Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang Masalah

Permasalahan kesejahteraan memang selalu menjadi topik utama di


berbagai kalangan, baik itu kalangan atas/ para penguasa maupun kalangan
bawah/ buruh dan bahkan para pengangguran. Sehingga tak heran kalau banyak
filosof seperti Karl Marx begitu menuntut adanya kesejahteraan lewat
dialektikanya. Kesejahteraan merupakan salah satu indikator penentu kemajuan
satu negara. Hal itu berarti apabila seluruh warga negara sudah mencapai taraf
kesejahteraan, maka negara tersebut tentunya bisa memperoleh gelar negara
maju (tentunya dengan syarat-syarat lain, disamping kesejahteraan warganya).

Kesejahteraan terbagi menjadi kesejahteraan lahir dan kesejahteraan


bathin. Kesejahteraan lahir meliputi terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan lahiriyah,
seperti sandang, pangan, papan, dan lain-lain, yang kesemuanya itu berporos pada
satu titik yaitu kesediaan/ kesejahteraan ekonomi. Adapun kesejahteraan bathin,
yaitu terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan rohani, seperti ibadah, doa, dan lain-lain.

Berawal dari kesejahteraan, khususnya kesejahteraan lahir yang porosnya


ada pada perekonomian inilah, tampaknya Indonesia masih saja mengalami
kesulitan dalam mensejahterakan warganya. Padahal bila dihitung secara
keseluruhan, warga Indonesia masuk dalam sepuluh besar negara dengan
penduduk terpadat. Hal itu berarti, dengan warga yang banyak, seharusnya bisa
menghasilkan pundi-pundi perekonomian yang banyak pula. Namun
kenyataannya tak sejalan dengan harapan, sebab banyaknya warga negara yang
ada tidak kesemuanya bekerja/ berpenghasilan atau lebih kita kenal dengan
pengangguran.
Salah satu hal yang mendasari banyaknya angka pengangguran di
Indonesia kita ini adalah rendahnya kreatifitas dalam berwirausaha. Padahal
sesungguhnya dengan berwirausaha dapat meningkatkan angka kesejahteraan
bangsa. Oleh karena itu, tentunya diperlukan faktor-faktor yang mendukung
terciptanya kewirausahaan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah kewirausahaan, wirausaha dan wirausahawan itu?


2. Apa sajakah faktor-faktor pendorong timbulnya kewirausahaan?
3. Apa sajakah faktor yang berperan dalam kesuksesan dan kegagalan
kewirausahaan?
4. Apa sajakah faktor yang berperan dalam kesuksesan wirausahawan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dengan baik pengertian kewirausahaan.


2. Mengetahuifaktor-faktor pendorong timbulnya kewirausahaan.
3. Mengetahui dan menjelaskan faktor yang berperan dalam kesuksesan dan
kegagalan kewirausahaan.
4. Mengetahui dan menjelaskan faktor yang berperan dalam kesuksesan
wirausahawan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kewirausahaan, wirausaha dan wirausahawan

Kewirausahaan (Suryana: 2003) adalah kemampuan kreatif dan inovatif


yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.
Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda (create new and different) melalui berfikir kreatif dan inovatif.
Suryana (2003) mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan suatu kemampuan
dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya
dengan cara-cara baru dan berbeda melalui :

a. Pengembangan teknologi baru

b. Penemuan pengetahuan ilmiah baru

c. Perbaikan produk barang dan jasa yang ada

d. Penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak dengan


sumber daya lebih efisien

Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara


baru dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang. Sedangkan inovasi
adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan
masalah dan menemukan peluang. Jadi kreativitas adalah kemampuan untuk
memikirkan sesuatu yang baru dan berbeda, sedangkan inovasi merupakan
kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru dan berbeda.

Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam
menghadapi tugas atau pekerjaan. Dalam praktik, sikap dan kepercayaan ini
merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan
suatu tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu kepercayaan diri
memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas, dan ketidaktergantungan.
Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan
kemampuannya untuk mencapai keberhasilan (Anonim, 2010).

Menurut Joseph Schumpeter, entrepreneur atau wirausaha adalah orang


yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan menciptakan bentuk organisasi
baru atau mengolah bahan baku baru. Dalam definisi ini ditekankan bahwa
seseorang wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudia
nmenciptkan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut.
Wiraswasta terdiri dari 3 kata: Wira, Swa, dan Sta. Masingt-masing berarti, Wira
berarti manusia unggul, teladan, berbudi luhur, berjiwa besar, berani, pahlawan
atau pendekar kemajuan dan memiliki keagungan watak, Swa artinya sendiri, dan
Sta artinya berdiri. Bertolak dari ungkapan etimologis di atas, maka wirasasta
berarti keberanian, keutamaan, serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan
serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada dalam diri
sendiri. (Wasty Sumanto, 1984:43).

Wirausahawan (bahasa Inggris: entrepreneur) adalah orang yang


melakukan aktivitas wirausaha yang dicirikan dengan pandai atau berbakat
mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun manajemen
operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur
permodalan operasinya

2.2. Faktor-Faktor Pendorong Kewirausahaan

Perilaku kewirausahaan menurut Kuncara (2008:1) dipengaruhi oleh faktor


internal dan faktor eksternal.

 faktor internal, yaitu kecakapan pribadi yang menyangkut soal bagaimana kita
mengelola diri sendiri. Kecakapan pribadi seseorang terdiri atas 3 unsur
terpenting, yaitu:

a. Kesadaran diri.
Ini menyangkut kemampuan mengenali emosi diri sendiri dan efeknya,
mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri, dan keyakinan tentang harga
diri dan kemampuan sendiri atau percaya diri.

b. Pengaturan diri.

Ini menyangkut kemampuan mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan yang


merusak, memelihara norma kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas
kinerja pribadi, keluwesan dalam menghadapi perubahan, dan mudah menerima
atau terbuka terhadap gagasan, pendekatan dan informasi-informasi baru. (3)
Motivasi. Ini menyangkut dorongan prestasi untuk menjadi lebih baik,
komitmen, inisiatif untuk memanfaatkan kesempatan, dan optimisme dalam
menghadapi halangan dan kegagalan.

 Faktor eksternal, yaitu kecakapan sosial yang menyangkut soal bagaimana kita
menangani suatu hubungan. kecakapan sosial seseorang terdiri atas 2 unsur
terpenting, yaitu:

a. Empati.

Ini menyangkut kemampuan untuk memahami orang lain, perspektif orang lain,
dan berminat terhadap kepentingan orang lain. Juga kemampuan mengantisipasi,
mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan. Mengatasi keragaman
dalam membina pergaulan, mengembangkan orang lain, dan kemampuan
membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan
kekuasaan, juga tercakup didalamnya.

b. Keterampilan sosial.

Termasuk dalam hal ini adalah taktik-taktik untuk meyakinkan orang (persuasi),
berkomunikasi secara jelas dan meyakinkan, membangkitkan inspirasi dan
memandu kelompok, memulai dan mengelola perubahan, bernegosiasi dan
mengatasi silang pendapat, bekerja sama untuk tujuan bersama, dan menciptakan
sinergi kelompok dalam memperjuangkan kepentingan bersama.faktor
eksternalnya adalah lingkungan (environment).
Dalam “Entrepreneur`s Handbook”, yang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita
(1994:8), dikemukakan beberapa faktor yang mendorong timbulya kemauan
seseorang untuk berwirausaha:

1. Fakor ekonomi/ keuangan, yaitu untuk mencari nafkah, untuk menjadi kaya,
mencari pendapatan tambahan, dan sebagai jaminan stabilitas keuangan.
2. Faktor sosial, yaitu untuk memperoleh gengsi/ status, untuk menjadi terkenal
dan dihormati, menjadi contoh bagi warga desa, dan agar dapat bertemu dengan
orang banyak.
3. Faktor pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat, untuk
menatar masyarakat, membantu ekonomi masyarakat, demi masa depan anak-
anak dan keluarga, untuk mendapatkan kesetiaan suami/ isteri, dan untuk
membahagiakan orang tua.
4. Faktor kebutuhan diri, yaitu untuk menjadi sesuai keinginan (misal atasan),
menghindari ketergantungan pada orang lain, agar lebih produktif, dan
menggunakan kemampuan pribadi.

Menurut Zimmerer, and Scarborough, 1998, dalam sebuah komunitas tumbuhnya


para wirausaha-wan dipicu oleh beberapa faktor yakni:[10]

1. Faktor ekonomi dan kependudukan.

Seiring dengan perbaikan di bidang ekonomi, sebagian masyarakat dewasa ini


memiliki kecenderungan untuk lebih mandiri dalam berusaha dan hal tersebut
disambut positif oleh masyarakat sehingga lebih menggerakkan wirausahawan
dalam memproduksi barang ataupun jasa. Setiap orang memiliki kesempatan
untuk berusaha yang sama untuk berhasil dan sukses melalui cara memiliki usaha
sendiri. Dan dalam hal ini tidak ada batasan ras, jenis kelamin, usia ataupun status
sosial, dan dalam hal tersebut kewirausahaan menyediakan tempat yang jauh lebih
luas dibandingkan jika seseorang menjadi seorang karyawan atau pegawai.

2. Faktor Pergeseran perekonomian ke bidang jasa.


Pertumbuhan di bidang ekonomi pada saat ini mulai mengalami pergeseran. Jika
sebelumnya perkembangan pesat terjadi pada bidang produksi yang
mengakibatkan kecenderungan naiknya jumlah barang yang ada di pasar. Sebagai
kelanjutannya kondisi tersebut akan memicu munculnya usaha memasarkan
barang tersebut ke konsumen, sehingga memiliki kecenderungan meningkatnya
usaha jasa pemasaran barang.

3. Faktor Pendidikan kewirausahaan.

Jika pada era sebelumnya ada semacam anggapan bahwa yang bisa menjadi
pengusaha adalah generasi penerus dari para pemilik usaha atau mitos ”
entrepreneurs are born, not made” pada saat ini sudah banyak yang membuktikan
bahwa hal tersebut sudah tidak berlaku lagi. Bahwa kewirausahaan merupakan
sesuatu yang bisa dipelajari dan di¬praktikan tanpa wirausaha tersebut harus
berasal dari keturunan seorang wirausaha. Munculnya berbagai institusi
pendidikan yang ber¬fokus atau berkonsentrasi pada ilmu kewirausahaan,
beragam media dan cara yang tersedia yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana
mempelajari dunia wirausaha seperti buku, beragam seminar dsb merupakan bukti
minat masyarakat terhadap kewirausahaan.

4. Faktor Kebanggan sebagai Wirausahawan.

Dalam diri seseorang secara alamiah sudah memiliki rasa tanggung jawab. Baik
itu merupakan tanggung jawab pada sendiri, keluarga dan masyarakat, pada
umumnya hal tersebut akan terdorong untuk melakukan peningkatan nilai
kehidupan. Desakan dan kemampuan dalam diri wirausaha untuk mampu
menghidupi diri sendiri, keluarga, karyawan dan peran aktif di dalam masyarakat
akan memunculkan kebanggaan dalam di ri wirausaha. Keinginan untuk menjadi
pionir dalam bidang tertentu akan mendorong munculnya wirausaha.

5. Faktor Kemajuan teknologi, peluang internasional dan gaya hidup bebas


Menciptakan sesuatu yang baru yang berbeda dari yang telah ada merupakan salah
satu keahlian seorang wirausahawan. Create new and different, kreativitas dan
keinovasian sebagai landasan kewirausahaan akan muncul apabila seorang
memiliki kebebasan dalam berpikir dan bertindak. Peluang internasional didukung
oleh kemajuan teknologi akan memunculkan peluang untuk menciptakan barang
dan jasa yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat luas (internasional). Dibukanya
peluang internasional akan memunculkan transfer manusia, teknologi, barang dan
jasa yang memungkinkan wirausaha menciptakan barang dan jasa ke pasar yang
berbeda.

Menurut Timmons (2008:41), dasar fundamental dari proses kewirausahaan sering


dijumpai pada pola kesuksesan ventura. Selain variasi bisnis, wirausahawan,
faktor geografi, dan teknologi, faktor pendukung utama juga mendominasi proses
kewirausahaan yang dinamis. Sehubungan dengan itu, Timmons mengemukakan
lima faktor pendorong proses kewirausahaan sebagai berikut:

1. digerakkan oleh semangat meraih peluang bisnis.


2. digerakkan oleh wirausahawan terkemuka dan tim kewirausahaannya.
3. hemat dan kreatif dalam menggunakan sumber daya.
4. sadar akan perlunya kesesuaian dan keseimbangan.
5. terintegrasi dan holistik.

2.3 Faktor-faktor yang berperan dalam kesuksesan dan Kegagalan


kewirausahaan

Menurut Kuncara (2008:3-4) kunci sukses seorang pengusaha di dalam


memenangkan pasar adalah kekuatan peranan dalam berinovasi dan menciptakan
ide-ide brilian dalam menembus market share. Inovasi bukanlah berarti
menciptakan sebuah produk baru. Inovasi dapat berwujud apa saja, mulai dari,
baik dalam bentuk jasa maupaun produk. Inovasi juga bisa dilakukan dengan
mengamati produk atau jasa yang sudah ada, kemudian melakukan modifikasi
untuk membuat hasil yang lebih baik. Atau dari modifikasi tersebut akan
melahirkan sebuah produk baru lagi. Salah satu metode inovasi adalah ala Jepang,
yaitu dengan prinsip ATM; Amati, Tiru, Modifikasi.

Untuk menjadi wirausaha sukses dan tangguh melalui inovasi, maka harus
menerapkan beberapa hal berikut:

1. Seorang wirausaha harus mampu beripikir secara Kreatif, yaitu dengan


berani keluar dari kerangka bisnis yang sudah ada. Untuk menghasilkan
sesuatu yang lebih baik.
2. Seorang wirausaha juga harus bisa membaca arah perkembangan dunia
usaha. Misalnya, saat ini sedang maraknya penggunaan Teknologi
Informasi dalam dunia bisnis.
3. Seorang wirausaha harus dapat menunjukkan nilai lebih dari produk yang
dimilikinya, agar konsumen tidak merasa produk yang ditawarkan terlalu
mahal.
4. Seorang wirausaha perlu menumbuhkan sebuah kerjasama tim, sikap
leadership, kebersamaan dan membangun hubungan yang baik dengan
karyawannya.
5. Seorang wirausaha harus mampu membangun personal approach yang
baik dengan lingkungan sekitarnya dan tidak cepat berpuas diri dengan apa
yang telah diraihnya.
6. Seorang wirausaha harus selalu meng-upgrade ilmu yang dimilikinya
untuk meningkatkan hasil usaha yang dijalankannya. Hal ini dapat
ditempuhnya dengan cara membaca buku-buku, artikel, internet, ataupun
bertanya pada yang ahlinya.
7. Seorang wirausaha harus bisa menjawab tantangan masa depan dan
mampu menjalankan konsep manajemen dan teknologi informasi. Hal ini
bertujuan untuk mempelajari segala situasi bisnis atau usaha yang cepat
berkembang dan berubah sangat cepat. Untuk itu perlunya daya kreativitas
yang tinggi, analisis yang baik, intuisi yang tajam,
kemampuan networking yang mendukung, serta strategi jitu dalam
memasarkan produk atau jasa yang dimilikinya.

Sebaliknya, faktor yang menjadi penyebab kegagalan kewirausahaan menurut


Saifudin (2008:3) antara lain:

1.Tidak kompeten dalam manajerial


2.Kurang berpengalaman dalam oerasi dan menghasilkan produk
3.Lemah dalam pengendalian keuangan
4.Gagal dalam perencanaan program bisnis
5.Lokasi yang kurang memadai
6.Kurangnya pengawasan peralatan
7.Sikap yang tidak bersungguh-sungguh dalam usaha
8.Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan transisi wirausaha
9.Keadaan yang menjadikan pesimistik dalam usaha

2.4 Faktor yang Berperan dalam Kesuksesan Wirausahawan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh National Center for Entrepreneural Research
menemukan setidaknya ada tiga faktor yang berperan dalam kesuksesan
wirausahawan, yaitu:

Tidak ada kepribadian ideal untuk menjadi wirausahawan, akan tetapi dia harus
memiliki beberapa keterampilan yang bisa dipelajari. Yang diperlukan adalah
mengambil keputusan dengan penuh keyakinan. Wirausahawan tidak hanya
memiliki sifat kreatif dan inovatif, tetapi juga kemampan manajerial, keterampilan
bisnis, dan relasi yang baik.

Peneliti meyakini faktor pengalaman sehari-hari dan kecakapan menjadi kunci


keberhasilan. Seorang wirausahawan harus mengumpulkan informasi dan
bertindak berdasarkan informasi tersebut. Dengan demikian, kesuksesan juga
berkaitan dengan persiapan dan perencanaan yang matang.
3. Separuh wirausahawan sukses memiliki orang tua yang juga wirausahawan atau
panutan.

Dalam suatu studi yang dilakukan baru – baru ini, ada empat faktor yang
mempengaruhi kepribadian seseorang untuk menjadi pengusaha. Empat faktor itu
adalah: Individu, kultural, masyarakat, dan gabungan dari ketiga faktor tadi.

a. Faktor Individual

Banyak ahli yang berpendapat bahwa studi mereka akan membuahkan hasil
apabila sifat wirausahawan dapat diungkap lebih jauh, meskipun faktanya, sifat
tersebut tidak bisa dijadikan indikator dalam mengukur perilaku wirausahawan.
Peter Drucker, adalah salah satu dari sekian banyak orang yang tidak percaya
bahwa sifat adalah tolak ukurnya, dan sebaliknya berpendapat bahwa
kewirausahaan dapat diajarkan. Seorang profesor dalam bidang kewirausahaan
sependapat dengan hal ini:

Kepada semua yang tidak takut mengambil risiko, Akan kutunjukkan kepadamu
bagaimana seseorang dapat membenci risiko. Untuk setiap orang yang terlahir
sebagai anak pertama yang sukses dalam wirausaha, akan ada satu satu orang
yang terlahir sebagai anak tunggal atau anak bungsu yang sukses. Dan setiap
wirausaha yang tumbuh dengan mendengarkan pembicaraan orangtuanya yang
menjadi pengusaha, akan ada pengusaha yang tumbuh karena didikan keras
orangtuanya, atau karena tidak mempunyai orangtua.

Namun, banyak yang percaya bahwa para pengusaha memiliki sifat khusus,
dimana sifat ini tidak dapat diajarkan. Seorang enulis dari majalah Business Week
tidak setuju dengan pendapatnya Peter Drucker, ”Mungkin Drucker benar, bahwa
sifat – sifat wirausaha dapat dipelajari, namun tidak demikian dengan jiwa
wirausahawan. Seorang wirausahawan bisa juga adalah seorang manajer, tetapi
tidak semua manajer dapat menjadi wirausahawan.” Ada pengusaha yang
berpendapat,

Anda tidak bisa mengajarkan dorongan, initiative, ingenuity, atau individuality.


Anda juga tidak akan bisa mengajarkan pola pikir ataupun sifat. Anda juga tidak
bisa mengajarkan pelajaran memulai sebuah usaha hanya dengan harapan dan
kemampuan berbicara kepada seseorang untuk meminjam uang (berhutang)

b. Faktor Kultural

Sebuah penemuan yang sangat umum apabila kebudayaan dan etnik dapat
merepresentasikan sebuah jaringan usaha, yang tentunya, orang – orang yang
tergabung didalamnya merupakan pengusaha. Namun, kecenderungan kultur ini
masih belum jelas, karena setiap individu dalam suatu kelompok budaya tidak
semuanya menjadi pengusaha dengan alasan yang sama.

Efek dari kultur dan sifat etnis ini mungkin terangkai, karena menurut berbagai
studi, kebudayaan yang berbeda memiliki nilai dan kepercayaan yang berbeda
pula. Sebagai contoh, di Jepang dikenal ada sebuah pencapaian kultur dimana
seseorang harus terus berusaha sampai mereka sukses. Faktur lain yang penting
adalah bagaimana kultur tersebut memiliki internal locus of control atau tidak.
Sebagai contoh, kultur di Amerika mendukung adanya internal locus, sedangkan
di Rusia tidak.

Kultur juga mempengaruhi status kewirausahaan. Sebuah studi di Kanada,


menyatakan bahwa orang India melihat kewirausahaan sebagai sesuatu yang
positif, sedangkan orang – orang Haiti melihatnya sebagai kerjaan rendahan.
Ekspektasi kultural merupakan penghalang untuk seorang Wanita bernama Puerto
Rican di Washington, D.C. Ketika dia ingin memulai usahanya, kakaknya
menyuruhnya untuk segera menikah saja.
c. Faktor Masyarakat

Dalam semua lingkungan sosial, ada orang yang tidak ingin menjadi pengusaha,
tetapi karena situasi dan kondisi, mereka terpaksa menjadi pengusaha. Para
pekerja di Amerika dapat dikategorikan dalam grup ini. Hal ini disebabkan karena
perubahan pangsa pasar. Para imigran di berbagai negara mencoba jalan ini
apabila kemampuan berbahasa dan ketrampilan mereka tidak sesuai. Ini disebut
sebagai adaptasi. Sebuah studi faktor – faktor etnokultural menyatakan bahwa
tidak semua pengusaha muncul lewat kelompok masyarakat yang menghargai
kewirausahaan. Mereka memilih untuk berwirausaha karena ada tekanan, dan juga
merupakan asimilasi sosial.

d. Kombinasi dari Ketiga Faktor

Karena ketekunan sangatlah sulit untuk diraih pada usia yang dewasa, sebaiknya
jiwa kewirausahaan ditanamkan pada anak – anak. Sebuah studi di sebuah TK
mengindikasikan bahwa setiap satu dari empat anak yang ada menunjukkan sifat
kewirausahaan. Setelah beranjak ke usia remaja, hanya 3 persen dari mereka yang
masih mempertahankan sifat tersebut. Pelajaran di sekolah tidak mengajarkan
sifat kewirausahaan, dan pada nyatanya lebih ke pengajaran teori dan individu.
Kreativitas dan kemampuan anak – anak pun menjadi berkurang, padahal
kreativitas itulah yang menjadi senjata utama dari pengusaha.

Wilson Harrell, seorang konsultan bisnis, merekomendasikan para orang tua untuk
tidak memberikan uang saku kepada anaknya secara cuma – cuma. Contohnya, di
umur 6 tahun, Harrell memiliki stan lemon. Stan lemon itu disuplai oleh ayahnya,
mulai dari lemon, gla, dsb. sedangkan Harrell yang bekerja. Di akhir bulan, semua
profit dibagi rata. Dia percaya, bahwa pelajaran ini akan mengajarkan anak untuk
bertanggung jawab dan menunjukkan kepada mereka tentang pentingnya
berusaha. Sebagai hasilnya, anak belajar bagaimana integritas bukanlah sebuah
putih di atas kertas, melainkan sebuah jalan hidup.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin, proses sistematis


penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memenuhi kebutuhan dan peluang
pasar.Munculnya kewirausahaan didorong oleh banyak faktor, yang semua itu
terangkum dalam faktor internal dan eksternal.Kesuksesan dalam berwirausaha
tidak lepas dari faktor diri sendiri dan faktor lingkungan, dan sebaliknya faktor
yang menyebabkan kegagalan dalam berwirausaha pun dipengaruhi oleh faktor
diri sendiri dan lingkungan.

3.2 Saran

Tiadalah gading yang tak retak, dan dari keretakannya itulah kita bisa
memperbaikinya. Selaku penulis, kami sadar banyak kesalahan dan kekurangan
kami dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan
banyak kritik dan saran konstruktif dari segenap pembaca sekalian. Semoga di
hari kemudian dapat menjadikan sempurnanya makalah kami.

Anda mungkin juga menyukai