Di kawasan Asia Pasifik hal serupa ini juga terjadi sehingga pada
tahun 1990 diadakan Konferensi Pertama Para Menteri-Menteri yang
bertanggung jawab dibidang koperasi di Sydney, Australia. Pertemuan ini
adalah kejadian kali pertama untuk menjembatani aspirasi gerakan
koperasi yang dimotori oleh ICA-Regional Office of The Asian dan Pacific
dengan pemerintah. Pertemuan ini telah melicinkan jalan bagi komunikasi
dua arah dan menjadi pertemuan regional yang reguler setelah Konferensi
ke II di Jakarta pada tahun 1992. Pesan Jakarta yang terpenting adalah
hubungan pemerintah dan gerakan koperasi terjadi karena kesamaan
tujuan antara negara dan gerakan koperasi, namun harus diingat program
bersama tidak harus mematikan inisiatif dan kemurnian koperasi. Pesan
kedua adalah kerjasama antara koperasi dan swasta (secara khusus
disebut penjualan saham kepada koperasi) boleh dilakukan sepanjang
tidak menimbulkan erosi pada prinsip dan nilai dasar koperasi.
Pada tahun 1896 seorang Pamong Praja Patih R.Aria Wiria Atmaja
di Purwokerto mendirikan sebuah Bank untuk para pegawai negri (priyayi).
Ia terdorong oleh keinginanmya untuk menolong para pegawai yang
makin menderita karena terjerat oleh lintah darat yang memberikan
pinjaman dengan bunga yang tinggi.Maksud Patih tersebut untuk
mendirikan koperasi kredit model seperti di Jerman. Ia dibantu oleh
seorang asisten Residen Belanda (Pamong Praja Belanda) Assisten-
Residen itu sewaktu cuti berhasil mengunjungi Jerman dan menganjurkan
akan mengubah Bank Pertolongan Tabungan yang sudah ada menjadi
Bak Pertolongan, Tabungan dan Pertanian. Selain pegawai negeri juga
para petani perlu dibantu karena mereka makin menderita karena tekana
para pengijon (pelepan uang). Ia juga menganjurkan merubah Bank
tersebut menjadi koperasi. Di samping itu ia pun mendirikan lumbung-
lumbung desa yang menganjurkan para petani menyimpan pada pada
musim panen dan memberikan pertolongan pinjaman padi pada musim
paceklik Ia pun berusaha menjadikan lumbung-lumbung itu menjadi
Koperasi Kredit Padi Tetapi Pemerintah Belanda pada waktu itu
berpendirian lain. Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian dan
Lumbung Desa tidak dijadikan Koperasi tetapi Pemerintah Belanda
membentuk lumbung-lumbung desa baru, bank –bank Desa , rumah gadai
dan Centrale Kas yang kemudian menjadi Bank Rakyak Indonesia (BRI).
Semua itu adalah badan usaha Pemerintah dan dipimpin oleh orang-
orang Pemerintah.
1. Tujuan Koperasi
Koperasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Hal ini
diperoleh dengan adanya pembagian Sisa Hasil Usaha(SHU) kepada
para anggotanya. Tujuan koperasi ini membedakan koperasi dengan
badan usaha lainnya. Secara umum badan usaha lainnya bertujuan untuk
memperoleh keuntungan sebesar- besarnya.
2. Manfaat Koperasi
Berikut ini beberapa manfaat koperasi:
a. Memenuhi kebutuhan anggotanya dengan harga yang relatif murah.
b. Memberikan kemudahan bagi anggotanya untuk memperoleh modal
usaha.
c. Memberikan keuntungan bagi anggotanya melalui Sisa Hasil Usaha
(SHU).
d. Mengembangkan usaha anggota koperasi.
e. Meniadakan praktik rentenir.
3. Prinsip Koperasi
Menurut UU No 25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip koperasi
yaitu:
a. Keanggotaan bersifat suka rela dan terbuka.
b. Pengelolaan dilakukan secara Demokratis.
c. Pembagian SHU dilakukan secara adil dan sebanding dengan besarnya
jasa usaha masing-masung anggota(andil anggota tersebut dalam
koperasi).
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
e. Kemandirian.
f. Pendidikan perkoperasian.
g. Kerjasama antar koperasi.
4. Kelengkapan Koperasi
Susunan koperasi berikut ini:
a. Anggota koperasi
Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi.
Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota
koperasi yang memiliki lingkup yang lebih luas.
b. Pengurus koperasi
dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat anggota, tugas pengurus
koperasi, mengelola koperasi dan anggotanya, mengajukan rancangan
kerja koperasi, dan membuat laporan keuangan dan pertanggung
jawabannya.
c. Pengawas Koperasi
pengawas koperasi bertugas untuk mengawasi jalannya koperasi.
d. Rapat Anggota
Rapat anggota menjadi pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi.
Rapat anggota dilakukan untuk meminta pertanggungjawaban pengurus
dan pengawas dalam hal pengelolaan koperasi. Rapat anggota juga
menetapkan anggaran dasar, mengesahkan rencana kerja, menetapkan
pembagian SHU, serta memilih mengangkat dan memberhentikan
pengurus dan pengawas koperasi.
5. Jenis-Jenis Koperasi
Koperasi secara umum dapat dikelompokkan menjadi koperasi
konsumen,koperasi produsen,dan koperasi kredit usaha (jasa keuangan).
Koperasi dapt pula dikelompokkan berdasarkan jenis usahanya, yaitu
sebagai berikut:
a. Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang melayani kegiatan
peminjaman dan penyimpanan uang para anggotanya.
b. Koperasi konsumsi adalah koperasi yang usahanya memenuhi
kebutuhan sehari-hari anggota koperasi.
c. e. Koperasi produksi adalah koperasi yang anggotanya menghasilkan
produk dan kemudian dijual atau dipasarkan melalui koperasi.
Prinsip-prinsip koperasi
1. Rapat Anggota
2. Pengurus Pengawas
o Simpanan wajib
o Dana cadangan
o Hibah
2. MODAL PINJAMAN
o Sumber dari Koperasi lain
o Bank
Landasan Koperasi
Landasan operasional:
Koperasi Konsumsi
Koperasi ini menjual barang-barang keutuhan sehari-hari kepada
masyarakat, atau koperasi yang mengelola unit usaha pertokoan.
Koperasi Produksi
Operasi Jasa
Meskipun sudah berusia 60 tahun lebih dan 61 tahun pada tanggal 12 Juli
2008 nanti) apa itu Koperasi belum begitu dipahami dengan benar oleh
bangsa Indonesia. Bahkan banyak paara anggota Koperasi yang belum
tahu makna dari mahluk yang bernama Koperasi ini.
Koperasi:
Prinsip-prinsip Koperasi
5. Kemandirian.
6. Pendidikan perkoperasian.
Prinsip yang dianut oleh gerakan Koperasi internasional saat ini adalah
yang dicetuskan pada kongres ICA (International Cooperative Alliance)
di Mancchester, Inggris pada tanggal 23 September 1995.
Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1992
tentang Perkoperasian, dikatakan bahwa KOPERASI adalah badan usaha
yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum Koperasi dengan
berlandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Sementara itu dalam Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945 (sebelum diamandemen) kata KOPERASI ini disebut dan
dicantumkan dalam penjelasan pasal 33. Namun setelah amandemen,
penjelasan atas pasal-pasal dari UUD 1945 dimasukkan dalam batang
tubuh. Entah sengaja atau karena khilaf, ternyata kata KOPERASI ini tidak
ikut masuk. Alias ketinggalan atau malah ditinggalkan?
Nampaknya para penyusun UU No. 22 Tahun 1992 itu (Presiden dan
DPR) sudah lupa bahwa para founding father kita bercita-cita untuk
menjadikan KOPERASI sebagai sokoguru perekonomian Indonesia.
KOPERASI dianggap sebagai badan usaha yang terlalu banyak merepoti
pemerintah. Karena banyak kredit program yang diterima KOPERASI
(utamanya KUD) raib diselewengkan pengelolanya.
Namun kenyataan di lapangan, berbicara lain. Saat Indonesia mengalami
krisis berkepanjangan, justru eksistensi KOPERASI nampak nyata. Saat
hampir semua bank-bank besar macam BCA, Bank Lippo (bank swasta) ,
maupun bank pemerintah: Bank Bumi Daya, Bank Bapindo dan Bank
Dagang Negara (yang kemudian ketiga bank terakhir dilebur menjadi
Bank Mandiri) dan banyak bank lain pada colaps, KOPERASI masih bisa
menjadi tumpuan anggota dan masyarakatnya dalam hal melayani
keperluan modal.
Tak bisa dibayangkan, manakala saat itu, selain bank, KOPERASI juga
ikut colaps, pasti akan semakin banyak jumlah angkatan kerja yang
mengalami PHK.
Meskipun demikian, sampai sekarang, di mata perbankan, posisi tawar
KOPERASI masih dipandang sebelah mata. Untuk bisa memperoleh
kredit, di banyak bank, perlu KOPERASI melengkapi banyak persyaratan
yang sering merepotkan. Memang banyak KOPERASI yang nakal. Tapi
masih lebih banyak KOPERASI yang baik.
KOPERASI dan koperasi, dalam praktek, ada bedanya. KOPERASI (yang
sejati) dibentuk dari, oleh dan untuk memenuhi kebutuhan anggota.
Sementara koperasi dibentuk seorang seorang pemodal yang ingin
memutar uangnya di koperasi. Hal ini dimungkinkan, karena untuk
membentuk koperasi, pasca reformasi, sangatlah mudah.
Dulu, badan hukum KOPERASI harus disahkan oleh Kantor Wilayah
Koperasi Propinsi Jawa Timur, selaku wakil dari Pemerintah. Sekarang,
cukup disahkan oleh Dinas Koperasi Kabupaten/Kota saja.
Sejatinya KOPERASI dibentuk demi untuk kesejahteraan anggotanya.
Sementara koperasi dibentuk demi keuntungan pemodal semata.
Ibaratnya PT berbaju koperasi. Bahkan, tak jarang, mereka (para
pemodal) itu rela membeli badan hukum KOPERASI yang sudah tidak
aktif lagi dengan nilai tak kurang dari puluhan juta rupiah.
Kemandirian
Pendidikan perkoperasian
Koperasi Sekunder
Adalah koperasi yang terdiri dari gabungan badan-badan koperasi serta
memiliki cakupan daerah kerja yang luas dibandingkan dengan koperasi
primer. Koperasi sekunder dapat dibagi menjadi :
Keunggulan koperasi
Kewirausahaan koperasi
Pengurus
Pengurus koperasi dipilih dari kalangan dan oleh anggota dalam suatu
rapat anggota. Ada kalanya rapat anggota tersebut tidak berhasil memilih
seluruh anggota Pengurus dari kalangan anggota sendiri. Hal demikian
umpamanya terjadi jika calon-calon yang berasal dari kalangan-kalangan
anggota sendiri tidak memiliki kesanggupan yang diperlukan untuk
memimpin koperasi yang bersangkutan, sedangkan ternyata bahwa yang
dapat memenuhi syarat-syarat ialah mereka yang bukan anggota atau
belum anggota koperasi (mungkin sudah turut dilayani oleh koperasi akan
tetapi resminya belum meminta menjadi anggota)
Koperasi di Indonesia
Pada tahun 1896 seorang Pamong Praja Patih R.Aria Wiria Atmaja di
Purwokerto mendirikan sebuah Bank untuk para pegawai negeri (priyayi).
Ia terdorong oleh keinginannya untuk menolong para pegawai yang makin
menderita karena terjerat oleh lintah darat yang memberikan pinjaman
dengan bunga yang tinggi. Maksud Patih tersebut untuk mendirikan
koperasi kredit model seperti di Jerman. Cita-cita semangat tersebut
selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode, seorang asisten
residen Belanda. De Wolffvan Westerrode sewaktu cuti berhasil
mengunjungi Jerman dan menganjurkan akan mengubah Bank
Pertolongan Tabungan yang sudah ada menjadi Bank Pertolongan,
Tabungan dan Pertanian. Selain pegawai negeri juga para petani perlu
dibantu karena mereka makin menderita karena tekanan para pengijon. Ia
juga menganjurkan mengubah Bank tersebut menjadi koperasi. Di
samping itu ia pun mendirikan lumbung-lumbung desa yang
menganjurkan para petani menyimpan pada pada musim panen dan
memberikan pertolongan pinjaman padi pada musim paceklik. Ia pun
berusaha menjadikan lumbung-lumbung itu menjadi Koperasi Kredit
Padi. Tetapi Pemerintah Belanda pada waktu itu berpendirian lain. Bank
Pertolongan, Tabungan dan Pertanian dan Lumbung Desa tidak dijadikan
Koperasi tetapi Pemerintah Belanda membentuk lumbung-lumbung desa
baru, bank –bank Desa , rumah gadai dan Centrale Kas yang kemudian
menjadi Bank Rakyak Indonesia (BRI). Semua itu adalah badan usaha
Pemerntah dan dipimpin oleh orang-orang Pemerintah.
Pada zaman Belanda pembentuk koperasi belum dapat terlaksana
karena:
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo
memberikan peranan bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki
kehidupan rakyat. Pada tahun 1915 dibuat peraturan Verordening op de
Cooperatieve Vereeniging, dan pada tahun 1927 Regeling Inlandschhe
Cooperatieve.
Pada tahun 1927 dibentuk Serikat Dagang Islam, yang bertujuan untuk
memperjuangkan kedudukan ekonomi pengusah-pengusaha pribumi.
Kemudian pada tahun 1929, berdiri Partai Nasional Indonesia yang
memperjuangkan penyebarluasan semangat koperasi.
Namun, pada tahun 1933 keluar UU yang mirip UU no. 431 sehingga
mematikan usaha koperasi untuk yang kedua kalinya. Pada tahun 1942
Jepang menduduki Indonesia. Jepang lalu mendirikan koperasi kumiyai.
Awalnya koperasi ini berjalan mulus. Namun fungsinya berubah drastis
dan menjadi alat Jepang untuk mengeruk keuntungan, dan
menyengsarakan rakyat Indonesia.
No Lambang Arti
Upaya keras yang ditempuh secara terus
menerus. Hanya orang yang pekerja keras
1 Gerigi roda/ gigi roda
yang bisa menjadi calon Anggota dengan
memenuhi beberapa persyaratannya.
2 Rantai (di sebelah kiri) Ikatan kekeluargaan, persatuan dan
persahabatan yang kokoh. Bahwa anggota
sebuah Koperasi adalah Pemilik Koperasi
tersebut, maka semua Anggota menjadi
bersahabat, bersatu dalam kekeluargaan, dan
yang mengikat sesama anggota adalah hukum
yang dirancang sebagai Anggaran Dasar (AD) /
Anggaran Rumah Tangga (ART) Koperasi.
Dengan bersama-sama bersepakat mentaati
AD/ART, maka Padi dan Kapas akan mudah
diperoleh.
Kemakmuran anggota koperasi secara khusus
dan rakyat secara umum yang diusahakan oleh
koperasi. Kapas sebagai bahan dasar sandang
Kapas dan Padi (di
3 (pakaian), dan Padi sebagai bahan dasar
sebelah kanan)
pangan (makanan). Mayoritas sudah disebut
makmur-sejahtera jika cukup sandang dan
pangan.
Keadilan sosial sebagai salah satu dasar
koperasi. Biasanya menjadi simbol hukum.
Semua Anggota koperasi harus adil dan
4 Timbangan seimbang antara "Rantai" dan "Padi-Kapas",
antara "Kewajiban" dan "Hak". Dan yang
menyeimbangkan itu adalah Bintang dalam
Perisai.
Dalam perisai yang dimaksud adalah Pancasila,
merupakan landasan idiil koperasi. Bahwa
Anggota Koperasi yang baik adalah yang
5 Bintang dalam perisai mengindahkan nilai-nilai keyakinan dan
kepercayaan, yang mendengarkan suara
hatinya. Perisai bisa berarti "tubuh", dan
Bintang bisa diartikan "Hati".
6 Pohon Beringin Simbol kehidupan, sebagaimana pohon dalam
Gunungan wayang yang dirancang oleh Sunan
Kalijaga. Dahan pohon disebut kayu (dari
bahasa Arab "Hayyu"/kehidupan). Timbangan
dan Bintang dalam Perisai menjadi nilai hidup
yang harus dijunjung tinggi.
Koperasi yang dimaksud adalah koperasi rakyat
Indonesia, bukan Koperasi negara lain. Tata-
7 Koperasi Indonesia kelola dan tata-kuasa perkoperasian di luar
negeri juga baik, namun sebagai Bangsa
Indonesia harus punya tata-nilai sendiri.
Warna merah dan putih yang menjadi
8 Warna Merah Putih background logo menggambarkan sifat nasional
Indonesia.
Referensi
1. O'Sullivan, Arthur (2003). Economics: Principles in action. Upper Saddle
River, New Jersey 07458: Pearson Prentice Hall. hlm. 202. ISBN 0-13-
063085-3.
4. Hendar & Kusnadi, Ekonomi Koperasi, Lembaga Penerbit FEUI, 2005, hal
18-23
5. Hendar & Kusnadi, Ekonomi Koperasi, Lembaga Penerbit FEUI, 2005, hal
206-216