Anda di halaman 1dari 38

Pengertian / Definisi Koperasi

Badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum


dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sehingga sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas
kekeluargaan.

A. Sejarah Gerakan Koperasi

Gerakan koperasi digagas oleh Robert Owen (1771-1858), yang


menerapkannya pertama kali pada usaha pemintalan kapas di New
Lanark, Skotlandia. Gerakan koperasi ini dikembangkan lebih lanjut oleh
William King (1786-1865) dengan mendirikan toko koperasi di Brighton,
Inggris. Pada 1 mei 1828, King menerbitkan publikasi bulanan yang
bernama The Cooperator yang berisi berbagai gagasan dan saran-saran
praktis tentang mengelola toko dengan prinsip koperasi. Gerakan
Koperasi di dunia, di mulai pada pertengahan abad 18 dan awal abad
19 di Inggris. Lembaga ini sering disebut dengan "KOPERASI
PRAINDUSTRI". Pada abad ini juga dikenal memunculkan Revolusi
Industri dan munculnya sebuah ideologi yang kemudian begitu menguasai
sistem perekonomian dunia. Kita mengenalnya dengan nama kapitalisme.
Ideologi ini, pada perjalanan sejarahnya, kemudian mendapatkan lawan
sepadan dengan hadirnya sosialisme. Koperasi hadir di antara dua
kekuatan besar ekonomi itu.
Penderitaan yang dialami oleh kaum buruh di berbagai Negara
di Eropa dialami pula oleh para pendiri Koperasi konsum si di Rochdale,
Inggris, pada tahun 1844. Pada mulanya Koperasi Rochdale memang
hanya bergerak dalam usaha kebutuhan konsumsi.Dengan berpegang
pada asasasas Rochdale, para pelopor Koperasi Rochdale
mengembangkan toko kecil mereka itu menjadi usaha yang mampu
mendirikan pabrik, menyediakan perumahan bagi para anggotanya,
serta menyelenggarakan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan
anggota dan pengururs Koperasi.
Menyusul keberhasilan Koperasi Rochdale, pada tahun 1852 telah
berdiri sekitar 100 Koperasi Konsumsi di Inggris. Sebagaimana
Koperasi Rochdale, Koperasi-koperasi ini pada umumnya didirikan oleh
para konsumen.

Dalam rangka lebih memperkuat gerakan Koperasi, pada tahun


1862, Koperasi-koperasi konsumsmi di Inggris menyatukan diri
menjadi pusat Koperasi Pembelian dengan nama The Cooperative
Whole-sale Society, disingkat C. W. S. Pada tahun 1945, C. W. S. telah
memiliki sekkitar 200 buah pabrik dan tempat usaha dengan 9.000
pekerja, yang perputaran modalnya mencapai 55.000.000
poundsterling. Sedangkan pada tahun 1950, jumlah anggota Koperasi
di seluruh wilayah Inggris telah berj umlah lebih dari 11.000.000 orang
dari sekitar 50.000.000 orang penduduk Inggris.

Koperasi juga berkembang di negara-negara lainnya. Pada masa


Revolusi Perancis dan perkembangan industri telah menimbulkan
kemiskinan dan penderitaan bagi rakyat Perancis. Berkat dorongan
pelopor-pelopor mereka seperti charles Forier, Louis Blanc, serta
Ferdinand Lasalle, yang menyadari perlunya perbaikan nasib rakyat,
para pengusaha kecil di Perancis berhasil membangun Koperasi-
koperasi yang bergerak dibidang produksi.

Sehingga terdapat Gabungan Koperasi Konsumsi Nasional


Perancis (Federation Nationale Dess Cooperative de Consommation),
dengan jumlah Koperasi yang tergabung sebanyak 476 buah. Jumlah
anggotanya mencapai 3.460.000 orang, dan toko yang dimiliki
berjumlah 9.900 buah dengan perputaran modal sebesar 3.600 milyar
franc/tahun.
Di Jerman, berdiri koperasi yang dipelopori oleh Herman Schultz-
Delitsch (1808-1883), hakim dan anggota parlemen pertama di Jerman
yang berhasil mengembangkan konsep badi prakarsa dan perkembangan
bertahap dari koperasi-koperasi kredit perkotaan, koperasi pengadaan
sarana produksi bagi pengrajin, yang kemudian diterapkan oleh pedagang
kecil, dan kelompok lain-lain.
Pedoman kerja Koperasi simpan-pinjam Schulze adalah :
1. Uang simpanan sebagai modal kerja Koperasi dikumpulkan dari
anggota
2. Wilayah kerjanya didaerah perkotaan.
3. Pengurus Koperasi dipilih dan diberi upah atas pekerjaannya.
4. Pinjaman bersifat jangka pendek.
5. Keuntungan yang diperoleh dari bunga pinjaman dibagikan kepada
anggota.

Ada pula seorang pelopor yang bernama Friedrich Wilhelm


Raiffeissen (1818-1888) kepala desa di Flemmerfeld, Weyerbush di
Jerman. Raiffeissen menganjurkan agar para petani menyatukan diri
dalam perkumpulan simpan-pinjam yang membentuk koperasi-koperasi
kredit berdasarkan solidaritas dan tanggungan tidak terbatas yang dipikul
oleh para anggota perkumpulan koperasi tersebut, dan dibimbing
brdasarkan prinsip menolong diri sendiri, mengelola diri sendiri, dan
mengawasi diri sendiri.
Gerakan koperasi digagas oleh Robert Owen (1771-1858), yang
menerapkannya pertama kali pada usaha pemintalan kapas di New
Lanark, Skotlandia.

Gerakan koperasi ini dikembangkan lebih lanjut oleh William King


(1786–1865) – dengan mendirikan toko koperasi di Brighton, Inggris.
[rujukan?] Pada 1 Mei 1828, King menerbitkan publikasi bulanan yang
bernama The Cooperator, yang berisi berbagai gagasan dan saran-saran
praktis tentang mengelola toko dengan menggunakan prinsip koperasi.
Koperasi akhirnya berkembang di negara-negara lainnya. Di
Jerman, juga berdiri koperasi yang menggunakan prinsip-prinsip yang
sama dengan koperasi buatan Inggris. Koperasi-koperasi di Inggris
didirikan oleh Charles Foirer, Raffeinsen, dan Schulze Delitch. Di
Perancis, Louis Blanc mendirikan koperasi produksi yang mengutamakan
kualitas barang.Di Denmark Pastor Christiansone mendirikan koperasi
pertanian.Gerakan koperasi di Indonesia

Sejarah singkat gerakan koperasi bermula pada abad ke-20 yang


pada umumnya merupakan hasil dari usaha yang tidak sepontan dan tidak
dilakukan oleh orang-orang yang sangat kaya. Meraka mempersatukan
diri untuk memperkaya dirinya sendiri, seraya ikut mengembangkan
kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.Koperasi tumbuh dari kalangan
rakyat, ketika penderitaan dalam lapangan ekonomi dan sosial yang di
timbulkan oleh sistem kapitalisme demikian memuncaknya. Beberapa
orang yang penghidupannya sederhana dengan kemampuan ekonomi
terbatas, terdorong oleh penderitaan dan beban ekonomi yang sama,
secara sepontan mempersatukan diri untuk menolong dirinya sendiri dan
manusia sesamanya.

Pada saat ini dengan globalisasi dan runtuhnya perekonomian


sosialis di Eropa Timur serta terbukanya Afrika, maka gerakan koperasi di
dunia telah mencapai suatu status yang menyatu di seluruh dunia. Dimasa
lalu jangkauan pertukaran pengalaman gerakan koperasi dibatasi oleh
blok politik/ekonomi, sehingga orang berbicara koperasi sering dengan
pengertian berbeda. Meskipun hingga tahun 1960-an konsep gerakan
koperasi belum mendapat kesepakatan secara internasional, namun
dengan lahirnya Revolusi ILO-127 tahun 1966 maka dasar
pengembangan koperasi mulai digunakan dengan tekanan pada saat itu
adalah memanfaatkan model koperasi sebagai wahana promosi
kesejahteraan masyarakat, terutama kaum pekerja yang ketika itu kental
dengan sebutan kaum buruh. Sehingga syarat yang ditekankan bagi
keanggotaan koperasi adalah “Kemampuan untuk memanfaatkan jasa
koperasi”. Dalam hal ini resolusi tersebut telah mendorong tumbuhnya
program-program pengembangan koperasi yang lebih sistematis dan
digalang secara internasional.

Pada akhir 1980-an koperasi dunia mulai gelisah dengan proses


globalisasi dan liberalisasi ekonomi dimana-mana, sehingga berbagai
langkah pengkajian ulang kekuatan koperasi dilakukan. Hingga tahun
1992 Kongres ICA di Tokyo melalui pidato Presiden ICA (Lars Marcus)
masih melihat perlunya koperasi melihat pengalaman swasta, bahkan
laporan Sven Akheberg menganjurkan agar koperasi mengikuti layaknya
“private enterprise”. Namun dalam perdebatan Tokyo melahirkan
kesepakatan untuk mendalami kembali semangat koperasi dan mencari
kekuatan gerakan koperasi serta kembali kepada sebab di dirikannya
koperasi. Sepuluh tahun kemudian Presiden ICA saat ini Roberto
Barberini menyatakan koperasi harus hidup dalam suasana untuk
mendapatkan perlakuan yang sama “equal treatment” sehingga apa yang
dapat dikerjakan oleh perusahaan lain juga harus terbuka bagi koperasi
(ICA, 2002). Koperasi kuat karena menganut “established for last”.

Pada tahun 1995 gerakan koperasi menyelenggarakan Kongres


koperasi di Manchester Inggris dan melahirkan suatu landasan baru yang
dinamakan International Cooperative Identity Statement (ICIS) yang
menjadi dasar tentang pengertian prinsip dan nilai dasar koperasi untuk
menjawab tantangan globalisasi. Patut dicatat satu hal bahwa kerisauan
tentang globalisasi dan liberalisasi perdagangan di berbagai negara
terjawab oleh gerakan koperasi dengan kembali pada jati diri, namun
pengertian koperasi sebagai “enterprise” dicantumkan secara eksplisit.
Dengan demikian mengakhiri perdebatan apakah koperasi lembaga bisnis
atau lembaga “quasi-sosial”. Dan sejak itu semangat untuk
mengembangkan koperasi terus menggelora di berbagai sistim ekonomi
yang semula tertutup kini terbuka.

Di kawasan Asia Pasifik hal serupa ini juga terjadi sehingga pada
tahun 1990 diadakan Konferensi Pertama Para Menteri-Menteri yang
bertanggung jawab dibidang koperasi di Sydney, Australia. Pertemuan ini
adalah kejadian kali pertama untuk menjembatani aspirasi gerakan
koperasi yang dimotori oleh ICA-Regional Office of The Asian dan Pacific
dengan pemerintah. Pertemuan ini telah melicinkan jalan bagi komunikasi
dua arah dan menjadi pertemuan regional yang reguler setelah Konferensi
ke II di Jakarta pada tahun 1992. Pesan Jakarta yang terpenting adalah
hubungan pemerintah dan gerakan koperasi terjadi karena kesamaan
tujuan antara negara dan gerakan koperasi, namun harus diingat program
bersama tidak harus mematikan inisiatif dan kemurnian koperasi. Pesan
kedua adalah kerjasama antara koperasi dan swasta (secara khusus
disebut penjualan saham kepada koperasi) boleh dilakukan sepanjang
tidak menimbulkan erosi pada prinsip dan nilai dasar koperasi.

Pada tahun 1896 seorang Pamong Praja Patih R.Aria Wiria Atmaja
di Purwokerto mendirikan sebuah Bank untuk para pegawai negri (priyayi).
Ia terdorong oleh keinginanmya untuk menolong para pegawai yang
makin menderita karena terjerat oleh lintah darat yang memberikan
pinjaman dengan bunga yang tinggi.Maksud Patih tersebut untuk
mendirikan koperasi kredit model seperti di Jerman. Ia dibantu oleh
seorang asisten Residen Belanda (Pamong Praja Belanda) Assisten-
Residen itu sewaktu cuti berhasil mengunjungi Jerman dan menganjurkan
akan mengubah Bank Pertolongan Tabungan yang sudah ada menjadi
Bak Pertolongan, Tabungan dan Pertanian. Selain pegawai negeri juga
para petani perlu dibantu karena mereka makin menderita karena tekana
para pengijon (pelepan uang). Ia juga menganjurkan merubah Bank
tersebut menjadi koperasi. Di samping itu ia pun mendirikan lumbung-
lumbung desa yang menganjurkan para petani menyimpan pada pada
musim panen dan memberikan pertolongan pinjaman padi pada musim
paceklik Ia pun berusaha menjadikan lumbung-lumbung itu menjadi
Koperasi Kredit Padi Tetapi Pemerintah Belanda pada waktu itu
berpendirian lain. Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian dan
Lumbung Desa tidak dijadikan Koperasi tetapi Pemerintah Belanda
membentuk lumbung-lumbung desa baru, bank –bank Desa , rumah gadai
dan Centrale Kas yang kemudian menjadi Bank Rakyak Indonesia (BRI).
Semua itu adalah badan usaha Pemerintah dan dipimpin oleh orang-
orang Pemerintah.

Pada zaman Belanda pembentuk koperasai belum dapat


terlaksana, karena: 1. Belum ada instansi pemerintah ataupun badan non
pemerintah yang memberikan penerangan dan penyuluhan tentang
koperasi. 2. Belum ada Undang-Undang yang mengatur kehidupan
kopeasi. 3. Pemerintah jajahan sendiri masih ragu-ragu menganjurkan
koperasi karena pertimbangan politik, khawatir koperasi itu akan
digunakan oleh kaum politik untuk tujuan yang membahayakan
pemerintah jajahan itu.

Koperasi menjamur kembali, tetapi pada tahun 1933 keluar UU


yang mirip UU no. 431 sehingga mematikan usaha koperasi untuk yang
kedua kalinya. Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia. Jepang
lalu mendirikan koperasi kumiyai. Awalnya koperasi ini berjalan mulus.
[rujukan?] Namun fungsinya berubah drastis dan menjadi alat jepang
untuk mengeruk keuntungan, dan menyengsarakan rakyat.

Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan


koperasi di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di
Tasikmalaya. Hari ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi
Indonesia.

1. Gerakan Koperasi di Indonesia

Koperasi dikenalkan di Indonesia oleh R.Aria Wiriatmadja di


Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Pada tanggal 12 juli 1947,
pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan konggres koperasi yang
pertama di Tasikmalaya. Tanggal dilaksanakannya konggres ini kemudian
ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia. koperasi telah
dikembangkan di Karisidenan Banyumas. Koperasi di Indonesia berawal
pada tahun 1896, ketika seorang Patih Purwokerto, Raden Aria
Wiriatmadja yang dibantu asisten residen Banyumas, E. Sieburg
memelopori pendirian sebuah bank penolong.
Pada saat itu, lembaga ini bernama Hulpen Spaarbank atau Bank
Penolong dan Simpanan. Berdirinya bank ini bertujuan untuk membantu
pegawai pamong praja dari cengkeraman hutang lintah darat.
Sebenarnya, bank ini tidak bisa disebut sebagai koperasi. Akan tetapi,
keberadaannya menginspirasi Asisten Residen De Wolf van Weterrode
untuk mengusulkan pendirian koperasi kredit bagi petani di Karisidenan
Banyumas. Selanjutnya, ia mengubah kegiatan usaha Hulpen Spaarbank.
Perubahannya dapat dilihat dari bidang usahanya, pemberian kredit
diperluas kepada petani. Nah, bersamaan itu pula didirikan lumbung desa
sebanyak 250 buah.
Tumbuhnya gerakan nasional memengaruhi perkembangan
koperasi. Kenyataannya, koperasi juga dipakai sebagai alat perjuangan.
Akhirnya, tonggak bersejarah lahirnya koperasi Indonesia dimulai, sejak
diterbitkannya Undang-Undang tahun 1927. Adanya undang-undang ini
menunjukkan keinginan kuat untuk membangun perekonomian rakyat.
Undang-undang ini menggunakan bahasa Belanda, yaitu Regeling
Inlandsch Cooperative Vereeningingen Stbl. No 92. Undang-Undahng ini
masih dimiliki pemerintah Belanda. Pertumbuhan koperasi di Indonesia
juga didorong dengan didirikannya jawatan koperasi. Jawatan ini dipimpin
oleh Dr. J.H. Booke, seorang mantan ketua komisi koperasi tahun 1920.
Pada masa kolonial, perkembangan koperasi mendapatkan banyak
rintangan dari pemerintah Belanda.
Sejarah penjajahan Indonesia beralih ke genggaman Jepang.
Peralihan ini membawa demak bagi perkembangan koperasi. Pada masa
penjajahan Jepang, koperasi diperbolehkan berkambang, tetapi asas-
asasnya diatur oleh Jepang. Kegitan usaha koperasi dimanfaatkan
Jepang untuk kepentingan perang. Kantor jawatan koperasi diganti
menjadi Syomin Kumiai Cuo Jousyo. Melalui koperasi Kumiai ini, Jepang
meminta rakyat Indonesia menyetor beras dan bahan pertanian untuk
kepentingan Jepang.
Akhirnya, kemerdekaan yang dinantikan penduduk Indonesia
tercapai pada tahun 1945. Sebagai negara yang baru merdeka, Indonesia
memerlukan undang-undang dasar. Dalam undang-undang dasar
tersebut, koperasi dicantumkan dalam salah satu pasal. Tokoh yang
mengusulkan adalah Drs. Mohammad Hatta. Ia beranggapan bahwa
koperasi merupakan saka guru perekonomian yang merakyat. Atas
jasanya, Drs. Mohammad Hatta dianugerahi gelar sebagai Bapak
Koperasi. Pengangkatan ini bertepatan pada kongres koperasi kedua
tanggal 12 Juli 1953. Tanggal ini juga ditetapkan sebagai Hari Koperasi
Indonesia.
Perkembangan koperasi mengalami kemunduran pada masa Orde
Lama, yaitu tahun 1960 sampai 1965. Pada masa ini, koperasi dijadikan
kendaraan politik. Selain itu, kondisi perekonomian negara sangat sulit.
Barang dan jasa bahkan menjadi langka. Hal inilah yang menyebabkan
kemunduran koperasi. Setelah era Orde Lama, Indonesia memasuki
babak baru, yaitu era Orde Baru. Nah, pada era ini lahirlah sebuah
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Perkoperasian. Adanya
undang-undang ini yang membawa kembali asas dan prinsip koperasi
sebenarnya. Koperasi mulai menunjukkan geliatnya melalui peran
sertanya dalam pembangunan. Undang-undang ini diperbarui dengan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992. Undang-undang yang baru ini
telah menjajarkan koperasi dengan PT, firma, CV, maupun perusahaan
perseorangan lainnya sebagai badan usaha yang mandiri.
2. Lambang Koperasi Indonesia

Lambang Koperasi Indonesia memiliki arti sebagai berikut:


a. Rantai melambangkan persahabatan yang kokoh.
b. Gigi Roda melambangkan usaha/karya yang terus menerus.
c. Kapas dan Padi melambangkan kemakmuran rakyat yang diusahakan
oleh Koperasi.
d. Timbangan melambangkan keadilan sosial sebagai salah satu dasar
koperasi.
e. Bintang dalam perisai melambangkan Pancasila sebagai landasan ideal
koperasi.
f. Pohon beringin melambangkan sifat kemasyarakatan dan kepribadian
Indonesia yang kokoh berakar.
g. Tuliasan Koperasi Indonesia melambangkan kepribadian koperasi rakyat
Indonesia.
h. Warna merah dan putih melambangkan sifat nasional Indonesia.

B. Pentingnya Koperasi Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat


Koperasi meningkatkan pada kesejahteraan anggotanya. Keuntugan yang
diperoleh dibagikan kepada anggotanya dalam bentuk SHU. Secara
lengkap pentingnya Koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat
dapat dilihat dalam tujuan, manfaat, prinsip, kelengkapan, jenis dan modal
koperasi.

1. Tujuan Koperasi
Koperasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Hal ini
diperoleh dengan adanya pembagian Sisa Hasil Usaha(SHU) kepada
para anggotanya. Tujuan koperasi ini membedakan koperasi dengan
badan usaha lainnya. Secara umum badan usaha lainnya bertujuan untuk
memperoleh keuntungan sebesar- besarnya.

2. Manfaat Koperasi
Berikut ini beberapa manfaat koperasi:
a. Memenuhi kebutuhan anggotanya dengan harga yang relatif murah.
b. Memberikan kemudahan bagi anggotanya untuk memperoleh modal
usaha.
c. Memberikan keuntungan bagi anggotanya melalui Sisa Hasil Usaha
(SHU).
d. Mengembangkan usaha anggota koperasi.
e. Meniadakan praktik rentenir.

3. Prinsip Koperasi
Menurut UU No 25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip koperasi
yaitu:
a. Keanggotaan bersifat suka rela dan terbuka.
b. Pengelolaan dilakukan secara Demokratis.
c. Pembagian SHU dilakukan secara adil dan sebanding dengan besarnya
jasa usaha masing-masung anggota(andil anggota tersebut dalam
koperasi).
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
e. Kemandirian.
f. Pendidikan perkoperasian.
g. Kerjasama antar koperasi.

4. Kelengkapan Koperasi
Susunan koperasi berikut ini:
a. Anggota koperasi
Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi.
Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota
koperasi yang memiliki lingkup yang lebih luas.
b. Pengurus koperasi
dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat anggota, tugas pengurus
koperasi, mengelola koperasi dan anggotanya, mengajukan rancangan
kerja koperasi, dan membuat laporan keuangan dan pertanggung
jawabannya.
c. Pengawas Koperasi
pengawas koperasi bertugas untuk mengawasi jalannya koperasi.
d. Rapat Anggota
Rapat anggota menjadi pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi.
Rapat anggota dilakukan untuk meminta pertanggungjawaban pengurus
dan pengawas dalam hal pengelolaan koperasi. Rapat anggota juga
menetapkan anggaran dasar, mengesahkan rencana kerja, menetapkan
pembagian SHU, serta memilih mengangkat dan memberhentikan
pengurus dan pengawas koperasi.

5. Jenis-Jenis Koperasi
Koperasi secara umum dapat dikelompokkan menjadi koperasi
konsumen,koperasi produsen,dan koperasi kredit usaha (jasa keuangan).
Koperasi dapt pula dikelompokkan berdasarkan jenis usahanya, yaitu
sebagai berikut:
a. Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang melayani kegiatan
peminjaman dan penyimpanan uang para anggotanya.
b. Koperasi konsumsi adalah koperasi yang usahanya memenuhi
kebutuhan sehari-hari anggota koperasi.
c. e. Koperasi produksi adalah koperasi yang anggotanya menghasilkan
produk dan kemudian dijual atau dipasarkan melalui koperasi.

Berdasarkan keanggotaanya, koperasi dapat dibedakan menjadi


berikut:
a. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah koperasi yang beranggotakan
masyarakat pedesaan dan melayani kebutuhannya, terutama
kebutuhan dibidang pertanian.
b. Koperasi Pasar adalah koperasi yang beranggotakan pedagang pasar.
c. Koperasi Sekolah adalah koperasi yang beranggotakan siswa-siswa
sekolah, karyawan sekolah dan guru.
d. Koperasi pegawai Negeri adalah koperasi yang beranggotakan
pegawai negeri.

6. Sumber Modal Koperasi


Adapun modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman .
a. Modal sendiri
1. Simpanan pokok
2. Simpanan wajib
3. Dana cadangan
4. Hibah
b. Modal pinjaman
1. Anggota dan calon anggota
2. Koperasi lainnya/ anggotanya yang didasari dengan perjanjian kerjasama
antar koperasi
3. Bank atau lembaga keuangan lainnya
4. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya
5. Sumber lain yang sah

Sejarah singkat Koperasi Indonesia dan Dunia


Gerakan koperasi dimulai sekitar abad ke-20 yang pada mulanya
bertumbuh dari kalangan rakyat, karena pada waktu itu penderitaan dalam
lapangan ekonomi dan sosial yang di timbulkan oleh sistem kapitalisme
yang begitu memuncaknya.Beberapa orang yang penghidupannya
sederhana dengan kemampuan ekonomi terbatas, terdorong oleh
penderitaan dan beban ekonomi yang sama, secara sepontan
mempersatukan diri untuk menolong dirinya sendiri dan manusia
sesamanya.Di Indonesia sendiri koperasi pertama kali dicetuskan oleh
R.Aria Wiria Atmaja di Purwokerto. Pada saat itu, Ia mendirikan sebuah
Bank untuk para pegawai negri (priyayi).

Prinsip-prinsip koperasi

1. Pembagian SHU dilakukan secara adil dan sebanding berdasar


jasa usaha masing-masing anggota.
2. Kemandirian

3. Pembagian balas jasa yang terbatas pada modal

4. Keanggotan bersifat terbuka dan sukarela

5. Pengelolaan dilakukan secara demokratis

Struktur Organisasi koperasi

1. Rapat Anggota
2. Pengurus Pengawas

Sumber permodalan koperasi:


1. MODAL SENDIRI
o Simpanan Pokok

Simpanan yang dibayarkan oleh anggota ketika pertama kali masuk


menjadi anggota koperasi
Simpanan ini dibayar hanya sekali dan bisa diambil bila keluar dari
keanggotaan koperasi

o Simpanan wajib

Simpanan yang dibayarkan oleh anggota secara berkala selama menjadi


anggota koperasi Simpanan ini dibayar terus-menerus dan bisa diambil
bila keluar dari keanggotaan koperasi MODAL SENDIRI

o Dana cadangan

Bagian dari SHU koperasi yang tidak dibagikan kepada anggota


Dana cadangan digunakan untuk memupuk modal sendiri dan untuk
menutup kerugian koperasi.

o Hibah

Bantuan dari berbagai pihak yang tidak harus dikembalikan Hibah


merupakan pemberian Cuma-Cuma untuk membantu koperasi MODAL
SENDIRI.

2. MODAL PINJAMAN
o Sumber dari Koperasi lain

o Bank

o Lembaga keuangan lain

Peran dan Fungsi koperasi


1. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai
sokogurunya.
2. Berusaha mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas azas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

3. Mengembangkan dan membangun potensi dan kemampuan


ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.

4. Berperan serta aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan


manusia dan masyarakat.

Landasan Koperasi

 Landasan idiil : Pancasila.


 Landasan struktural : UUD 1945.

 Landasan operasional:

- UU No. 25 Tahun 1992


- Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).

 Landasan mental : kesadaran pribadi dan kesetiakawanan

Jenis koperasi jika dilihat dari lapangan usahanya

 Koperasi simpan-pinjam ( kredit )

Koperasi ini menerima tabungan dari anggota dan memberi pinjaman


pada masyarakat dengan syarat mudah dan ringan.

 Koperasi Konsumsi
Koperasi ini menjual barang-barang keutuhan sehari-hari kepada
masyarakat, atau koperasi yang mengelola unit usaha pertokoan.

 Koperasi Produksi
 Operasi Jasa

koperasi yang mengelola unit usaha pelayanan jasa.

 Koperasi Serba usaha

Koperasi yang usahanya lebih dari satu seperti meliputi usaha


kredit,konsumsi, produksi, dan jasa.
PROSEDUR PENDIRIAN KOPERASI

Suatu koperasi hanya dapat didirikan bila memenuhi persyaratan dalam


mendirikan koperasi. Syarat-syarat pembentukan koperasi berdasarkan
Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
Republik Indonesia Nomor: 104.1/Kep/M.Kukm/X/2002 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pembentukan, Pengesahan Akta Pendirian Dan Perubahan
Anggaran Dasar Koperasi, adalah sebagai berikut :
a. Koperasi primer dibentuk dan didirikan oleh sekurang-kurangnya dua
puluh orang yang mempunyai kegiatan dan kepentingan ekonomi yang
sama;
b. Pendiri koperasi primer sebagaimana tersebut pada huruf a adalah Warga
Negara Indonesia, cakap secara hukum dan maupun melakukan
perbuatan hukum;
c. Usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi harus layak secara ekonomi,
dikelola secara efisien dan mampu memberikan manfaat ekonomi yang
nyata bagi anggota
d. Modal sendiri harus cukup tersedia untuk mendukung kegiatan usaha
yang akan dilaksanakan oleh koperasi;
e. Memiliki tenaga terampil dan mampu untuk mengelola koperasi.
Selain persyaratan diatas, perlu juga diperhatikan beberapa hal-hal
penting yang harus diperhatikan dalam pembentukan koperasi yang
dikemukakan oleh Suarny Amran et.al (2000:62) antara lain sebagai
berikut :
a. Orang-orang yang akan mendirikan koperasi dan yang nantinya akan
menjadi anggota koperasi hendaknya mempunyai kegiatan dan
kepentingan ekonomi yang sama. Artinya tidak setiap orang dapat
mendirikan dan atau menjadi anggota koperasi tanpa didasarkan pada
adanya keje-lasan mengenai kegiatan atau kepentingan ekonomi yang
akan dijalan-kan. Kegiatan ekonomi yang sama diartikan, memiliki profesi
atau usaha yang sama, sedangkan kepentingan ekonomi yang sama
diartikan memiliki kebutuhan ekonomi yang sama.
b. Usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi harus layak secara ekono-
mi. Layak secara ekonomi diartikan bahwa usaha tersebut akan dikelola
secara efisien dan mampu menghasilkan keuntungan usaha dengan
mem-perhatikan faktor-faktor tenaga kerja, modal dan teknologi.
c. Modal sendiri harus cukup tersedia untuk mendukung kegiatan usaha
yang akan dilaksanakan oleh koperasi. Hal tersebut dimaksudkan agar
kegiatan usaha koperasi dapat segera dilaksanakan tanpa menutu ke-
mungkinan memperoleh bantuan, fasilitas dan pinjaman dari pihak luar.
d. Kepengurusan dan manajemen harus disesuaikan dengan kegiatan usaha
yang akan dilaksanakan agar tercapai efektivitas dan efisiensi dalam pe-
ngelolaan koperasi. Perlu diperhatikan mereka yang nantinya ditunjuk/
dipilih menjadi pengurus haruslah orang yang memiliki kejujuran,
kemampuan dan kepemimpinan, agar koperasi yangdidirikan tersebut
sejak dini telah memiliki kepengurusan
Setelah persyaratan terpenuhi para pendiri kemudian mempersiapkan hal-
hal yang dibutuhkan untuk mengadakan rapat pembentukan koperasi,
setelah memiliki bekal yang cukup dan telah siap para pendiri melakukan
rapat pembentukan koperasi yang dihadiri dinas koperasi dan pejabat
lainnya, pendirian koperasi tidak sampai disana karena lembaga koperasi
yang telah didirikan perlu disahkan badan hukumnya. Penjelasan lebih
lanjut mengenai tahapan-tahapan tersebut diuraikan di bawah ini :
A. Tahap persiapan pendirian koperasi
Sekelompok orang bertekad untuk mendirikan sebuah koperasi
terlebih dahulu perlu memahami maksud dan tujuan pendirian koperasi,
untuk itu perwakilan dari pendiri dapat meminta bantuan kepada Dinas
Koperasi dan UKM ataupun lembaga pendidikan koperasi lainnya untuk
memberikan penyuluhan dan pendidikan serta pelatihan mengenai
pengertian, maksud, tujuan, struktur organisasi, manajemen, prinsip-
prinsip koperasi, dan prospek pengembangan koperasi bagi pendiri.
Setelah mendapatkan penyuluhan dan pelatihan perkoperasian, para
pendiri sebaiknya membentuk panitia persiapan pembentukan koperasi,
yang bertugas :
a. Menyiapkan dan menyampaikan undangan kepada calon anggota, pejabat
pe- merintahan dan pejabat koperasi.
b. Mempersiapakan acara rapat.
c. Mempersiapkan tempat acara.
d. Hal-hal lain yang berhubungan dengan pembentukan koperasi.
B. Tahap rapat pembentukan koperasi
Setelah tahap persiapan selesai dan para pendiri pembentukan
koperasi telah memiliki bekal yang cukup dan telah siap melakukan rapat
pembentukan koperasi. Rapat pembentukan koperasi harus dihadiri oleh
20 orang calon anggota sebagai syarat sahnya pembentukan koperasi
primer. Selain itu, pejabat desa dan pejabat Dinas Koperasi dan UKM
dapat diminta hadir untuk membantu kelancaran jalannya rapat dan
memberikan petunjuk-petunjuk seperlunya.
Hal-hal yang dibahas pada saat rapat pembentukan koperasi
karyawan, dapat dirinci sebagai berikut :
a. Pembuatan dan pengesahan akta pendirian koperasi karyawan, yaitu
surat keterangan tentang pendirian koperasi yang berisi pernyataan dari
para kuasa pendiri yang ditunjuk dan diberi kuasa dalam suatu rapat
pembentukan koperasi untuk menandatangani Anggaran Dasar pada saat
pembentuk-an koperasi.
b. Pembuatan Anggaran Dasar koperasi, yaitu pembuatan aturan dasar
tertulis yang memuat tata kehidupan koperasi yang disusun dan
disepakati oleh para pendiri koperasi pada saat rapat pembentukan.
Konsep Anggaran Dasar koperasi sebelumnya disusun oleh panitia
pendiri, kemudian panitia pendiri itu mengajukan rancangan Anggaran
Dasarnya pada saat rapat pembentukan untuk disepakati dan disahkan.
Anggaran Dasar biasanya mengemukakan :
1. Nama dan tempat kedudukan, maksudnya dalam Anggaran Dasar
tersebut dicantumkan nama koperasi karyawan yang akan dibentuk dan
lokasi atau wilayah kerja koperasi tersebut berada.
2. Landasan, asas dan prinsip koperasi, di dalam Anggaran Dasar
dikemukakan landasan, asas dan prinsip koperasi yang akan dianut oleh
koperasi.
3. Maksud dan tujuan, yaitu pernyataan misi, visi serta sasaran pembentukan
koperasi.
4. Kegiatan usaha, merupakan pernyataan jenis koperasi dan usaha yang
akan dilaksanakan koperasi. Dasar penentuan jenis koperasi adalah
kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi para karyawan
anggotanya. Misalnya, koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen,
koperasi produsen, koperasi pemasaran dan koperasi jasa atau koperasi
serba usaha.
5. Keanggotaan, yaitu aturan-aturan yang menyangkut urusan keanggotaan
koperasi. Urusan keanggotaan ini dapat ditentukan sesuai dengan
kegiatan usaha koperasi yang akan dibentuknya. Biasanya ketentuan
mengenai keanggotaan membahas persyaratan dan prosedur menjadi
anggota ko-perasi karyawan, kewajiban dan hak-hak dari anggota serta
ketentuan-ketentuan dalam mengakhiri status keanggotaan pada
koperasi.
Perangkat koperasi, yaitu unsur-unsur yang terdapat pada organisasi
koperasi. Perangkat koperasi tersebut, sebagai berikut :
a. Rapat Anggota. Dalam Anggaran Dasar dibahas mengenai kedudukan
rapat anggota di dalam koperasi, penetapan waktu pelaksanaan rapat
anggota, hal-hal yang dapat dibahas dalam rapat anggota, agenda acara
rapat anggota tahunan, dan syarat sahnya pelaksanaan rapat anggota
koperasi.
b. Pengurus. Dalam Anggaran Dasar dijabarkan tentang kedudukan
pengurus dalam koperasi, persyaratan dan masa jabatan pengurus, tugas,
kewajiban serta wewenang dari pengurus koperasi.
c. Pengawas. Dalam Anggaran Dasar dijabarkan tentang kedudukan
pengawas dalam koperasi, persyaratan dan masa jabatan pengawas,
tugas serta wewenang dari pengawas koperasi.
Selain dari ketiga perangkat tersebut dapat ditambahkan pula
pembina atau badan penasehat.
Ketentuan permodalan perusahaan koperasi, yaitu pembahasan
mengenai jenis modal yang dimiliki (modal sendiri dan modal pinjaman),
ketentuan mengenai jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib yang
harus dibayar oleh anggota.
Ketentuan pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU), yaitu ketentuan yang
membahas penjelasan mengenai SHU serta peruntukan SHU koperasi
yang didapat.
Pembubaran dan penyelesaian, membahas tata-cara pembubaran
koperasi dan penyelesaian masalah koperasi setelah dilakukan
pembubaran. Biasanya penjelasan yang lebih rinci mengenai hal ini
dikemukakan lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga atau aturan
lainnya.
Sanksi-sanksi, merupakan ketentuan mengenai sanksi yang diberikan
kepada anggota, pengurus dan pengawas koperasi, karena terjadinya
pelanggaran-pelanggaran terhadap Anggaran Dasar atau aturan lain-nya
yang telah ditetapkan.
Anggaran rumah tangga dan peraturan khusus, yaitu ketentuan-
ketentuan pelaksana dalam Anggaran Dasar yang sebelumnya dimuat
dalam Anggaran Dasar.
Pembentukan pengurus, pengawas, yaitu memilih anggota orang-orang
yang akan dibebani tugas dan tanggungjawab atas pengelolaan,
pengawasan di koperasi
Neraca awal koperasi, merupakan perincian posisi aktiva dan pasiva
diawal pembentukan koperasi
Rencana kegiatan usaha, dapat berisikan latar belakang dan dasar
pembentukan serta rencana kerja koperasi pada masa akan datang.
C. Pengesahan badan hukum
Setelah terbentuk pengurus dalam rapat pendirian koperasi, maka untuk
mendapatkan badan hukum koperasi, pengurus/pendiri/kuasa pendiri
harus mengajukan permohonan badan hukum kepada pejabat terkait,
sebagai berikut :
Para pendiri atau kuasa pendiri koperasi terlebih dulu mengajukan
permohonan pengesahan akta pendirian secara tertulis kepada diajukan
kepada Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, dengan
melampirkan :
1. Anggaran Dasar Koperasi yang sudah ditandatangani pengurus rangkap
dua, aslinya bermaterai)
2. Berita acara rapat pendirian koperasi.
3. Surat undangan rapat pembentukan koperasi
4. Daftar hadir rapat.
5. Daftar alamat lengkap pendiri koperasi.
6. Daftar susunan pengurus, dilengkapi photo copy KTP (untuk KSP/USP
dilengkapi riwayat hidup).
7. Rencana awal kegiatan usaha koperasi.
8. Neraca permulaan dan tanda setor modal minimal Rp.5.000.000 (lima juta
rupiah) bagi koperasi primer dan Rp.15.000.000 (lima belas juta rupiah)
bagi koperasi sekunder yang berasal dari simpanan pokok, wajib, hibah.
9. Khusus untuk KSP/USP disertai lampiran surat bukti penyetoran modal
sendiri minimal Rp. 15.000.000 (lima belas juta rupiah) bagi koperasi pri-
mer dan Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah) bagi koperasi sekunder
yang berupa deposito pada bank pemerintah.
10. Mengisi formulir isian data koperasi.
11. Surat keterangan dari desa yang diketahui oleh camat.
12. Membayar tarif pendaftaran pengesahan akta pendirian koperasi sebesar
Rp. 100.000 (seratus ribu rupiah).
13. Apabila permintaan pengesahaan akta pendirian koperasi telah dilakukan
sesuai dengan ketetntuan di atas kepada pendiri atau kuasa pendiri
diberikan bukti penerimaan.
14. d.Pejabat koperasi, yaitu Kepala Dinas Koperasi dan UKM akan
memberikan pengesahaan terhadap akta koperasi apabila ternyata
setelah diadakan penelitian Anggaran dasar koperasi.
15. tidak bertentangan dengan Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang
perkoperasian, dan
16. tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.
17. Pejabat selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung sejak sejak
penerimaan permohonan pengesahan badan hukum dari koperasi yang
bersangkutan harus telah memberikan jawaban pengesahannya. Tetapi
biasanya proses pengesahan di dinas koperasi dapat selesai hanya dalam
waktu 3 (tiga) minggu.
18. Bila Pejabat berpendapat bahwa Akte Pendirian/Anggaran Dasar tersebut
tidak bertentangan dengan ketentuan Undang-undang koperasi dan
peraturan pelaksananya serta kegiatannya sesuai dengan tujuan, maka
akte pendirian di daftar dengan nomor urut dalam Buku Daftar Umum.
Kedua buah Akte Pendirian/Anggaran Dasar tersebut dibubuhi tanggal,
nomor pendaftaran tentang tanda pengesahan oleh Pejabat a.n Menteri.
19. Tanggal pendaftaran akte Pendirian berlaku sebagai tanggal sesuai
berdirinya koperasi yang mempunyai badan hukum, kemudian Pejabat
mengumumkan pengesahan akta pendirian di dalam Berita Negara
Republik Indonesia
20. Buku Daftar Umum serta Akte-Akte salinan/petikan ART/AD Koperasi
dapat diperoleh oleh pengurus koperasi dengan mengganti biaya fotocopy
dan harus dilegalisir oleh Pejabat Koperasi yang bersangkutan. Biaya
yang dikenakan untuk hal di atas adalah Rp. 25.000
21. Dalam hal permintaan pengesahan akta pendirian ditolak, alasan
penolakan diberitahukan oleh pejabat kepada para pendiri secara tertulis
dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan.
22. Terhadap penolakan pengesahan akta pendirian para pendiri dapat
mengajukan permintaan ulang dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan
sejak diterimanya penolakan.
23. Keputusan terhadap pengajuan permintaan ulang diberikan dalam jangka
waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya pengajuan permintaan
ulang.
Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian
Koperasi dan UKM Republik Indonesia dengan Ikatan Notaris Indonesia
pada tanggal 4 Mei 2004 dan Keputusan Menteri Koperasi dan UKM RI
Nomor : 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta
Koperasi membuat perubahan dalam prosedur pendirian koperasi yaitu
proses pembuatan akta pendirian, perubahan anggaran dasar, dan akta-
akta lain berkaitan dengan koperasi sebagai badan hukum maka hal
tersebut dilakukan dihadapan notaris. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan hukum kepada masyarakat.
Berdasarkan Kepmen No.98 tahun 2004, prosedur pendirian koperasi
yang melibatkan notaris di dalamnya, masih mengikuti prosedur yang ada,
tetapi ada beberapa tahapan yang melibatkan notaris yaitu :
a. Rapat pembentukan koperasi selain mengundang minimal 20 orang calon
anggota, pejabat desa, pejabat dinas koperasi hendaknya mengundang
pula notaris yang telah ditunjuk pendiri koperasi, yaitu notaris yang telah
berwenang menjalankan jabatan sesuai dengan jabatan notaris,
berkedudukan di wilayah koperasi itu berada (dalam hal ini berkedudukan
di Kabupaten Bandung), serta memiliki sertifikat tanda bukti telah
mengikuti pembekalan di bidang perkoperasian yang ditandatangani oleh
menteri koperasi dan UKM RI.
b. Notaris yang telah membuat akta pendirian koperasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku kemudian membacakan dan
menjelaskan isinya kepada para pendiri, anggota atau kuasanya sebelum
menanda-tangani akta tersebut.
c. Kemudian akta pendirian koperasi yang telah dibuat notaris pembuat akta
koperasi disampaikan kepada pejabat dinas koperasi untuk dimintakan
pengesahannya, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sebagai Bapak Koperasi Indonesia, Bung Hatta pernah berkata : bukan
Koperasi namanya manakala di dalamnya tidak ada pendidikan
tentang Koperasi.

Meskipun sudah berusia 60 tahun lebih dan 61 tahun pada tanggal 12 Juli
2008 nanti) apa itu Koperasi belum begitu dipahami dengan benar oleh
bangsa Indonesia. Bahkan banyak paara anggota Koperasi yang belum
tahu makna dari mahluk yang bernama Koperasi ini.

Koperasi:

Koperasi adalah asosiasi orang-orang yang bergabung dan melakukan


usaha bersama atas dasar prinsip-prinsip Koperasi, sehingga
mendapatkan manfaat yang lebih besar dengan biaya yang rendah
melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis oleh
anggotanya.

Koperasi bertujuan untuk menjadikan kondisi sosial dan ekonomi


anggotanya lebih baik dibandingkan sebelum bergabung dengan
Koperasi.

Dari pengertian di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Asosiasi orang-orang. Artinya, Koperasi adalah organisasi yang


terdiri dari orang-orang yang terdiri dari orang-orang yang merasa
senasib dan sepenanggungan, serta memiliki kepentingan ekonomi
dan tujuan yang sama.
2. Usaha bersama. Artinya, Koperasi adalah badan usaha yang
tunduk pada kaidah-kaidah ekonomi yang berlaku, seperti adanya
modal sendiri, menanggung resiko, penyedia agunan, dan lain-lain.
3. Manfaat yang lebih besar. Artinya, Koperasi didirikan untuk
menekan biaya, sehingga keuntungan yang diperoleh anggota
menjadi lebih besar.

4. Biaya yang lebih rendah. Dalam menetapkan harga, Koperasi


menerapkan aturan, harga sesuai dengan biaya yang
sesungguhnya, ditambah komponen lain bila dianggap perlu,
seperti untuk kepentingan investasi.

Menurut UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, pengertian


Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau
badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Sementara menurut ICA : Cooperative Identity Statement, Manchester, 23


September 1995, Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang
yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi
ekonomi, sosial, dan budaya bersama melalui perusahaan yang mereka
miliki bersama dan mereka kendalikan secara demokratis.

Prinsip-prinsip Koperasi

Koperasi bekerja berdasarkan beberapa prinsip. Prinsip ini merupakan


pedoman bagi Koperasi dalam melaksanakan nilai-nilai Koperasi.

1. Keanggotaan sukarela dan terbuka. Koperasi adalah organisasi


yang keanggotaannya bersifat sukarela, terbuka bagi semua orang
yang bersedia menggunakan jasa-jasanya, dan bersedia menerima
tanggung jawab keanggotaan, tanpa membedakan gender, latar
belakang sosial, ras, politik, atau agama.
2. Pengawasan oleh anggota secara demokratis. Koperasi adalah
organisasi demokratis yang diawasi oleh anggotanya, yang secara
aktif menetapkan kebijakan dan membuat keputusaan laki-laki dan
perempuan yang dipilih sebagai pengurus atau pengawas
bertanggung jawab kepada Rapat Anggota. Dalam Koperasi primer,
anggota memiliki hak suara yang sama (satu anggota satu suara)
dikelola secara demokratis.

3. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi. Anggota


menyetorkan modal mereka secara adil dan melakukan
pengawasan secara demoktaris. Sebagian dari modal tersebut
adalah milik bersama. Bila ada balas jasa terhadap modal,
diberikan secara terbatas. Anggota mengalokasikan SHU untuk
beberapa atau semua dari tujuan seperti di bawah ini : a)
Mengembangkan Koperasi. Caranya dengan membentuk dana
cadangan, yang sebagian dari dana itu tidak dapat dibagikan. b)
Dibagikan kepada anggota. Caranya seimbang berdasarkan
transaksi mereka dengan koperasi. c) Mendukung keanggotaan
lainnya yang disepakati dalam Rapat Anggota.

4. Otonomi dan kemandirian. Koperasi adalah organisasi otonom


dan mandiri yang diawasi oleh anggotanya. Apabila Koperasi
membuat perjanjian dengan pihak lain, termasuk pemerintah, atau
memperoleh modal dari luar, maka hal itu haarus berdasarkan
persyaratan yang tetap menjamin adanya upaya: a) Pengawasan
yang demokratis dari anggotanya. b) Mempertahankan otonomi
koperasi.

5. Pendidikan, pelatihan dan informasi. Koperasi memberikan


pendidikan dan pelatihan bagi anggota, pengurus, pengawas,
manager, dan karyawan. Tujuannya, agar mereka dapat
melaksanakan tugas dengan lebih efektif bagi perkembangan
Koperasi. Koperasi memberikan informasi kepada maasyarakat
umum, khususnya orang-orang muda dan tokoh-tokoh masyaralat
mengenai hakekat dan manfaat berkoperasi.

6. Kerjasamaa antar koperasi. Dengan bekerjasama pada tingkat


lokal, regional dan internasional, maka: a) Gerakan Koperasi dapat
melayani anggotanya dengan efektif. b) Dapat memperkuat
gerakan Koperasi.

7. Kepedulian terhadap masyarakat. Koperasi melakukan kegiatan


untuk pengembangan masyarakat sekitarnya secara berkelanjutan
melalui kebijakan yang diputuskan oleh Rapat Anggota.

Sementara itu Prinsip Koperasi menurut UU Nomor 25 Tahun 1992


tentang perkoperasian adalah:

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.


2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.

3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding


dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.

4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.

5. Kemandirian.

6. Pendidikan perkoperasian.

7. Kerja sama antar Koperasi

Prinsip yang dianut oleh gerakan Koperasi internasional saat ini adalah
yang dicetuskan pada kongres ICA (International Cooperative Alliance)
di Mancchester, Inggris pada tanggal 23 September 1995.
Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1992
tentang Perkoperasian, dikatakan bahwa KOPERASI adalah badan usaha
yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum Koperasi dengan
berlandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Sementara itu dalam Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945 (sebelum diamandemen) kata KOPERASI ini disebut dan
dicantumkan dalam penjelasan pasal 33. Namun setelah amandemen,
penjelasan atas pasal-pasal dari UUD 1945 dimasukkan dalam batang
tubuh. Entah sengaja atau karena khilaf, ternyata kata KOPERASI ini tidak
ikut masuk. Alias ketinggalan atau malah ditinggalkan?
Nampaknya para penyusun UU No. 22 Tahun 1992 itu (Presiden dan
DPR) sudah lupa bahwa para founding father kita bercita-cita untuk
menjadikan KOPERASI sebagai sokoguru perekonomian Indonesia.
KOPERASI dianggap sebagai badan usaha yang terlalu banyak merepoti
pemerintah. Karena banyak kredit program yang diterima KOPERASI
(utamanya KUD) raib diselewengkan pengelolanya.
Namun kenyataan di lapangan, berbicara lain. Saat Indonesia mengalami
krisis berkepanjangan, justru eksistensi KOPERASI nampak nyata. Saat
hampir semua bank-bank besar macam BCA, Bank Lippo (bank swasta) ,
maupun bank pemerintah: Bank Bumi Daya, Bank Bapindo dan Bank
Dagang Negara (yang kemudian ketiga bank terakhir dilebur menjadi
Bank Mandiri) dan banyak bank lain pada colaps, KOPERASI masih bisa
menjadi tumpuan anggota dan masyarakatnya dalam hal melayani
keperluan modal.
Tak bisa dibayangkan, manakala saat itu, selain bank, KOPERASI juga
ikut colaps, pasti akan semakin banyak jumlah angkatan kerja yang
mengalami PHK.
Meskipun demikian, sampai sekarang, di mata perbankan, posisi tawar
KOPERASI masih dipandang sebelah mata. Untuk bisa memperoleh
kredit, di banyak bank, perlu KOPERASI melengkapi banyak persyaratan
yang sering merepotkan. Memang banyak KOPERASI yang nakal. Tapi
masih lebih banyak KOPERASI yang baik.
KOPERASI dan koperasi, dalam praktek, ada bedanya. KOPERASI (yang
sejati) dibentuk dari, oleh dan untuk memenuhi kebutuhan anggota.
Sementara koperasi dibentuk seorang seorang pemodal yang ingin
memutar uangnya di koperasi. Hal ini dimungkinkan, karena untuk
membentuk koperasi, pasca reformasi, sangatlah mudah.
Dulu, badan hukum KOPERASI harus disahkan oleh Kantor Wilayah
Koperasi Propinsi Jawa Timur, selaku wakil dari Pemerintah. Sekarang,
cukup disahkan oleh Dinas Koperasi Kabupaten/Kota saja.
Sejatinya KOPERASI dibentuk demi untuk kesejahteraan anggotanya.
Sementara koperasi dibentuk demi keuntungan pemodal semata.
Ibaratnya PT berbaju koperasi. Bahkan, tak jarang, mereka (para
pemodal) itu rela membeli badan hukum KOPERASI yang sudah tidak
aktif lagi dengan nilai tak kurang dari puluhan juta rupiah.

Prinsip koperasi adalah suatu sistem ide-ide abstrak yang merupakan


petunjuk untuk membangun koperasi yang efektif dan tahan lama. Prinsip
koperasi terbaru yang dikembangkan International Cooperative Alliance
(Federasi koperasi non-pemerintah internasional) adalah

 Keanggotaan yang bersifat terbuka dan sukarela


 Pengelolaan yang demokratis,

 Partisipasi anggota dalam ekonomi,

 Kebebasan dan otonomi,

 Pengembangan pendidikan, pelatihan, dan informasi.

Di Indonesia sendiri telah dibuat UU no. 25 tahun 1992 tentang


Perkoperasian. Prinsip koperasi menurut UU no. 25 tahun 1992 adalah:

 Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka


 Pengelolaan dilakukan secara demokrasi

 Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan jasa usaha


masing-masing anggota

 Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

 Kemandirian

 Pendidikan perkoperasian

 Kerjasama antar koperasi

Jenis Koperasi menurut fungsinya


 Koperasi pembelian/pengadaan/konsumsi adalah koperasi yang
menyelenggarakan fungsi pembelian atau pengadaan barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan anggota sebagai konsumen akhir.
Di sini anggota berperan sebagai pemilik dan pembeli atau
konsumen bagi koperasinya.
 Koperasi penjualan/pemasaran adalah koperasi yang
menyelenggarakan fungsi distribusi barang atau jasa yang
dihasilkan oleh anggotanya agar sampai di tangan konsumen. Di
sini anggota berperan sebagai pemilik dan pemasok barang atau
jasa kepada koperasinya.

 Koperasi produksi adalah koperasi yang menghasilkan barang dan


jasa, dimana anggotanya bekerja sebagai pegawai atau karyawan
koperasi. Di sini anggota berperan sebagai pemilik dan pekerja
koperasi.

 Koperasi jasa adalah koperasi yang menyelenggarakan pelayanan


jasa yang dibutuhkan oleh anggota, misalnya: simpan pinjam,
asuransi, angkutan, dan sebagainya. Di sini anggota berperan
sebagai pemilik dan pengguna layanan jasa koperasi.

Apabila koperasi menyelenggarakan satu fungsi disebut koperasi tunggal


usaha (single purpose cooperative), sedangkan koperasi yang
menyelenggarakan lebih dari satu fungsi disebut koperasi serba usaha
(multi purpose cooperative).

Jenis koperasi berdasarkan tingkat dan luas daerah kerja


 Koperasi Primer

Koperasi primer ialah koperasi yang yang minimal memiliki anggota


sebanyak 20 orang perseorangan.

 Koperasi Sekunder
Adalah koperasi yang terdiri dari gabungan badan-badan koperasi serta
memiliki cakupan daerah kerja yang luas dibandingkan dengan koperasi
primer. Koperasi sekunder dapat dibagi menjadi :

 koperasi pusat - adalah koperasi yang beranggotakan paling


sedikit 5 koperasi primer
 gabungan koperasi - adalah koperasi yang anggotanya minimal 3
koperasi pusat

 induk koperasi - adalah koperasi yang minimum anggotanya


adalah 3 gabungan koperasi

Jenis Koperasi menurut status keanggotaannya


 Koperasi produsen adalah koperasi yang anggotanya para
produsen barang/jasa dan memiliki rumah tangga usaha.
 Koperasi konsumen adalah koperasi yang anggotanya para
konsumen akhir atau pemakai barang/jasa yang ditawarkan para
pemasok di pasar.

Kedudukan anggota di dalam koperasi dapat berada dalam salah satu


status atau keduanya. Dengan demikian pengelompokkan koperasi
menurut status anggotanya berkaitan erat dengan pengelompokan
koperasi menurut fungsinya

Keunggulan koperasi

Kemungkinan koperasi untuk memperoleh keunggulan komparatif dari


perusahaan lain cukup besar mengingat koperasi mempunyai potensi
kelebihan antara lain pada skala ekonomi, aktivitas yang nyata, faktor-
faktor precuniary, dan lain-lain

Kewirausahaan koperasi

Kewirausahaan koperasi adalah suatu sikap mental positif dalam


berusaha secara koperatif, dengan mengambil prakarsa inovatif serta
keberanian mengambil risiko dan berpegang teguh pada prinsip identitas
koperasi, dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata serta
peningkatan kesejahteraan bersama. Dari definisi tersebut, maka dapat
dikemukakan bahwa kewirausahaan koperasi merupakan sikap mental
positif dalam berusaha secara koperatif
Tugas utama wirakop adalah mengambil prakarsa inovatif, artinya
berusaha mencari, menemukan, dan memanfaatkan peluang yang ada
demi kepentingan bersama. Kewirausahaan dalam koperasi dapat
dilakukan oleh anggota, manajer birokrat yang berperan dalam
pembangunan koperasi dan katalis, yaitu orang yang peduli terhadap
pengembangan koperasi

Pengurus

Pengurus koperasi dipilih dari kalangan dan oleh anggota dalam suatu
rapat anggota. Ada kalanya rapat anggota tersebut tidak berhasil memilih
seluruh anggota Pengurus dari kalangan anggota sendiri. Hal demikian
umpamanya terjadi jika calon-calon yang berasal dari kalangan-kalangan
anggota sendiri tidak memiliki kesanggupan yang diperlukan untuk
memimpin koperasi yang bersangkutan, sedangkan ternyata bahwa yang
dapat memenuhi syarat-syarat ialah mereka yang bukan anggota atau
belum anggota koperasi (mungkin sudah turut dilayani oleh koperasi akan
tetapi resminya belum meminta menjadi anggota)

Koperasi di Indonesia

Koperasi di Indonesia, menurut UU tahun 1992, didefinisikan sebagai


badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas
asas kekeluargaan.[4] Di Indonesia, prinsip koperasi telah dicantumkan
dalam UU No. 12 Tahun 1967 dan UU No. 25 Tahun 1992. Prinsip
koperasi di Indonesia kurang lebih sama dengan prinsip yang diakui dunia
internasional dengan adanya sedikit perbedaan, yaitu adanya penjelasan
mengenai SHU (Sisa Hasil Usaha)

Sejarah koperasi di Indonesia

Logo Gerakan Koperasi Indonesia


Sejarah singkat gerakan koperasi bermula pada abad ke-20 yang pada
umumnya merupakan hasil dari usaha yang tidak spontan dan tidak
dilakukan oleh orang-orang yang sangat kaya. Koperasi tumbuh dari
kalangan rakyat, ketika penderitaan dalam lapangan ekonomi dan sosial
yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme semakin memuncak. Beberapa
orang yang penghidupannya sederhana dengan kemampuan ekonomi
terbatas, terdorong oleh penderitaan dan beban ekonomi yang sama,
secara spontan mempersatukan diri untuk menolong dirinya sendiri dan
manusia sesamanya.

Pada tahun 1896 seorang Pamong Praja Patih R.Aria Wiria Atmaja di
Purwokerto mendirikan sebuah Bank untuk para pegawai negeri (priyayi).
Ia terdorong oleh keinginannya untuk menolong para pegawai yang makin
menderita karena terjerat oleh lintah darat yang memberikan pinjaman
dengan bunga yang tinggi. Maksud Patih tersebut untuk mendirikan
koperasi kredit model seperti di Jerman. Cita-cita semangat tersebut
selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode, seorang asisten
residen Belanda. De Wolffvan Westerrode sewaktu cuti berhasil
mengunjungi Jerman dan menganjurkan akan mengubah Bank
Pertolongan Tabungan yang sudah ada menjadi Bank Pertolongan,
Tabungan dan Pertanian. Selain pegawai negeri juga para petani perlu
dibantu karena mereka makin menderita karena tekanan para pengijon. Ia
juga menganjurkan mengubah Bank tersebut menjadi koperasi. Di
samping itu ia pun mendirikan lumbung-lumbung desa yang
menganjurkan para petani menyimpan pada pada musim panen dan
memberikan pertolongan pinjaman padi pada musim paceklik. Ia pun
berusaha menjadikan lumbung-lumbung itu menjadi Koperasi Kredit
Padi. Tetapi Pemerintah Belanda pada waktu itu berpendirian lain. Bank
Pertolongan, Tabungan dan Pertanian dan Lumbung Desa tidak dijadikan
Koperasi tetapi Pemerintah Belanda membentuk lumbung-lumbung desa
baru, bank –bank Desa , rumah gadai dan Centrale Kas yang kemudian
menjadi Bank Rakyak Indonesia (BRI). Semua itu adalah badan usaha
Pemerntah dan dipimpin oleh orang-orang Pemerintah.
Pada zaman Belanda pembentuk koperasi belum dapat terlaksana
karena:

1. Belum ada instansi pemerintah ataupun badan non pemerintah yang


memberikan penerangan dan penyuluhan tentang koperasi.
2. Belum ada Undang-Undang yang mengatur kehidupan koperasi.
Pemerintah jajahan sendiri masih ragu-ragu menganjurkan koperasi
karena pertimbangan politik, khawatir koperasi itu akan digunakan oleh
kaum politik untuk tujuan yang membahayakan pemerintah jajahan itu.

Pada tahun 1908, Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo
memberikan peranan bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki
kehidupan rakyat. Pada tahun 1915 dibuat peraturan Verordening op de
Cooperatieve Vereeniging, dan pada tahun 1927 Regeling Inlandschhe
Cooperatieve.

Pada tahun 1927 dibentuk Serikat Dagang Islam, yang bertujuan untuk
memperjuangkan kedudukan ekonomi pengusah-pengusaha pribumi.
Kemudian pada tahun 1929, berdiri Partai Nasional Indonesia yang
memperjuangkan penyebarluasan semangat koperasi.

Namun, pada tahun 1933 keluar UU yang mirip UU no. 431 sehingga
mematikan usaha koperasi untuk yang kedua kalinya. Pada tahun 1942
Jepang menduduki Indonesia. Jepang lalu mendirikan koperasi kumiyai.
Awalnya koperasi ini berjalan mulus. Namun fungsinya berubah drastis
dan menjadi alat Jepang untuk mengeruk keuntungan, dan
menyengsarakan rakyat Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan


koperasi di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di
Tasikmalaya. Hari ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi
Indonesia

Fungsi dan peran koperasi Indonesia


Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa
koperasi memiliki fungsi dan peranan antara lain yaitu mengembangkan
potensi dan kemampuan ekonomi anggota dan masyarakat, berupaya
mempertinggi kualitas kehidupan manusia, memperkokoh perekonomian
rakyat, mengembangkan perekonomian nasional, serta mengembangkan
kreativitas dan jiwa berorganisasi bagi pelajar bangsa

Koperasi berlandaskan hukum


Koperasi berbentuk Badan Hukum menurut Undang-Undang No.12 tahun
1967 adalah [Organisasi] ekonomi rakyat yang berwatak sosial,
beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang merupakan
tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama, berdasarkan asas
kekeluargaan. Kinerja koperasi khusus mengenai perhimpunan, koperasi
harus bekerja berdasarkan ketentuan undang-undang umum mengenai
organisasi usaha (perseorangan, persekutuan, dsb.) serta hukum dagang
dan hukum pajak

Arti Lambang Koperasi

Arti dari Lambang :

No Lambang Arti
Upaya keras yang ditempuh secara terus
menerus. Hanya orang yang pekerja keras
1 Gerigi roda/ gigi roda
yang bisa menjadi calon Anggota dengan
memenuhi beberapa persyaratannya.
2 Rantai (di sebelah kiri) Ikatan kekeluargaan, persatuan dan
persahabatan yang kokoh. Bahwa anggota
sebuah Koperasi adalah Pemilik Koperasi
tersebut, maka semua Anggota menjadi
bersahabat, bersatu dalam kekeluargaan, dan
yang mengikat sesama anggota adalah hukum
yang dirancang sebagai Anggaran Dasar (AD) /
Anggaran Rumah Tangga (ART) Koperasi.
Dengan bersama-sama bersepakat mentaati
AD/ART, maka Padi dan Kapas akan mudah
diperoleh.
Kemakmuran anggota koperasi secara khusus
dan rakyat secara umum yang diusahakan oleh
koperasi. Kapas sebagai bahan dasar sandang
Kapas dan Padi (di
3 (pakaian), dan Padi sebagai bahan dasar
sebelah kanan)
pangan (makanan). Mayoritas sudah disebut
makmur-sejahtera jika cukup sandang dan
pangan.
Keadilan sosial sebagai salah satu dasar
koperasi. Biasanya menjadi simbol hukum.
Semua Anggota koperasi harus adil dan
4 Timbangan seimbang antara "Rantai" dan "Padi-Kapas",
antara "Kewajiban" dan "Hak". Dan yang
menyeimbangkan itu adalah Bintang dalam
Perisai.
Dalam perisai yang dimaksud adalah Pancasila,
merupakan landasan idiil koperasi. Bahwa
Anggota Koperasi yang baik adalah yang
5 Bintang dalam perisai mengindahkan nilai-nilai keyakinan dan
kepercayaan, yang mendengarkan suara
hatinya. Perisai bisa berarti "tubuh", dan
Bintang bisa diartikan "Hati".
6 Pohon Beringin Simbol kehidupan, sebagaimana pohon dalam
Gunungan wayang yang dirancang oleh Sunan
Kalijaga. Dahan pohon disebut kayu (dari
bahasa Arab "Hayyu"/kehidupan). Timbangan
dan Bintang dalam Perisai menjadi nilai hidup
yang harus dijunjung tinggi.
Koperasi yang dimaksud adalah koperasi rakyat
Indonesia, bukan Koperasi negara lain. Tata-
7 Koperasi Indonesia kelola dan tata-kuasa perkoperasian di luar
negeri juga baik, namun sebagai Bangsa
Indonesia harus punya tata-nilai sendiri.
Warna merah dan putih yang menjadi
8 Warna Merah Putih background logo menggambarkan sifat nasional
Indonesia.

Referensi
1. O'Sullivan, Arthur (2003). Economics: Principles in action. Upper Saddle
River, New Jersey 07458: Pearson Prentice Hall. hlm. 202. ISBN 0-13-
063085-3.

2. Ningsih, Murni Iran Koperasi

3. Hans, Prinsip-prinsip Koperasi dan Undang-undang Koperasi, Direktorat


Jenderal Koperasi, 1980

4. Hendar & Kusnadi, Ekonomi Koperasi, Lembaga Penerbit FEUI, 2005, hal
18-23

5. Hendar & Kusnadi, Ekonomi Koperasi, Lembaga Penerbit FEUI, 2005, hal
206-216

6. Djazh, Dahlan Pengtahuan Koprasi (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1980) hlm.


162,163

7. Djazh, Dahlan Pengetahuan Koperasi (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1980)


hlm. 16

8. Kementrian Koperasi dan UKM, 24 Juni 2011

9. Djazh, Dahlan Pengtahuan Perkoprasian (Jakarta: PN Balai Pustaka,


1977) hlm. 26,27
10. Nunkener, Hans M Hukum Koperasi (Bandung: Alumni, 1981) hlm.12

11. Chaniago, Arifinal Ekonomi dan Koperasi(Bandung : CV Rosda Bandung


1983) hlm. 29

Anda mungkin juga menyukai