Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN SKILL LABORATORIUM

PENGANTAR ANALISA KUALITAS LINGKUNGAN

(PEMERIKSAAN KUALITAS FISIK AIR SUMUR DI WILAYAH


KEMUNING)

Oleh:
KELOMPOK 12

Agoestina Try Setyawati 1810912320012


Diny Febrianita 1810912320024
Endah Puspita 1810912120015
Karina Nurfatma Apriani 1810912320016
Nina Fitriana 1810912220023

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“PEMERIKSAAN KUALITAS FISIK AIR SUMUR DI WILAYAH
KEMUNING”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah analisis
kesehatan lingkungan pada program studi Kesehatan Masyarakat di Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Keprihatinan penulis
akan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan lingkungan menjadi
alasan lain mengapa makalah ini dibuat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis
berharap akan adanya kritikan dan saran yang membangun atas makalah ini. Penulis
berharap penelitian ini bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan, khususnya ilmu
kesehatan masyarakat.

Banjarbaru, November 2019

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Tujuan Penelitian .............................................................. 3
C. Batasan Masalah................................................................ 3
D. Metode Penulisan .............................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Air Sumur ............................................................ 4
B. Karakteristik Air Bersih dan Standar Kualitas Air Bersih 6
C. Peran Air Dalam Kehidupan ............................................. 7
D. Dampak Air Tercemar....................................................... 8
BAB III KONDISI EKSISTING
A. Daerah Studi ...................................................................... 10
B. Kependudukan................................................................... 10
C. Potensi Pencemaran .......................................................... 10
D. Gambaran Puskesmas dan Program .................................. 10
E. Program Kesehatan Lingkungan ....................................... 11
F. Data Penyakit .................................................................... 11
BAB IV ANALISIS HASIL
A. Identifikasi Masalah .......................................................... 17
B. Analisa Risiko ................................................................... 18
C. Perancangan Program........................................................ 18
D. Rekomendasi ..................................................................... 19
BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan ........................................................................ 19
b. Saran .................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Sampel Air Di Sumur
Daerah Kemuning ....................................................................... 12
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan pH Pada Sampel Air Di Sumur
Daerah Kemuning ....................................................................... 13
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Suhu Pada Sampel Air Di Sumur
Daerah Kemuning ....................................................................... 13
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Dissolved Oxygen (DO) Pada
Sampel Air Di Sumur Daerah Kemuning ................................... 14
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Total Dissolved Solids (TDS)
Pada Sampel Air Di Sumur Daerah Kemuning .......................... 15
Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Kekeruhan Pada Sampel
Air Di Sumur Daerah Kemuning ................................................ 16

iv
ABSTRAK

Kualitas air minum sangat penting untuk kesehatan masyarakat. Air


merupakan bagian unsur dari jalinan kehidupan kota, yang menyediakan makanan
dan sanitasi, perdagangan, dan konektivitas. Seiring dengan pertumbuhan
penduduk yang semakin padat, kebutuhan air juga semakin meningkat. Sumber air
yang digunakan oleh masyarakat adalah air tanah. Di antara penyakit-penyakit lain,
infeksi yang ditularkan melalui air menyebabkan diare, yang membunuh hampir
satu juta orang setiap tahun. Kebanyakan penderita adalah anak-anak di bawah usia
lima tahun. Diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama dari
masyarakat di Indonesia. Angka morbiditas dan mortalitas pada penyakit diare
sebesar 23% di seluruh dunia terutama di negara berkembang. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis kualitas air bersih secara fisik dan kimia
pada Sumur di daerah Kemuning. Metode yang digunakan yaitu dengan melakukan
observasi serta wawancara langsung dengan pemilik rumah terkait air sumur yang
digunakan dan dibantu oleh data-data pendukung yang diperoleh dari Puskemas
berupa data penyakit tertinggi dan program kerja Puskesmas. Berdasarkan hasil
analisa data yang diperoleh, kejadian diare di Puskesmas Sungai Besar termasuk
dalam 10 kasus tertinggi, dimana penyakit diare dengan jumlah 12 kunjungan. Hasil
penelitian air sumur yang dilakukan di tiga titik sekitaran puskesmas Sungai Besar
tersebut ditemukan bahwa pada titik sampel 1 nilai PH-nya adalah 5,4, kekeruhan
airnya 1,93 dan nilai pada TDS meter diperoleh nilai sebesar 89. Pada titik 2
ditemukan nilai PH-nya 4,7, kekeruhan airnya 0,66 dan nilai TDS meternya yaitu
43. Titik sampel 3 ditemukan nilai PH sebesar 6,7, kekeruhan airnya yaitu 0,37 dan
Nilai TDS meternya 21.

Kata kunci: Air sumur, Kualitas Air.

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kualitas air minum sangat penting untuk kesehatan masyarakat. Meskipun
perbaikan dalam beberapa dekade terakhir, akses ke air minum yang berkualitas
baik tetap menjadi isu penting. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa
hampir 10% dari populasi di dunia tidak memiliki akses ke peningkatan sumber air
minum. Salah satu Goals PBB Pembangunan Berkelanjutan adalah untuk
memastikan tidak memiliki akses ke peningkatan sumber air minum, untuk
memastikan tidak memiliki akses ke peningkatan sumber air minum, dan untuk
memastikan akses universal terhadap air dan sanitasi pada tahun 2030 (Levallois,
2019).
Di antara penyakit lain, infeksi yang ditularkan melalui air menyebabkan
diare, yang membunuh hampir satu juta orang setiap tahun. Kebanyakan penderita
adalah anak-anak di bawah usia lima tahun. Pada saat yang sama, polusi kimia
adalah kekhawatiran yang sedang berlangsung yang mana telah membunuh hampir
satu juta orang setiap tahun, khususnya di negara-negara industri dan semakin di
negara-negara rendah dan menengah pendapatan (LMICs). Paparan bahan kimia
dalam air minum dapat menyebabkan berbagai penyakit kronis (misalnya, kanker
dan penyakit kardiovaskular), hasil reproduksi yang merugikan dan efek pada
kesehatan anak-anak (misalnya, neurodevelopment), antara efek kesehatan lainnya
(Levallois, 2019).
Untuk daya tahan manusia, air seharusnya menjadi komponen yang sangat
diperlukan. Akses ke air minum yang aman dan sehat adalah hak asasi manusia dan
tantangan global serta tujuan utama untuk pembangunan berkelanjutan. Sekitar 884
juta orang di seluruh dunia tidak memiliki akses ke air minum yang aman dan
sekitar 1,8 miliar orang minum air kotor. Menurut 2015 laporan penilaian dari
Millennium Development Goals (MDGs), sekitar 663 juta orang di seluruh dunia
masih tidak memiliki air minum yang aman dan di antara mereka delapan dari orang
sepuluh adalah milik masyarakat pedesaan. Indonesia adalah di antara beberapa
negara yang telah diberkati oleh sumber daya alam air. Tapi dengan berlalunya di

1
2

waktu, baik kualitas dan kuantitas permukaan dan air tanah memburuk (Saleem et
al, 2018).

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kualitas air bersih
secara fisik dan kimia pada Sumur di daerah Kemuning.
b. Tujuan khusus
1. Menganalisis kualitas fisik air yaitu parameter suhu dari air sumur di
daerah Kemuning.
2. Menganalisis kualitas kimia air yaitu parameter derajat keasamaan (pH)
dari air sumur di daerah Kemuning.
3. Menganalisis kualitas fisik air yaitu parameter TDS dari air sumur di
daerah kemuning.
4. Menganalisis kualitas fisik air yaitu parameter DO dari air sumur di daerah
Kemuning.
5. Menganalisis kualitas fisik air yaitu parameter kekeruhan dari air sumur di
daerah Kemuning
6. Mengetahui ukuran kedalaman serta diameter dari air sumur di daerah
Kemuning.

C. Batasan Masalah
Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya
penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih
terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan
tercapai. Beberapa batasan masalah dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Luas lingkup yang meliputi informasi seputar menganalisis kualitas air
bersih secara fisik dan kimia serta mengetahui ukuran kedalaman dan
diameter dari sumur di daerah Kemuning.
2. Informasi yang disajikan yaitu kualitas fisik dan kimia air meliputi
parameter suhu, TDS, DO, derajat keasamaan (pH) dan kekeruhan dari air
sumur di daerah Kemuning.
3

D. Metode Penulisan
Dalam melakukan penulisan ini ada beberapa metode yang dilakukan yaitu:
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan ataupun kerja
yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
b. Wawancara
Yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pemilik
rumah.
2. Data-Data yang Dibutuhkan
Jenis data yang dikumpulkan dalam penulisan karya tulis ini
adalah:
a. Data primer
Berupa data yang diperoleh langsung dari wawancara dengan
pemilik rumah.
b. Data sekunder
Berupa data-data pendukung yang diperoleh dari Puskesmas berupa
data penyakit tertinggi dan program kerja Puskesmas.
3. Metode Analisa Data
Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode deskriftif kualitatif. Metode deskriftif kualitatif
adalah metode analisis dengan terlebih dahulu mengumpulkan data yang
didapat dari hasil penelitian berupa fakta-fakta verbal atau keterangan
saja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Air Sumur


Air merupakan bagian unsur dari jalinan kehidupan kota, yang menyediakan
makanan dan sanitasi, perdagangan, dan konektivitas (Rietveld el al, 2016). Seiring
dengan pertumbuhan penduduk yang semakin padat, kebutuhan air juga semakin
meningkat. Sumber air yang digunakan oleh masyarakat adalah air tanah. Air tanah
merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi manusia yang
ketersediaannya juga semakin berkurang akibat bertambahnya penduduk (Maryand
dan Rusli, 2019). Pencemaran pada air tanah merupakan ancaman kesehatan
manusia yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia (Rasool et al, 2016).
Permasalahan di perkotaan terkait sektor air, yang rutin terjadi pada saat hujan
adalah terjadinya luapan air dan menimbulkan genangan ataupun banjir karena
rendahnya resapan air ke dalam tanah (infiltrasi). Namun sebaliknya, ketika musim
kemarau sumber air banyak yang mengalami kekeringan karena cadangan air tanah
permukaan yang ada habis disedot untuk keperluan rumah tangga dan industri
(Maryand dan Rusli, 2019). Sumur merupakan cara yang paling banyak digunakan
oleh penduduk Indonesia untuk mendapatkan sumber air bersih. Agar air sumur
memenuhi syarat kesehatan maka harus dilindungi terhadap bahaya pencemaran.
Sumur yang baik harus memenuhi syarat lokasi dan syarat konsruksi (Pati, 2019).
1. Sumur Gali
Sumur gali merupakan sarana untuk menampung air tanah dari akuifer
(lapisan pembawa air) yang dipergunakan sebagai sumber air baku untuk rumah
tangga dan dibuat dengan cara menggali tanah dengan diameter 80cm-100cm
(Pati, 2019).
Adapun syarat lokasi (Pati, 2019).
a. Penempatan sumur gali untuk umum harus mendapat izin dari pemilik
lahan.
b. Ditempatkan pada lapisan tanah yang mengandung air
bekesinambungan.

4
5

c. Lokasi sumurgali berjarak horizontal minimum 11 meter kearah hulu


dari aliran tanah dari sumber pengotoran.
d. Lokasi sumur gali terhadap perumahan bila dilayari secara komunal
maksimum berjarak 50 meter.
e. Air yang ditampung dalam sumur adalah berasal dari akuifer.
f. Sumur tidak boleh kemasukan air banjir.
g. Adapun syarat kontruksi yaitu (Pati, 2019):
h. Dinding sumur bagian atas sebagai pelindung kselamatan bagi pemakai
dan mencegah pencemaraan, tinggi 80cm dan tebal 1 bata.
i. Dinding sumur bagian bawah mencegah pencemaran dari muka tanah
dan penahan sumur agar tidak terkikis atau longsor dibuat minimal
300cm dari permukaan tanah, kedap air dan ketebalan dinding minimal
½ bata.
j. Lantai sumur untuk menahan dan mencegah pencemaran air buangan ke
dalam sumur sebagai tempat bekerja dengan permukaan tidak licin,
kemiringan 1-5% ke arah slauran pembangunan
k. Saluran pembuangan untuk menyalurkan air buangan ke sarana
pengolahan air buangan dan mencegah tempat biakan bibit penyakit dan
dibuat kedap air, licin, kemiringan 2% kea rah sarana pengolahan air
bersih.
l. Kerikil atau pecahan bata untuk menahan endapan lumpur agar air tidak
kerus sewaktu saat diambil.

2. Sumur Pompa
Secara umum syarat lokasi penempatan sama dengan sumur gali,
sedangkan syarat kontruksi dpat dijelaskan sebagai berikut (Pati, 2019):
a. Saring atau pipa-pipa yang berlobang berada dalam lapisan yang
mengandung air.
b. Lapisan yang kedap air antara permukaan tanah dan pipa saringan
sekurang-kurangnya 3 meter.
c. Lantai sumur yang kedap air ditinggikan 20cm dari permukaan tanah,
lebarnya kurang lebih 1,5 meter sekeliling pompa.
6

d. Saluran pembuangan air limbah harus ditembok kedap air minimal 10


meter panjangnya.
e. Untuk mengambil air dpat dipergunakan pompa tangan atau pompa
listrik.

B. Karakteristik Air Bersih dan Standar Kualitas Air Bersih


Masalah air yang terkait dengan kondisi kesehatan masyarakat secara
keseluruhan, perlu diteliti agar masyarakat tahu kualitas air ditempat tinggalnya
maupun daerah sekitar sehingga dapat meningkatkan kondisi kesehatan bisa lebih
baik, dan aktifitas dan kinerja masyarakat juga akan meningkat (Lestari dan Ziad,
2017). Kualitas air adalah karakteristik mutu diperlukan untuk pemanfaatan tertentu
dari berbagai sumber air (Maryand dan Rusli, 2019). Kualitas air, yaitu sifat air dan
kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain didalam air. Kualitas
air dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan,
padatan terlarut, dan sebagainya), parameter kimia terdiri dari pH, oksigen terlarut,
biological oxygen Demand (BOD), kadar logam, dan sebagainya (Noor dkk, 2019).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 736/MENKES/PER/VI/2010
tentang tata laksana pengawasan air minum, air minum adalah air yang melalui
proses pengolahan yang syarat kesehatan atau tanpa proses pengolahan dan dapat
langsung diminum, dan air bersih yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga
harus memenuhi syaratsyarat tertentu baik secara fisik, biologi, maupun kimia
(Gufran dan Mawardi, 2019).
Adapun kreteria mutu air merupakan suatu dasar baku mengenai syarat
kualitas air yang dapat dimanfaatkan. Baku mutu air adalah suatu peraturan yang
disiapkan oleh suatu negara atau suatu daerah yang bersangkutan. Kualitas air dapat
diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut (Maryand dan
Rusli, 2019). Salah satu penentu terkuat dari kualitas air tanah adalah geologi di
mana bertempat tinggal air tanah (Hukum et al, 2017). Pengujian yang dilakukan
adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan
kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang
diinginkan sesuai peruntukanya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam
kondisi alamiahnya. Parameter fisik dan kimia yang dilakukanpemeriksaan
7

merupakan parameter fisik dan kimia padaair yang bersumber pada air tanah yang
dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia (Maryand dan Rusli, 2019).
Pemerintah Indonesia (melalui Menteri Keshatan) mengeluarkan Peraturan No.
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang persyaratan air minum (Triarmadja, 2019).
Keperluan air minum agar terpenuhi, dapat didapatkan berbagai sumber air
dapat digunakan, antara lain air sungai, air sumur dan air hujan. Air hujan secara
fisik memenuhi persyaratan sebagai air minum karena tidak berbau dan tidak
berwarna, tetapi secara kimiawi air hujan mengandung sedikit mineral, kadar
magnesium & kalsium sangat kurang dan mengandung gas-gas terlarut, serta
rasanya kurang enak. Sedangkan air sumur merupakan salah satu sumber air yang
banyak digunakan sebagai air minum, baik dikota kecil maupun di kota besar. Air
sumur adalah air yang berasal dari air hujan yan meresap ke dalam tanah dan kontak
dengan bermacam-macam zat yang terdapat di dalam lapisan tanah. Umumnya
kualitas air tanah lebih baik dibandingkan air permukaan, karena peresapan air
dalam tanah mengakibatkan terjadinya penyaringan dari bakteri-bakteri atau
organisme lainnya, serta dari segi kimiawi air sumur banyak mengandung mineral
(Lestari dan Ziad, 2017)
Adapun karakteristik air bersih yaitu (Lestari dan Ziad, 2017):
1. Bersih betul, yaitu jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa (asam,
pahit atau payau).
2. Tidak mengandung bibit penyakit / kuman penyakit yang berbahaya,
misalnya bakteri dysentri, cholera, typus.
3. Air tersebut tidak mengandung zat-zat kimia yang berbahaya untuk kesehatan
badan seperti logam berat, ammonium, nitrit, seng, besi dan sebagainya,
yang kadarnya melebihi batas ambang / batas maksimum yang ditetapkan
oleh Departemen Kesehatan RI.

C. Peran Air dalam Kehidupan


Air merupakan salah satu unsur penting yang menjadi kebutuhan utama bagi
makhluk hidup yang berada dimuka bumi (Noor dkk, 2019). Air dapat diartikan
sebagai sumber daya alam yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia
dan makhluk lainnya, fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh
8

senyawa apapun (Pramleonita dkk, 2018). Air merupakan kebutuhan pokok


manusia. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk kebutuhan air bersih juga
ikut meningkat (Mulyadi dkk, 2018). Air sangat diperlukan baik dalam kegiatan
sehari-hari mulai dari memasak, mencuci, mandi, makan dan minum serta kegiatan
lainnya seperti industri dan pertanian. Air yang memiliki kualitas memenuhi syarat
kesehatan dan dapat dikonsumsi setelah dimasak digunakan untuk menunjang
pertumbuhan dan memenuhi kebutuhan manusia (Noor dkk, 2019). Air bersih
merupakan air yang dapat digunakan untuk diminum ataupun air yang digunakan
sebagai pemenuhan kebutuhan lainnya (Yatnawijaya dan Suryokusumo, 2018).

D. Dampak Air Tercemar


Pencemaran air merupakan masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi ataupun komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Sumber pencemar yang paling umum
berasal dari limbah industri, pertanian dan permukiman. Ketika sumber-sumber air
tersebut tercemar maka berbagai kegiatan manusia yang membutuhkan air seperti
untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air
hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata akan
terganggu. Banyaknya sumber air yang ada, air tanah merupakan sumber air yang
sangat perlu untuk dijaga kualitasnya, karena kebanyakan masyarakat
menggunakan air tanah yang berasal dari sumur gali atau sumur bor untuk
kebutuhan seharihari seperti, untuk air minum, mengolah makanan, dan lain
sebagainya (Gufran dan Mawardi, 2019). Kualitas air minum sangat penting untuk
kesehatan masyarakat. Meskipun perbaikan dalam beberapa dekade terakhir, akses
ke air minum yang berkualitas baik tetap menjadi isu penting. Organisasi Kesehatan
Dunia memperkirakan bahwa hampir 10% dari populasi di dunia tidak memiliki
akses ke peningkatan sumber air minum, dan salah satu Goals PBB pembangunan
berkelanjutan adalah untuk memastikan akses universal terhadap air dan sanitasi
pada tahun 2030 (Levallois etl, 2019).
Dampak yang ditimbulkan dari tingginya pertumbuhan penduduk dan
pembangunan di segala bidang adalah terjadinya perubahan fungsi lahan yang
9

semula berupa lahan terbuka hijau dan hutan berubah menjadi kawasan
pemukiman, industri, pariwisata dan pembangunan lainnya. Kawasan lindung yang
berfungsi sebagai kawasan resapan akan semakin menyempit karena pertumbuhan
penduduk (Maryand dan Rusli, 2019). Dampak bagi kesehatan akibat pencemaran
air secara umum terdiri dari dua dampak yakni dampak yang dirasakan secara
langsung terhadap kesehatan, dalam hal air tercemar yang diminum secara langsung
atau melalui makanan dan berbagai aktivitas manusia lainnya, sedangkan dampak
yang dirasakan secara tidak langsung karena akibat mengkonsumsi hasil perikanan
yang telah mengakumuasi polutah berbahaya dari air (Botahala, 2019). Di antara
penyakit lain, infeksi yang ditularkan melalui air menyebabkan diare, yang
membunuh hampir satu juta orang setiap tahun. Kebanyakan adalah anak-anak di
bawah usia lima. Pada saat yang sama, polusi kimia adalah kekhawatiran yang
sedang berlangsung, khususnya di negara-negara industri, di negara-negara rendah,
dan menengah pendapatan (LMICs). Paparan bahan kimia dalam air minum dapat
menyebabkan berbagai penyakit kronis (misalnya, kanker dan penyakit
kardiovaskular), hasil reproduksi yang merugikan dan efek pada kesehatan anak-
anak (misalnya, neurodevelopment), antara efek kesehatan lainnya (Levallois etc,
2019).
Salah satunya penyakit yang dapat menimbulkan penyakit melalui air yaitu
diare. Diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat di
Indonesia. Angka morbiditas dan mortalitas pada penyakit diare sebesar 23% di
seluruh dunia terutama di negara berkembang. Kontaminasi pada air sumur gali
dapat menyebabkan penurunan kualitas air bersih yang digunakan oleh masyarakat.
Bahaya atau resiko kesehatan yang berhubungan dengan pencemaran air secara
umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu bahaya langsung dan tidak
langsung. Bahaya langsung terhadap kesehatan manusia dapat terjadi akibat
mengkonsumsi air yang tercemar atau air dengan kualitas yang buruk, baik
langsung diminum, melalui makanan dan dapat juga akibat dari pemakaian air yang
tercemar untuk keperluaan sehari-hari seperti mencuci peralatan makan (Dewi dkk,
2019). Air seharusnya menjadi komponen yang sangat diperlukan. Akses ke air
minum yang aman dan sehat adalah hak asasi manusia dan tantangan global serta
tujuan utama untuk pembangunan berkelanjutan (Saleem etc, 2018).
BAB III
KONDISI EKSISTING

A. Daerah Studi
Lokasi pengambilan sampel air berada di daerah Kemuning, Kota Banjarbaru,
Kalimantan Selatan. Kemuning adalah salah satu kelurahan di kecamatan
Banjarbaru Selatan. Sistem transportasi menuju tempat pengujian sampel dapat
dijangkau dengan menggunakan sistem transportasi darat. Ada banyak air sumur
dan sumur gali yang dapat ditemui di daerah kemuning, masyarakat banyak
menggunakan air sumur tersebut untuk kebutuhan domestik atau keperluan lainnya.
Terdapat 3 sumur di daerah kemuning yang dijadikan sampel untuk pengujian
sampel air.

B. Kependudukan
Kota Banjarbaru terdiri dari 5 kecamatan dan 20 kelurahan. Pada tahun 2017,
jumlah penduduknya mencapai 221.735 jiwa dengan luas wilayah 371,00 km² dan
sebaran penduduk 597 jiwa/km². Berdasarkan data kependudukan tahun 2017
jumlah penduduk di daerah kemuning berjumlah 7.688 orang yang terdiri dari laki-
laki 3.834 orang dan perempuan 3.854 orang.

C. Potensi Pencemar
Pencemaran adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi,
dan komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas menurun
hingga ketingkat tertentu yang bisa menyebabkan air tersebut tidak bisa berfungsi
sesuai dengan kegunaannya.
Berdasarkan hasil analisis, tidak didapatkan potensi pencemar air sumur di
daerah Kemuning karena diketahui hygiene dan sanitasi di daerah kemuning sudah
cukup baik.

D. Gambaran Puskesmas dan Program

10
1. Struktur seluruh program

E. Program Kesehatan F. Data Penyakit


Lingkungan
NO Jenis Penyakit Total
NO URAIAN KEGIATAN Kunjungan
1 Infeksi AB 1 Diare 12

2 Pengambilan Sampel Air 2 Tersangka TBC 6


3 Penyuluhan AB Paru
3 Tifus Perut Klinis 5
4 Pembangunan SAB
5 Perbaikan SAB 4 TBC Paru BTA 3
6 Infeksi JAGA (+)
5 Pneumonia 2
7 Pembangunan JAGA
8 Perbaikan JAGA
9 Infeksi SPAL
10 Pembangunan SPAL
11 Perbaikan SPAL
12 Pengawas Penyu. Rum.
Sehat
13 Pengawasan Sanitasi TTU
14 Pengawas TPM
15 Pengawas TPS
16 Pembinaan Pengembangan
Klinik Sanitasi
17 Pengawasan TP2

KEPALA PUSKESMAS
KEPALA SUB & BAGIAN
TATA USAHA

UNIT FUNGSIONAL KEPEGAWAIAN


SISTEM INFORMASI RUMAH TANGGA KEUANGAN

PENANGGUNGJAWAB JARINGAN PELAYANAN


PENANGGUNGJAWAB UKM ESENSIAL DAN PENANGGUNGJAWAB UKM PENGEMBANGAN PENANGGUNGJAWAB UKP KEFARMASIAN DAN
PUSKESMAS DAN JEJARING FASILITAS
KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT LABORATORIUM
PELAYANAN KESEHATAN

PELAYANAN KESEHATAN JIWA PELAYANAN PEMERIKSAAN UMUM PUSKESMAS PEMBANTU


PELAYANAN PROMOSI KESEHATAN
TERMASUKUKS
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN
PELAYANAN KESEHATAN GIGI UNIT PUSKESMAS KESLING
MULUT
MASYARAKAT
PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN PELAYANAN KIA-KB YANG BERSIFAT UNIT BIDAN KELURAHAN
PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL UKP
KOMPLEMENTER
JEJARING FASILITAS PELAYANAN
PELAYANAN GAWAT DARURAT KESEHATAN
PELAYANAN KIA-KB BERSIFAT UKM PELAYANAN KESEHATAN OLAHRAGA
PELAYANAN GIZI BERSIFAT UKP
PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PELAYANAN KESEHATAN INDRA
PENGENDALIAN PENYAKIT PELAYANAN PERSALINAN
PELAYANAN KESEHATAN LANSIA
PELAYANAN LABORATORIUM
PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN
MASYARAKAT
PELAYANAN KESEHATAN KERJA PELAYANAN FARMASI

PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA

11
BAB IV
ANALISA HASIL

A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasi permasalahan sebagai
berikut:
- Kualitas air sumur di daerah kemuning
- Tingkat kekeruhan air sumur di daerah kemuning
- Pengaruh air sumur terhadap kesehatan di daerah kemuning

B. Analisa Risiko
1. Hasil Pengukuran
Pengukuran sampel air dilakukan pada sungai di daerah Kemunging
dengan 3 lokasi yang berbeda, yaitu: sumur pada daerah padat penduduk,
sumur pada daerah semi padat penduduk, dan sumur pada daerah kurang padat
penduduk. Air sumur diambil sampelnya untuk dilakukan pemeriksaan pH,
suhu, DO, TDS, dan kekeruhannya. Untuk hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Sampel Air Di Sumur Daerah Kemuning

Hasil Pemeriksaan
Lokasi
Suhu DO TDS Kekeruhan
Penelitian pH
(0C) (mg/l) (ppm) (NTU)
Padat
5,4 30,4 59,2 89 1,93
Penduduk
Semi
Padat 4,7 34,8 49,2 43 0,66
Penduduk
Kurang
Padat 6,7 35,2 17 21 0,37
Penduduk
Rata-rata 5,6 38,26 37 51 0,98

2. Analisis Hasil Pengukuran


a. pH

12
13

Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan pH Pada Sampel Air Di Sumur Daerah


Kemuning

Para
Lokasi Pengambilan Sampel
Meter
Padat Semi Padat Kurang Padat
Penduduk Penduduk Penduduk
pH
5,4 4,7 6,7

Hasil pengukuran keasaman air permukaan menunjukkan pH minimum 4,7


dan maksimum 6,7 yang artinya masih ada dua sampel sumur yang nilai pH airnya
berada dibawah kisaran yang ditentukan dan satu data berada dalam kisaran pH
yang sesuai dengan standar baku mutu yang ditentukan. Nilai pH menjadi faktor
yang penting dalam perairan karena nilai pH pada air akan menentukan sifat air
menjadi bersifat asam atau basa yang akan berpengaruh terhadap kesehatan.
Standar baku mutu pada Parameter Kimia pH Air adalah 6.5 - 8.5 mg/l, sesuai
dengan PERMENKES RI Nomor 32 tahun 2017. Didapatkan dua sumur dengan
nilai pH yang tidak memenuhi syarat sebagai sumber air bersih dan air minum yaitu
pada kondisi asam.
Nilai pH menjadi faktor yang penting dalam perairan karena nilai pH pada air
akan menentukan sifat air menjadi bersifat asam atau basa yang akan berpengaruh
terhadap kesehatan. Keadaan pH air yang bersifat asam dipengaruhi oleh keadaan
cuaca pada saat pengambilan sampel. Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan
pH yaitu suhu yang tinggi sehingga terjadi penguapan pada karbon dioksida (CO2)
yang terlarut dalam air (Babo, 2019).

b. Suhu
Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Suhu Pada Sampel Air Di Sumur Daerah
Kemuning
Para
Lokasi Pengambilan Sampel
meter
Padat Semi Padat Kurang Padat
Suhu Penduduk Penduduk Penduduk
(OC)
30,4 34,8 35,2
14

Hasil pemeriksaan suhu air di sumur daerah Kemuning tidak perbedaan yang
signifikan. Suhu air sumur yaitu berkisar antara 30,4°C-35,2°C. Temperatur (suhu)
air sumur dipengaruhi oleh suhu udara sekitar sehingga patokan yang digunakan
pada baku mutu yang sesuai dalam PERMENKES Nomor 32 Tahun 2017
Parameter Fisik Suhu pada Media Air adalah ± 3 0 C selisih antara suhu udara dan
suhu air. Suhu dapat dipengaruhi oleh proses fisik yang berlangsung pada air
ataupun atmosfir sekitarnya dan juga keadaan iklim (Babo, 2019).
Berdasarkan hasil yang didapatkan di atas suhu air berkisar diantara 30,4°C-
35,2°C. Suhu tersebut didapatkan karena waktu pengambilan sampel air sekitar
pukul 14.00 siang dengan cuaca yang panas. Pola perubahan suhu perairan
menunjukkan fluktuasi nilainya dipengaruhi oleh waktu (pagi, siang dan sore).
Radiasi matahari, suhu udara, cuaca, dan iklim akan mempengaruhi besarnya suhu
perairan. Keberadaan nilai suhu perairan yang tinggi pada siang dibanding pagi dan
sore mengindikasikan adanya peranan radiasi matahari.
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan air diatas yang berkisar antara 30,4°C-
35,2°C, maka dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan suhu air di sumur daerah
Kemuning dapat di kategorikan tidak memenuhi syarat. Fluktuasi suhu perairan
diakibatkan oleh komposisi substrat, kekeruhan, curah hujan, angin dan reaksi-
reaksi kimia dari penguraian sampah di dalam air. Aspek suhu pada ketiga sampel
air sumur tidak memenuhi syarat karena berada pada derajat 30,4-35,2°C. Hal ini
menunjukkan suhu air sumur tidak memenuhi batas mutu air yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 yang
diperbolehkan yaitu 26-29°C.

c. Dissolved oxygen (DO)


Tabel 4.4. Hasil Pemeriksaan Dissolved Oxygen (DO) Pada Sampel
Air Di Sumur Daerah Kemuning
Para
Lokasi Pengambilan Sampel
meter
Padat Semi Padat Kurang Padat
DO Penduduk Penduduk Penduduk
59,2 49,2 17
15

Hasil pengukuran untuk DO atau kadar oksigen pada air sumur daerah
Kemuning menunjukan bahwa pada lokasi dengan padat penduduk merupakan nilai
tertinggi yaitu 59,2 mg/L, lalu pada lokasi dengan semi padat penduduk nilainya
yaitu 49,2 mg/L dan untuk nilai terendah yaitu pada lokasi dengan kepadatan
penduduk yang kurang yaitu 17 mg/L. hasilnya pengukuran DO air sumur di daerah
Kemuning berada pada 17-59,2 mg/L. Kadar DO ini memenuhi syarat sebagaimana
diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 yaitu
> 6 Mg/L.
Kadar oksigen terlarut disingkat DO, semakin banyak jumlah zat organik
dalam air, jumlah oksigen yang diperlukan oleh bakteri untuk menguraikannya
menjadi semakin banyak. Semakin besar harga DO maka oksigen yang terlarut
semakin banyak. Faktor-faktor yang menguasai kadar oksigen larut dalam air
alamiah yaitu pergolakan di permukaan air, luasnya daerah permukaan air yang
terbuka bagi atmosfer, tekanan atmosfer dan prosentase oksigen dalam udara di
sekelilingnya (Miharto, 2017).

d. Total dissolved solids (TDS)


Tabel 4.5. Hasil Pemeriksaan Total Dissolved Solids (TDS) Pada
Sampel Air Di Sumur Daerah Kemuning
Para
Lokasi Pengambilan Sampel
meter
Padat Semi Padat Kurang Padat
TDS Penduduk Penduduk Penduduk
(ppm)
89 43 21

Total dissolved solids (TDS) adalah jumlah material yang terlarut di dalam
air. Material ini dapat berupa karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat, nitrat,
kalsium, magnesium, natrium, ion-ion organik, senyawa koloid dan lain-lain.
Bahan kimia dapat berupa kation, anion, molekul atau aglomerasi dari ribuan
molekul. Rata-rata nilai TDS yang terdapat pada sampel air sumur di daerah
Kemuning adalah 51 mg/L. Nilai ini di bawah nilai maksimum yang diperbolehkan
untuk standar kualitas air minum yang diatur dalam KEPMENKES RI No
907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu 1.000 mg/L. TDS biasanya disebabkan oleh
16

bahan anorganik yaitu ion-ion yang ada di perairan salah satu contohnya yaitu ion
besi (Atmaja, 2018).

e. Kekeruhan (NTU)
Tabel 4.6. Hasil Pemeriksaan Kekeruhan Pada Sampel Air Di Sumur
Daerah Kemuning
Para
Lokasi Pengambilan Sampel
meter
Kekeru Padat Semi Padat Kurang Padat
han Penduduk Penduduk Penduduk
(NTU) 1,93 0,66 0,37

Kekeruhan (turbidity) adalah keadaan dimana transparansi air berkurang


akibat kehadiran zat-zat tak-terlarut. Kekeruhan disebabkan oleh adanya kandungan
total suspended solid (TSS) baik yang bersifat organik maupun anorganik. TSS
yang bersifat organik berasal dari lapukan tanaman dan hewan, sedangkan yang
anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam. Tingginya nilai
kekeruhan pada air dikarenakan banyaknya partikel bahan yang tersuspensi,
sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor. Padatan tersuspensi
berkorelasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi,
nilai kekeruhan juga semakin tinggi. Sehingga hal tersebutlah yang menyebabkan
terdapatnya kekeruhan yang melebihi standar yang ditetapkan (Atmaja, 2018). Nilai
rata-rata kekeruhan pada ketiga sampel adalah 0,98 skala NTU dan nilai ini berada
di bawah nilai maksimum yang diperbolehkan oleh standar kualitas air minum yang
diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No 907/MENKES/SK/VII/2002
yaitu 5 Skala NTU.
Berdasarkan analisis dilapangan dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Lingkungan
Permasalahan di perkotaan terkait sektor air, yang rutin terjadi pada saat
hujan adalah terjadinya luapan air dan menimbulkan genangan ataupun
banjir karena rendahnya resapan air ke dalam tanah (infiltrasi). Namun
sebaliknya, ketika musim kemarau sumber air banyak yang mengalami
kekeringan karena cadangan air tanah permukaan yang ada habis disedot
17

untuk keperluan rumah tangga dan industri (Maryand dan Rusli, 2019).
Keadaan pada lingkungan disekitar sumur daerah Kemuning memiliki
kualitas lingkungan yang kurang baik sehingga berpengaruh pada air yang
digunakan.
2. Kesehatan
Berdasarkan Permenkes RI No. 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air .

Tabel 4.7. Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan


Lingkungan dan Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi

Dari hasil analisis, air sumur di daerah Kemuning diketahui tidak


menyebabkan penyakit diare dan sesuai dengan standar baku mutu air
dan persyaratan kesehatan air
3. Sosial
Air sumur digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan untuk minum
4. Ekonomi
Air sumur digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan digunakan untuk
meningkatkan perekonomian keluarga dengan usaha kecil seperti jasa
laundry.
5. Budaya
Kebiasaan masyarakat sekitar menggunakan air sumur untuk kegiataan
rumah tangga seperti mencuci piring, mencuci baju, mandi, makan dan
minum.

C. Perancangan Program
Peningkatan program unit kesehatan lingkungan di Puskesmas Sungai Besar
terutama dalam kualitas air di daerah Kemuning seperti peningkatan program SAB
(Sarana Air Bersih), dan SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah).
18

D. Rekomendasi
Penambahan program di puskesmas Sungai Besar Unit Kesehatan
Lingkungan yaitu Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) atau Penyehatan
rumah tempat tinggal.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Air merupakan kebutuhan pokok manusia. Seiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk kebutuhan air bersih juga ikut meningkat. Air sangat diperlukan
baik dalam kegiatan sehari-hari mulai dari memasak, mencuci, mandi, makan dan
minum serta kegiatan lainnya seperti industri dan pertanian. Sumber air yang
digunakan oleh masyarakat adalah air tanah. Air tanah merupakan sumber daya
alam yang sangat penting bagi manusia yang ketersediaannya juga semakin
berkurang akibat bertambahnya penduduk. Pencemaran pada air tanah merupakan
ancaman kesehatan manusia yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia.
Salah satunya penyakit yang dapat menimbulkan penyakit melalui air yaitu diare.
Diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat di
Indonesia. Angka morbiditas dan mortalitas pada penyakit diare sebesar 23% di
seluruh dunia terutama di negara berkembang.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada 3 titik sumur diwilayah
sekitar Puskes Sungai Besar didapat 3 sampel air sumur. Dari 3 sampel air tersebut
ditemukan masih ada dua sampel sumur yang nilai pH airnya berada dibawah
kisaran yang ditentukan dan satu data berada dalam kisaran pH yang sesuai dengan
standar baku mutu yang ditentukan. Kemudian Aspek suhu pada ketiga sampel air
sumur tidak memenuhi syarat karena berada pada derajat 30,4-35,2°C. Hal ini
menunjukkan suhu air sumur tidak memenuhi batas mutu air yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 yang
diperbolehkan yaitu 26-29°C. Selanjutnya hasilnya pengukuran DO air sumur di
daerah Kemuning berada pada 17-59,2 mg/L. Kadar DO ini memenuhi syarat
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2001 yaitu > 6 Mg/L. Kemudian rata-rata nilai TDS yang terdapat pada
sampel air sumur di daerah Kemuning adalah 51 mg/L. Nilai ini di bawah nilai
maksimum yang diperbolehkan untuk standar kualitas air minum yang diatur dalam
KEPMENKES RI No 907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu 1.000 mg/L. Selanjutnya
nilai rata-rata kekeruhan pada ketiga sampel adalah 0,98 skala NTU dan nilai pada

19
20

berada di bawah nilai maksimum yang diperbolehkan oleh standar kualitas air
minum yang diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No
907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu 5 Skala NTU.

B. Saran
Perlunya kerjasama berbagai pihak terkait penanganan air, karena air
merupakan sumber daya yang sangat diperlukan oleh manusia. Kerjasama untuk
mengawasi penggunaan dan pengolahan air, sehingga terjaminnya kualitas air yang
aman untuk di pakai baik itu untuk konsumsi maupun aktivitas lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Atmaja DM. 2018. Analisis kualitas air sumur di Desa Candikuning Kecamatan
Baturiti. Media Komunikasi Geografi 19(02): 147-152.
Babo A, Harvani B, Finny W. 2019. Uji kualitas air sumur gali berdasarkan
parameter suhu, pH, escherechia coli di Kelurahan Taas Kecamatan Tikala
Kota Manado. Paradigma Sehat 07(02): 95-104.
Botahala L. 2019. Perbandingan efektivitas daya adsorpsi sekam padi dan cangkang
kemiri terhadap logam besi (Fe) pada air sumur gali. Slemen: Deepublish.
Dewi PNY, Yusniar HD, Onny S. 2019. Hubungan sanitasi lingkungan dan
bakteriologis air sumur gali dengan kejadian diare di Kelurahan Genuksari
Kecamatan Genuk Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat 7(4): 187-
194.
Gufran M, Mawardi. 2018. Dampak pembuangan limbah domestik terhadap
pencemaran air tanah di Kabupaten Pidie Jaya. Journal Serambi
Engineering IV(1): 416-425.
Hukum et al. 2017. Private well groundwater quality in Virginia, USA-2010. HSS
Public Access Journal 1(1): 1-16.
Lestari, Ziad T. 2017. Kualitas air sumur-sumur penduduk di Kelurahan Jati
Pulogadung Jakarta Timur. Jurnal Petro VI(2): 59-65.
Levallois P, Cristina MV. 2019. Drinking water quality and human health: an
editorial. Environment Research and Public Health 12(631): 1-4.
Levallois P, Villanueva CM. 2019. Drinking water quality and human health: an
editorial. Environment Research and Public Health 12(631): 1-4.
Miharto DS, Siti RK, Andi FF. 2017. Gambaran kualitas air sumur gali pada
pemukiman warga di sekitar bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah
Punggolaka Kota Kendari 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat 02(06): 1-8.
Mulyadi MV, Elida N, Nurhayati N. 2018. Kelayakan distribusi dan ketersediaan
air bersih di Desa Mojo Kecamatan Padang Kabupaten Lumajang. Jurnal
Agroteknologi 12(01): 15-28.
Noor A, Arif S, Herfia R. 2019. Aplikasi pendeteksi kualitas air menggunakan
turbidity sensor dan arduino berbasis web mobile. Jurnal CoreIT 5(1): 13-
18.
Pati. 2019. Ilmu kesehatan masyarakat untuk SMK Farmasi I. Sleman: Deepublish.
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/MENKES/SK/VII/2002
Tentang syarat-syarat dan pengawasan air minum.
Pramleonita M, Nia Y, Ridha A, dkk. 2018. Parameter fisika dan kimia air kolam
ikan nila hitam (oreochromis niloticus). Jurnal Sains Natural 8(1): 24-34.
Rasool A, Tangfu X, Abida Fa, et al. 2016. Quality of tube well water intended for
irrigation and human consumption with special emphasis on arsenic
contamination at the area of Punjab, Pakistan. Jurnal Bina Tambang 4(1):
49-58.
Rietveld LC et al. 2016. Improving health in cities through systems approaches for
urban water management. Journal Biomed Central 15(31): 152-171.
Saleem S, et al. Status of drinking water quality and its contamination in Pakistan.
Journal of Environmental Research 2(6): 1-2.
Suryokusumo BS, Bambang Y. 2018. Dasar perencanaan plambing dan sistem
distribusi air bidang arsitektur. Malang: UB Press.
Triarmadja R. 2019. Teknik penyediaan air minum perpipaan. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
LAMPIRAN

A. Pembagian Tugas Kelompok

No Nama Tugas

1 Diny Febrianita Bab 1 pendahuluan, bab 3, bab 4


dan PPT

2 Agoestina Try Setyawati Bab 2 tinjauan pustaka, bab 3 dan


bab 4

3 Nina Fitriana Bab 3 kondisi eksisting

4 Endah Puspita Bab 4 analisis hasil, identifikasi


masalah, dan analisa resiko

5 Karina Nurfatma Apriani Bab 5 penutup, bab 4, bab 3,


abstrak, dan editor
B. Dokumentasi

Pengambilan Air Sumur di Salah Satu Rumah Warga Daerah Kemuning


Pengujian pH, DO, dan TDS di Salah Satu Air Sumur Warga Daerah
Kemuning
Pengujian Kekeruhan Air Sumur di Labratorium Kesling PSKM

Anda mungkin juga menyukai