakanlah serangga hama itti
Wereng coklat, yang sebelumnya populasi rendah, akan bertambah dengan cepat sehingga
Wereng coklat merugikan tanaman padi. Tanaman monokultur padi akan berarti
tersedianya makanan bagi Wereng coklat, cukup banyak, populasi Wereng coklat
bertambah tinggi dan menjadi hama.
Perpindahan Tempat Serangga hama dapat berpindah tempat secara aktif maupun pasif.
Perpindahan tempat secara aktif dilakukan oleh imago dengan cara terbang atau berjalan.
Secara pasif dilakukan oleh factor lain seperti; tertiup angin atau terbawa pada tanaman
yang dipindahkan oleh manusia. Di tempat yang baru populasi serangga ini bertambah
dengan cepat bila faktor lingkungan mendukvngnya. Sebagai contoh Kutu loncat lamtoro
(Heteropsylla cubana) yang berasal dari Amerika tengah, kemudian bermigrasi ke negara
pasifik dan akhirnya sampai ke Indonesia. Kutu loncat di Indonesia tumbuh cepat sekali
sehingga ratusan hektar tanaman lamtoro diserangnya. Musuh alami yang efektif untuk
Kutu loncat lamtoro yaitu Kumbang predator Curinus cocruleus belum tersedia di
Indonesia, sehingga harus di datangkan dari Hawai. Setelah pengenbangan predator
Curinus, populasi kutu loncat lamtoro mulai dapat dikendalikan.
Aplikasi Insektisida Yang Tidak Bijaksana Penggunaan insektisida yang tidak bijaksana
akan menyebabkan permasalahan hama semakin kompleks, banyak musuh alami yang
mati sehingga populasi serangga bertambah tinggi disamping berkembangnya resistensi,
resurgensi dan munculnya hama sekunder. Resistensi terhadap insektisida bisa terjadi
kalau digunakan jenis Insektisida yang lama (bahan aktif sama atau kelompok senyawa
yang sama) secara terus-menerus, terutama dosis yang digunakan tidak tepat (dosis
sublethal). Pada populasi serangga di alam terjadi keragaman genetik antara individu -
individunya. Ada individu yang tahan terhadap suatu jenis insektisida dan ada yang tidak
tahan. Bila digunakan jenis insektisida yang sama secara terus menerus maka individu
yang ada dalam populasi tersebut akan terseleksi menjadi individu yang tahan. Apabila
serangga tersebut berkembangbiak dan masih digunakan insektisida yang sama dengan
dosis yang sama maka jumlah individu yang tahan akan semakin banyak demikian
seterusnya. Resurgensi adalah peningkatan populasi serangga yang terjadi. Setelah aplikasi
insektisida, populasi serangga yang mula-mula rendah kemudian meningkat lagi dengan
cepat melebihi tingkat populasi sebelum aplikasi insektisida. Penyebab utara terjadinya
resurgensi adalah terbunuhnya musuh alami serangga hama tersebut pada waktu aplikasi
insektisida. Musuh alami umumnya lebih rentan terhadap insektisida dibandingkan
serangga hama. Apabila populasi hama tersebut meningkat lagi pada generasi berikutnya
atau datang dari tempat lain maka tidak ada lagi musuh alaminya yang mengendalikan
serangga populasi serangga hama meningkat. Munculnya hama sekunder pada ekosistem
pertanian karma insektisida yang ditu. jukkan untuk mengendalikan hama utama, akan
membunuh pula musuh alami hama utama dan musuh alam hama sekunder. Dalam kondisi
demkian komposisi hama pada beberapa generasi berikutnya mungkin akan berubah. hama
sekunder akan menjadi hama utama dan hama utama men. jadi hama sekunder.
Status Hama Pada suatu ekosistem pertanian ada serangga yang setup tahun merusak tanaman
sehingga menimbulkan kerugian yang cukup besar, ada serangga yang populasinya tidak begitu
tinggi tetapi merugikan tanaman pula bahkan ada serangga yang populasinya sangat rendah dan
kerusakan yang diderita tanaman kurang diperhitungkan. Untuk lebih jelasnya serangga-serangga
yang diuraikan diatas dikategorikan :
Major pest / Main pest / Key pest atau hama penting / hama utama, adalah serangga hama
yang selalu menyerang tanaman dengan intensitas serangga yang berat sehingga diperlukan
pengendalian. Hama utama itu akan selalu menimbulkan masalah selalu tahunnya dan
menimbulkan kerugian cukup besar. Biasanya ada satu atau dua species serangga hama utama
di suatu daerah. Hama utama untuk tiap daerah dapat sama atau berbeda dengan daerah lain
pada tanaman yang sama. Sebagai contoh hama utama pada tanaman padi dapat berupa
wereng coklat, penggerek batang, ganjur karena serangga hama tersebut dapat menimbukan
kerugian yang cukup besar sehingga diperlukan strategi pengendaliannya.
Secondery pest / Potensial pest adalah hama yang pada keadaan normal akan menyebabkan
kerusakan yang kurang berarti tetapi kemungkinan adanya perubahan ekosistem akan dapat
meningkatkan populasinya sehingga intensitas serangan sangat merugikan. Dengan demikian
status hama berubah menjadi hama utama. Sebagai contoh hama putih atau Nymphula
depunctalis Guene pada tanaman padi kurang merugikan tanaman pada populasi masih
rendah. Apabila ekosistem pesawahan diairi dengan cukup bukan mustahil populasi hama
putih itu akan meningkat. Incldently pest / occasional pest adalah hama yang menyebabkan
kerusakan tanaman sangat kecil/kurang berarti tetapi sewaktu-waktu populasinya dapat
meningkat dan akan menimbulkan kerusakan ekonomi pada tanaman. Sebagai contoh
serangga hama belalang yang memakan daun padi biasanya terjadi pada tanaman, padi,
setempat-setempat.
Migratory pest adalah hama bukan berasal dari agroekosistem setempat tetapi datang dari luar
secara periodik yang mungkin menimbulkan kerusakan ekonomi. Sebagai contoh belalang
kembara atau Locusta migratoria yang datang secara periodik dan memakan berbagai
tanaman sepanjang wilayah yang dilalui dengan populasi yang sangat tinggi.
2. Mamalia
Binatang menyusui (mamalia) juga dapat menjadi hama tanaman. Jenis mamalia
yang biasanya menyerang tanaman pertanian, antara lain:
a. Bajing (Callosciurus notatus Boddaert) yang merusak pohon kelapa.
b. Codot (Cynopterus sphink Vahl) yang gemar memakan bunga pisang, buah pepaya dan
jambu biji.
c. Kera bedes (Macaca fascicularis Raffles) yang seringkali menyerang lading ubi kayu,
jagung dan padi.
d. Tikus belukar (Rattus tiomanicus Miller) yang merusak tangkai tandan buah kelapa sawit
e. Tikus sawah (Rattus argentiventer Robinson & Kloss) yang mengerat bagian pangkal
batang yang muda, makan bunga dan buah padi serta merusak persemaian kelapa sawit.
3. Aves
Selain dari kelompok serangga dan mamalia, hama yang menyerang tanaman juga
berasal dari kelompok burung (aves). Umumnya, burung menyerang areal persawahan padi
secara bergerombol pada saat padi sedang disemaikan ataupun ketika hampir masa panen.
Kelompok burung yang menjadi hama pada tanaman padi, antara lain:
a. Baya (Ploceus philippinus)
b. Bondol hijau (Erythrina prasina Sparman)
c. Burung gereja (Passer montanus Oates)
d. Gelatik (Padda oryzifora Linnaeus)
e. Burung pipit
f. Perkutut
4. Molusca
Dari filum Mollusca ini yang anggotanya berperan sebagai hama adalah dari klas
Gastropoda yang salah satu jenisnya adalah Achatina fulica Bowd atau bekicot, Pomacea
ensularis canaliculata (keong emas). Binatang tersebut memiliki tubuh yang lunak dan
dilindungi oleh cangkok (shell) yang keras. Pada bagian anterior dijumpai dua pasang
antene yang masing-masing ujungnya terdapat mata. Pada ujung anterior sebelah bawah
terdapat alat mulut yang dilengkapi dengan gigi parut (radula). Lubang genetalia terdapat
pada bagian samping sebelah kanan, sedang anus dan lubang pernafasan terdapat di bagian
tepi mantel tubuh dekat dengan cangkok/shell.
1. Perubahan Lingkungan
Pada ekosistem alami makanan jumlah hama terbatas dan musuh alami berperan
aktif selain hambatan lingkungan, sehingga populasi serangga rendah. Sebaliknya pada
ekosistem pertanian, terutama yang monokultur makanan serangga relatif tidak terbatas
sehingga populasi bertambah dengan cepat tanpa dapat diimbangi oleh musuh alaminya.
Sebagai contoh Kumbang kentang Colorado (Leptinotarsa decei) yang sebelumnya serangga
tersebut hidup di berbagai tanaman famili Solanaceae liar di hutan-hutan, populasi masih
rendah. Begitu hutan dibuka dan diubah menjadi kebun kentang maka populasinya
meningkat dengan cepat dan menjadi hama kentang yang sangat merugikan.
2. Perpindahan Tempat
Serangga hama dapat berpindah tempat secara aktif maupun pasif. Perpindahan
tempat secara aktif dilakukan oleh imago dengan cara terbang atau berjalan. Secara pasif
dilakukan oleh faktor lain seperti, tertiup angin atau terbawa pada tanaman yang
dipindahkan oleh manusia. Di tempat yang baru populasi serangga ini bertambah dengan
cepat bila faktor lingkungan mendukungnya. Sebagai contoh Kutu loncat lamtoro
(Heteropsylla cubana) yang berasal dari Amerika tengah, kemudian bermigrasi ke negara
pasifik dan akhirnya sampai ke Indonesia. Kutu loncat di Indonesia tumbuh cepat sekali
sehingga ratusan hektar tanaman lamtoro diserangnya. Musuh alami yang efektif untuk
Kutu loncat lamtoro yaitu Kumbang predator Curinus cocruleus belum tersedia di
Indonesia, sehingga harus di datangkan dari Hawai. Setelah pengembangan predator
Curinus, populasi kutu loncat lamtoro mulai dapat dikendalikan.
Dalam pengertian nya serangga adalah hewan yang digolongkan kedalam filum arthopoda.
Hewan –hewan yang tergolong dalam filum ini mempunyai kerangka luar yang berfungsi sebagai
dinding tubuh. Selain itu, seluruh bagian tubuh serta embelnya beruas – ruas .
Dalam filum arthopoda terdaoat banyak kelas, satu diantaranya adalah kelas Hexapoda atau
insecta. Kelas ini mencakup seluruh jenis-jenis serangga dan mempunyai ciri khusus yang berbeda
dengan kelas lainnya. Ciri – ciri khususnya adalah :
1. Tubuh terdiri dari tiga bagian utama yaitu : Kepala, Toraks, dan Abdomen.
2. Pada torak terdapat 3 pasang tungkai ,2 pasang atau 1 pasang sayap, kecuali pada serangga –
serangga primitife , karena serangga primitive tidak memiliki sayap.
Berikut adalah bagain – bagian utama tubuh serangga beserta embelanya dengan lebih rinci.
1. Kepala
Bantuk kepala serangga bagaikan “sebuah kotak” yang didalamnya terdapat otak yang
menjadi pusat system syaraf serangga. Pada kepala terdapat pula mata,antenna, dan alat
mulut.
Serangga mempunyai dua bentuk mata, yaitu mata majemuk atau mata faset dan mata
tunggal. Mata majemuk berjumlah sepasang dan berukuran relative besar. Mata tunggal
disebut juga osellus atau oselli yang jumlahnya beragam, tergantung spesiesnya, dan
ukurannya relative kecil.
Antena pada serangga berfungsi sebagai indra. Antena berbentuk memanjang beruas
ruas dan berjumlah sepasang. Antenna terletak pada bagian atas atau depan kepala.
Bentuk alat mulut pada serangga menentukan bentuk gejala kerusakan yang
ditimbulkan pada tanaman.
Posisi kepala serangga berdasarkan letak arah mulut yang dapat dibedakan menjadi :
a. Hypognatus ( Vertikal )
Apabila pada bagian dari alat mulut mengarah kebawah dan segmen-segmen kepala ada
dalam posisi yang sama dengan tungkai. Contoh : belalang, valanga nigricormis (ordo
orthoptera)
b. Prognatus ( Horizontal )
Apabila bagian dari alat mulut mengarah kedepan dan biasanya serangga aktif mengjar
mangsa. Contoh : Coccinella arcuta (ordo coleoptera ).
c. Opistognatus ( Oblique )
Apabila bagian dari alat mulut mengarah kebelakang dan terletak diantara sela – sela
pasangan tungkai. Contoh : walang sangit, Leptocorixa acuta ( ordo hemiptera).
Serangga mempunyai sepasang antenna yang terletak pada kepala dan biasanya
tampak seperti “benang” memenjang. Antena merupakan organ penerima rangsang,
seperti bau,rasa,raba dan panas. Pada dasarnya, antenna serangga terdiri atas tiga ruas.
Ruas dasar dinamankan scape. Scape termasuk kedalam daerah yang menyelaput
(membraneus) pada kepala. Ruas kedua dianamakan pedisel dan ruas yang berikutnya
keseluruhan dinamankan flagmen (tunggal = flagellum).
Antena serangga bervariasi, baik dalam bentuk maupun ukuran dan ini penting untuk di
identifikasi. Variasi bentuk antenna serangga diuraikan sebagi berikut :
a. Staceus : seperti duri atau rambut kaku dan ruas-ruas menjadi lebih langsing kea rah
ujung. Misalnya : Capung, capung jarum, dan peloncat daun.
b. Faliform : seperti benang, ruas-ruasnya berukuran hamper sama dari pangkal ke ujung
dan bentuknya membulat. Misalnya : kumbang tanah.
d. Serrate : seperti gergaji, ruas-ruas antenna berbentuk segitiga, terutama pada bagian
pertengahan atau dua per tiga ujungnya. Misalnya : kumbang loncat balik (click
battle).
e. Pektinat : seperti sisir, segmen mamanjang kea rah lateral, langsing dan panjang.
Misalnya : kumbang warna api.
f. Geniculate : berbentuk siku, ruas pertama panjang, ruas-ruas berikutnya kecil dan
membentuk lembaran-lembaran panjang. Misalnya : kumbang sedar
i. Stitale : pada ujung ruas terakhir terdapat struktur seperti jari memanjang yang disebut
stilus atau stili. Misalnya : lalat penyelinap.
Serangga dewasa memilki dua jenis mata, yaitu mata tunggal dan mata majemuk, mata
tunggal dinamakan osellus ( jamak = oselli ). Mata tunggal dapat dijumpai pada larva. Nimfa
maupun pada serangga dewasa. Mata majemuk dijumpai pada larva, nimfa maupun pada
serangga dewasa. Mata majemuk dijumpai pada serangga dewasa dan biasanya berjumlah
sepasang, dengan letak pada masing-masing sisi kepala dan posisi sedikit menonjol ke luar,
sehingga mata majemuk ini mampu menampung semua pandangan dari berbagai arah.
Mata majemuk atau mata faset, terdiri atas sejumlah ( bisa diartikan beerapa ribu ) satuan-
satuan individual yang dinamakan ommatidia.
a. Kornea : bagian kutikla yang bening, berbentuk lensa segi enam, cembung dibagian
luar dan membentuk faset-faset mata.
b. Lapisan korneagen : terdiri atas dua lapisan sel yang terletak di bagian bawah kornea ;
dapat tidak ada, dan merupakan bagian dari lapisan epidermis.
c. Sel kerucut : empat sel berkelompok dan terdapat dibawah lapisan korneagen, dapat
membentuk kerucut Kristal yang terletak dibawah kornea mata yang memepunyai
lapisan koeneagen.
d. Retinula : bagian dasar ommatidium ; biasnya terdiri atas tujuh sel pelihat yang
masing-masing berhubungan langsung dengan syaraf pengelihatan.
e. Sel pigmen sekunder : sel pigmen yang menyelimuti sebagian dari sel pigmen primer
dan retinula.
Ragam dari mata majemuk adalah dalam bentuk ukuran dan banyak fasetnya. Sebagian contoh ;
capung (ordo odonata) mempunyai mata majemuk yang berukuran besar serta berisi banyak
faset. Pasa serangga lain , misalnya pada kepik (ordo hemiptera) memiliki mata majemuk yang
berukuran kecil dan hanya berisi sedikit faset.
2. Toraks
Toraks adalah bagaian kedua dari tubuh serangga yang dapat disamakan dengan “
dada”. Pada toraks terdapat embelan yang berfungsi untuk serangga bergerak. Embelan
tersebut adalah tungkai yang jumlahnya 3 pasang dan sayap yang jumlahanya dua pasang
atau satu pasang.
Tungkai serangga bentuknya beragam dan dapat digunakan untuk berbagai tujuan
tergantung kebiasaan hidup serangga tersebut. Misalnya untuk berjalan, berlari,berenang,
menangkap mangsa,menggali tanah, dan sebagainya. Akan tetapi ada juga serangga yang
tidak memiliki tungkai, misalnya larva-larva serangga yang hidup dengan cara menggerek
jaringan tanaman. Mereka tidak memerlukan tungkai karena disekelilingnya sudah penuh
dengan makanan.
Seperti halnya dengan hewan- hewan bersayap lainnya, sayap pada serangga juga
berfungsi untuk terbang, walaupun ada juga serangga bersayap yang tidak dapat terbang,
misalnya sejenis kumbang moncong (hama pasca panen), karena serangga ini tidak memiliki
sayap belakang. Sayap hanya terdapat pada serangga yang sudah dewasa, kecuali pada
serangga primitive yang memang tidak bersayap. Ketiadaan sayap pada imago juga dapat
disebabkan karena terjadinya kemunduran (degenerasi). Hal ini disebabkan karena memang
serangga tersebut tidak memerlukan sayap, misalnya pada kutu busuk.
Sayap pada serangga berjumlah dua pasang atau satu pasang. Pada serangga yang
memeiliki satu sayap, pasangan kudua telah berubah bentuk menjadi satu alat keseimbangan
yang disebut “halter”. Serangga yang memiliki halter yaitu lalat dan nyamuk.
3. Abdomen
Abdomen adalah bagian ketiga atau terakhir dari tubuah serangga yang dapat
disamakan dengan “Perut” . Pada ujung abdomen terdapat seperangakat organ-organ
reproduksi, sedangkan pada bagaian samping liri dan kanannya tampak adanya lubang-
lubang nafas yang disebut springkel.
Organ reproduski serangga tidak seluruhnya tampak dari luar, sehingga apabila kita
ingin melihatnya secara lengkap harus dilakukan pembedahan, yang tampak nyata dari luar
hanyalah alat reproduksi betina yang disebut ovipositor yaitu alat peletakan telur. Pada
serangga – serangga tertentu ovipositorpun tidak tampak jelas misalnya belalang dan
tabuhan.
Itu semua adalah komponen – komponen atau penyusun tubuh serangga pada kelas Hexapoda
atau insecta, semua bagian tubuh pada serangga mempunyai fungsi masing-masing dan saling
berterkaitan dikarenakan apabila terdapat ketidak lengkapan dalam satu komponen akan
mempengaruhi sistem hidupnya atau siklus hidupnya. Bukan hanya itu saja dalam morfologi
serangga juga mempelajari tentang bentuk umum pada serangga.
Serangga berhasil menyesuaikan diri pada hamper semua jenis lingkungan, yang dicapai dengan
sejumlah modifikasi tersebut berkaitan dengan alat mulutnya. Jenis alat mulut serangga menentukan
jenis makanan dan macam kerusakan yang ditimbulkannya.
Dalam materi pengenalan bentuk umum tubuh serangga yang dipelajari adalah mengenai tipe
alat mulut dari serangga. Alat mulut serangga tersiri dari labrum (cuping), sepasang mandibula (yang
funginya untuk memotong dan mengunyah makanan), sepasang maksila (berfungsi untuk
menghancurkan makanan), sepasang labium ( bibir ), dan sebuah hipoparing. Pada dasarnya tipe alat
mulut serangga ada dua macam, yaitu tipe :
Manfaat dari mempelajari tipe alat mulut serangga agar pembudidaya mengerti tipe alat mulut
serangga karena beda tipe alat mulut menyebabakan cara makan yang juga berbeda, sehingga
kerusakan pada tanaman yang diakibatkan akan bervariasi. Dan berikut merupakan adalah contoh –
contoh serangga beserta tipe alat mulutnya :
a. Sebuah labrum
Labrum atau bibir atas adalah gelambir yang lebar yang lebar yang terletak
dibawah klipeus pada sisi anterior kepala didepan bagian-bagian alat mulut
lain.labrum dapat digerakkan dan digunakkan untuk membantu memegang dan
memasukkan makanan ke dalam rahang. Pada sisi dalamm labrum terdapat daerah
yang membengkak yang dinamakan apifaring.
4. Tipe penghisap
Tipe penghisap merupkan tipe alat mulut yang lebih banyak mengalami perubahan (
reduksi ). Labrum mengalami reduksi, maksial dan hipoparing tidak berkembang,
serta labium juga mereduksi menjadi sepasang palpus labialis. Sebagai alat penghisap
makanan adalah maksila dang alia yang memanjang, disebut proboscis ( dapat
digulung dibawah kepala ). Contoh : Kupu-kupu.
5. Tipe penghisap
Tipe alat mulut ini merupakan salah satu bentuk variasi alat mulut haustellata. Alat
mulut tipe penghisap dapat menghisap makanan yang berupa cairan atau bahan –
bahan yang dapat larut dalam air liurnya. Serangga dengan tipe ini mempunyai
probosis yang berdaging yang dapat ditarik dan dijulurkan, serta sebagian di
sembunyikan dalam rongga dibawah kepala, dengan organ seperti sponge. Contoh :
lalat
Arthropoda
a. Kelas heksapoda ( serangga )
b. Kelas chipolopoda ( kelabang)
c. Kelas diplopoda ( kaki seribu )
d. Kelas arachnida ( tengau, laba-laba )
e. Kelas crustacean ( udang, ketam )
Kelas arachnida
Arachnida merupakan kelas terbesar kedua setelah heksapoda. Kelas laba-laba pada
umumnya berperan sebagai musuh alami hama.dari kelas arachnida yang berperan sebagi
hama termasuk dalam ordo acarina, family tetranychidae ( tengau merah ). Tengau
merupakan binate yangberkulit lunak dengan karangka khitin. Ukuran tengau kurang lebih
0,5 mm badan tidak bersegmen (ruas) dan berbentuk menyerupai kantung. Bagian mulutnya
menonjol, kepala menjadi satu dengan badan. Bagian – bagian mulut dapat disesuaikan untuk
menggigit, menggergaji,menghisap atau menusuk.
Kelas serangga terbagi menjadi dua subkelas yaitu apterygota ( tidak bersayap ), dan
pterygota (bersayap). Dan berikut adalah masing masing contohnya.
1. Ordo Orthoptera
Metamorfosa sederhana
Beberapa jenis betina mempunyai ovipositor yang berkembang dengan baik dengan
bentuk seperti pedang/jarum.
2. Ordo Isoptera
Memiliki 2 pasang membraneus, sayap depan dan belakang yang mempunyai bentuk
dan ukuran yang sama.
Cara hidupnya berkoloni dengan sistem pembagian tugas yang disebut polimorfisme
raja, ratu, dan prajurit.
Serangga ini ada yang memilki da nada pula yang tidak memiliki sayap.
Pada serangga yang mempunyai sayap, terdapat 2 pasang sayap, panjang sempit
dengan vena maupun tanpa vena. Berumbai dengan ramput yang panjang.
4. Ordo Himeptera
Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan satu pasang seperti berkulit dan sayap
belakang transparan.
Mengalami metamorfosis tidak sempurna.
Tipe alat mulutnya menusuk dan menghisap.
Contoh : Kutu busuk (Cymex rotundus), Walang sangit (Leptocorisa acuta), kepik,
kalajengking air.
5. Ordo Mohoptera
Mempunyai 2 pasang sayap, sayap depan lebih besar dan panjang ada yang
membranus dan ada yang tertutup.
6. Ordo Lepidoptera
Metamorfosa sempurna.
Stadia berbahaya larva / ulat
7. Ordo Coleoptera
Mempunyai sayap depan yang lurus, tebal mennaduk tidak ada vena-venanya,
berfungsi sebagai pelindung. Sayap belang membranus dan melipat disayap dengan
pada waktu istirahat.
Metamorfosa sempurna.
8. Ordo Diptera
Memiliki 2 pasang sayap, 1 pasang merupakan sayap depan dan sayap belakang
mereduksi menjadi helter yang berfungsi sebagai alat keseimbangan.
Metamorfosa sempurna.
a. Metamofosis sempurna
Pada tipe ini serangga akan berkembang mulai dari telur-larva-pupa-imago yang pada
setiap tahapan tersebut disebut dengan stadia. Pada stadium larva terjadi pula tahapan –
tahapan yang pada setiap tahapan ditandai dengan pergantian kulit. Larva (ecdlysis) yang
mana tahapan tersebut disebut dengan INSTAR. Pada metamorfosis sempurna ini bentuk
dari setiap stadium tidak sama. Contoh : serangga : ordo-ordo leidoptera,
hymoptera,diptera,coleopteran
Ada juag beberpa ordo serangga yang tidak mengalami perubahan bentuk yang disebut
Ametabola, contoh : Ordo protula , Thisanura, dan Colembolla.
Dengan mengetahui tipe metamorphosis seranga, maka dapat diketahui bagaimana siklus
hidup hama (serangga). Siklus hidup fase-fase perkembangan serangga yang dilalui dari telur hingga
telur siap bertelur kembali. Kebanyakan serangga mempunyai siklus hidup yang tidak terlalu lama,
umumnya satu sampai beberapa minggu.
Tujuan mempelajari siklus hidup atau metamorphosis hama ( serangga) adalah membantu
pembudidaya dalam perencanaan pengendalian serangga hama, dengan mengetahui siklus hidupnya
pembudidaya dapat menentukan saat yang tepat kapan harus dilakukan suatu tindakan pengendalian,
yaitu pada waktu terlemah dalam siklus hidup hama serangga serta memudahkan atau membantu
dalam memilih cara pengendalian hama serangga yang paling tepat.
Tujuan dari praktikum Pengenalan Morfologi Serangga dan Gejala Serangan yaitu
untuk mengetahui macam-macam serangga hama yang menyerang pada tanaman pertanian,
mengenal bagian tubuh serangga dan tungau, mengetahui daur hidup, mengetahui macam-
macam ordo serangga dan mengetahui mekanisme serta gejala serangan serangga tersebut.
Hama tanaman memiliki cara tersendiri dalam merusak tumbuhan yang akan
diserang, dampak dari perusakan yang dilakukan oleh hama tersebut akan mengakibatkan
suatu gejala kerusakan yang khas pada tanaman yang diserangnya. Cara merusak tumbuhan
yang dilakukan oleh hama dapat diketahui melalui tipe alat dari serangga tersebut. Tipe-tipe
mulut dari hama terbagi atas, tipe mulut menggigit dan mengunyah (mandibulate), tipe
mulut menghisap/ menjilat (labellate), serta tipe mulut menusuk dan menghisap (haustelate).
Selain dari tipe mulutnya hama tanaman dibedakan berdasar cara merusak dan gejala
kerusakannya, hama dikelompokkan menjadi :
1. Hama pemakan
Tipe mulut mandibulate, bagian dimakan daun, batang akar.
3. Penggerek
Merusak dengan jalan mengebor bagian tanman dan hidup dalam bagian yang digerek.
5. Hama pengorok
Memakan daging daun dengan meninggalkan epidermisnya saja sehingga daun akan
tampak transparan.
6. Hama penggulung
Merusak dengan jalan menggulung bagian daun kemudian memakan dari dalam
gulungan.
Sumber informasi dalam identifikasi OPT dan pengendaliannya dapat diketahui dari
dua data/informasi yaitu data primer dan sekunder.
1. Data atau indormasi primer yaitu data atau infomasi yang diperoleh dengan melakukan
identifikasi langsung berdasarkan pengalaman dan ferensi yang ada, serta pengamatan
dilapang.
2. Datau atau informasi sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh dari UPTD balai
proteksi tanaman pangan dan hortikultura.
1. Pengambilan data/informasi primer yang terdiri dari penentuan lokasi,cara identifikasi yang
baik pengamatan visual maupun berdasarkan pengamatan hasil – hasil surveillance di
labolatorium, dan
2. Pengambilan data sekunder berdasarkan hasil wawancara dengan petani di lahan usahatani.
Cara hama merusak tanaman dan gejala kerusakannya.
Dalam pembahasan gejala kerusakan dan cara merusak yang disebabkan oleh hama
khususnya serangga, tidak luput atau masih ada keterkaitan dengan morfologi serangga yaitu tipe
mulut serangga karena setiap tipe mulut serangga memilki cara atau mempunyai tanda pada
kerusakannya. Karena itu tujuan dari mempelajari tipe alat mulut atau morfologi serangga adalah
untuk membantu dalam mengenai jenis-jenis hama penyebab kerusakan di lapang/lahan. Dan
bertujuan pula untuk mengidentifikasi atau menaksir populasi hama yang bersangkutan.
Berdasarkan cara merusak dan gejala kerusakan yang ditimbulkan, maka hama-hama penyebab
kerusakan pada tanaman dapat digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu :
1. Hama yang merusak daun atau kuncup daun tanaman dengan cara memakan atau menghisap
cairan makanan yang ada di dalamnya. Contoh :
3. Hama yang merusak buah atau bunga, dengan jalan memakan,menghisap,atau menggereknya.
Contoh :
A. Pertumbuhan tidak akan normal yang dikarenakan oleh luka pada tunas, titik tumbuh serta
primordial bunga.
a) Tunas mati
c) Puru biji
B. Pertumbuhan tidak normal yang disebabkan karena luka pada bagian dalam batang dan
daun.
a) Nekrosis
1. Puru akar
2. Busuk
4. Luka
BAGIAN
NAMA TANAMAN GEJALA SERANGAN TANAMAN INANG
SERANGGA ORDO YANG
TERSERANG
Kutu Gejala awal berupa bercak Inang lainnya selain
Hemiptera Daun
daun/aphids kering pada daun dan kentang antara lain
(Aphids sp) menyebabkan tanaman kubis, tomat,
mengering, keriput, tumbuh tembakau, petsai,
kerdil, warna daun sawi, terung, ketimun,
kekuningan, terpelintir, layu buncis, semangka,
dan mati.Eksudat yang jagung, jeruk, dan
dikeluarkan kutu mengandung kacang – kacangan.
madu, sehingga mendorong
tumbuhnya cendawan embun
jelaga
Pada permukaan bawah daun Tanaman inang
Acarina Daun terdapat titik atau bercak lainnya di sekitar
berwarna kuning/coklat, pertanaman, seperti
kemudian meluas dan seluruh phalaeonopsis sp.,
daun menjadi kuning, pada dendrobium sp.,
permukaan bawah berwarna orcidium sp., vanda
putih perah. Pada tingkat sp., gramatophyllium
Tungau serangan lanjut daun menjadi sp., dan gulma
(Orytes keriting dan kerdil kemudian terutama golongan
rhinocerul) gugur. dikotil.
Merusak butiranberas, juga Tanaman inangnya
merusak simpanan jagung, adalah
padi, kacang tanah, gaplek, padi, jagung,
kopra, dan butiran sorghum, gandum dan
lainnya.Akibat dari serangan semua jenis biji bijian
Kutu beras Coleoptera Butir beras hama ini, butir beras menjadi baik yang masih
berlubang kecil-kecil, dilapangan ataupun
sehingga butiran beras yang yang sudah disimpan
terserang menjadi mudah si guadang.
pecah dan remuk seperti
tepung.
Hama ini menyerang tanaman Kapas, jati, kelapa,
muda dan tua dengan merusak kopi, cokelat, jarak,
tanaman pada bagian daun wijen, ketela, waru,
dan pucuk. Kadang-kadang kapuk, nangka, karet,
pada musim kering dapat jagung, dan pisang.
menyebabkan kerusakan
Belalang Orthoptera Daun parah. Daun yang dimakan
menjadi berlubang-lubang,
tulang daun dan urat-urat
daun tidak dimakan.Lubang
akibat serangan belalang
tepinya bergerigi kasar tidak
beraturan
Walang sangit menghisap Rumput- rumputan,
cairan tanaman dari tangkai gulma, atau dari
bunga (paniculae) dan juga daerah tumbuh-
cairan buah padi yang masih tumbuhan berkayu
Walang
Hemiptera Daun pada tahap masak susu yang ada disekitar
sangit
sehingga menyebabkan pertanaman padi.
tanaman kekurangan hara dan
menguning (klorosis), dan
perlahan-lahan melemah.
Gejala awal serangan lalat Lebih dari seratus
buah ditunjukkan dengan jenis tanaman
adanya noda hitam hortikultura terutama
Berukuran kecil. Bintik kecil pada tanaman buah
yang berwama hitam tersebut dan sayuran yang
merupakan bekas menjadi inangnya
Tusukan ovipositor lalat buah antara lain: pada
betina sayuran ketimun,
Lalat buah Diptera Buah tomat, gambas, paria
dan buah – buahan
seperti jambu air,
jambu biji, belimbing,
mangga, pisang,
nangka, jeruk,
alpukat, apel,
rambutan, dan melon.
Pengendalian hama merupakan setiap usaha atau tindakan manusia baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk mengusir, menghindari dan membunuh spesies hama agar populasinya
tidak mencapai aras yang secara ekonomi merugikan. Pengendalian hama tidak dimaksudkan untuk
meenghilangkan spesies hama sampai tuntas, melainkan hanya menekan populasinya yang secara
ekonomi tidak merugikan. Oleh karena itu, taktik pengendalian apapun yang diterapkan dalam
pengendalian hama haruslah tetap dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi dan secara ekologi.
Selain dengan kultur teknis pengendalian lainnya sanitasi lahan tanaman dibersihkan
dari gulma agar lingkungan untuk perkembangan hama dapat ditekan selain menghilangkan
kompetisi dalam penyerapan unsur hara. Eradikasi merupakan tindakan pemusnahan tanaman bila
terjadi explosi hama. Contohnya pembakaran tanaman dengan tujuan menghilangkan sumber
infeksi hama agar tidak menyebar. Tanaman yang dieradikasi diberikan kompensasi oleh
pemerintah terbatas kepada Tanaman sehat tetapi harus dimusnahkan. Ketentuan itu diatur
dalam Pp No. 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman. Kemudian pengendalian fisik dan
mekanik.
P en g en da li an fi s i k ad al ah t in d a kan p en g en da li an ya n g di la k uk an d en gan
menggunakan suhu tinggi atau suhu rendah, kelembaban atau energi cahaya dan perangkap lampu,
pengaturan Cahaya / suara pengendalian mekanik dilakukan dengan mematikan hama yang
menggunakan alat atau tangan, menghalangi dengan suatu penghalang dan menangkap
dengan perangkap. Selanjutnya pengendalian dengan varietas tahan.
Pengendalian dengan menggunakan varietas tahan dianggap paling murah. K el emah
an n ya var i eta s tah an i tu h an ya tah an un tu k sa t u a tau beber a pa s p es i es serangga hama
bahkan dapat memunculkan biotipe baru yang lebih gams. Contoh varietas padi IR-64 tahan
terhadap wereng biotipe 1 dan biotipe 2. Saat ini sudah ada wereng biotipe 3.
B.Pengendalian Hayati
Pengendalian hayati atau biological control dapat dibedakan dengan pengendalian
alami atau natural control. Pengendalian hayati merupakan strategi pengendalian hama yang
dilakukan secara sengaja memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami untuk menurunkan
atau mengendalikan populasi hama. Pengendalian alami merupakan proses pengendalian yang
berjalan sendiri tanpa ada kesengajaan yang dilakukan oleh manusia.
Pengendalian hayati adalah hasil dari asosiasi berhagai spesies organisme yang berbeda
seperti parasitoid dan inangnya, predator dan mangsanya, serta patogen dengan inangnya.
Fenomena ini dinamuk karena pengaruh berbagai faktor lingkungan biotik dan abiotik. Dalam
konsep PHT, pengendalian hayati memegang peranan yang menentukan karena semua teknik
pengendalian yang lain secara bersama ditujukkan un t uk m em p er t ah an k an d an m emp er
ku at berfungsinya m u s uh al ami s eh in gg a populasi hama tetap dibawah batas
ekonomi. Dibandingkan dengan teknik pengendalian yang lain terutama pestisida,
pengendalian hayati memiliki tiga keuntungan yaitu : permanen, aman dan ekonomis. Beberapa
kebaikannya yaitu :
Kendala utama dalam penerapan dan pengembangan pengendalian hayati adalah modal
infestasi permulaan yang besar yang harus dikeluarkan untuk kegiatan eksplorasi, penelitian,
pengujian dan evaluasi terutama yang menyangkut berbagai aspek dasar baik untuk hama,
musuh alami ataupun tanaman. Aspek dasar dapat meliputi taksonomi, ekologi, biologi, siklus
hidup, dinamika populasi, fisiologi dan lain sebagainya. Identifkasi yang tepat baik untuk jenis
hama maupun musuh alaminya merupakan langkah awal yang sangat penting. Apabila
identifikasi kurang benar maka diperoleh kesulitan dalam mempelajari sifat-sifat kehidupan musuh
alami dan langkah kegiatan selanjutnya. Selain itu fasilitas yang lengkap disertai dengan
tersedianya SDM terutama peneliti yang berkualitas dan berpendidikan khusus serta berdedikasi
tinggi sesuai dengan yang diperlukan untuk pengembangan teknologi pengendalian hayati. Sampai
saat ini tenaga ahli dengan kualifikasi demikian masih sangat jarang tersedia di Indonesia.
Golongan Klor Organik seperti DDT, Aldrin, Dieldrin dan ebagainya sudah lama
dilarang penggunaannya di bidang pertanian. Golongan klor organik mempunyai sifat
sangat stabil di lingkungan, persistensi cukup lama dan mudah diakumulasikan dalam
jaringan lemak tubuh
Golongan Fospat Organik, seperti Diazinon, Malathion, Diklorfos, Fenitrothion dan lain
sebgalnya, golongan ini disebut juga organofosfat yang mempunyai sifat larut dalam air,
terhidrolisis dengan cepat di dalam air dengan demikian daya toksisitasnya cepat hilang dan
berupa cairan tidak berwarna, tidak berbau dan mudah menguap
Golongan karbamat seperti Furadan. Sevin atau Karbanil golongan pestisida ini
merupakan insektisida anti kolonesterase, mempunyai spektrum yang lebih sempit
dibandingkan golongan pestisida yang lain.
Selanjutnya sehagai himbauan dalam penggunaan pestisida adalah pakailah pestisida bila
cara-cara pengendalian lainnya kurang berhasil. Penggunaan pestisida harus sesuai
dengan aturan pada label setiap kemasan
Pilihlah pestisida yang relatif aman dan tidak meninggalkan residu
Penyemprotan pestisida harus diarahkan terbatas pada bagian tanaman tempat hama sasaran
berada.
Falsafah pengendalian hama yang harus digunakan adalah Pengelolaan/Pengendalian
hama Terpadu (PHT) yang dalam implementasinya tidak hanya mengandalkan satu taktik
pengendalian saja. Taktik pengendalian yang akan diuraikan berikut ini mengacu pada buku
karangan Metcalf (1975) dan Matsumura (1980) yang terdiri dari :
1. Pengendalian secara mekanik
Pengendalian mekanik mencakup usaha untuk menghilangkan secara langsung
hama serangga yang menyerang tanaman. Pengendalian mekanis ini biasanya bersifat
manual.
Mengambil hama yang sedang menyerang dengan tangan secara langsung atau
dengan melibakan tenaga manusia telah banyak dilakukan oleh banyak negara pada
permulaan abad ini. Cara pengendalian hama ini sampai sekarang masih banyak
dilakukan di daerah-daerah yang upah tenaga kerjanya masih relatif murah.
Contoh pengendalian mekanis yang dilakukan di Indonesia terhadap ulat pucuk daun
tembakau oleh Helicoverpa sp. Untuk mengendalikan hama ini para petani pada pagi hari
turun ke sawah untuk mengambil dan mengumpulkan ulat-ulat yang berada di pucuk
tembakau. Ulat yang telah terkumpul itu kemudian dibakar atau dimusnahkan.
2. Pengendalian secara fisik
Pengendalian ini dilakukan dengan cara mengatur faktor-faktor fisik yang dapat
mempengaruhi perkembangan hama, sehingga memberi kondisi tertentu yang
menyebabkan hama sukar untuk hidup.
Bahan-bahan simpanan sering diperlakukan denagn pemanasan (pengeringan) atau
pendinginan. Cara ini dimaksudkan untuk membunuh atau menurunkan populasi hama
sehingga dapat mencegah terjadinya peledakan hama. Bahan-bahan tersebut biasanya
disimpan di tempat yang kedap udara sehingga serangga yang bearada di dalamnya dapat
mati lemas oleh karena CO2 dan nitrogen.
3. Pengendalian hayati
Pengendalian hayati adalah pengendalian hama dengan menggunakan jenis
organisme hidup lain (predator, parasitoid, pathogen) yang mampu menyerang hama. Di
suatu daerah hampir semua serangga dan tunggau mempunyai sejumlah musuh-musuh
alami. Tersedianya banyak makanan dan tidak adanya agen-agen pengendali alami akan
menyebabkan meningkatnya populasi hama. Populasi hama ini dapat pula meningkat
akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang tidak tepat sehingga dapat membunuh
musuh-musuh alaminya. Sebagai contoh, meningkatnya populasi tunggau di Australia
diakibatkan meningkatnya penggunaan DDT.
Dua jenis organisme yang digunakan untuk pengendalian hayati terhadap
serangga dan tunggau adalah parasit dan predator. Selain menggunakan parasit dan
predator pengendalian secara hayati atau dapat juga disebut pengendalian secara biologi
terhadap serangga hama dapat dilakukan dengan :
a. Introduksi, yakni upaya mendatangkan musuh alami dari luar (exotic) ke wilayah yang
baru (ada barier ekologi).
b. Konservasi, yakni upaya pelestarian keberadaan musuh alami di suatu wilayah dengan
antara lain melalui pengelolaan habitat.
c. Augmentasi, parasit dan predator lokal yang telah ada diperbanyak secara masal pada
kondisi yang terkontrol di laboratorium sehingga jumlah agensia sangat banyak,
sehingga dapat dilepas ke lapangan dalam bentuk pelepasan inundative.
b. Antibiosis
Tanaman-tanaman yang mengandung toksin (racun) biasanya memberi
pengaruh yang kurang baik terhadap serangga. Tanaman yang demikian dikatakan
bersifat antibiosis. Tanaman ini akan mempengaruhi banyaknya bagian tanaman yang
dimakan hama, dapat menurutkan kemampuan berkembang biak dari hama dan
memperbesar kematian serangga. Tanaman kapas yang mengandung senyawa
gossypol dengan kadar tinggi mempunyai ketahanan yang lebih baik bila
dibandingkan dengan yang mengandung kadar yang lebih rendah, karena bahan kimia
ini bekerja sebagai antibiosis terhadap jenis serangga tertentu.
c. Non prefens
Jenis tanaman tertentu mempunyai sifat fisik dan khemis yang tidak disukai
serangga. Sifat-sifat tersebut dapat berupa tekstur, warna, aroma atau rasa dan
banyaknya rambut sehingga menyulitkan serangga untuk meletakkan telur, makan
atau berlindung. Pada satu spesies tanaman dapat pula terjadi bahwa satu tanaman
kurang dapat terserang serangga dibanding yang lain. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan sifat yang ada sehingga dapat lebih menarik lagi bagi serangga untuk
memakan atau meletakkan telur. Contoh pengendalian hama yang telah
memanfaatkan varietas tahan adalah pengendalian terhadap wereng coklat pada
tanaman padi, pengendalian terhadap kutu loncat pada lamtoro, pengendalian terhadap
Empoasca pada tanaman kapas.
7. Pengendalian kimiawi
Bahan kimia akan digunakan untuk mengendalikan hama bilamana pengendalian
lain yang telah diuarikan lebih dahulu tidak mampu menurunkan populasi hama yang
sedang menyerang tanaman.
Kelompok utama pestisida yang digunakan untuk mengendalikan serangga hama
dengan tunggau adalah insektisida, akarisida dan fumigan, sedang jenis pestisida yang
lain diberi nama masing-masing sesuai dengan hama sasarannya. Dengan demikian
penggolongan pestisida berdasar jasad sasaran dibagi menjadi :
a. Insektisida, racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa
serangga. Contoh : Bassa 50 EC Kiltop 50 EC dan lain-lain.
Tikus menyerang berbagai tumbuhan. Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya
biji–bijian tetapi juga batang tumbuhan muda. Yang membuat para tikus kuat memakan
biji–bijian sehingga merugikan para petani adalah gigi serinya yang kuat dan tajam,
sehingga tikus mudah untuk memakan biji–bijian. Tikus membuat lubang–lubang pada
pematang sawah dan sering berlindung di semak–semak. Apabila keadaan sawah itu rusak
maka berarti sawah tersebut diserang tikus.
Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara–cara sebagai berikut :
1. Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap
tikusnya.
2. Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.
3. Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang bersamaan
pula sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk mendapatkan makanan setelah
tanaman dipanen.
2. Wereng
Wereng adalah sejenis kepik yang menyebabkan daun dan batang tumbuhan
berlubang-lubang, kemudian kering, dan pada akhirnya mati. Hama wereng ini dapat
dikendalikan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun
dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup
wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1-2 bulan.
b. Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba-
laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss
lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia
octomaculata.
c. Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila cara lain
tidak mungkin untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa
sehingga efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.
3. Walang Sangit
Walang sangit (Leptocorisa acuta) merupakan salah satu hama yang juga meresahkan
petani. Hewan ini jika diganggu, akan meloncat dan terbang sambil mengeluarkan bau.
Serangga ini berwarna hijau kemerah-merahan. Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif
dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan dewasa dapat merusak lebih hebat karenya
hidupnya lebih lama. Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji-biji yang sudah
mengeras, yaitu dengan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.Walang
sangit menghisap butir-butir padi yang masih cair. Biji yang sudah diisap akan menjadi
hampa, agak hampa, atau liat. Kulit biji iu akan berwarna kehitam–hitaman.
Faktor-faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain
sebagai berikut.
Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat menggunakan cara pengendalian sebagai
berikut :
b. Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar
tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.
c. Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap.
d. Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga.
e. Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba laba –
laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.
4. Ulat
Kupu–kupu merupakan serangga yang memiliki sayap yang indah dan
benarekaragam. Kupu–kupu meletakkan telurnya dibawah daun dan jika menetas menjadi
larva. Kita bisa sebut larva kupu–kupu sebagai ulat. Pada fase ini, ulat aktif memakan
dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari. Daun yang dimakan oleh ulat
hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.
Untuk mengatasi serangan ulat, dapat menggunakan cara pengendalian sebagai berikut :
a. Membuang telur – telur kupu – kupu yang melekat pada bagian bawah daun.
b. Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan
bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.
c. Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan
menggunakan pertisida.
5. Penggerek Batang
Penggerek batang adalah hama yang ulatnya hidup dalam batang padi. Hama ini
berubah menjadi ngengat berwarna kuning atau coklat, biasanya 1 larva berada dalam 1
anakan. Ngengat aktif di malam hari. Larva betina menaruh 3 massa telur sepanjang 7-10 hari
masa hidupnya sebagai serangga dewasa. Massa telur penggerek batang kuning berbentuk
cakram dan ditutupi oleh bulu-bulu berwarna coklat terang dari abdomen betina. Setiap massa
telur mengandung sekitar 100 telur.
Untuk mengatasi serangan hama penggerek batang, dapat menggunakan cara
pengendalian sebagai berikut :
a. Lindungi agen pangendalian hayati, untuk melindungi musuh alami penggerek batang,
jangan gunakan pestisida berspektrum luas, misalnya methyl parathion.
b. Sayat ujung helaian daun sebelum tanam pindah.-Telur-telur penggerek batang kuning
diletakkan dekat ujung helaian daun. Dengan menyayat bibit sebelum tanam pindah,
pengalihan telur dari persemaian ke sawah dapat dikurangi.
c. Tanam sedikit terlambat untuk menghindari ngengat penggerek batang kuning.
d. Jemur atau hamparkan jerami di bawah sinar matahari untuk membunuh larva yang
terdapat di situ.
e. Jaring larva penggerek batang pada daun yang mengapung dengan jaring.
f. Olah dan genangi sawah setelah panen.
1. H a ma Pe n ti n gT an a ma n Pa di,J a g un g, Si n gkong
A. Scirpophaga innotata Wlk.
S. innotata dikenal dengan penggerek putih batang padi, S incertulas dikenal den gan
pen gger ek kun in g batan g padi. Ter masuk or do Lepid opt er a, famili Pyralidae dan
mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.
Telurnya sebanyak 50-150 butir diletakkan dibawah permukaan daun dan dekat
ujung daun. Kelompok telur kedua species itu berbentuk seperti gundukan kecil dan lunak
yang berasal dari rambut-rambut coklat mengkilat seperti sutera d an lun ak ya n g ber as al
dar i r a m but -r ambu t u jun g bel akan g n g en ga t h etin a. Stadium telur 4-5 hari. Larva instar
pertama muncul dari kelompok telur, larva bergerak ke bawah dan mulai menggerek bagian
antara upih daun dan batang. Larva terus menggerek batang anakan utama dan larva yang lebih
tua mungkin berpindah dari satu anakan ke anakan lain. Larva instar kedua penggerek kuning
batang padi ditemukan mengapung dari satu anakan ke anakan yang lain di dalam daun yang
menggulung seperti ulat hama putih. Kemudian pupa penggerek putih dan penggerek kuning
terdapat dibagian batang yang paling dekat dengan tanah Apabila pada waktu panen
tanaman tidak dipotong hingga dekat dengan tanah, pupa penggerek putih dan penggerek
kuning akan tetap tinggal dalam tanaman.
Pen gger ek batan g meluban gi tan aman . Selama pen gger ek memakan
bagian dalam tanaman, maka penggerek batang dapat mengakibatkan matinya bagian atas
tanaman. Apabila bagian atas tanaman mulai mati, bagian ujung daun atau malai akar akan
berubah menjadi kuning kemudian menjadi putih, sedangkan daunnya berubah menjadi
coklat. Daun-daun yang mati yang pada stadia vegetatif tersebut dinamakan sundep,
sedangkan kematian malai disebut beluk. Tariklah daun yang menguning atau malai yang
mati, bila daun atau malai keluar dari batang dengan mudah dan ujung bagian bawah
benwarna gelap maka kemungkinan besar batang sudah dirusak oleh penggerek batang.
Kemudian penggerek batang ditemukan dengan cara menyayat batang tersebut dari dasar ke
ujung.
Pengendalian hama penggerek batang dapat dilakukan seperti berikut :
Pergiliran tanaman dengan bukan padi.
Tanam serempak.
Pengumpulan kelompok telur dan memusnahkannya atau membakarnya.
Pemotongan rumpun padi serendah mungkin sampai permukaaan tanah setelah
panen.
Konservasi musuh alami seperti jangkrik, belalang pemangsa telur, parasitoid
Telenomus, Tetratichus, Trichomalopetra, parasitoid larva Charos sp., Termelucha,
Stenobracon sp., Amauromorpha sp..
Penggunaan insektisida karbofuran pada saat satu hari sebelum pengolahan tanah,
umur padi 30-40 hari dan 60-70 hari setelah tanam. Ambang pengendalian 1-2
kelompok telur per 20 rumpun.
B. Agrotis sp.
Serangga hama ini dikenal dengan ulat tanah, tenmasuk ordo Lepidoptera, famili
Noctuidae. Ulat ber ada dibawah atau dekat per mukaan tan ah. Ulat memotong
batang tanaman yank baru berdaun 2-3 hari. Ser angann ya ter jadi pada malam hari,
siang hari berada di bawah tanah. Telur berbentuk bulat pipih, berwarna putih atau
transparan. Stadium telur 6 hari. Larvanya berwarna hitam, kelabu suram atau
coklat. Lar va pan jangn ya 33-35 mm dengan stadium larva berkisar 18 hari.
Pupa berwarna coklat terang atau coklat gelap, berada beberapa cm dibawah
permukaan tanah. Stadium pupa 5 hari. Pengendalian hama dilakukan dengan :
Ser an gga h ama diken al denn gan ur et, termasuk or do Col eopt er a , famili
Melolontida. dan mempun yai daer ah pen yebar an di Jawa dan Sumatera. Kumbang ini
ber ukuraan pan jang 20-27 mm, been varna cokiat gelap. Biasanya kumbang muncul
dari dalam tanah setelah turun hujan pertama. Kumbang jantan lebih aktif dan lebih
banyak ditemui dari pada kumbang betina. Beberapa saat kemudian kumbang
mengadakan perkawinan. Setelah 5 hari kumbang betina betina bertelur seban yak 35
butir. Stadium telur 3-4 minggu. Lar va men yukai atau men yer an g per akaran yan g
men gan dun g kar boh idr at. Pra pupa berlangsung 10-30 hari dan pupa selama 4-5
minggu.
S el an ju tn ya Ha m a at au ur etn ya m er u s ak ak ar dan u bi tan a man
sehingga tanaman mati. Pada mulan ya tanaman ubi kayu men guning dan akhirn ya
tanaman mati. Pengendalian serangga hama dapat dilakukan dengan :
5. H a m a T a n a m a n K a c a n g - k a c a n g a n
A . Ha m a p en t i n g t an am an k ed el a i
2. Lamprosema indicata F.
Serangga h ama ini dikenal den gan pen ggulung daun , ter masuk or do
Lepidoptera, famili Pyralidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia. Telur
diletakkan pada daun yang belum membuka. Kemudian larva itu akan merekatkan
tepi daun menjadi satu sehingga larva ada dalam gulungan daun itu. Larvanya
memakan dan menggulung daun kacang tanah. Larva bersembunyi di dalam gulungan
daun tersebut.Tanaman inangnya tunggal, kedelai, kacang panjang. Pengendalian
hama ini dilakukan dengan :
Pemetikan daun men ggulun g kar en a ber isi lar va atau
kepompong dimusnahkannya.
Melakukan penyemprotan insektisida pada tanaman yang berumur 4-
6 minggu setelah tanam.
Serangga hama ini dikenal dengan ulat daun kubis atau diamond back moth,
termasuk ordo Lepidoptera, family Plutellidae dan mernpunyai daerah penyebaran di
Indonesia.
Ngengat P. xylostella kecil berwarna coklat kelabu, pada sayap depan terdapat
tanda ”tiga berlian”. Ngengat aktif pada senja dan malam hari dengan meletakkan
telur tersebar pada daun. Stadium telur 3-5 hari. Larva instar pertama berukuran 1,2
mm berwarna hijau cerah dengan kepala tampak hitam. Stadium larva 7-11 hari.
Pupanya tertutup oleh kokon, berwarna kuning pucat. Daur hidupnya berkisar 21 hari.
Daun yang terserang P. xylostella berlubang-lubang kecil dan bila
serangan berat, tinggal tulang daun. Serangan berat terjadi pada musim kemarau, saat
tanaman berumur 5-8 minggu. Tanaman inang P. xylostella adalah petsai, brokoli, dan
kubis-kubisan lainnya.
Pengendalian dapat dilakukan dengan :
P. xylostella dapat dilakukan dengan mencari waktu tanam yang baik (sesuai
dengan kondisi setempat)
tumpangsari kubis dengan tomat
Konservasi musuh alami seperti penggunaan parasitoid l arva Diadegma
semiclausum Hellen dan
Apanteles plutellae Kurdi.
Penggunaan insektisida bila diternukan 5 ekor larva setiap 10 tanaman.
4. Phyllotreta vittata F.
Serangga hama ini dikenal dengan kumbang anjing atau leaf beetle, t er
masuk or d o C ol eopt era, famili Ch r ys om eli da e dan m empun yai da er ah
penyebaran di Indonesia. Kumbang ini berwarna coklat kehitaman dengan sayap
bergaris kuning. Panjang kumbang 2 mm. Telur diletakkan berkelompok pada
kedalaman l-3 cm di tanah. Panjang larva 3-4 mm. Pupanya berada pada kedalaman
tanah 5 cm. Daur hidupnya 3-4 minggu
Daun kubis yang terserang P. vittata berlubang-lubang kecil. Larvanya
seringkali merusak bagian dasar tanaman dekat dengan permukaan. Tanaman inang P.
vittata adalah petsai, lobak, dan sawi.
Pengendalian P. vittata dapat dilakukan dengan :
Serangga hama ini dikenal dengan ulat grayak atau a r m y worm, termasuk or do
Lepidopter a, famili Noctuidae dan mempun yai daer ah pen yebar an di Indonesia. Telur
S litura diletakkan secara berkelompok pada permukaan bawah daun. Stadium telur 2-8 hari.
Larva berwarna keabu-abuan dengan panjang larva instar akhir 50mm. Pupa berwarna coklat
berada dalam tanah. Stadium pupa 9-10 hari. Ngengat berwarna agak keabu-abuan.
Larva S. litura memakan daun dan pucuk tanaman kubis, sehingga daun transparan.
Pada serangan bera t tinggal tulang daun. Tanaman inang S. litura adalah kacang tanah,
tembakau, bawang merah, dan ketela rambat. Pengendalian S. litura dapat dilakukan dengan :
P er g ilir an t an am an d en g an t an a m an buh an in an g
Penanaman serempak
Pengolahan tanah yang baik untuk mematikan larva/pupa dalam tanah.
Pemusn ahan kelompok telur dan lar va
Konservasi musuh alami seperti penggunaan parasitoid telur Telenomus spodopterae
Dodd
Penggunaan insektisida bila telah ditemukan gejala serangan.
Persiapan lahan tanah digemburkan. Bedengan dibuat dengan lobar 60 cm. Sal ur an
an tar bed en gan d i buat d en gan l ebar 2 0 cm. P up u k kan dan g d ita bur kan diatas
bed en gan k emu dian di tu tu p d en gan la pi san tan ah s et ebal 25 cm.
Penanaman jarak tanam 35 cm dengan satu bibit setiap lubang tanaman. Pemupukan
dilakukan dalam garitan sebanyah 200 kg ZA + 300 kg TSP + 150 kg KG setiap hektar,
diber ikan saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam.
P e m e l i h a r a a n p en g g u l u d a n p er t a m a d i l a k u k a n d en g a n ca r a m en g a m b i l
tanah darl bedengan di sebelahnya Penyiangan gulma. Penggunaan kedua, Perbaikan saluran
drainase supaya tanaman tidak tergenang.
Pemanenan pemanenan dilakukan apabila batang tanaman sudah berwarna kuning,
daun sudah coati, umbi yang di dalam tanah stfdah tidak terkelupas k u l i t n ya a p a bi l a d i
a m bi l d a r i d a l a m t an ah . Um u r t a n a fn an p a d a s a a t pemanenan berkisar 60-70 hari.
Serangga hama ini dikenal dengan penggerek umbi kentang atau potato tuber
borer, termasuk ord o Lepidoptera, famili Gelechiidae dan mempun yai daerah penyebaran
di Indonesia.
Telur P. operculella kecil berwarna kekuningan, diletakkan pada daun. Stadium telur
3-15 hari. Larvanya berwarna putih kelabu dan menggorok daun, cabang, atau melipat
daun. Aktivitas larva dilanjutkan ke umbi kentang di lapangan ataupun umbi kentang
yang ada di gudang. Stadium larva 9-33 hari. Pupanya berada di dalam lekukan umbi
kentang dengan stadium pupa berkisar 6-26 hari (bergantung kepada temperatur).
Ngengatnya berwarna coklat kelabu berukuran 10-15 mm, daur hidupnya 5-6 minggu.
Daun yang terserang P. operculella menggulung dan ber warna kemerahan. Gejala
pada umbi kentang tampak adanya kotoran di sekitar mata tunas. Bila umbi itu dibelah
akan terlihat lorong-lorong gerekan. Tanaman inang P. operculella adalah terung,
temhakau, jenis Solanaceae lainn ya, dab Beta vulgaris. Pengendalian P. operculella dapat
dilakukan dengan :
Penggunaan insektisida apabila telah ditemukan lebih 2 ekor larva setiap tanaman.
Serangga hama ini dikenal dengan uret/lundi atau g rub, termasuk Coleoptera,
famili Scarabaeidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jativa. Larva H. javana berada
dalam tanah memakan bagian tanaman yang ada dalal tanah senerti akar dan umbi kentang.
Larvanya lebih menyukai umbi kentang. K um ban g in i ber uk ur an pan jan g 2 ,0 -2, 5 cm
dan ber war n a cok lat tua . D aur hidupnya berkisar 10 bulan. Kumbang betina
meletakkan telurnya dalam tanah pada kedalaman 10-20 cm. Umbi kentang yang terserang
H. javana berlubang-lubang dengan bentuk l u ban g tid ak ber a tur an . Pa da p op ul a si t in
ggi , k eh a dir an lun d i ini dapat mengurangi hasil umbi kentang. Tanaman iuang H. javana
adalah pada, jagung. karek, kina, bayam, kacang - kacangan, dan Centrosema sp. Pengendalian H.
javana dapat dilakukan dengan :
2. Liriomyza spp
Serangga hama yang terdiri atas L. huidobrensis, L. sativae, serta L. T r i f o l l i ini
dikenal dengan penggorok daun atau leafminer, termasuk ordo Diptera, famili
Agromyzidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa Barat, Jawa Tengah,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Nangroe Aceh Darussalam, dan D.I Yogyakarta.
Liriomyza spp. Membuat lubang kecil dengan ovipositornya dan mengisap cairan dari
lubang itu. Kemudian telur diletakkan pada daun yang dalam beberapa hari saja menetas
menjadi larva, f'anjang 1arva bcrkisar 3,0 mm dengan stadium larva 13-15 hari. Pupanya
berwarna coklat muda sampai coklat tua/kehitaman. Stadium pupa berkisar 5-7 hari.
Serangga dewasa berupa lalat berwarna coklat tua kehitaman. Ukuran lalat ini bcrkisar
1,5-2,0 mm.
Lar va h i du p d en gan car a m en g g or ok da un s eh in gga p a da da un t er ja di al ur
- alur bebas korokan larva tersebut. Pada populasi tinggi, korokan itu menyatu dan
menyebabkan daun menguning mirip gejala serangan Phytophtora infestans. Beberapa larva
itu seringkali secara bersama menyerang satu daun yang sama sehingga daun layu sebelum
waktunya dan mati. Daun yang disukai berupa daun tua atau muda.
Tanaman inang Liriomyza spp. adalah berbagai tanaman sayuran seperti
kentan g, ba yam, tomat, kacang mer ah, kubis, bawan g da un , br okoli, bawan g
merah, buncis, cabal, kapri, gambas, dan seledri. Pengendalian Liriomyza spp. dapat
dilakukan dengan :
Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang
Sanitasi lingkungan dengan membersihkan gulma di sekitar tanaman pokok
Pemupukan berimbang
Eradikasi tanaman yang terserang
Penggunaan musuh alami dari famili Eulophidae dan famili Braconidae (perlu
kajian lebih lanjut)
Pencegahan penyebaran (peningkatan pecan karantina)
Serta penggunaan insektisida nabati (nimba).
3. Thrips palmy ( K a r n y )
Serangga hama ini dikenal dengan Thrips kentang atau potato thrips, termasuk
ordo Thysanoptera, famili Thripidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa dan
Sumatera. Telur T. palmy diletakkan pada jaringan epidermis daun dengan stadium 4-
10 hari. Nimfa berwarna kuning sampai coklat. Ser an gga dewasa bersayap seperti
rumbai. Daur hidup 11-17 hari. Hidupnya pada daun dengan mengisap cairan. Thrips
ini merupakan vektor Potato Spotted Wilt Virus (PSWV).
Tanaman yang terserang T. palmy daunnya ber warna kuning keperak-perakan atau
kekuningan seperti perunggu. Selanjutnya, daun berkerut karena cairan sel daunnya dihisap.
Tanaman inang T. Palmy adalah tembakau, ubi jalar. ketimun, dan kubis-
kubisan.Pengendalian T. Palmy dapat dilakukan dengan :
4. Epilachna sparsa ( H b r s t )
Serangga hama ini dikenal dengan kumbang daun kentang atau potato leaf
beetle, termasuk ordo Coleptera, famili Coccinellidae dan mempunyai daerah
penyebaran di Indonesia. Telur E. sp a rs a diletakkan pada daun yang masih much.
Larva berukuran panjang 10 mm den mullah terlillat karena pada bagian dorsal t er d a pat
dr ir i - d ur i l un a k. Lar va in i m ema kan da un k en t an g . K um ban gn n ya berukuran
panjang 10 mm, bersvarna merah dengan spot hitam. Banyaknya spot h ir am in i m em
bed a k a n s p eci es ya n g s a t u d en g an ya n g la in n ya . D a ur h i du p kumbang 7-10
rninggu.
Larva dan kumbang E. S pa rs a memakan permukaan alas dan bawah daun
kentang sehingga tinggal epidermis dan tulang daunnya (karancang). Tanaman inang E.
sp a rs e adalah terung, tomat, jagung, padi, dan kacang tanah. Pengendalian E. S pa r se
dapat dilakukan dengan :
Pengambilan larva den imago kemudian dimusnahkan
Penyemprotan insektisida sistemik bila sudah ditemukan gejala seran gan.
Serangga hama ini dikenal dengan wereng hijau kentang atau green leaf
hopper, termasuk ordo Hornoptera, famili Cicadellidae dan mempun yai daerah
penyebaran di Indonesia. E. flavescens berwarna hijau kekuningan dengan spot coklat
tua pada sayap depannya. Serangga ini mengisap cairan daun sambil
mengeluarkan racun yang dapat menambah kerusakan daun.
Daun kentang yang teserang E. Flavesccens menjadi kemerahan dan keriput sehingga
mengganggu proses fotosintesis. Pada serangan berat akin mengurangi hasil panen. Tanaman
inang E. flavescens adalah kapas, terung, lombok, kacang tanah, dan Hibiscus.Pengendalian
E. flavescens dapat dilakukan dengan :
Hama ini dikenal dengan nama kutu daun persik atau Tobacco aphid, termasuk ordo
Homoptera, family Aphididae dan memiliki daerah penyebaran di Indonesia.
Nimfa dan serangga dewasa menyerang pertanaman tomat dengan cara men ghisap
cairan tom at. Laman ya daur hidup ber kisar 7-10 h ar i. Gejala serangannya, daun tomat
memperlihatkan bercak coklat disekitar tusukan stilet kutu ini. Bila serangan tinggi akan
menurunkan kualitas tomat. Tanaman inangnya, tembakau, cabe, tomat, kentang dan petsai.
Pen gen dalian seran gga h ama ini dilakukan den gan :
Konservasi musuh alaminya yaitu predator Menochilus sp. Dan kumbang
Coccinellidae.
Serangga hama ini dikenal dengan nama ulat grayak atau Army worm, termasuk ordo
Lepidoptera, family Noctuidae , dan memiliki daerah pen yebaran di Indonesia.
Telur diletakkan secar a ber kel omp ok pada per mukaan bawa n g daun. Stadium
telur 2-S hari. Larva berwarna keabu-abuan dengan panjang larva instar terakhir 50 mm.
Ngengat berwarna agak keabu-abuan. Gejala serangannya, larva memakan daun tomat
seh ingga daun tran sparan/r obek. Ser angan berat, menimbulkan kerugian yang tinggi.
Tanaman inangnya kacang tanah, temhakau, bawang merah dan ketela rambat.
Pengendalian serangga hama ini dilakukan dengan:
Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang.
Tanam serempak.
Ser an gga h ama in i diken al den gan n ama kepik h ijau (Green stink bug),
termasuk or do Homopter a, famili Pen tatomidae, dan mempun yai daerah penyebaran di
Indonesia.
Kepik ini berwarna hijau dan bersifat polyphag. Daun tomat yang disukai adalah
daun pucuk. Telurnya diletakkan secara berkelompok. Stadium telur 5-7 hari dan daur
hidupnya 60-70 hari. Gejala serangannya, adanya bercak setempat pada daun yang dihisap.
Bercak tersebut kemudian mengering. Tanaman inangnya tembakau, kapas, padi, kentang,
kedelai, jeruk, dan ubi jalar. Pengendalian serangga hama ini dapat dilakukan dengan :
Menangkap kepik hijau dan memusnahkannya.
6 . Aphis gossypii G l o v e r
Serangga hama ini dikenal dengan nama kutu daun atau C o t t o n a p h i d , ter masuk or
do Nomopter a, family Aph ididae, dan mempun yai daer ah pen yebar an di lndonesia.
Kutu daun dewasa berukuran 1-2 m m . N i m f a d a n k u t u d a u n d e w a s a m en gh
isap cair an daun . S elain itu k utu daun in i m cr upakan vekt or p en ya kit yan g pen tin g.
Gejala seran gann ya pada daun t omat tampak ber cak pucat, akh irn ya ber k er iput. S er
an gan tin ggi akail m en gaki bat kan pr od uk si t omat m en ur un.
Tan aman in an gn ya, kapas, wijen , kapuk. Foseila, tembakau, dan tan
aman Cu cur ditacea e. P en g en ldalian s er an gga h ama in i da pat dilaku kan d en
gan pen yempr otan in sektisida sistemik bila ditemukan kutil daun ini.
7. Phthorimaea operculella (Zell)
Ser an gga hama ini diken al den gan h ama pen gger ek umbi ken
tan g atau Potato tuber borer, t er ma s u k or d o Lep i d op t er a, fa mi li G
el ech ii da e, dan mempun yai daerah pen yebaran di lndon esia.
T el ur n ya k eci l d il et ak kan d i p er m u kaan ba wa h d a un .
Lar van ya ber wa r n a putih kelabu dan men gger ek daun, caban g,
bahkan sekali-kali mellgger ek buah t omat. Ng en gatn ya ber warn a
cokla t k ela bu ber uk ur an 10- 15 mm, daur h idupn ya 5-6 minggu.
Gejala s er an gann ya, daun ataupun caban g dig er ek lar va in i,
bah kan buah tomat sekalipun. Lubang ger ekan pada caban g atau
buah tidak tampak spesifik karena beberapa serangga hama
lainnya memperlihatkan gejala yang sama.
T a n am an in an gn ya , t er u n g , t em ba k a u , j en i s solanaceae
lainnya, dan Bete vulgaris. Pengendalian serangga hama ini
dilakukan dengan :
Pergiliran tanaman dengan tan aman bukan inan g.
Er adika si s isa -si sa tan aman sebelumn ya.
Pen yempr otan in sektisida bi la ditemukan ser an gga hama in i.
Pe r us a k B ua h T o ma t
l. Helicoverpa armigera Hbn
S er an g g a h am a in i d i k en a l d en g an h a m a ul a t
bu ah t om a t a t au Cotton b oll wo r m, t er masu k or d o
Lepi d opt er a, famili N octui da e. Dan memp un ya i da
erah p en yebar an di In d on esia
Serangga hama ini polyphag dengan meletakkan
telur pada bagian atas tomat. Larvanya menggerek buah
tomat, stadium larva 14-24 hari. Ngengatnya dapat hidup
1-2 minggu, berwarna sawo kekuning-kuningan dengan
bintik-bintik dan garis yang berwarna hitam. Daur hidupnya
52-58 hari.
Morfologi
Belalang kayu ini memiliki bentuk tubuh yang terdiri
dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (torak) dan perut
(abdomen). Belalang kayu juga memiliki 6 kaki yang
bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Kaki bagian
belakang panjang yang digunakan untuk melompat dengan
jauh dan tinggi, sedangkan kaki bagian depan pendek
digunakan untuk berjalan.
Belalang juga memiliki pendengaran yang tajam,
meskipun tidak memiliki telinga. Alat pendengar belalang
ini hampir disebut dengan nama tympanum dan terletak
pada abdmon (perut) dekat bagian sayap. Typnpanum ini
berbentuk sebuah disk bulat besar yang terdiri dari
beberapa bagian prosesor dan memiliki syaraf uang
digunakan untuk memantau getaran dari udara.
Belalang kayu juga memiliki 5 mata (2 compound eye
dan
3 ecelli). Belalang kayu ini termasuk hewan serangga yang
bernafas menggunakan trakea, dan masuk kedalam
kelompok hewa berkerangka luas (exoskeleton).
Belalang kayu dewasa betina memiliki ukuran lebih besar
dibandingkan dengan belalang jantan dewasa yaitu
berkisar 58-71 mm sedangkan belalang jantan dewasa
berkisar 49-63 mm dengan berat tubuh rata – rata mencapai
2-3 gram.
Metamorfosi
s
Stadia dan Gejala Serangan
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia Phylum
: Arthopoda Class
: Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus :
Helicoverpa
Spesies : Helicoverpa
armigera
Morfolog
i
Metamorfosi
s
Stadia dan Gejala
Serangan
Stadium larva berkisar antara 12 - 23 hari. Ketika
baru keluar dari telur, larva berwarna kuning muda dan
tubuhnya berbentuk silinder. Larva muda kemudian
berubah warna dan terdapat variasi warna dan pola antar
sesama larva. Larva H. armigera terdiri dari lima instar,
instar pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima, masing-
masing berumur 2 - 3 hari, 2 - 4 hari
2 - 5 hari, 2 - 6 hari dan 4 - 7 hari. Pupa dibentuk di dalam
tanah. Pupa yang baru terbentuk berwarna kuning,
kemudian berubah kehijauan dan akhirnya berwarna
kuning kecoklatan. Lama stadium pupa 15 - 21 hari. Larva
H. armigera melubangi daun dan batang tanaman kacang
tanah bahkan larva juga menyerang
pucuk tanaman dan melubangi cabang-
cabang.
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia Phylum
: Arthopoda Subphylum
: Hexapoda Class
: Insecta Ordo :
Hemiptera
Family : Coreidae
Genus : Leptoglossus
Spesies : Leptoglossus gonagra
Morfologi
Metamorfosis
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum :
Arthropoda Kelas
: Insecta Ordo :
Homoptera Famili
: Aphididae
Genus :
Aphis
Spesies : Aphis
craccivora
Morfolog
i
Metamorfosi
s
Stadia dan Gejalan Serangan
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum :
Arthropoda Kelas
: Insecta Ordo :
Hemiptera
Famili : Pentatomidae
Genus : Nezara
Spesies : Nezara viridula
Morfolog
i
Metamorfosi
s
Stadia dan Gejala
Serangan
Kepik hijau menyerang tanaman kacang tanah pada
fase atau umur dewasa. Hama ini dapat menyerang
tanaman kacang- kacangan lain seperti kedelai dan kacang
panjang, umbi – umbian kentang dan lain-lain (polifag).
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kepik hijau yaitu
biji menjadi hitam, busuk, kulit biji keriput, dan bercak-
bercak coklat; kadang-kadang polong kempes dan gugur
dan daun bintik-bintik.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Subfamili : Amphipyrinae
Spesies : Spodoptera litura F.
Morfologi
Sayap ngengat bagian depan berwarna coklat atau
keperak-
perakan, sayap belakang berwarna keputih-putihan
dengan
bercak hitam. Malam hari ngengat dapat terbang
sejauh 5
kilometer. Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian
datar
melekat pada daun (kadang-kadang tersusun 2 lapis),
berwarna
coklat kekuning-kuningan diletakkan berkelompok
(masing-
masing berisi 25 - 500 butir) yang bentuknya bermacam-
macam
pada daun atau bagian tanaman lainnya. Kelompok telur
tertutup
bulu seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh
bagian
ujung ngengat betina.
Larva mempunyai warna yang bervariasi,
mempunyai
kalung/bulan sabit berwarna hitam pada segmen abdomen
yang
keempat dan kesepuluh. Pada sisi lateral dorsal terdapat
garis
kuning. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda,
bagian sisi
coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok.
Beberapa hari kemudian tergantung ketersediaan
makanan,
larva menyebar dengan menggunakan benang sutera
dari
mulutnya. Siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat
yang
lembab) dan menyerang tanaman pada malam hari.
Biasanya ulat
berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam
jumlah
besar. Warna dan perilaku ulat instar terakhir mirip ulat
tanah
perbedaan hanya pada tanda bulan sabit, berwarna hijau
gelap
dengan garis punggung warna gelap memanjang. Umur 2
minggu
panjang ulat sekitar 5 cm. Ulat berkepompong dalam
tanah,
membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwarna
coklat
kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Siklus hidup
berkisar
antara 30 - 60 hari (lama stadium telur 2 - 4 hari, larva yang
terdiri
dari 5 instar : 20 - 46 hari, pupa 8 - 11 hari). Seekor
ngengat
betina dapat meletakkan 2000 - 3000 telur.
Hama ini tersebar di Asia, Pasifik dan Australia
sedangkan
di Indonesia propinsi yang melaporkan adanya serangan
hama ini
adalah DI Aceh, Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Barat,
Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya.
Metamorfosis
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Agromyzidae
Spesies : Liriomyza chinensis
Morfologi
Metamorfosis
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Geometridae
Genus : Hyposidra
Spesies : Hyposidra talaca
Morfologi
Telur berbentuk bulat, berwarna hijau kebiruan. Lama
stadium telur 5 – 6 hari. Telur diletakkan pada sekitar daun. Ulat
(larva) kecil berkelompok dan bila ada angin akan menyebar dan
mulai menyerang daun. Lama stadium larva (ulat) 12 – 18 hari.
Waktu ulat sudah besar biasanya masuk ke dalam tanah yang
gembur untuk berkepompong. Kepompong berwarna coklat
mengkilap yang diletakkan di dalam tanah sedalam 2 – 5 cm
sekitar pangkal batang atau di bawah tajuk. Stadium pupa 6 – 8
hari.
Ngengat (serangga dewasa) berwarna coklat kelabu dan
aktif pada malam hari. Imago betina meletakkan telur sebanyak
500 – 700 butir. Perkembangan dari telur sampai imago
memerlukan waktu sekitar 24 – 32 hari.
Metamorfosis
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Sub filum : Mandibulata
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Acrididae
Genus : Valanga
Spesies : Valanga nigricornis
Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo
Orthoptera. Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari
tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan
beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur
belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi. Femur
belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Belalang
betina umumnya berukuran lebih besar dari belalang jantan.
Gejala Serangan
Gejala serangan belalang tidak spesifik, bergantung pada tipe tanaman yang
diserang dan tingkat populasi. Daun biasanya bagian pertama yang diserang.
Hama ini menyerang terutama pada bagian daun, daun terlihat rusak karena
serangan dari belalang tersebut, jika populasinya banyak dan belalang sedang
dalam keadaan kelaparan, hama ini bisa menghabiskan sekaligus dengan tulang –
tulang daunnya. Spesies ini dapat pula memakan batang dan tongkol jagung jika
populasinya sangat tinggi dengan sumber makanan terbatas.
Nimfa : Fase nimfa, yaitu menetasnya telur belalang menjadi nimfa, dengan
bentuk seperti belalang dewasa tetapi berukuran kecil, belum memiliki sayap,
dan alat reproduksi. Selain itu nimfa masih berwarna putih, tetapi setelah
terkena pancaran sinar matahari warnanya akan berubah menjadi warna khas
belalang (cokelat atau hijau). Fase nimfa terjadi sebanyak empat kali dengan
ditandai adanya perubahan ukuran tubuh belalang. Selama terjadi perubahan
fase telur menjadi nimfa ada tahapan yaitu pergantian kulit. Fungsi pergantian
kulit pada belalang yaitu agar memudahkan pembentukan sel sel baru.
Belalang dewasa (Imago) : Untuk menjadi belalang dewasa dan bersayap,
nimfa harus berganti kulit untuk yang terakhir setelah menjalani fase nimfa
selama satu bulan. Proses belalang dewasa untuk bisa mempunyai sayap
mulai dari 14 hari setelah belalang mengalami 4 kali pergantian kulit pada
tahapan nimfa setelah itu terbentuklah belalang dewasa. Setelah memiliki
ukuran tubuh yang besar dan memiliki sayap, belalang dewasa sudah dapat
melakukan kegiatan reproduksi. Namun belalang dewasa hanya bisa bertahan
di alam kurang lebih antara 2-3 minggu.
Pengendalian
1. Cara Mekanis
Melakukan gerakan masal sesuai stadia populasi :
Stadia telur : Untuk mengetahui lokasi telur maka dilakukan pemantauan
lokasi dan waktu hinggap kelompok belalang dewasa secara intensif. Pada
areal atau lokasi bekas serangan yang diketahui terdapat populasi telur,
dilakukan pengumpulan kelompok telur melalui pengolahan tanah sedalam 10
cm, kelompok telur diambil dan dimusnahkan, kemudian lahan segera
ditanami kembali dengan tanaman yang tidak disukai belalang.
Stadia nimfa : Setelah dua minggu sejak hinggapnya kelompok belalang
kembara mulai dilakukan pemantauan terhadap kemungkinan adanya nimfa.
Nimfa dikendalikan dengan cara memukul, menjaring, membakar atau
menggunakan perangkap lainnya. Menghalau nimfa ke suatu tempat yang
sudah disiapkan di tempat terbuka untuk kemudian dimatikan. Nimfa yang
sudah ada di tempat terbuka apabila memungkinkan juga dapat dilakukan
pembakaran namun harus hati-hati agar api tidak merembet ke tempat lain.
Pengendalian nimfa berperan penting dalam menekan perkembangan
belalang.
2. Kimiawi
Dalam keadaan populasi tinggi, perlu segera diupayakan penurunan populasi.
Apabila cara-cara lain sudah ditempuh tetapi populasi masih tetap tinggi
maka insektisida yang efektif dan diijinkan dapat diaplikasikan. Jenis
insektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan belalang adalah jenis
yang berbahan aktif organofosfat seperti fenitrothion.
2. Lalat Bibit (Atherigona exigua)
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Muscidae
Subfamili : Atherigoninae
Genus : Atherigona
Spesies : Atherigona exigua
Stadia : Imago
Morfologi
Gejala Serangan
Gejala awal yang bisa dilihat saat tanaman jagung diserang lalat bibit
adalah berubahnya warna daun dari hijau normal menjadi kekuning-kuningan.
Kemudian, di sekitar batang jagung yang terserang akan membusuk hingga
akhirnya tanaman akan layu, kerdil, dan bahkan mati. Serangan awal lalat bibit itu
sendiri dimulai saat serangga dewasa (imago) betina yang memiliki panjang 2,5-
4,5 mm meletakkan telurnya secara tunggal di bawah permukaan daun atau pada
batang jagung yang ada di dekat permukaan tanah. Jumlahnya berkisar 7-22 butir,
bahkan bisa juga hingga 70 butir.
Telur berwarna putih yang memiliki panjang 1,25 mm dan lebar 0,35 mm
itu akan menetas selang 33 jam atau maksimal empat hari setelah diletakkan.
Setelah menetas, larvanya akan segera melubangi batang jagung dan
membuat semacam terowongan hingga ke dasar batang atau titik tumbuh tanaman.
Hal inilah yang akan membuat tanaman menjadi kuning dan akhirnya mati.
Kalaupun tanaman jagung tersebut mampu melakukan recovery, pertumbuhannya
akan kerdil dan tidak bisa optimal.
Cara Pengendalian
1. Pengendalian Hayati
2. Pergiliran tanaman
3. Penggunaan Insektisida
Menanam beberapa varietas yang tahan terhadap serangan lalat bibit seperti
Nusa Penida dan Sweet Corn. Varietas yang agak tahan seperti Bromo,
Abimanyu, dan Nakula
3. ULAT TENTARA (Fall Army Worm)
Klasifikasi
Ulat grayak (Spodoptera litura) pada tanaman jagung (Zea mays) adalah sebagai
berikut :
- Kingdom : Animalia
- Divisio : Arthropoda
- Kelas : Insekta
- Ordo : Lepidoptera
- Famili : Noctuidae
- Genus : Spodoptera
- Spesies : Spodoptera litura
SlNPV akan memperbanyak diri di dalam inti sel inangnya. Oleh karena
itu, SlNPV harus tertelan bersama-sama pakan yang dikonsumsi melalui mulut,
kemudian ke pencernaan, dan gejala penularan SlNPV pada ulat grayak akan
terlihat setelah 1–3 hari. Ulat stadia-1 yang tertular SlNPV pada umumnya akan
berwarna putih susu, akan tetapi gejala ini agak sulit dilihat secara kasat mata,
kecuali dengan mikroskop. Gejala infeksi virus pada ulat stadia-3 dan 4 ditandai
dengan warna putih kecoklatan pada bagian perutnya (tubuh bagian bawah),
sedangkan pada bagian punggung (arah dorsal) berwarna coklat susu kehitaman.
Apabila ulat stadia-5 dan 6 terinfeksi SlNPV, maka pada saat tahap kepompong
akan membusuk.
Apabila sampai pada tahap ngengat (kupu-kupu), maka bentuk sayap menjadi
keriting,Ulat yang tertular SlNPV pada umumnya ditandai dengan berkurangnya
aktifitas makan, gerakan yang lambat, tubuh membengkak akibat replikasi atau
perbanyakan partikel-partikel virus SlNPV. Integumen (bagian ruas) ulat biasanya
menjadi lunak dan rapuh serta mudah robek. Apabila tubuh ulat tersebut pecah
maka akan mengeluarkan cairan kental berwarna coklat susu berupa cairan SlNPV
(Gambar 3) dengan bau yang sangat menyengat. Di lapangan, kematian ulat
grayak akibat tertular SlNPV ditandai dengan gejala tubuh larva menggantung
dengan kedua kaki semu bagian abdomen menempel pada daun atau ranting
tanaman membentuk huruf “V” terbalik (Gambar 4). Akan tetapi ada juga ulat
yang mati posisinya tidak seperti huruf “V” terbalik, melainkan terkulai pada
helaian daun (Gambar 5). Kematian ulat terjadi pada 3–7 hari setelah
tertular SlNPV.
Stadia : Larva-Nimfa
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
a) Pengendalian dilakukan secara mekanis, yaitu mengumpulkan telur dan
ulat-ulatnya kemudian langsung membunuhnya. Dapat pula dilakukan
dengan pemangkasan daun yang telah menjadi sarang telur ngengat dan
membakarnya
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Division : Neoptera
Order : Hemiptera
Family : Pentatomidae
Genus : Nezara
Morfologi
Kepik hijau adalah hama yang sering menyerang polong dan biji menjadi
mengempis dan busuk hingga berwarna hitam. Pada fase imago, kepik ini
berwarna hijau polos, kepalanya berwarna hijau serna, prontumnya berwarna
kuning dengan tiga bintik berwarna hijau.
Kepik hijau ini tersebar seluruh di daerah yang beriklim tropis dan sub-
tropis. Di indonesia, selain menyerang tanaman kedelai, serangga ini juga
menyerang tanaman padi, jagung, tembakau, kentang, cabe dan tanaman
polong-polongan.
Gejala serangan
Tunas mendadak mengeriting dan layu. Pentil buah mengkriput dan tidak
berkembang sempurna atau bentuknya menjadi tidak beraturan. Kalau
diamati ada lubang bekas tusukan di pangkal. Racun yang dikeluarkan
oleh kelenjar ludahnya membuat bagian itu mati atau rusak.
Pengendalian
Jalan satu-satunya jika serangan kepik hijau sudah tak terkendali adalah
dengan menggunakan pestisida
Melakukan pengendalian dengan manual maksudnya mengambil dan
mencari kepik hijau dewasa untuk dimusnakan agar hama kepik hijau
tidak berkembangbiak.
Selalu menjaga kebersihan lahan dan memusnakan tanaman pengganggu
atau gulma
Melakukan penaman padi secara serempak
Melakukan pergiliran tanaman