Oleh:
KELOMPOK 12
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“PEMERIKSAAN KUALITAS FISIK AIR SUMUR DI WILAYAH
KEMUNING”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah analisis
kesehatan lingkungan pada program studi Kesehatan Masyarakat di Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Keprihatinan penulis
akan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan lingkungan menjadi
alasan lain mengapa makalah ini dibuat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis
berharap akan adanya kritikan dan saran yang membangun atas makalah ini. Penulis
berharap penelitian ini bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan, khususnya ilmu
kesehatan masyarakat.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Tujuan Penelitian .............................................................. 3
C. Batasan Masalah................................................................ 3
D. Metode Penulisan .............................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Air Sumur ............................................................ 4
B. Karakteristik Air Bersih dan Standar Kualitas Air Bersih 6
C. Peran Air Dalam Kehidupan ............................................. 7
D. Dampak Air Tercemar....................................................... 8
BAB III KONDISI EKSISTING
A. Daerah Studi ...................................................................... 10
B. Kependudukan................................................................... 10
C. Potensi Pencemaran .......................................................... 10
D. Gambaran Puskesmas dan Program .................................. 10
E. Program Kesehatan Lingkungan ....................................... 11
F. Data Penyakit .................................................................... 11
BAB IV ANALISIS HASIL
A. Identifikasi Masalah .......................................................... 17
B. Analisa Risiko ................................................................... 18
C. Perancangan Program........................................................ 18
D. Rekomendasi ..................................................................... 19
BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan ........................................................................ 19
b. Saran .................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Sampel Air Di Sumur
Daerah Kemuning ....................................................................... 12
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan pH Pada Sampel Air Di Sumur
Daerah Kemuning ....................................................................... 13
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Suhu Pada Sampel Air Di Sumur
Daerah Kemuning ....................................................................... 13
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Dissolved Oxygen (DO) Pada
Sampel Air Di Sumur Daerah Kemuning ................................... 14
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Total Dissolved Solids (TDS)
Pada Sampel Air Di Sumur Daerah Kemuning .......................... 15
Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Kekeruhan Pada Sampel
Air Di Sumur Daerah Kemuning ................................................ 16
iv
ABSTRAK
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas air minum sangat penting untuk kesehatan masyarakat. Meskipun
perbaikan dalam beberapa dekade terakhir, akses ke air minum yang berkualitas
baik tetap menjadi isu penting. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa
hampir 10% dari populasi di dunia tidak memiliki akses ke peningkatan sumber air
minum. Salah satu Goals PBB Pembangunan Berkelanjutan adalah untuk
memastikan tidak memiliki akses ke peningkatan sumber air minum, untuk
memastikan tidak memiliki akses ke peningkatan sumber air minum, dan untuk
memastikan akses universal terhadap air dan sanitasi pada tahun 2030 (Levallois,
2019).
Di antara penyakit lain, infeksi yang ditularkan melalui air menyebabkan
diare, yang membunuh hampir satu juta orang setiap tahun. Kebanyakan penderita
adalah anak-anak di bawah usia lima tahun. Pada saat yang sama, polusi kimia
adalah kekhawatiran yang sedang berlangsung yang mana telah membunuh hampir
satu juta orang setiap tahun, khususnya di negara-negara industri dan semakin di
negara-negara rendah dan menengah pendapatan (LMICs). Paparan bahan kimia
dalam air minum dapat menyebabkan berbagai penyakit kronis (misalnya, kanker
dan penyakit kardiovaskular), hasil reproduksi yang merugikan dan efek pada
kesehatan anak-anak (misalnya, neurodevelopment), antara efek kesehatan lainnya
(Levallois, 2019).
Untuk daya tahan manusia, air seharusnya menjadi komponen yang sangat
diperlukan. Akses ke air minum yang aman dan sehat adalah hak asasi manusia dan
tantangan global serta tujuan utama untuk pembangunan berkelanjutan. Sekitar 884
juta orang di seluruh dunia tidak memiliki akses ke air minum yang aman dan
sekitar 1,8 miliar orang minum air kotor. Menurut 2015 laporan penilaian dari
Millennium Development Goals (MDGs), sekitar 663 juta orang di seluruh dunia
masih tidak memiliki air minum yang aman dan di antara mereka delapan dari orang
sepuluh adalah milik masyarakat pedesaan. Indonesia adalah di antara beberapa
negara yang telah diberkati oleh sumber daya alam air. Tapi dengan berlalunya di
1
2
waktu, baik kualitas dan kuantitas permukaan dan air tanah memburuk (Saleem et
al, 2018).
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kualitas air bersih
secara fisik dan kimia pada Sumur di daerah Kemuning.
b. Tujuan khusus
1. Menganalisis kualitas fisik air yaitu parameter suhu dari air sumur di
daerah Kemuning.
2. Menganalisis kualitas kimia air yaitu parameter derajat keasamaan (pH)
dari air sumur di daerah Kemuning.
3. Menganalisis kualitas fisik air yaitu parameter TDS dari air sumur di
daerah kemuning.
4. Menganalisis kualitas fisik air yaitu parameter DO dari air sumur di daerah
Kemuning.
5. Menganalisis kualitas fisik air yaitu parameter kekeruhan dari air sumur di
daerah Kemuning
6. Mengetahui ukuran kedalaman serta diameter dari air sumur di daerah
Kemuning.
C. Batasan Masalah
Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya
penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih
terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan
tercapai. Beberapa batasan masalah dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Luas lingkup yang meliputi informasi seputar menganalisis kualitas air
bersih secara fisik dan kimia serta mengetahui ukuran kedalaman dan
diameter dari sumur di daerah Kemuning.
2. Informasi yang disajikan yaitu kualitas fisik dan kimia air meliputi
parameter suhu, TDS, DO, derajat keasamaan (pH) dan kekeruhan dari air
sumur di daerah Kemuning.
3
D. Metode Penulisan
Dalam melakukan penulisan ini ada beberapa metode yang dilakukan yaitu:
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan ataupun kerja
yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
b. Wawancara
Yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pemilik
rumah.
2. Data-Data yang Dibutuhkan
Jenis data yang dikumpulkan dalam penulisan karya tulis ini
adalah:
a. Data primer
Berupa data yang diperoleh langsung dari wawancara dengan
pemilik rumah.
b. Data sekunder
Berupa data-data pendukung yang diperoleh dari Puskesmas berupa
data penyakit tertinggi dan program kerja Puskesmas.
3. Metode Analisa Data
Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode deskriftif kualitatif. Metode deskriftif kualitatif
adalah metode analisis dengan terlebih dahulu mengumpulkan data yang
didapat dari hasil penelitian berupa fakta-fakta verbal atau keterangan
saja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
2. Sumur Pompa
Secara umum syarat lokasi penempatan sama dengan sumur gali,
sedangkan syarat kontruksi dpat dijelaskan sebagai berikut (Pati, 2019):
a. Saring atau pipa-pipa yang berlobang berada dalam lapisan yang
mengandung air.
b. Lapisan yang kedap air antara permukaan tanah dan pipa saringan
sekurang-kurangnya 3 meter.
c. Lantai sumur yang kedap air ditinggikan 20cm dari permukaan tanah,
lebarnya kurang lebih 1,5 meter sekeliling pompa.
6
merupakan parameter fisik dan kimia padaair yang bersumber pada air tanah yang
dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia (Maryand dan Rusli, 2019).
Pemerintah Indonesia (melalui Menteri Keshatan) mengeluarkan Peraturan No.
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang persyaratan air minum (Triarmadja, 2019).
Keperluan air minum agar terpenuhi, dapat didapatkan berbagai sumber air
dapat digunakan, antara lain air sungai, air sumur dan air hujan. Air hujan secara
fisik memenuhi persyaratan sebagai air minum karena tidak berbau dan tidak
berwarna, tetapi secara kimiawi air hujan mengandung sedikit mineral, kadar
magnesium & kalsium sangat kurang dan mengandung gas-gas terlarut, serta
rasanya kurang enak. Sedangkan air sumur merupakan salah satu sumber air yang
banyak digunakan sebagai air minum, baik dikota kecil maupun di kota besar. Air
sumur adalah air yang berasal dari air hujan yan meresap ke dalam tanah dan kontak
dengan bermacam-macam zat yang terdapat di dalam lapisan tanah. Umumnya
kualitas air tanah lebih baik dibandingkan air permukaan, karena peresapan air
dalam tanah mengakibatkan terjadinya penyaringan dari bakteri-bakteri atau
organisme lainnya, serta dari segi kimiawi air sumur banyak mengandung mineral
(Lestari dan Ziad, 2017)
Adapun karakteristik air bersih yaitu (Lestari dan Ziad, 2017):
1. Bersih betul, yaitu jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa (asam,
pahit atau payau).
2. Tidak mengandung bibit penyakit / kuman penyakit yang berbahaya,
misalnya bakteri dysentri, cholera, typus.
3. Air tersebut tidak mengandung zat-zat kimia yang berbahaya untuk kesehatan
badan seperti logam berat, ammonium, nitrit, seng, besi dan sebagainya,
yang kadarnya melebihi batas ambang / batas maksimum yang ditetapkan
oleh Departemen Kesehatan RI.
semula berupa lahan terbuka hijau dan hutan berubah menjadi kawasan
pemukiman, industri, pariwisata dan pembangunan lainnya. Kawasan lindung yang
berfungsi sebagai kawasan resapan akan semakin menyempit karena pertumbuhan
penduduk (Maryand dan Rusli, 2019). Dampak bagi kesehatan akibat pencemaran
air secara umum terdiri dari dua dampak yakni dampak yang dirasakan secara
langsung terhadap kesehatan, dalam hal air tercemar yang diminum secara langsung
atau melalui makanan dan berbagai aktivitas manusia lainnya, sedangkan dampak
yang dirasakan secara tidak langsung karena akibat mengkonsumsi hasil perikanan
yang telah mengakumuasi polutah berbahaya dari air (Botahala, 2019). Di antara
penyakit lain, infeksi yang ditularkan melalui air menyebabkan diare, yang
membunuh hampir satu juta orang setiap tahun. Kebanyakan adalah anak-anak di
bawah usia lima. Pada saat yang sama, polusi kimia adalah kekhawatiran yang
sedang berlangsung, khususnya di negara-negara industri, di negara-negara rendah,
dan menengah pendapatan (LMICs). Paparan bahan kimia dalam air minum dapat
menyebabkan berbagai penyakit kronis (misalnya, kanker dan penyakit
kardiovaskular), hasil reproduksi yang merugikan dan efek pada kesehatan anak-
anak (misalnya, neurodevelopment), antara efek kesehatan lainnya (Levallois etc,
2019).
Salah satunya penyakit yang dapat menimbulkan penyakit melalui air yaitu
diare. Diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat di
Indonesia. Angka morbiditas dan mortalitas pada penyakit diare sebesar 23% di
seluruh dunia terutama di negara berkembang. Kontaminasi pada air sumur gali
dapat menyebabkan penurunan kualitas air bersih yang digunakan oleh masyarakat.
Bahaya atau resiko kesehatan yang berhubungan dengan pencemaran air secara
umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu bahaya langsung dan tidak
langsung. Bahaya langsung terhadap kesehatan manusia dapat terjadi akibat
mengkonsumsi air yang tercemar atau air dengan kualitas yang buruk, baik
langsung diminum, melalui makanan dan dapat juga akibat dari pemakaian air yang
tercemar untuk keperluaan sehari-hari seperti mencuci peralatan makan (Dewi dkk,
2019). Air seharusnya menjadi komponen yang sangat diperlukan. Akses ke air
minum yang aman dan sehat adalah hak asasi manusia dan tantangan global serta
tujuan utama untuk pembangunan berkelanjutan (Saleem etc, 2018).
BAB III
KONDISI EKSISTING
A. Daerah Studi
Lokasi pengambilan sampel air berada di daerah Kemuning, Kota Banjarbaru,
Kalimantan Selatan. Kemuning adalah salah satu kelurahan di kecamatan
Banjarbaru Selatan. Sistem transportasi menuju tempat pengujian sampel dapat
dijangkau dengan menggunakan sistem transportasi darat. Ada banyak air sumur
dan sumur gali yang dapat ditemui di daerah kemuning, masyarakat banyak
menggunakan air sumur tersebut untuk kebutuhan domestik atau keperluan lainnya.
Terdapat 3 sumur di daerah kemuning yang dijadikan sampel untuk pengujian
sampel air.
B. Kependudukan
Kota Banjarbaru terdiri dari 5 kecamatan dan 20 kelurahan. Pada tahun 2017,
jumlah penduduknya mencapai 221.735 jiwa dengan luas wilayah 371,00 km² dan
sebaran penduduk 597 jiwa/km². Berdasarkan data kependudukan tahun 2017
jumlah penduduk di daerah kemuning berjumlah 7.688 orang yang terdiri dari laki-
laki 3.834 orang dan perempuan 3.854 orang.
C. Potensi Pencemar
Pencemaran adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi,
dan komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas menurun
hingga ketingkat tertentu yang bisa menyebabkan air tersebut tidak bisa berfungsi
sesuai dengan kegunaannya.
Berdasarkan hasil analisis, tidak didapatkan potensi pencemar air sumur di
daerah Kemuning karena diketahui hygiene dan sanitasi di daerah kemuning sudah
cukup baik.
10
1. Struktur seluruh program
KEPALA PUSKESMAS
KEPALA SUB & BAGIAN
TATA USAHA
11
BAB IV
ANALISA HASIL
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasi permasalahan sebagai
berikut:
- Kualitas air sumur di daerah kemuning
- Tingkat kekeruhan air sumur di daerah kemuning
- Pengaruh air sumur terhadap kesehatan di daerah kemuning
B. Analisa Risiko
1. Hasil Pengukuran
Pengukuran sampel air dilakukan pada sungai di daerah Kemunging
dengan 3 lokasi yang berbeda, yaitu: sumur pada daerah padat penduduk,
sumur pada daerah semi padat penduduk, dan sumur pada daerah kurang padat
penduduk. Air sumur diambil sampelnya untuk dilakukan pemeriksaan pH,
suhu, DO, TDS, dan kekeruhannya. Untuk hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:
Hasil Pemeriksaan
Lokasi
Suhu DO TDS Kekeruhan
Penelitian pH
(0C) (mg/l) (ppm) (NTU)
Padat
5,4 30,4 59,2 89 1,93
Penduduk
Semi
Padat 4,7 34,8 49,2 43 0,66
Penduduk
Kurang
Padat 6,7 35,2 17 21 0,37
Penduduk
Rata-rata 5,6 38,26 37 51 0,98
12
13
Para
Lokasi Pengambilan Sampel
Meter
Padat Semi Padat Kurang Padat
Penduduk Penduduk Penduduk
pH
5,4 4,7 6,7
b. Suhu
Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Suhu Pada Sampel Air Di Sumur Daerah
Kemuning
Para
Lokasi Pengambilan Sampel
meter
Padat Semi Padat Kurang Padat
Suhu Penduduk Penduduk Penduduk
(OC)
30,4 34,8 35,2
14
Hasil pemeriksaan suhu air di sumur daerah Kemuning tidak perbedaan yang
signifikan. Suhu air sumur yaitu berkisar antara 30,4°C-35,2°C. Temperatur (suhu)
air sumur dipengaruhi oleh suhu udara sekitar sehingga patokan yang digunakan
pada baku mutu yang sesuai dalam PERMENKES Nomor 32 Tahun 2017
Parameter Fisik Suhu pada Media Air adalah ± 3 0 C selisih antara suhu udara dan
suhu air. Suhu dapat dipengaruhi oleh proses fisik yang berlangsung pada air
ataupun atmosfir sekitarnya dan juga keadaan iklim (Babo, 2019).
Berdasarkan hasil yang didapatkan di atas suhu air berkisar diantara 30,4°C-
35,2°C. Suhu tersebut didapatkan karena waktu pengambilan sampel air sekitar
pukul 14.00 siang dengan cuaca yang panas. Pola perubahan suhu perairan
menunjukkan fluktuasi nilainya dipengaruhi oleh waktu (pagi, siang dan sore).
Radiasi matahari, suhu udara, cuaca, dan iklim akan mempengaruhi besarnya suhu
perairan. Keberadaan nilai suhu perairan yang tinggi pada siang dibanding pagi dan
sore mengindikasikan adanya peranan radiasi matahari.
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan air diatas yang berkisar antara 30,4°C-
35,2°C, maka dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan suhu air di sumur daerah
Kemuning dapat di kategorikan tidak memenuhi syarat. Fluktuasi suhu perairan
diakibatkan oleh komposisi substrat, kekeruhan, curah hujan, angin dan reaksi-
reaksi kimia dari penguraian sampah di dalam air. Aspek suhu pada ketiga sampel
air sumur tidak memenuhi syarat karena berada pada derajat 30,4-35,2°C. Hal ini
menunjukkan suhu air sumur tidak memenuhi batas mutu air yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 yang
diperbolehkan yaitu 26-29°C.
Hasil pengukuran untuk DO atau kadar oksigen pada air sumur daerah
Kemuning menunjukan bahwa pada lokasi dengan padat penduduk merupakan nilai
tertinggi yaitu 59,2 mg/L, lalu pada lokasi dengan semi padat penduduk nilainya
yaitu 49,2 mg/L dan untuk nilai terendah yaitu pada lokasi dengan kepadatan
penduduk yang kurang yaitu 17 mg/L. hasilnya pengukuran DO air sumur di daerah
Kemuning berada pada 17-59,2 mg/L. Kadar DO ini memenuhi syarat sebagaimana
diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 yaitu
> 6 Mg/L.
Kadar oksigen terlarut disingkat DO, semakin banyak jumlah zat organik
dalam air, jumlah oksigen yang diperlukan oleh bakteri untuk menguraikannya
menjadi semakin banyak. Semakin besar harga DO maka oksigen yang terlarut
semakin banyak. Faktor-faktor yang menguasai kadar oksigen larut dalam air
alamiah yaitu pergolakan di permukaan air, luasnya daerah permukaan air yang
terbuka bagi atmosfer, tekanan atmosfer dan prosentase oksigen dalam udara di
sekelilingnya (Miharto, 2017).
Total dissolved solids (TDS) adalah jumlah material yang terlarut di dalam
air. Material ini dapat berupa karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat, nitrat,
kalsium, magnesium, natrium, ion-ion organik, senyawa koloid dan lain-lain.
Bahan kimia dapat berupa kation, anion, molekul atau aglomerasi dari ribuan
molekul. Rata-rata nilai TDS yang terdapat pada sampel air sumur di daerah
Kemuning adalah 51 mg/L. Nilai ini di bawah nilai maksimum yang diperbolehkan
untuk standar kualitas air minum yang diatur dalam KEPMENKES RI No
907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu 1.000 mg/L. TDS biasanya disebabkan oleh
16
bahan anorganik yaitu ion-ion yang ada di perairan salah satu contohnya yaitu ion
besi (Atmaja, 2018).
e. Kekeruhan (NTU)
Tabel 4.6. Hasil Pemeriksaan Kekeruhan Pada Sampel Air Di Sumur
Daerah Kemuning
Para
Lokasi Pengambilan Sampel
meter
Kekeru Padat Semi Padat Kurang Padat
han Penduduk Penduduk Penduduk
(NTU) 1,93 0,66 0,37
1. Lingkungan
Permasalahan di perkotaan terkait sektor air, yang rutin terjadi pada saat
hujan adalah terjadinya luapan air dan menimbulkan genangan ataupun
banjir karena rendahnya resapan air ke dalam tanah (infiltrasi). Namun
sebaliknya, ketika musim kemarau sumber air banyak yang mengalami
kekeringan karena cadangan air tanah permukaan yang ada habis disedot
17
untuk keperluan rumah tangga dan industri (Maryand dan Rusli, 2019).
Keadaan pada lingkungan disekitar sumur daerah Kemuning memiliki
kualitas lingkungan yang kurang baik sehingga berpengaruh pada air yang
digunakan.
2. Kesehatan
Berdasarkan Permenkes RI No. 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air .
C. Perancangan Program
Peningkatan program unit kesehatan lingkungan di Puskesmas Sungai Besar
terutama dalam kualitas air di daerah Kemuning seperti peningkatan program SAB
(Sarana Air Bersih), dan SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah).
18
D. Rekomendasi
Penambahan program di puskesmas Sungai Besar Unit Kesehatan
Lingkungan yaitu Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) atau Penyehatan
rumah tempat tinggal.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Air merupakan kebutuhan pokok manusia. Seiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk kebutuhan air bersih juga ikut meningkat. Air sangat diperlukan
baik dalam kegiatan sehari-hari mulai dari memasak, mencuci, mandi, makan dan
minum serta kegiatan lainnya seperti industri dan pertanian. Sumber air yang
digunakan oleh masyarakat adalah air tanah. Air tanah merupakan sumber daya
alam yang sangat penting bagi manusia yang ketersediaannya juga semakin
berkurang akibat bertambahnya penduduk. Pencemaran pada air tanah merupakan
ancaman kesehatan manusia yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia.
Salah satunya penyakit yang dapat menimbulkan penyakit melalui air yaitu diare.
Diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat di
Indonesia. Angka morbiditas dan mortalitas pada penyakit diare sebesar 23% di
seluruh dunia terutama di negara berkembang.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada 3 titik sumur diwilayah
sekitar Puskes Sungai Besar didapat 3 sampel air sumur. Dari 3 sampel air tersebut
ditemukan masih ada dua sampel sumur yang nilai pH airnya berada dibawah
kisaran yang ditentukan dan satu data berada dalam kisaran pH yang sesuai dengan
standar baku mutu yang ditentukan. Kemudian Aspek suhu pada ketiga sampel air
sumur tidak memenuhi syarat karena berada pada derajat 30,4-35,2°C. Hal ini
menunjukkan suhu air sumur tidak memenuhi batas mutu air yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 yang
diperbolehkan yaitu 26-29°C. Selanjutnya hasilnya pengukuran DO air sumur di
daerah Kemuning berada pada 17-59,2 mg/L. Kadar DO ini memenuhi syarat
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2001 yaitu > 6 Mg/L. Kemudian rata-rata nilai TDS yang terdapat pada
sampel air sumur di daerah Kemuning adalah 51 mg/L. Nilai ini di bawah nilai
maksimum yang diperbolehkan untuk standar kualitas air minum yang diatur dalam
KEPMENKES RI No 907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu 1.000 mg/L. Selanjutnya
nilai rata-rata kekeruhan pada ketiga sampel adalah 0,98 skala NTU dan nilai pada
19
20
berada di bawah nilai maksimum yang diperbolehkan oleh standar kualitas air
minum yang diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No
907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu 5 Skala NTU.
B. Saran
Perlunya kerjasama berbagai pihak terkait penanganan air, karena air
merupakan sumber daya yang sangat diperlukan oleh manusia. Kerjasama untuk
mengawasi penggunaan dan pengolahan air, sehingga terjaminnya kualitas air yang
aman untuk di pakai baik itu untuk konsumsi maupun aktivitas lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja DM. 2018. Analisis kualitas air sumur di Desa Candikuning Kecamatan
Baturiti. Media Komunikasi Geografi 19(02): 147-152.
Babo A, Harvani B, Finny W. 2019. Uji kualitas air sumur gali berdasarkan
parameter suhu, pH, escherechia coli di Kelurahan Taas Kecamatan Tikala
Kota Manado. Paradigma Sehat 07(02): 95-104.
Botahala L. 2019. Perbandingan efektivitas daya adsorpsi sekam padi dan cangkang
kemiri terhadap logam besi (Fe) pada air sumur gali. Slemen: Deepublish.
Dewi PNY, Yusniar HD, Onny S. 2019. Hubungan sanitasi lingkungan dan
bakteriologis air sumur gali dengan kejadian diare di Kelurahan Genuksari
Kecamatan Genuk Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat 7(4): 187-
194.
Gufran M, Mawardi. 2018. Dampak pembuangan limbah domestik terhadap
pencemaran air tanah di Kabupaten Pidie Jaya. Journal Serambi
Engineering IV(1): 416-425.
Hukum et al. 2017. Private well groundwater quality in Virginia, USA-2010. HSS
Public Access Journal 1(1): 1-16.
Lestari, Ziad T. 2017. Kualitas air sumur-sumur penduduk di Kelurahan Jati
Pulogadung Jakarta Timur. Jurnal Petro VI(2): 59-65.
Levallois P, Cristina MV. 2019. Drinking water quality and human health: an
editorial. Environment Research and Public Health 12(631): 1-4.
Levallois P, Villanueva CM. 2019. Drinking water quality and human health: an
editorial. Environment Research and Public Health 12(631): 1-4.
Miharto DS, Siti RK, Andi FF. 2017. Gambaran kualitas air sumur gali pada
pemukiman warga di sekitar bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah
Punggolaka Kota Kendari 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat 02(06): 1-8.
Mulyadi MV, Elida N, Nurhayati N. 2018. Kelayakan distribusi dan ketersediaan
air bersih di Desa Mojo Kecamatan Padang Kabupaten Lumajang. Jurnal
Agroteknologi 12(01): 15-28.
Noor A, Arif S, Herfia R. 2019. Aplikasi pendeteksi kualitas air menggunakan
turbidity sensor dan arduino berbasis web mobile. Jurnal CoreIT 5(1): 13-
18.
Pati. 2019. Ilmu kesehatan masyarakat untuk SMK Farmasi I. Sleman: Deepublish.
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/MENKES/SK/VII/2002
Tentang syarat-syarat dan pengawasan air minum.
Pramleonita M, Nia Y, Ridha A, dkk. 2018. Parameter fisika dan kimia air kolam
ikan nila hitam (oreochromis niloticus). Jurnal Sains Natural 8(1): 24-34.
Rasool A, Tangfu X, Abida Fa, et al. 2016. Quality of tube well water intended for
irrigation and human consumption with special emphasis on arsenic
contamination at the area of Punjab, Pakistan. Jurnal Bina Tambang 4(1):
49-58.
Rietveld LC et al. 2016. Improving health in cities through systems approaches for
urban water management. Journal Biomed Central 15(31): 152-171.
Saleem S, et al. Status of drinking water quality and its contamination in Pakistan.
Journal of Environmental Research 2(6): 1-2.
Suryokusumo BS, Bambang Y. 2018. Dasar perencanaan plambing dan sistem
distribusi air bidang arsitektur. Malang: UB Press.
Triarmadja R. 2019. Teknik penyediaan air minum perpipaan. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
LAMPIRAN
No Nama Tugas