Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA PADA Ny.

G DENGAN
HIPERTENSI DI WISMA MELATI PANTI PELAYANAN SOSIAL
LANJUT USIA POTROYUDAN JEPARA TAHUN 2019

Disusun oleh :
NURYANA ROHMAH
62019040049

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

Jalan Ganesha 1 Purwosari Kudus Telp./Faks.(0291)442993/437218

Kudus 59316 Website : http://www.umkudus.ac.id


1. Definisi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2013)
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan kerusakan pada ginja, jantung, dan otak bila tidak dideteksi secara dini
dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes RI, 2013)
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut JNC 7 terbagi menjadi
kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2
(Yogiantoro,2009)
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80


Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi derajat 2 >160 >100

2. Etiologi
Faktor resiko hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik

(faktor resiko yang tidak dapat diubah atau dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi

garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan minum-minuman


beralkohol, obesitas, kurang aktivitas fisik, stres, penggunaan estrogen (Kemenkes RI,

2013).

Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki berat badan lebih

atau obesitas dari 20% dan hiperkolesterol mempunyairesiko yang lebih besar terkena

hipertensi. Pada umumnya penyebab obesitas atau berat badan berlebih dikarenakan

pola hidup (Life style) yang tidak sehat (Rahajeng & Tuminah, 2009).

Faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi biasanya tidak berdiri

sendiri, tetapi secara bersama-sama sesuai dengan teori mozaik pada hipertensi

esensial. Teori esensial menjelaskan bahwa terjadinya hipertensi disebabkan oleh

faktor yang saling mempengaruhi, dimana faktor yang berperan utama dalam

patofisiologi adalah faktor genetik dan paling sedikit tiga faktor lingkungan yaitu asupan

garam, stres, dan obesitas (Dwi & Prayitno 2013)

3. Patofisiologi

Menurut (Triyanto,2014) Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa rerjadi


melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturanya dan menjadi
kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Darah di setiap denyutan jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah
yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat
terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arter kecil (arteriola) untuk sementara waktu untuk
mengarut karena perangsangan saraf atau hormon didalam darah. Bertambahnya
darah dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi
jika terhadap kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam
dan air dari dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami pelebaran,
banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun. Penyesuaian
terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan didalam fungsi ginjal dan
sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh
secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui
beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan mengeluarkan garam dan air
yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan
darah normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan
garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang
disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan
memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ peting dalam
mengembalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal
dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang
menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan
naiknya tekanan darah (Triyanto 2014)
Pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggung pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekwensinya
, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume secukupnya), mengakibatkan penurunan
curah jantunng dan meningkatkan tahanan perifer (Prima,2015)

4. Pathway
Hiperlipidemia, merokok, obesitas
Gaya hidup, faktor emosional

Implus saraf simpatis

Ganglia simpatis, neuron


Perganglion melepaskan asetikolin

Merangsang serabut saraf


Ganglion ke pembuluh darah

Norepineprine dilepaskan

Gangguan perfusi

jaringan serebral
Resiko Penurunan Vasokonstriksi pembuluh darah

curah Jantung
Tahanan perifer meningkat

Peningkatan tekanan darah


Penurunan aliran Respon gi tract
darah ke ginjal

Pengaktifan sistem Perubahan vaskuler retina Nausea, vomitus


Rennin angrotensin

Merangsang sekresi
Aldosteron dan Gangguan Penglihatan Anoreksia
kortek adrenal

Retensi Na + H2O Resiko tinggi cidera


Gangguan
Oedem Pemenuhan Nutrisi

Kelebihan Volume

Cairan

5. Manifestasi Klinis
Menurut (Ahmad, 2011) sebagian besar penderita tekanan darah tinggi umumnya tidak
menyadari kehadirannya. Bila ada gejala, penderita darah tinggi mungkin merasakan
keluhan-keluhan berupa : kelelahan, bingung, perut mual, masalah pengelihatan,
keringat berlebihan, kulit pucat atau merah, mimisan, cemas atau gelisah, detak jantung
keras atau tidak beraturan (palpasi), suara berdenging di telinga, disfungsi ereksi, sakit
kepala, pusing. Sedangkan menurut (Pudiastuti, 2011) gejala klinis yang dialami oleh
para penderita hipertensi biasanya berupa : pengelihatan kabur karena kerusakan
retina, nyeri pada kepala, mual dan muntah akibatnya tekanan kranial, edema dependen
dan adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler.

6. Kalsifikasi
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 102)

No Kategori Sistolik mmHg Distolik mmHg


1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
5 Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
6 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
7 Grade 3 (berat) 180-209 100-119

8 Grade 4 (sangat berat) >210 >120

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Widjadja, 2009) pemeriksaan penunjang pada penderita hipertensi antara lain:
a. General check up
jika seseorang di duga menderita hipertensi, dilakukan beberapa pemeriksaan,
yakni wawancara untuk mengetahui ada tidaknya riwayat keluarga penderita.
Pemeriksaan fisik, pemeriksan laboratorium, pemeriksaan ECG, jika perlu
pemeriksaan khusus, seperti USG, Echocaediography (USG jantung), CT Scan, dan
lain-lain. Tujuan pengobatan hipertensi adalah mencegah komplikasi yang
ditimbulkan. Langkah pengobata adalah yang mengendalikan tensi atau tekanan
darah agar tetap normal.
b. Tujuan pemeriksaan laboratolriun untuk hipertensi ada dua macam yaitu:
1. Panel Evaluasi Awal Hipertensi : pemeriksaan ini dilakukan segera setelah
didiagnosis hipertensi, dan sebelum memulai pengobatan.
2. Panel hidup sehat dengan hipertensi : untuk memantau keberhasilan terapi

8. Penatalaksanaan
Menurut (Junaedi, Sufrida, & Gusti, 2013) dalam penatalaksanaan hipertensi
berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut:
a. Terapi non-farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa obat-obatan yang
diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan tekanan darah diupayakan
melalui pencegahan dengan menjalani perilaku hidup sehat seperti :
1. Pembatasan asupan garam dan natrium
2. Menurunkan berat badan sampai batas ideal
3. Olahraga secara teratur
4. Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol
5. Mengurangi/ tidak merokok
6. Menghindari stres
7. Menghindari obesitas
b. Terapi farmakologi (terapi dengan obat)
Selain cara terapi non-farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal yang utama.
Obat-obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam pegobatan, antara lain
obat-obatan golongan diuretik, beta bloker, antagonis kalsium, dan penghambat
konfersi enzim angiotensi.
1. Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang pengeluaran garam dan air.
Dengan mengonsumsi diuretik akan terjadi pengurangan jumlah cairan dalam
pembuluh darah dan menurunkan tekanan pada dinding pembuluh darah.
2. Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam memompa darah dan
mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh jantung.
3. ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluhdarah sehingga bisa
mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.
4. Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan merelaksasikan pembuluh
darah.
c. Terapi herbal
Banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi dimanfaatkan sebagai obat
hipertensi sebai berikut :
1. Daun seledri
Seledri (Apium graveolens, Linn.) merupakan tanaman terna tegak dengan
ketinggian dari 50 cm. Semua bagian tanaman seledri memiliki bau yang khas,
identik dengan sayur sub. Bentung batangnya bersegi, bercabang, memiliki ruas,
dan tidak berambut.bunganya berwarna putih, kecil, menyerupai payung, dan
majemuk. Buahnya berwarna hijau kekuningan berbentuk kerucut. Daunnya
memiliki pertulangan yang menyirip, berwarna hijau, dan bertangkai. Tangkai daun
yang berair dapat dimakan mentah sebagai lalapan dan daunnya digunakan
sebagai penyedap masakan, seperti sayur sop.
Contoh ramuan seledri secara sederhana sebagai berikut:
a.) Bahan : 15 batang seledri utuh, cuci bersih dan 3 gelas air
b.) Cara membuat dan aturan pemakai : potong seledri secara kasar,
rebus seledri hingga mendidih dan tinggal setengahnya, minum air rebusannya
sehari dua kali setelah makan.
Hubungan dengan hipertensi, seledri berkasiat menurunkan tekanan darah
SSSSS(hipotensis atau anti hipertensi). Sebuah cobaanperfusi pembuluh darah
menunjukan bahwa apigenin mempunyai efek sebagai asodilator perifer yang
berhubungan dengan efek hipotensifnya. Percobaan lain menunjukkan efek
hipotensif herbal seledri berhubungan dengan integritas sistem saraf simpatik

(Mun’im dan hanani, 2011).

9. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi Keperawatan


a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial
Tujuan; Tidak terjadi kerusakan jaringan
KH ; Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau terkontrol, Mengikuti
regimen farmakologi yang diresepkan
Intervensi ;
1) Mempertahankann tirah baring selama fase akut
2) Pantau tanda –tanda vital
3) Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, Misal ; kompres
dingin pada dahi, beri pijatan di leher atau punggung
4) Ajarkan teknik relaksasi
5) Hilangkan atau minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan
sakit kepala Misal ; mengejan saat buang air besar, batuk panjang,
membungkuk
6) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi analgetik
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
Tujuan ; Kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi, peningkatan nafsu makan,
mukosa bibir lembab tidak terjadi penurunan berat badan.
KH ; Nafsu makan dapat meningkat, dapat mengabis kan diit dari rumah sakit,
Timbang berat badan setiap hari
Intervensi:
1) Beri makan dalam porsi sedikit tapi sering
2) Kaji ulang pola makan pasien
3) Motivasi pasien untuk makan
4) Awasi pemasukan diit
5) Beri hygiene oral sebelum dan sesudah makan
6) Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemenuhan nutrisi bagi pasien
c. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan ; Dapat melakukan aktivitas secara mandiri
KH ; Hasil aktivitas dapat dilakukan secara optimal, aktivitas dapat dilakukan sendiri
Intervensi ;
1) Observasi keadaan umum
2) Kaji tingkat aktivitas pasien
3) Bantu pasien dalam melakukan aktivitas
4) Anjurkan keluarga untuk membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan
5) Beri dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi.

Anda mungkin juga menyukai