Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FILSAFAT

“Sarana Berpikir Ilmiah”


Bahasa , Matematika dan Statistika

DI SUSUN OLEH (KELOMPOK 5) :


ERBY ANNE IRAWAN
KHAIRAUL AZIZI SIRLY (1710715001)
MUHAMMAD RAFLIS (1710715007)

DOSEN :
JASRIL M.Pd

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU


PENDIDIKAN

YAYASAN DHARMA BAKTI LUBUK ALUNG

2019
A. Pendahuluan

Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada komunikasi. Tanpa
komunikasi apakah manusia dapat bersosialisasi, dan apakah manusia layak disebut makhluk
sosial? Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak
terlepas dari bahasa, seperti berfikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan.
Dengan kata lain, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa seseorang tidak dapat melakukan
kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur.
Demikian pula ilmu-ilmu pengetahuan, semuanya sudah mempergunakan matematika, baik
matematika sebagai pengembangan aljabar maupun statistik. Phylosopy modern tidak akan
tepat bila pengetahuan tentang matematika tidak mencukupi. Hampir dapat dikatakan bahwa
fungsi matematika sama luasnya dengan fungsi bahasa yang berhubungan dengan
pengetahuan dan ilmu pengetahuan.
Logika adalah sarana untuk berfikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Karena itu, berfikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti;
setengah tidak boleh lebih dari satu.
Dalam kamus ilmiah populer, kata statistik berarti tabel, grafik, daftar informasi, angka-
angka, informasi. Statistik berarti ilmu pengumpulan, analis, dan klasifikasi data, angka
sebagai dasar untuk induksi.

B. Bahasa sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan

Bahasa mempunyai peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan
manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan
menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa
mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia
dari ciptaan lainnya. Ernest Cassirer berpendapat bahwa keunikan manusia bukanlah terletak
pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa.Oleh
karena itu, Ernest menyebut manusia sebagai Animal Symbolicum, yaitu makhluk yang
menggunakan simbol.

Wittgenstein menyatakan: “Batas bahasaku adalah batas duniaku”. Melalui pernyataan ini
orang-orang yang berpikir (homo sapiens) akan bertanya dalam diri apa itu bahasa? Apa
fungsinya? Bagaimana peran bahasa dalam berpikir Ilmiah?

Bloch and Trager mengatakan: a language is a system of arbitrary vocal symbols by means of
which a social group cooperates (Bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang
arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi.

Joseph broam mengatakan: bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol
bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat
bergaul satu sama lain.

1
Batasan diatas memerlukan sedikit penjelasan agar tidak terjadi salah paham. Oleh karena itu,
perlu diteliti setiap unsur yang ada didalamnya:

1.Simbol-simbol

Simbol-simbol berarti sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain. Hubungan antara simbol
dan “sesuatu” yang dilambangkannya itu tidak merupakan sesuatu yang terjadi dengan
sendirinya atau sesuatu yang bersifat alamiah, seperti yang terdapat antara awan hitam dan
turunnya hujan, ataupun antara tingginya panas badan dan kemungkinan terjadinya infeksi.
Awan hitam adalah tanda turunnya hujan; panas suhu badan yang tinggi tanda suatu penyakit
.
2.Simbol-simbol vokal

Simbol-simbol yang membangun ujaran manusia adalah simbol-simbol vokal, yaitu bunyi-
bunyi yang urutan-urutan bunyinya dihasilkan dari kerjasama berbagai organ atau alat tubuh
dalam sistem pernafasan. Untuk memenuhi maksudnya, bunyi-bunyi tersebut haruslah
didengar oleh orang lain dan harus diartikulasikan sedemikian rupa untuk memudahkan
sipendengar untuk merasakannya secara jelas dan berbeda dari yang lainnya. Dengan kata
lain, tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh organ-organ vokal manusia merupakan simbol-
simbol bahasa, lambang-lambang kebahasaan. Contoh: bersin, batuk, dengkur, biasanya tidak
mengandung nilai simbolis, semua itu tidak bermakna apa-apa diluar mereka sendiri.

3.Simbol-simbol vokal arbitrer

Istilah arbitrer disini bermakna “mana suka” dan tidak perlu ada hubungan yang valid secara
filosofis antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya. Hal ini akan lebih jelas bagi orang
yang mengetahui lebih dari satu bahasa. Misalnya, untuk menyatakan jenis binatangEquus
Caballus, orang Inggris menyebutnya horse, orang Perancis cheval, orang Indonesia kuda,
dan orang Arab hison. Semua kata ini sama tepatnya, sama arbitrernya. Semuanya adalah
konvensi sosial yakni sejenis persetujuan yang tidak diucapkan atau kesepakatan secara
diam-diam antara sesama anggota masyarakat yang memberi setiap kata makna tertentu.

Suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer.


Walaupun hubungan antara bunyi dan arti ternyata bebas dari setiap suara hati nurani, logika
atau psikologi, namun kerjasama antara bunyi-bunyi itu sendiri, didalam bahasa tertentu,
ditandai oleh sejumlah konsistensi, ketetapan intern. Misalnya; setiap bahasa beroperasi
dengan sejumlah bunyi dasar yang terbatas (dan ciri-ciri fonetik lainnya seperti tekanan kata
dan intonasi).

Yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama
lain.
Fungsi bahasa memang sangat penting dalam dunia manusia. Dengan bahasa para anggota
masyarakat dapat mengadakan interaksi sosial.

2
a. Fungsi Bahasa

Para pakar telah berselisih pendapat dalam hal fungsi bahasa. Aliran filsafat bahasa dan
psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan
dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana
untuk perubahan masyarakat.

Walaupun tampak perbedaan tetapi saling melengkapi. Secara umum dapat dinyatakan bahwa
fungsi bahasa adalah:

1) Koordinator kegiatan-kegiatan masyarakat.


2) Penetapan pemikiran dan pengungkapan.
3) Penyampaian pikiran dan perasaan.
4) Penyenangan jiwa.
5) Pengurangan kegoncangan jiwa.

Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah
sebagai berikut:

1) Fungsi Instrumental: penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat
materi seperti makan, minum dan sebagainya.
2) Fungsi Regulatoris: penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah
laku.

3) Fungsi Interaksional: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan


pemikiran antara seseorang dan orang lain.
4) Fungsi Personal : seseorang mengunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan
pikiran.
5) Fungsi Heuristik: penggunaan bahasa untuk mencapai mengungkap tabir fenomena
dan keinginan untuk mempelajarinya.
6) Fungsi Imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan
gambaran-gambaran tentang discovery seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia
nyata).
7) Fungsi Representasional: penggunaan bahasa untuk menggambarkan pemikiran dan
wawasan serta menyampaikannya pada orang lain.

Kneller mengemukakan 3 fungsi bahasa yaitu simbolik, emotif dan afektif. Fungsi simbolik
dan emotif menonjol dalam komunikasi ilmiah, sedangkan fungsi afektif menonjol dalam
komunikasi estetik.

Sedangkan Buhler membedakan fungsi bahasa kedalam bahasa ekspresif, bahasa konatif, dan
bahasa representasional. Bahasa ekspresif yaitu bahasa yang terarah pada diri sendiri yakni si
pembicara; bahasa konatif yaitu bahasa yang terarah pada lawan bicara; dan bahasa
representasional yaitu bahasa yang terarah pada kenyataan lainnya, yaitu apa saja selain
pembicara atau lawan bicara.

3
b. Bahasa sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
Ada dua hal yang harus diperhatikan masalah sarana ilmiah, yaitu pertama, sarana ilmiah itu
merupakan ilmu dalam pengertian bahwa ia merupakan kumpulan pengetahuan yang
didapatkan berdasarkan metode ilmiah, seperti menggunakan pola berpikir induktif dan
deduktif dalam mendapatkan pengetahuan. Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah
agar dapat melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah dimana
bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
tersebut kepada orang lain, baik pikiran yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif.
Dengan kata lain, kegiatan berpikir imiah ini sangat berkaitan erat dengan bahasa.
Menggunakan bahasa yang baik dalam berpikir belum tentu mendapatkan kesimpulan yang
benar apalagi dengan bahasa yang tidak baik dan benar. Premis yang salah akan
menghasilkan kesimpulan yang salah juga. Semua itu tidak terlepas dari fungsi bahasa itu
sendiri sebagai sarana berpikir.

c. Bahasa Ilmiah dan Bahasa Agama


Bahasa ilmiah adalah bahasa yang digunakan dalam kegiatan ilmiah, berbeda dengan bahasa
agama. Ada dua pengertian mendasar tentang bahasa agama, pertama, bahasa agama adalah
kalam Ilahi yang terabadikan dalam kitab suci. Kedua, bahasa agama merupakan ungkapan
serta perilaku keagamaan dari seseorang atau kelompok sosial. Dengan kata lain, bahasa
agama dalam konteks kedua ini merupakan wacana keagamaan yang dilakukan oleh ummat
beragama maupun sarjana ahli agama, meskipun tidak selalu menunjuk serta menggunakan
ungkapan-ungkapan kitab suci.
Bahasa ilmiah dalam tulisan-tulisan ilmiah, terutama sejarah, selalu dituntut secara deskriptif
sehingga memungkinkan pembaca (orang lain) utuk ikut menafsirkan dan mengembangkan
lebih jauh. Sedangkan bahasa agama selain menggunakan bahasa deskriptif juga
menggunakan gaya preskriptif, yakni struktur makna yang dikandung selalu bersifat imperatif
dan persuasif dimana pengarang menghendaki pembaca mengikuti pesan pengarang
sebagaimana terformulasikan dalam teks.

C. Matematika sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan

Dalam abad ke-20 ini, seluruh kehidupan manusia sudah mempergunakan matematika, baik
matematika ini sangat sederhana hanya untuk menghitung satu, dua, tiga maupun yang
sampai sangat rumit, misalnya perhitungan antariksa.
Penalaran ilmiah menyadarkan kita kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
Matematika mempunyai peranan penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika
mempunyai peran penting dalam berpikir induktif

Matematika Sebagai Bahasa


Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian
pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial”
yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka
matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.

4
Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan, untuk mengatasi kekurangan yang terdapat
pada bahasa verbal, kita berpaling pada matematika. Dalam hal ini kita katakan bahwa
matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat majemuk dan emosional
dari bahasa verbal. Contoh: menghitung “kecepatan jalan kaki seorang anak” kita
lambangkan X, “jarak tempuh seorang anak” kita lambangkan Y, “waktu berjalan kaki
seorang anak” kita lambangkan Z, maka kita dapat melambangkan hubungan tersebut sebagai
Z=Y/X. Pernyataan Z=X/Y kiranya jelas tidak mempunyai konotasi emosional dan hanya
mengemukakan informasi mengenai hubungan antara X, Y dan Z. Dalam hal ini pernyataan
matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informatif dengan tidak menimbulkan
konotasi yang tidak bersifat emosional.[9]

Matematika sebagai Sarana Berpikir Deduktif


Matematika merupakan ilmu deduktif. Karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi
tidak didasari atas pengalaman, melainkan didasarkan atas deduksi-deduksi (penjabaran-
penjabaran). Matematika lebih mementingkan bentuk logisnya. Pernyataan-pernyataannya
mempunyai sifat yang jelas. Pola berpikir deduktif banyak digunakan baik dalam bidang
ilmiah maupun bidang lain yang merupakan proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan
kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Contoh: jika diketahui A
termasuk dalam lingkungan B, sedangkan B tidak ada hubungan dengan C, maka A tidak ada
hubungan dengan C.

Matematika untuk Ilmu Alam dan Ilmu Sosial


Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Disamping pengetahuan
mengenai matematika itu sendiri, matematika juga memberikan bahasa, proses dan teori yang
memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam matematika memberikan kontribusi yang
cukup besar. Kontribusi matematika dalam perkembangan ilmu alam, lebih ditandai dengan
penggunaan lambang-lambang bilangan untuk penghitungan dan pengukuran, disamping hal
lain seperti bahasa, metode dan lainnya.
Adapun ilmu-ilmu sosial dapat ditandai oleh kenyataan bahwa kebanyakan dari masalah yang
dihadapinya tidak mempunyai pengukuran yang mempergunakan bilangan dan pengertian
tentang ruang adalah sama sekali tidak relevan.

D. Statistika sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan

1.Pengertian statistik
Pada mulanya kata statistik diartikan sebagai keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh
negara dan berguna bagi negara.
Secara etimologi, kata “statistik” berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai
persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris), yang dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan dengan negara. Pada mulanya, kata “statistik” diartikan sebagai “kumpulan
bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun data yang tidak
berwujud angka (data kuantitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar
bagi suatu negara”. Namun pada perkembangan selanjutnya, arti kata statistik hanya dibatasi
pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif) saja.

5
Ditinjau dari segi terminologi, dewasa ini istilah statistik terkandung berbagai macam
pengertian;

1. Istilah statistik kadang diberi pengertian sebagai data statistik, yaitu kumpulan bahan
keterangan berupa angka atau bilangan.
2. Sebagai kegiatan statistik atau kegiatan perstatistikan atau kegiatan penstatistikan.
3. Kadang juga dimaksudkan sebagai metode statistik yaitu cara-cara tertentu yang perlu
ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun, atau mengatur, menyajikan,
menganalisis, dan memberikan interpretasi terhadap sekumpulan bahan keterangan yang
berupa angka itu dapat berbicara atau dapat memberikan pengertian makna tertentu.
4. Istilah statistik dewasa ini juga dapat diberi pengertian sebagai “ilmu statistik”, ilmu
statistik adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan memperkembangkan secara ilmiah
tahap-tahap yang adadalam kegiatan statistik atau ilmu pengetahuan yang membahas
(mempelajari) dan memperkembangkan prinsip-prinsip, metode dan prosedur yang perlu
ditempuh dalam rangka;

a. Pengumpulan data angka


b. Penyusunan atau pengaturan data angka
c. Penyajian atau penggambaran atau pelukisan data angka
d. Penganalisisan terhadap data angka
e. Penarikan kesimpulan (conclusion)
f. Pembuatan perkiraan (estimation)
g. Penyusunan ramalan (prediction) secara ilmiah (dalam hal ini secara matematik) atas
dasar pengumpulan data angka tersebut.

Dalam kamus ilmiah populer, kata statistik berarti tabel, grafik, daftar informasi, angka-
angka, informasi. Sedangkan kata statistika berarti ilmu pengumpulan, analisis dan klasifikasi
data, angka sebagai dasar untuk induksi.

2. Sejarah Perkembangan Statistik

Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak
dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi dan bahkan Eropa dalam Abad Pertengahan.
Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang dikembangkan sarjana
Muslim, namun bukan dalam lingkup teori peluang. Begitu dasar-dasar peluang ini
dirumuskan, maka dengan cepat telaahan ini berkembang. Konsep statistik sering dikaitkan
dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu.

6
a. Abraham Demoitre (1667-1754) mengembangkan teori galat atau kekeliruan (theory of
error).
b. Thomas Simpson (1757) menyimpulkan bahwa terdapat sesuatu distribusi yang
berlanjut (continuous distribution) dari suatu variabel dalam suatu frekuensi yang cukup
banyak.
c. Pierre Simon de Laplace (1749-1827) mengembangkan konsep Demoivre dan
Simpson ini lebih lanjut dan menemukan distribusi normal sebuah konsep mungkin paling
umum dan paling banyak dipergunakan dalam analisis statistika disamping teori peluang.
d. Distribusi lain, yang tidak berupa kurva normal, kemudian ditemukan Francis Galton
(1822-1911) dan Karl pearson (1857-1936)
e. Karl Friedrich Gauss (1777-1855) mengembangkan teknik kuadrat terkecil (least
squares) simpangan baku dan galat baku untuk rata-rata (the standard error of the mean).
Pearson melanjutkan konsep-konsep Galton dan mengembangkan konsep regresi, korelasi,
distribusi, chi-kuadrat dan analisis statistika untuk data kualitatif Pearson menulis buku The
Grammar of science sebuah karya klasik filsafat ilmu.
f. William Searly Gosset, yang terkenal dengan nama samaran “student”,
mengembangkan konsep tentang pengambilan contoh. Desigent Experiment dikembangkan
oleh Ronald Alylmer Fisher (1890-1962) disamping analisis varians dan covarians, distribusi
–z, distribusi –t, uji signifikan dan teori tentang perkiraan (theory of estimation).
Di Indonesia sendiri kegiatan dalam bidang penelitian sangat meningkat, baik kegiatan
akademik maupun pengambilan keputusan telah memberikan momentum yang baik untuk
pendidikan statistika.

3. Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa, Matematika, logika dan Statistika

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, agar dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah
dengan baik, diperlukan sarana yang berupa bahasa, matematika, logika dan statistika.
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah
dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan
pikiran tersebut kepada orang lain.
Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan berpikir deduktif dan berpikir
induktif. Untuk itu penalaran ilmiah menyandarkan diri pada proses logika deduktif dan
logika induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif,
sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Jadi keempat
sarana ilmiah ini saling berhubungan erat satu sama lain.

4. Tujuan Pengumpulan Data Statistik

Tujuan ini dibagi menjadi dua golongan besar yaitu;


a. Tujuan kegiatan praktis
Dalam kegiatan praktis hakikat alternatif yang sedang dipertimbangkan telah diketahui,
paling tidak secara prinsip, dimana konsekuensi dalam memilih salah satu dari alternatif
tersebut dapat dievaluasi berdasarkan serangkaian perkembangan yang akan terjadi.
b. Tujuan kegiatan keilmuan
Kegiatan statistika dalam bidang keilmuan diterapkan pada pengambilan suatu keputusan
yang konsekuensinya sama sekali belum diketahui. Dengan demikian konsekuensi dalam
melakukan kesalahan dapat diketahui secara lebih pasti dalam kegiatan praktis dibandingkan
dengan kegiatan keilmuan.

7
5. Statistika dan Cara Berpikir Induktif

Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji
kebenarannya. Semua pernyataan ilmiah adalah sesuai faktual, dimana konsekuensinya dapat
diuji baik dengan jalan mempergunakan pancaindera, maupun dengan alat-alat yang
membantu pancaindera tersebut. Statistika merupakan pengetahuan untuk melakukan
penarikan kesimpulan induktif secara lebih seksama.

Kesimpulan yang ditarik dalam penalaran deduktif adalah benar jika premis-premis yang
dipergunakan adalah benar danprosedur penarikan kesimpulannya adalah sah. Sedangkan
dalam penalaran induktif meskipun premis-premisnya adalah benar dan prosedur penarikan
kesimpulannya adalah sah, maka kesimpulan itu belum tentu benar. Tapi kesimpulan itu
mempunyai peluang untuk benar.

Statistik merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara
ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah, statistik membantu kita untuk
melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan
bukan terjadi secara kebetulan.

6. Peranan statistika dalam tahap-tahap Metode Keilmuan

Langkah-langkah yang lazim dipergunakan dalam kegiatan keilmuan yang dapat dirinci
sebagai berikut;

a. Observasi
Statistik dapat mengemukakan secara terperinci tentang analisis yang akan dipakai dalam
observasi.

b. Hipotesis
Untuk menerangkan fakta yang diobservasi, dugaan yang sudah ada dirumuskan dalam
sebuah hipotesis. Dalam tahap kedua ini statistika membantu kita dalam mengklasifikasikan
hasil observasi.

c. Ramalan
Dari hipotesis dikembangkanlah deduksi. Jika teori yang dikemukakan memenuhi syarat
deduksi akan menjadi pengetahuan baru. Fakta baru ini disebut ramalan.

d. Pengujian kebenaran
Untuk menguji kebenaran ramalan, mulai dari tahapan-tahapan berulang seperti sebuah
siklus.

7. Penerapan Statistika

Statistika diterapkan secara luas dalam hampir semua pengambilan keputusan dalam bidang
manajemen. Statistika diterapkan dalam penelitian pasar, penelitian produksi, kebijaksanaan
penanaman modal, kontrol kualitas, seleksi pegawai, kerangka percobaan industri, ramalan
ekonomi, auditing dan masih banyak lagi.

8
E. Kesimpulan

Bahasa mempunyai peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan
manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan
menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa
mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia
dari ciptaan lainnya.

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian


pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial”
yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka
matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.

Logika adalah sarana berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu
berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir.

Statistik yaitu kumpulan bahan keterangan berupa angka atau bilangan. Metode statistik
yaitu cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun, atau
mengatur, menyajikan, menganalisis, dan memberikan interpretasi terhadap sekumpulan
bahan keterangan yang berupa angka itu dapat berbicara atau dapat memberikan pengertian
makna tertentu.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers. 2010.


Suriasumantri,Jujun S, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1995.
Hidayat, Komaruddin, Memahami Bahasa Agama, Jakarta: Paramadina, 1996.
Salam, Burhanuddin, Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: PT Rineka Cipta,
1997.
Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002.
Poespoprojo, W, Logika Scientifika; Pengantar Dialektika dan Ilmu,Bandung: Pustaka
Grafika, 1999.
Suriasumantri, Jujun S, Ilmu Dalam Perspektif, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001.
Dajan, Anto, Pengantar Metode Statistik, Jilid I,Pustaka LP3ES Indonesia, 2000.

10

Anda mungkin juga menyukai